Disusun Oleh:
GAMANG DANIAR (10203962)
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penyelesaian perkara tindak pidana pembunuhan terhadap
pelaku gangguan kejiwaan, ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana?
2. Bagaimna proses hukum pelaku kejahatan setelah ditetapkan mempunyai
gangguan kejiwaan?
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
A. Tujuan penelitian
B. Manfaat Penelitian
A. Tindakan criminal
Kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah satu bentuk dari
“perilaku menyimpang” yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk
masyarakat.Perilaku menyimpang itu merupakan suatu ancaman yang nyata atau
ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan
sosial,dapat menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan
sosial, dan merupakan ancaman riil atau potensiil bagi berlangsungnya ketertiban
sosial. Kejahatan di samping masalah kemanusiaan juga merupakan masalah sosial,
tidak hanya merupakan masalah bagi masyarakat tertentu, tetapi juga menjadi
masalah yang dihadapi oleh seluruh masyarakat di dunia.
B. Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam hal
bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi
kejiwaan(Akemat, Helena, Keliat, Nurhaeni (2011). Sedangkan menurut Undang-
Undang RI No. 18 Tahun 2014, orang dengan gangguan jiwa yang disingkat ODGJ
adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan
fungsi orang sebagai manusia.
Gangguan Jiwa Menurut Longhort dalam buku Supratiknya, stigma
terhadap gangguan jiwa adalah istilah yang sebenarnya sukar didefenisikan secara
khusus karena istilah meliputi aspek yang luas, akan tetapi disepakati
mengangdung konotasi kemanusiaan yang kurang. Istilah ini berarti suatu sikap
jiwa yang muncul dalam masyarakat, yang mengucilkan anggota masyarakat yang
memiliki kelainan jiwa.
Ganguan jiwa atau bisa disebut Psikopatologi dalam islam dapat di bagi
dalam dua kategori; yaitu beresifat duniawi dan ukhrawi. Macam-macam
psikopatologi yang termasuk dalam kategori bersifat duniawi berupa gejala-gejala
atau penyakit kejiwaan sebagamaimana disebutkan dalam psikologi kontemporer.
Sedangkan psikopatelogi bersifat ukhrawi, berupa penyakit akibat penyimpangan
terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.Salah satu
perspektif spiritual dan religius adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al-
Ghozali. Psikopatologi yang merusak sistem kehidupan spiritualitas dan keagamaan
seseorang oleh al-Ghozali disebut dengan al-akhlaq al-khabisah, yaitu akhlak yang
buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa.
Dalam hukum pidana, gangguan jiwa atau dikenal juga dengan istilah
skizofrenia. Menurut Julianto Simajuntak adalah penyakit dimana keprebadian
mengalami keretakan, alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada
orang normal, alam pikiran, perasaan, dan perbuatan ada kaitannya atau searah,
tetapi pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus, baik satu atau
semuanya.Sedangakn menurut Dr. A. Supratiknya dalam bukunya yang berjudul
Mengenal Perilaku Abnormal, skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang
ditandai distorsi berat atas realitas, menarik diri dari interaksi sosial, disorganisai
dan fragmentasi persepsi, pikiran dan emosi.Muhammad Vandestra dalam bukunya
Terapi Kesehatan Jiwa & Mental Dalam Islam, menyebutkan bahwa penyakit jiwa
adalah kelainan keprebadian yang ditandai oleh mental dalam (profound-mental)
dan gangguan emonsional yang mengubah individu normal menjadi tidak mampu
mengatur dirinya untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.Namun, dalam
pandangan masyarakat umum (awam) skizofrenia atau orang yang berpenyakit jiwa
sudah di identikkan dengan gila atau orang gila. Gangguan jiwa juga dikenal
dengan istilah abnormal, beberapa istilah tentang perilaku abnormal yaitu; perilaku
maladatiptif, gangguan mental, psikopatologi, gangguan emonsional, penyakit jiwa,
gangguan perilaku, penyakit mental, dan ketidakwarasan sering dipakai secara
bergantian untuk, secara umum-kasar, menunjuk gejala yang
sama.Keabnormalan itu dapat dibagi atas dua golongan yaitu: Gangguan jiwa
(neurose) dan sakit jiwa (psychose). Gangguan jiwa (neurose) dan penyakit
jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak mampunya orang menghadapi
kesukaran-kesukarannya dengan wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan
diri dengan situasi yang dihadapinya.
Penyebab gangguan jiwa,Hal-hal yang dapat memengaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang
dicintiai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia dan sebagainya.
Meskipun gejala umum atau gejala yang meninjil itu terdapat pada unsur kejiwaan,
tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial
(sosiogenik), ataupun dipsike (psikogenik). Beberapa penyebab tersebut terjadi
bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa (Yosep, 2010) Sebaliknya
seorang dengan penyakit badaniah apabila mengalami kelemahan, daya tahan
psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi, karena
modern ini diketahui bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan
jiwa.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga
unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi (Yosep,2010) yaitu:
1) Faktor somatik atau organobiologis
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologis
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
e. Faktor pre dan peri-natal
2) Faktor psikologis
a. Interaksi ibu – anak dan peranan ayah
b. Persaingan anatara saudara kandung
c. Intelegensi
d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
e. Kehilangan, konsep diri, pola adaptasi
f. Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor sosio-budaya atau sosiokultural
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan, perkotaan lawan pedesaan
C. Kerangka Konseptual
1. Proses Hukum adalah perjalanan yang ditempuh hukum untuk menjalankan
fungsinya, yaitu mengatur masyarakat atau kehidupan bersama.
2. Pelaku adalah menurut Kitab Undang Hukum Pidana yang dirumuskan
dalam Pasal 55 ayat 1 yaitu mereka yang melakukan, yang menyuruh
melakukan, yang turut serta melakukan, dan mereka yang sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
3. Undang-Undang adalah peraturan±peraturan tertulis yang dibuat oleh
pelengkapan negara yang berwenang dan mengikat setiap orang selaku
wagar negara.
4. Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur pelanggaran terhadap undang-
undang, pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum dan barang
siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana akan
diancam dengan sanksi pidana tertentu. Perbuatanperbuatan yang dialarang
dalam hukum pidana yaitu: Pembunuhan, perampokan, pencurian,
penipuan, korupsi, penganiayaan dan pemerkosaan.
A.Pollak, R. (2019). Demand system specification and estimasion. jawa tengah: works
press.
Litigasi. (2019, January 25). Hukum Pidana Memandang Penderita Sakit Jiwa.
https://litigasi.co.id/hukum-pidana/331/hukum-pidana-memandang-penderita-sakit-
jiwa.