Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kriteria Penyakit Gangguan Jiwa Menurut Pasal 44 KUHP

Setiap orang dalam diirnya tentu terdapat potensi untuk melakukan

kejahatan yang merupakan polemik yang senantiasa membayangi umat manusia

pada kehidupan masyarakat. Secara hukum pidana segala bentuk perbuatan yang

berupa kejahatan harus dipertanggungjawabkan guna memenuhi kebutuhan

masyarakat akan keadilan, serta mencegah atau mengurangi tindak pidana serupa

terulang kembali dimasa yang akan datang.

Pelaku kejahatan bisa berasal dari mana saja dan sering kali adalah orang

terdekat korban. Terjadinya kejahatan tentunya disebabkan oleh beberapa faktor

penyebabnya, seperti masalah ekonomi, lingkungan dan bahkan kondisi kejiwaan

turut memberikan andil seseorang melakukan tindak pidana tersebut.

Sebagaimana pemberitaan, baik di media sosial maupun media cetak dapat

diketahui adanya kasus-kasus kejahatan, seperti tindak pidana pembunuhan yang

dilakukan oleh seseorang yang mengidap gangguan jiwa berupa skizofrenia.

Seperti kasus dokter Ryan Helmi yang tega menghabisi nyawa isterinya yakni

dokter Letty dengan cara menembak korban berkali-kali hingga korban meregang

nyawa. Dari kasus ini, hal yang mencengangkan adalah bahwa pelaku mengatakan

perbuatan tersebut adalah perintah, alasannya karena reinkarnasi yakni jiwa Letty

akan datang ke tubuh yang lain pada saat ditanyai mengenai motif penembakan

itu.1

1
http://JawaPos.com/metro/metropolitan/12/11/2017/kena-kasus-kdrt-dan-perkasa-perawat-
dokter-helmi. Diakses pada tanggal 20 April 2022
Skizofrenia (gangguan jiwa) mwrupakan penyakit gangguan otak parah

dimana orang meinterpretasikan realitas secara abnormal. Skizofrenia merupakan

gangguan pikiran berupa kombiansi dari halusinasi, delusi dan berfikir teratur dan

perilaku.2 Delusi adalah gangguan mental yang menyebakan seseorang yang

meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Sedangkan halusinasi merupakan

gambaran persepsi imajiner atau distorsi realitas,3yakni gejala saat indra

seseorang mengalami yang tidak nyata.4

Umumnya pengidap skizofrenia mengalami gejala psikosis, yaitu kesulitan

membedakan antara kenyataan dengan pikiran pada diri sendiri. Hal ini yang

membuat skizofrenia disamakan dengan psikosis, padahal keduanya ternyata

berbeda. Psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa jenis gangguan mental,

termasuk skizofrenia.5

Penyebab utama skizofrenia belum ditemukan, namun demikian ada

beberapa faktor yang diindikasikan menjadi penyebab dari masalah Kesehatan ini,

antara lain :

1. Genetik;

2. Komplikasi kehamilan dan persalinan;

3. Kimia pada otak.6

Genetik atau keturunan dari pengidap skizofrenia memiliki risiko 10

(sepuluh) persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Risiko tersebut

2
Zulles Ikawati dan Dito Anugoro. 2018. Tata laksana Terapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat.
Yogyakarta : Bursa Ilmu, hlm. 149
3
https://I.next.west.law.com. Diakses pada tanggal 20 April 2022
4
https://hellosehat.com. Diakses pada tanggal 20 April 2022
5
Penyakit Skizofrenia. Pengertian, faktor, resiko, Penyebab, gejala, diagnosis.
https://www.halodoc.com. Diakses pada tanggal 20 April 2022
6
Ibid
meningkat 40 (empat puluh) persen lebih besar ketika kedua orang tua sama-sama

pengidap skizofrenia. Kemudian skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa

kondisi yang mungkin terjadi ketika hamil dan dampaknya akan terlihat saat anak

lahir. Selain kehamilan, komplikasi yang terjadi ketika persalinan juga dapat

menyebabkan seorang anak mengidap skizofrenia. Begitu pula ketidakseimbangan

kadar serotonin dan dopamin pada otak dapat menjadi salah satu penyebab dan

meningkatkan risiko seseorang mengidap skizofrenia. Keduanya merupakan zat

kimia yang berfungsi untuk mengirim sinyal antara sel-sel otak sebagai bagian

dari neurotransmeter.7

Kriminalitas merupakan tindakan yang dilakukan yang dilakukan individu,

kelompok ataupun komunitas yang melanggar hukum, sehingga mengganggu

keseimbangan sosial dalam masyarakat, namun bagaimana apabila pelaku yang

melakukan tindak pidana mengalami gangguan jiwa. Elmi Amalia, Ketua

Laboratorium Fakultas Psikologi menilai bahwa penderita gangguan jiwa dapat

melakukan pembunuhan dan penganiayaan, karena mereka sulit mengendalikan

diri, perilaku emosi, dan pikirannya. Sehinga mungkin saja melakukan tindakan

berbahaya untuk orang lain bahkan dirinya.

Kasus dokter Ryan Helmi yang menembak istrinya Dokter Letty di Klinik

Azzahra, Cawang, Jakarta Timur diduga dipicu karena masalah gangguan psikotik

atau kejiwaan pelaku. Kemudian berdasarkan pengakuan dokter Ryan Helmi

bahwa motif melakukan penembakan kepada isterinya karena mendengar suara-

suara halusinasi yang menyuruhnya untuk membunuh isterinya. Menurut Budi

7
Mengidap Gangguan Jiwa Di Mata Hukum Indonesia. http://rdk.fidkom.uinjkt.bc.id. Diakses
pada tanggal 20 April 2022
Anna Keliat, Pakar Kesehatan dari Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia menilai, jika hal tersebut benar adanya, maka

kemungkinan kuat dokter Ryan Helmi mengalami gangguan halusinasi stadium

4.8 Namun demikian, dalam persidangan perkaranya di Pengadilan Negeri Jakarta

Timur mengenai gangguan jiwa tersebut tidak dikemukakan oleh penasihat

hukum terdakwa. Majelis Hakim pengadilan Negeri Jakarta Timur telah

menjatuhkan pidana penjara seumur hidup kepada Ryan Helmi karena telah

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana (Pasal 340

KUHP).9

Berdasarkan hal tersbeut diatas, maka bagaimanakah Batasan dan kriteria

mengenai gangguan jiwa berupa skizofrenia menurut hukum pidana. Dalam hal

ini, KUHP tidak menyebutkan secara tegas mengenai Batasan dan kriteria

seseorang dikatakan mengalami gangguan jiwa, apakah orang yang tidak waras

saja yang disebut demikian atau orang-orang yang mengalami tekanan mental

yang mengganggu pikirannya yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit

mental sehingga seseorang melakukan perbuatan yang seharusnya tidak boleh

dilakukan, namun dipandang sebagai hal patut untuk diperbuat.

Seseorang yang melakukan tindak pidana (pembunuhan) dicurigai

mempunyai gangguan kejiwaan baru dapat jelas diketahui berdasrkan Visum et

Revertum Pshyciaricum yang dibuat oleh dokter forensik Psikiatri atas permintaan

penyidik. Menurut pendekatan psikologis, secara internasional penggolongan

gangguan jiwa mengacu pada DSM (Diagnostic and Statistical manual of Mental
8
http:JawaPos.com. diakses pada tanggal 20 April 2022
9
Tembak mati dokter letty, ryan helmi divonis penjara seumur hidup. https://Tempo.com. Diakses
pada tanggal 20 April 2022
Disorder) IV. DSM IV ini dikembangkan oleh para expert di bidang Psikiatri di

Amerika Serikat yang telah dipakai secara luas terutama oleh para psikiater dalam

menentukan diagnosa gangguan jiwa. Di Indonesia para ahli Kesehatan jiwa

menggunakan PPDGJ3 (Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa) sebagai

acuan dalam menentukan diagnosa gangguan jiwa.10 Secara umum gangguan jiwa

dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu gangguan jiwa ringan antara lain

cemas, depresi, psikosomatis, dan kederasan. Sedangkan yang termasuk gangguan

jiwa berat seperti skizofrenia, manik depresif, dan Psikotik lainnya.11 Berdasarkan

klasifikasi ini, maka skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat.

Mengenai pelaku yang mengidap gangguan jiwa yang melakukan tindak

pidana ditentukan dalam Pasal 44 KUHP sebagai berikut :

(1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan


kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu
karena penyakit, tidak dipidana.
(2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepada
pelakunya karena pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena
penyakit, maka hakim dapat memerintahkan supaya orang itu
dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu
percobaan.
(3) Ketentuan dalam ayat 2 hanya berlaku bagi Mahkamah Agung,
Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.

Ketentuan Pasal 44 KUHP tersebut menentukan bahwa pelaku tindak

pidana baru dapat dianggap mengidap gangguan jiwa apabila :

a. Jiwa pelaku mengalami cacat mental sejak pertumbuhannya, hingga


akalnya menjadi kurang sempurna untuk membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Contohnya adalah idiot, imbicil, tuna
grahita/mental retordasi yang melakukan tindak pidana.
b. Jiwa pelaku mengalami ganguan kenormalan yang disebabkan oleh
suatu penyakit, hingga akalnya menjadi kurang berfungsi secara
10
Sullies Ikawati dan Dito Anugoro. 2018. Tata Laksana Terapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat.
Yogyakarta : Bursa Ilmu, hlm. 251
11
Ibid
sempurna atau kurang optimal untuk membedakan hal-hal yang baik
dan yang buruk. Contohnya adalah orang yang mengalami penyakit
jiwa, hysteric, epilepsic, dan laoin-lain.12

Pasal 44 KUHP

B. Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Yang

Mengidap Gangguan Jiwa

C.

12
R. Susilo. 1999. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor : Politeia, hlm. 44

Anda mungkin juga menyukai