Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN PSIKATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFARAT APRIL 2012

ASPEK PSIKODINAMIKA SKIZOFRENIA

DISUSUN OLEH: CLARA PARANNUAN (C 111 07 036)


PEMBIMBING: dr. MISLENY NATSIR SUPERVISIOR: PROF. DR. A. JAYALANGKARA TANRA, Ph.D, Sp.KJ(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

HALAMAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa: Nama NIM Universitas : Clara Parannuan : C 111 07 036 : Universitas Hasanuddin

Judul Refarat : Aspek Psikodinamika Skizofrenia Judul Kasus : Gangguan Psikotik Akut dan Sementara(F23.1)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, April 2012

Supervisior,

Pembimbing,

Prof. dr. A. Jayalangkara Tanra, Ph.D, Sp. KJ(K)

dr. Misleny Natsir

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHANi DAFTAR ISI.ii REFERAT KAKI DIABETIK..1 Pendahuluan..1 Aspek psikodinamika Skizofrenia5 LAPORAN KASUS GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA..13 DAFTAR PUSTAKA..26 REFRENSI..29

ASPEK PSIKODINAMIKA SKIZOFRENIA

I.

PENDAHULUAN Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan sekelompok

gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian. Distorsi khas pada proses pikir kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar.(1) Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetk diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik. Psikotik ditandai dengan adanya gangguan pada daya nilai realita yang dibuktikan dengan adanya tingkah laku yang kacau, persepsi yang salah, proses berpikir yang terganggu, disertai alam perasaan yang terganggu.(1) Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama,

perbedaannya terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 - 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah

lebih buruk pada laki- laki dibandingkan wanita. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.(2) Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala.Kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda berdasarkan individu masing-masing.Gejalagejalanya : Gejala positif, terdiri dari: - Delusi/waham - Halusinasi - Perilaku aneh

Gejala negative pada skizofrenia Pendataran afektif Alogia Tidak ada kemampuan Atensi Mekanisme Terjadinya Gejala Skizofrenia Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi tersebut

neurotransmitter-dopamin berlebihan, sedangkan kadar dopamin

berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang dan berlebihan atau kurang penderita dapat mengalami gejala positif dan negatif seperti yang disebutkan di atas. Penyebab ketidak seimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia, antara lain: sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalah gunaan obat seperti amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.(3) ASPEK PSIKODINAMIKA PADA SKIZOFRENIA Psikodinamik ialah suatu pendekatan konseptual yang memandang

proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas energi psikik yang berlangsung intra-individual (antar bagian-bagian struktur psikik) dan inter-individual (antar orang).(4) Berkaitan dengan definisi tersebut, dalam mempelajari psikodinamika, kita akan mempelajari struktur (yaitu kepribadian), kekuatan (yaitu dorongan, drive, libido, instincts), gerakan (movement, action), pertumbuhan (growth) dan

perkembangan (development), serta tentang maksud dan tujuan fenomenafenomena psikologik yang ada pada seseorang.(4) Masing-masing komponen dari sistem psikodinamik tergantung pada tindakan integratif dari sistem nervus pusat untuk integritas fungsinya . Ketika kegiatan psilogikal dari sistem saraf pusat rusak, sistem psikodinamik juga rusak. Ini jelas terlihat ketika kita sampai pada gangguan otak. Namun ada perbedaan penting antara dua gejala untuk satu hal, komponen yang berbeda dari sistem psikodinamik, tidak dapat diberikan ke masing-masing

komponen yang berbeda dari sistem saraf pusat. Ego misalnya melibatkan tindakan psikis dari seluruh otak. itu hanya organisasi dalam satu sistem tidak sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi dalam order. Banyak sistem

psikodinamik dapat hancur sementara pusat sistem nervus terus berfungsi secara normal pada tingkat psikis. Ada juga jumlah terbatas disintegrasi sistem psikodinamik bahkan di mana pembentukan gejala neurosis menunjukkan tanda pengaruh proses pengambilan utama(4) Struktur kepribadian seseorang terdiri atas 3 komponen yaitu id, ego dan superego. Id (naluri, drive, instincts), telah ada sejak individu dilahirkan ke dunia ini. Id adalah sebuah abstraksi yang mewakili apa yang mungkin merupakan sistem mental pada anak neonatal dan anak sangat muda.

Beberapa contoh seperti sepanjang hidup diatur oleh sebuah dorongan untuk kepuasan segera dan dengan cara primitif yang kita sebut proses utama.

Fantasi anak usia dini, konflik, lamunan dan sistem lainnya, jika mereka ditekan, dapat bergabung menjadi id dan dikenakan sebagai proses primer.(5) Dorongan ini merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan

biologis manusia, antara lain instink bernapas, lapar, seks. Id biasanya mendominasi individu pada usia bayi hingga lebih kurang satu setengah tahun. Pada saat itu pula konsentrasi libido berada pada daerah dan mulut (menurut teori ini, konsentrasi libido akan berpindah-pindah sesuai dengan perkembangan psikoseksual anak serta daerah erogen pada fase perkembangan tersebut).(5)

Semakin anak

berkembang, proses kepribadian bukan merupakan mengurangi

sarana yang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan dan tegangan. Dorongan makin untuk mendapat

objek kebutuhan yang sebenamya

kuat. Oleh karena itu, individu harus secara realistis berhubungan

dengan lingkungan. la harus dapat membedakan objek imajiner dengan objek yang sebenamya dalam lingkungan. Kebutuhan ini menghasilkan suatu sumber energi psikis baru yang disebut ego.(5) Ego adalah organisasi sistem mental yang muncul dari interaksi

dengan eksternal dan realitas somatik.

Freud mengkonseptualisasikan ego

sebagai modifikasi permukaan id dimana seseorang terkena setelah mengalami dampak dari realitas. kemudian ia mengkonseptualisasikan ego juga sebagai diferensiasi dari sebuah inti id dan ego sekali lagi karena dampak dari realitas. Kedua konsepsi sedang digunakan saat ini, di kedua konsep ini ego dianggap sebagai realitas eksternal, dan dianggap sebagai kesamaan fungsional antara id dan realitas.(6) Pendidikan oleh orang tua maupun masyarakat atau lembaga pendidikan formal pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya membantu individu mengembangkan sumber energi yang lain, yaitu super ego.(6) Super ego adalah gambaran intemalisasi nilai dan moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan orang lain pada anak. Pada dasamya super ego merupakan hati nurani (concience) seseorang. Superego menilai apakah suatu tindakan itu benar atau salah. Super ego mewakili nilai-nilai ideal. Oleh karena itu superego selalu berorientasi pada kesempumaan. Cita-cita dirinya pun diarahkan pada nilai-nilai ideal itu sehingga setiap orang memiliki suatu gambaran tentang dirinya yang paling ideal (Ego ideal).
(6)

Hadiah atau

hukuman yang diterima sehubungan dengan nilai-nilai membentuk dalam dirinya suara hati (concience). .

ideal itu akan

Bersama-sama dengan ego, superego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang bermaksud memuaskan dorongan-dorongan dari Id, yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-

keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Selain membagi struktur kepribadian berdasarkan energi psikisnya, Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul. .(6) Pertama adalah tingkat sadar atau kesadaran (consious level). Pada tingkat ini aktivitas mental bisa kita sadari setiap saat seperti berfikir, dan persepsi. Sebagian dari ego dan super ego kita selalu berada pada tingkatan ini. Kedua, adalah tingkat prasadar (preconsious level), di mana kita bisa

menyadari gejala-gejala psikis yang timbul hanya bila kita memperhatikannya. Gejala-gejala seperti itu adalah memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain. Sebagian besar ego dan super ego berada dalam tingkatan ini, yaitu pengetahuan yang telah kita simpan dalam memori dan norma-norma moral yang tidak kita butuhkan dalam situasi sehari-hari.(4) Ketiga adalah tingkat tidak disadari (unconscious level), dimana

timbulnya gejala-gejala psikis sarna sekali tidak kita sadari, sulit untuk dijelaskan. Gejala-gejala seperti itu misalnya dorongan-dorongan moral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat, dan lain-lain. (4) Perkembangan akan terhambat karena ada sebagian energi psikik yang tertahan pada suatu fase perkembangan tertentu (disebut sebagai fiksasi),

sehingga energi yang bergerak ke fase berikutnya akan berkurang jumlahnya. Bila pada suatu saat, misalnya pada fase selanjutnya atau setelah dewasa nantinya, individu mengalami suatu tekanan atau stresor psikososial yang

relative berat untuknya , ia dapat kembali ke fase perkembangan saat fiksasi itu dialami (disebut sebagai regresi). Cara-cara individu tersebut mengatasi stressor itupun biasanya sesuai dengan tingkat regresi yang dialaminya. Menurut

Freud, psikopatologi akan timbul, bila konflik yang bermakna dialami oleh individu pada masa lima tahun pertama kehidupannya.

Model psikodinamik banyak telah diusulkan untuk membantu

dokter

dalam memahami proses skizofrenia. Kontroversi antara konflik dan defisit adalah fitur prominant dalam diskusi teori skizofrenia. Freud sendiri terombangambing antara model konflik dan model defisit skizofrenia sebagai

konseptualisasi. Konseptualisasi sendiri berevolusi dan dikembangkan dari gagasan tentang cathexis, yang mengacu pada kuantitas energi untuk setiap struktur intrapsikis atau representasi objek. Menurut Freud skizofrenia ditandai dengan decathexis objek. pada waktu Freud menggunakan konsep decathexis untuk

menggambarkan satu data investasi emosional atau libidinal dari representasi objek intrapsikis, pada saat lain juga ia menggunakan istilah itu untuk

menggambarkan penarikan sosial dari orang-orang yang nyata di lingkungan. Freud mendefinisikan skizofrenia sebagai regresi dalam menanggapi frustrasi intens dan konflik dengan orang lain. Regresi mempunyai hubungan

keterkaitan objek untuk tahap autoerotic pembangunan didampingi oleh penarikan investasi emosional dari representasi objek dan dari tokoh eksternal, yang menjelaskan penampilan penarikan autis pada pasien skizofrenia. Freud mendalilkan bahwa cathexis pasien kemudian diinvestasikan kembali dalam diri atau ego. Pandangan psikodinamika juga menekankan pengalaman masa kanakkanak dalam keluarga. Walaupun hal ini adalah setidaknya orang tua telah menjadi objek sesuatu yang lazim, tapi

peneltian psikologis dalam

skizofrenia. Freud meyakini bahwa orang-orang yang menderita skizofrenia, dan dalam tingkatan tertentu mereka juga menderita hipokondria, mengalami regresi atau mundur, sering kali dalam kaitannya dengan kehilangan, menuju keadaan narsisitik sekunder di mana libido ditarik dari dunia eksternal dan dimasukkan kembali pada diri dan tubuh individu yang bersangkutan. Pasien skizofrenia mengalami regresi ke tahapan awal oral, dimana mereka mengalami ketakutan di fase ini, bukan lagi takut secara (jasmani) tapi terutama mereka merasa mati atau runtuh kepribadiannya, dan kembali

mengalami regresi ke kondisi tiada kontak dengan realitas. Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ketahap perkembangan selanjutnya. Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan dan seductiveness. Mekanisme yang digunakan seperti Splitting yang notabene terjadi pada bayi. Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk

memudahkannya menangani berbagai pengalaman yang dialaminya .Splitting membagi suatu objek atau pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak mampu melihat daerah abu- abu di antaranya. Secara primitif, hal yang menyenangkan akan dihayati baik sedangkan yang tidak

menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin tumbuh dan kepribadian semakin matang, spiltting jarang dilakukan. Mekanisme pertahanan ini

biasanya dilakukan oleh orang dengan gangguan mental yang berat. Pada skizofrenia berelasi erat dengan seseorang dalam suatu waktu. Saat itu, ia berpendapat bahwa orang itu sepenuhnya baik, tak ada cela sedikit pun. Di lain waktu, orang tersebut mengecewakannya dalam hal tertentu, dan kini ia memandang sepenuhnya orang itu buruk. Karena splitting pasien

skizofrenia tidak dapat menangkap bahwa orang yang hari ini dibencinya adalah sama dengan orang yang kemarin ia sukai. Pada skizofrenia cenderung menganggap hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan secara konstitusional sebagai suatu defisit. Malahan suatu penelitian yang baik menyatakan bahwa pasien dengan

skizofrenia sulit untuk menyaring berbagai stimuli dan sulit memusatkan pada suatu data dan waktu. Defek pada barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan tiap fase perkembangan selama masa anak-anak dan menempatkan stress tertentu pada hubungan interpersonal. (7)

Menurut pendekatan

psikodinamik, simptom

positif diasosiasikan

dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/ pencetus dan erat kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar. Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa simptom-simptom psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu,menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.(7) Dinamika Halusinasi Halusinasi merupakan persepsi yang salah tanpa adanya objek luar. Pada halusinasi persepsi terbentuk dari rangsangan tanpa adanya objek luar yang kemudian diterima oleh panca indera yang kemudian di proses menjadi suatu persepsi. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti persepsi yang normal. Ada objek luar pembentuk persepsi. Selain itu halusinasi dimiliki oleh individu tersebut, sedangkan orang lain tidak. Berdasarkan teori perceptual release halusinasi timbul sebagai akibat ketegangan serta berkurangnya rasa sensorik kapasitas untuk berespon terhadap rangsang yang berkurang tersebut menimbulkan penafsiran sensasi internal. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh keracunan obat atau kelainan organis. Bila seorang mengalami keracunan obat terutama obat psikomotorik sksn menimbulkan iritasi pada reseptor sensorik yang kemudian diteruskan ke system saraf pusatdan akan diproses sehingga timbul halusinasi. Pada halusinasi seseorang akan mempersepsikan objek luar yang sebenarnya tidak ada. Objek halusinasi mungkin dirasakan pada jarak yang

sedemikian jauh, seperti ada benda-benda langit yang berada di dekatnya atau adanya suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang normal. Beberapa teori patogenesis waham dinamika terjadinya waham , ada tiga kategori dari teori pembetukan waham:(4) 1. Waham yang timbul pada sistem kognitif muncul karena adanya pola yg berbeda dari motivasi yang ada (mekanisme psikodinamika dari teori fungsi social) 2. Waham timbul sebagai akibat dari defek kognitif fundamental mengakibatkan bkapasitas pasien untuk membuat kesimpulan bukti-bukti (gangguan sebab-akibat) 3. Waham yang timbul dari proses kognitif yang normal menunjukan adanya pengalaman persepsii abnormal(mekanisme psikobiologik, hipotesis pengalaman yang menyimpang) Keyakinan delusional yang demikian merupakan hasil yang berbeda dan melibatkan satu atau lebih dari mekanisme psikodimika. Banyak ahli menambahkan bahwa faktor kepribadian memegang peranan penting pada psikodinamika pembentukan waham . Sebagai contoh beberapa teori pembentukan waham dapat berhubungan dengan kurangnya rasa percaya diri yang merupakan dinamika narsistik atau kepribadian dengan hipersensitivitas.(1) Mekanisme menurut freud tentang terjadinya waham membedakan isi dan bentuk dalam psikopatologik. Ia mengajukan kesimpulan tentang proses waham tetapi tidak menjelaskan dengan baik bagaimana waham itu dibentuk dibandingkan dengan gejala lain seperti halusinasi. Kebenaran dari mekanisme hipotesis ditentukan dengan adanya bukti bahwa waham berhubungan dengan kecendrungan homosexual. (1) Teori ini telah dibenarkan karena tidak adanya homosexualitas yang mempunyai waham kebesaran. Beberapa kecendrungan homoseksual

dapat ditemukan pada beberapa pasien delusional, dan kondisi ini dapat melawan mekanisme bawah sadr dari homoseksualitas(1) Psikodinamika terbentuknya waham menurut Cameron Norman, Cameron menggunakan istilah paranoid pseudocommunity. Orang-orang yang dicurigai pasien mungkin benar-benar ada atau hanya ada dalam khayalan saja. Orang-orang tersebut diberi perlakuan khusus oleh pasien.(1) Pembentukan waham yang mengikutsertakan imajinasi orang-orang dan ditambah dengan motivasi-motivasi dengki terhadap orang lain dapat merupakan sesuatu yang nyata maupun imajinasinya, keadaan ini akan menghasilkan terbentuknya suatu pseudocommunity komplotan komunity. Waham ini secara hipotesis menggabungkan proyeksi secara ketakutan dan harapa-harapan untuk menuntut agretivitas orang tua dan untuk menyediakan target yang dapat terwujud. (1) Teori mekanisme terjadinya waham menurut Damarus Dinamika menurut damarus timbulnya waham atas dasar defek pada hubungan sebab akibat yang formal dan logis. Ada dua kemungkinan lain yang menyebabkan gangguan pada hubungan sebab akibat yang telah dipelajari

dewasa ini. Pertama, pembentukan waham dikatakan disebabkan sebagai kegagalan Bayesian reasoning (pengamatan yang bias). Kemungkinan kedua menyatakan bahwa proses hubungan sebab akibat pada pasien dengan waham, dipengaruhi oleh kecendrungan seseorang mengartikan perilaku menyimpang. (1) Penyimpangan timbul dalam menilai perilaku seseorang yang yang

menunjukan perilaku seseorang yang menunjukan tingkah karekteristik seseorang

laku dan

untuk perilaku yang menyimpang. Penyimpangan

timbul dalam menilai perilaku seseorang yang menunjukan tingkah laku dan karakteristik seseorang tanpa melihat situasi social yang ada. (6)

Banyak literatur psikodinamik pada skizofrenia difokuskan pada pertimbangan pengobatan. Memang, pemahaman psikodinamik relevan dengan pengobatan schizopherina, terlepas dari etiologinya. Banyak teori psikodinamik yang menginformasikan bahwa pendekatan clinicans kepada pasien. Delusi megah atau halusinasi misalnya, sering segera mengikuti penghinaan terhadap harga diri pasien schizopheria itu. isi megah dari pikiran atau persepsi adalah upaya pasien untuk mengimbangi cedera narsistik. kekhawatiran tentang

integritas batas-batas ego seseorang dan takut fusi dengan reperesnt lain dan masalah yang sedang berlangsung yang sering diselesaikan oleh isolasi. hubungan perawatan ini menjadi tantangan dalam pasien untuk bisa mempercayai bahwa bencana tidak akan menghasilkan dari menjadi terhubung dengan orang lain.(8) Meskipun intervensi psikopharmakologikal telah terbukti menjadi fondasi dimana pengobatan skizofrenia tergantung, pendekatan lain untuk pengelolaan pasien ini melayani penting fungsi. Penelitian telah menunjukkan berulang kali bahwa gejala skizofrenia tidak hanya memiliki komponen genetik tetapi juga lingkungan aspek, dan interaksi dengan keluarga dan dalam masyarakat dapat mengubah perjalanan penyakit.(8) Selama bertahun-tahun, pandangan dikotomis pilihan pengobatan yang gigih diperdebatkan sebagai psikiatri dinamis ditantang oleh perkembangan dalam ilmu saraf. Telah menjadi jelas bahwa psichopharmacologica lmerupakan strategi pengobatan yang paling efesiens jika dikombinasikan dengan beberapa jenis intervensi psikososial dan sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa karena sifat kronis skizofrenia, satu atau lebih pengobatan mungkin diperlukan di seluruh penyakit dan mereka mungkin harus modifikasi sebagai gejala berubah seiring waktu KESIMPULAN Skizofrenia adalah sekelompok gangguan mental berat yang terjadi

pada akhir usia remaja atau dewasa muda. Kondisi semacam ini memang menyulitkan terutama disebabkan perubahan emosi, rasa bingung dan takut yang

ditimbulkan, atau karena akibat sosial yang ditimbulkan atau juga karena akibat sosial yang tampak pada pasien dan juga keluarganya.(1) Psikodinamika mencerminkan dinamika-dinamika psikis yang

menghasilkan gangguan jiwa atau

penyakit jiwa. Dinamika

psikis terjadi

melalui sinergi dan interaksi-interaksi elemen psikis setiap individu. Menurut Freud sebagai sebuah dinamika, menangkap ada bermacam-macam psikopatologi dalam setiap peta id, ego, dan superego.
(7)

potensi

Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang tergangganggu aspek kepribadiannya. Kepribadian adalah bagian dari individu yang mencerminkan atau mewakili si pribadi bukan hanya dalam arti ia membedakan individu tersebut dari orang-orang lain, tapi itulah dia sebenarnya. Pandangan psikodinamika menekankan pengalaman masa kanak-kanak dalam keluarga. Pasien-pasien skzofrenia mengalami regresi ke tahapan awal oral, di mana mereka mengalami ketakutan di fase ini, bukan lagi takut secara (jasmani) tapi terutama mereka merasa mati atau runtuh kepribadiannya, dan kembali mengalami regresi ke kondisi tiada kontak dengan realitas.(7) Pada skizofrenia, pola kepribadian immature yang berkaitan dengan impuls seksual dan agresi merupakan predisposisi untuk menimbulkan gangguan tersebut. Berkembangnya gangguan schizophrenia lebih lanjut biasanya diawali oleh apa yang disebut sebagai precipitating event atau peristiwa pencetus. Dalam menghadapi peristiwa pencetus tersebut, melalui pola kepribadian yang immature, individu mengembangkan defence mechanism yang berlebihan, dimana individu akan mengembangkan pola penyelesaian masalah yang tidak berhubungan dengan realita yang ada, yang sampai akhirnya antar aspek-aspek kepribadian terjadi disintegrasi atau terpecah. Kondisi tersebut, menyebabkan putusnya hubungan antara individu dengan dunia nyata. Dalam hal ini terjadi beberapa defence mechanism yang saling berbenturan secara bersamaan. Misalnya, pada mulanya individu menggunakan mekanisme pertahanan rasionalisasi. Kemudian, rasionalisasi tersebut

direpressnya. Kemudian, individu mengungkapkan hal yang berlawanan dengan perasaan yang direpressnya melalui reaksi formasi. Oleh karena itu, simptom delusi dan halusinasi yang dikembangkan oleh schizophrenia merupakan defence terhadap defence yang lain (defence againts a defence).

DAFTAR PUSTAKA 1. Ayub S.Splinting Personality, Bab 1: Skizofrenia di Splinting Personality. Jakarta: 2005. Hal 1 2. http://library.gunadarma.ac.id/repository/files/14072/10503165/bab-ii.pdf 3. http://www.psikomedia.com/article/pdf?id=1006 4. Houghton. The Psycodynamic system, Personality Development.New York: 1958. Hal 162-165 5. Houghton. Schizophrenia Reaction, Personality Development.New York: 1958. Hal 614-626 6. (www.xa.yimg.com/kq/groups/.../Psikodinamik+dalam+buku+ajar.doc) 7. www.scrib.com 8. Glen O Gabbard, M.D. Psycodynamic Psychiatry in Clinical Practice, Schizophrenia. England: Hal:181-187.

Anda mungkin juga menyukai