Anda di halaman 1dari 3

Nama :Alya Az Zahra Yuniza Dewy

NIM :20210610352

Mata Kuliah :Acara Pidana

Kelas :D

Dosen Pengampu : Trisno Raharjo

Psikiatri Forensik adalah cabang dari psikiatri yang menangani penilaian serta perawatan
seseorang dari ruang perawatan pada penjara atau rumah sakit khusus. Psikiatri sendiri adalah cabang
khusus dari kesehatan yang melibatkan pemahaman, penilaian, diagnosis, perawatan, serta pencegahan
gangguan kejiwaan, sedangkan untuk forensik merupakan bidang dari ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu dari sains. Dapat
disimpulkan bahwa psikiatri forensik adalah penerapan ilmu dari kedokteran untuk kepentingan hukum
dan peradilan.

Psikiatri forensik merupakan bagian dari peran penting dalam hukum pidana sebagai bukti
pertanggungjawaban pidana. Psikiatri menentukan sejauh mana tanggung jawab individu dalam tindak
pidana. Seseorang sering tampak normal dalam kehidupan sehari-hari, tetapi pemeriksaan psikiatri
mengungkapkan bahwa dia menderita gangguan mental yang mengurangi tanggung jawab, tetapi
dihukum berat. Lembaga penegak hukum tidak terlalu akrab dengan psikiatri forensik. Hakim dalam
kasus serius tidak selalu bergantung pada temuan Visum et Repertum Psikiatri.

Akibatnya, beberapa pelaku kejahatan ini dihukum dan diperlakukan tanpa hukuman. Jika
sistem peradilan pidana mencurigai pelaku memiliki gangguan mental, jaksa harus berkonsultasi dengan
psikiater. Harus ada kesamaan pemahaman terminologi medis ketika berhadapan dengan kasus di mana
terdakwa menderita gangguan jiwa. Agar penegak hukum dapat bertindak adil dalam menjalankan
tugasnya.

Psikiatri forensik bertugas menjadi saksi ahli, sebagai pembantu hukum untuk mengumpulkan
data-data yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan hukum (legal agent). Selain menjadi
pembantu hukum dalam mengumpulkan, psikiatri forensik berfungsi untuk mengetahui kondisi kejiwaan
pelaku tindak pidana, membantu pendekatan psikis dalam proses investigasi, menemukan kejanggalan
psikis pelaku/korban dan mengungkap motif pelaku. Dalam menangani masalah psikiatri forensik
berperan besar karena mampu mendiagnosa pelaku baik itu perilaku, kepribadian atau masalah psikis.
Psikiatri forensik tidak hanya berperan dalam hukum pidana saja, melainkan juga pada masalah perdata,
hukum peraturan, hukum keluarga/domestik serta hukum administratif.

Seperti contoh kasus perempuan berinisial SM (52) yang membawa seekor anjing masuk
kedalam masjid. Kasus SM mencuat melalui media sosial pada Akhir Juni 2019. Video SM membawa
anjing ke Masjid Al-Munawaroh, Sentul, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.ini
perbuatan yang melanggar norma agama. Anjing merupakan hewan yang tidak dibolehkan untuk
memasuki tempat ibadah umat islam.

Kapolres Bogor AKBP AM Dicky Pastika menerangkan SM masuk ke masjid sambil membawa
anjing untuk mencari suaminya. Dicky menuturkan, pada saat itu jemaah masjid langsung bereaksi
ketika melihat seorang wanita membawa anjing ke dalam masjid. Keributan pun tak terhindarkan.

"SM memasuki Masjid Al-Munawaroh dengan membawa hewan anjing dengan tujuan mencari
suaminya," kata Dicky, Minggu (30/6/2019). Polisi kemudian mengamankan SM dan mendalami motif
membawa anjing ke dalam masjid. SM juga dibawa ke RS Polri untuk dilakukan pemeriksaan
kejiwaannya. Hasilnya, polisi menyebut SM memiliki riwayat sakit jiwa.
Hal tersebut disampaikan oleh Karo Penmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Senin
(1/7/2019). Dedi menyebut SM sudah beberapa kali dirawat karena sakit jiwa.
"Jenis sakit jiwa stadium berapa nanti dokter ahli yang sampaikan. Tapi memang sudah ada riwayat. Tapi
nanti dirawat dulu gimana. Sembuh apa nggak, nanti akan disampaikan ahlinya," ujar Dedi.

Kepala RS Polri Brigjen Musyafak kemudian membeberkan kondisi kejiwaan SM. SM dinyatakan
mengidap skizofrenia."Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter ahli jiwa dari RS Polri dengan
dokter luar, yaitu dr Laharjo, SpJ, dan dr Yeny, SpJ, yang bersangkutan menderita penyakit skizofrenia
tipe paranoid," kata Musyafak kepada detikcom, Senin (1/7/2019).

Terdakwa divonis bebas karna mempunyai gangguan terhadap jiwanya. Terdakwa mengidam
penyakit skizofrenia yang sudah di periksa oleh Rumah Sakit Polri Kramat Jati. sehingga terdakwa tidak
dapat di hukum. Terdakwa telah memiliki riwayat mengidam gangguan jiwa sejak tahun 2013. Dan
menurut Alfonsus (pengacara perempuan) perempuan tersebut masih menjalani perawatan. "Ini
keputusan yang luar biasa bagi saya, majelis hakim telah memutuskan dengan sangat adil," kata
Alfonsus kepada wartawan pada Rabu (05/02) setelah putusan hakim di Pengadilan Negeri Cibinong,
Bogor.
"Memang kenyataannya ibu ini sakit, sejak awal penyidik, jaksa, dan semua orang yang terlibat
dalam proses penyidikan mengetahui bahwa ibu ini orang sakit." Namun, "terdakwa mengalami
skizofrenia dalam kurung gangguan jiwa berat sehingga tidak dapat dihukum," kata Indra. Majelis hakim
juga memutuskan bahwa biaya perkara akan ditanggung oleh negara karena perempuan divonis bebas
dari segala tuntutan hukum.

Dalam kasus ini, anjing SM ditemukan mati. Meski demikian, polisi tetap mengusut perbuatan
SM yang bikin gaduh di Masjid Sentul.

Skizofrenia merupakan sebuah gangguan jiwa serius yang mana seseorang memiliki penilaian
tidak normal terhadap realita. Gangguan ini dapat diartikan sebagai kombinasi dari beberapa aspek
seperti delusi, halusinasi, dan perilaku tidak biasa. . Seseorang dengan penyakit Skizofrenia Paranoid
biasanya tidak bisa berpikir dengan rasional, mengakibatkan halusinasi dan selalu mecurigai segala
sesuatu. Penyakit Skizofrenia paranoid merupakan gangguan mental atau kejiwaan yang akan diderita
seumur hidup.

Seseorang yang didiagnosis skizofrenia harus mendapat perawatan sepanjang hidupnya. Hal ini
karena pemulihan mental adalah hal yang lebih sulit jika dibandingkan dengan penyakit fisik. Perawatan
yang tepat dapat menghindarkan gejala-gejala yang lebih serius.

Menurut saya, keputusan yang diberikan oleh hakim tersebut sangat tepat. Perempuan tersebut
mengidam penyakit yang mengganggu jiwanya. Dengan dibebaskannya dari tuntutan dan menggantinya
dengan perawatan medis adalah keputusan yang tepat untuk di berikan kepada perempuan tersebut.
penyakit yang di derita oleh perempuan tersebut juga sangatlah serius. Dengan perawatan medis yang
digantikan oleh putusan hakim tersebut bisa membantunya dalam pemulihan akal dan jiwanya.

Anda mungkin juga menyukai