Anda di halaman 1dari 35

PSIKOLOGI FORENSIK

Dirangkum oleh: Yudi Kurniawan, M.Psi, Psikolog


Sumber: Makalah Prof. Dr. Yusti Probowati, Psikolog
KONTRAK KULIAH

 UTS : 30 %
 UAS : 35 %
 TUGAS : 35 %
 Minimal kehadiran 75 persen dari total pertemuan selama satu semester
 Tugas plagiasi, nilai maksimal D
 Tugas analisis kasus

• Jika mengambil sumber dari internet dan atau buku atau sumber lain
(untuk pengerjaan tugas) diminta mencantumkan referensinya.

• Saat pengumpulan tugas melalui e-learning, mahasiswa wajib memastikan


tugas telah diserahkan lewat sistem
Kontrak Kuliah Daring
• Mahasiswa WAJIB mengikuti Perkuliahan , MENGERJAKAN
TUGAS yang diberikan, mengikuti UTS dan UAS (*syarat dan
ketentuan berlaku)
• Mengenakan pakaian rapi, tidak sambil mengerjakan/
beraktivitas hal lain: jika perkuliahan dilakukan tatap muka
(via Virtual)
• Tetap Hadir Tepat Waktu
• Mahasiswa WAJIB AKTIF dalam proses perkuliahan
• PERINGATAN: kuliah sambil berkendara, melakukan aktivitas
lain, tidak aktif dalam proses perkuliahan  Dosen pengampu
berhak MEMBATALKAN PRESENSI mahasiswa ybs
• Bila kuliah dilakukan menggunakan media zoom, mahasiswa
wajib rename dengan format berikut: NIM_Nama
• Bila kuliah dilakukan menggunakan media zoom, sangat
dianjurkan bagi mahasiswa untuk on camera
Referensi
Apa itu Psikologi Forensik?

“Perilaku adalah
ekspresi jiwa. Maka,
sebuah kejahatan
adalah simbol
kepribadian sang
pelaku”
Apa saja kasus
yang termasuk
dalam
pembahasan
psikologi
forensik?
Definisi psikologi Hukum dan
psikologi forensik

 Penerapan psikologi dalam bidang permasalahan


Hukum
 The committee on ethical Guidelines for Forensik
Psychology mendefinisikan psikologi forensik
sebagai semua bentuk layanan psikologi yang
dilakukan di dalam hukum.
Asal Muasal Psikologi hukum

 Awalnya merupakan terapan psi. sosial yang


berkembang di tahun 1980-an.
 Pada perkembangannya tidak hanya psikologi sosial
yang dapat diaplikasikan, tp juga psi. perkembangan,
klinis, eksperimen, pendidikan, bahkan PIO
IRISAN KEILMUAN PSI FORENSIK
Peran Ilmuwan/Praktisi Psikologi dalam
Hukum
Bidang Kajian Psikologi Forensik (Bartol & Bartol,
1994; Kapardis, 1997; Weiner & Hess, 2005)

 Psychology in Law
 Aplikasi praktis psikologi dalam bidang hukum, contohnya: menjadi saksi
ahli untuk menentukan kondisi mental tersangka, memberikan
pendampingan psikologis bagi pelaku/korban Posisi hukum lebih tinggi
daripada psikologi
 Psychology and Law
 Diaplikasikan dalam bentuk psycho-legal research, yaitu penelitian
mengenai individu yang terkait dengan hukum, seperti hakim, jaksa, polisi,
terdakwa/tersangka. Relasi hukum dan psikologi setara.
 Psychology of Law
 Hubungan antara psikologi dan hukum lebih abstrak. Isu yang dikaji antara
lain tentang resiprokal hukum dan perilaku masyarakat
Hukum di Indonesia

 Pidana
 Mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan
terhadap kepetingan umum, diancam dengan
hukuman yang bersifat kurungan/penderitaan/siksaan
 Perdata
 Hukum privat yang mengatur
kepentingan/perselisihan perseorangan (perceraian,
hak asuh, warisan, utang piutang)
Tahapan Hukum Pidana di
Indonesia
Definisi Psikologi Hukum dan psikologi
forensik

 Penerapan psikologi dalam bidang permasalahan Hukum


 The committee on ethical Guidelines for Forensik Psychology
mendefinisikan psikologi forensik sebagai semua bentuk
layanan psikologi yang dilakukan di dalam hukum.
Asal Muasal Psikologi hukum

 Awalnya merupakan terapan psi. sosial yang


berkembang di tahun 1980-an.
 Pada perkembangannya tidak hanya psikologi sosial
yang dapat diaplikasikan, tp juga psi. perkembangan,
klinis, eksperimen, pendidikan, bahkan PIO
Ilmuwan Psikologi Hukum

 Penelitian dalam bidang psikologi hukum di luar


negeri sudah sangat banyak dilakukan. Bahkan
mereka membagi dalam bidang psychology and
criminology, psychology of court room, investigative
psychology , correctional psychology, dll untuk bidang
risetnya.
 Contohnya ? Pengaruh etnik terdakwa thd putusan hakim
(court room), pengaruh psikodrama dalam menurunkan
tingkat depresi pada anak di lapas (correctional psy),
efektivitas wawancara kognitif dibanding teknik
konvensional dalam penggalian kesaksian (investigative
psych), dll
Untuk dapat menjalin kerja sama antara
psikologi dan hukum diperlukan :

 Komunikasi keilmuan antara psikologi dan hukum,


terkait dengan epistemologi, pengetahuan,
metodologi, premis dasar, disertai sikap saling
memahami antar-ilmu
 Psikolog forensik dalam melakukan kajian
keilmuan juga wajib memahami sistem hukum
yang berlaku
Profesi psikologi hukum

 Dalam konteks permasalahan hukum pidana,


psikolog sebagai profesi sering dikenal sebagai
psikolog forensik
 Bidang kerjanya dapat di Kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, maupun di lembaga pemasyarakatan.
Sesuai dengan prosedur proses peradilan pidana di
Indonesia
 Dalam bidang yang psikologi hukum, dapat
diterapkan dalam penyusunan UU, dalam
meningkatkan kepatuhan hukum, membahas
efektifitas hukuman mati.
 Di kepolisian, kejaksaan, kehakiman - Membantu
penggalian informasi terhadap pelaku, saksi
maupun korban. (misal pelaku – criminal profiling)
 Di lembaga pemasyarakatan – melakukan
penggalian informasi terhadap pelaku, menetapkan
intervensi (rehabilitasi) selama di lapas, maupun
mempersiapkan pelaku kembali kemasyarakat.
 Di semua lembaga – dapat melakukan pelatihan
(intervensi) kepada polisi, jaksa, hakim, petugas
lapas agar lebih maksimal dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya.
 Dimasyarakat – dapat memberikan informasi
pencegahan terhadap terjadinya perilaku kriminal
(misal penculikan anak, KDRT, kekerasan terhadap
TKW)
ISU-ISU DI DALAM PSIKOLOGI
FORENSIK

 Criminal Profiling
 Prosedur Pemeriksaan Psikologis pada Saksi
 Terorisme
 Korupsi
 Kejahatan seksual
 KDRT
 Pidana anak
 Lembaga Pemasyarakatan
 Rehabilitasi narapidana
 Proses pengambilan keputusan pada hakim
PSIKOLOGI FORENSIK
DI KEPOLISIAN

penerapan psikologi dalam bidang hukum


di kepolisian
Penerapan Psikologi di Kepolisian

 Tugas psikologi forensik/hukum di kepolisian adalah


membantu proses penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik POLRI dalam mengungkap suatu
perkara pidana yang sedang ditangani oleh kepolisian .
Kerja psikologi forensik di kepolisian dapat dibagi menjadi 3 :

1. Membantu proses penyelidikan (tersangka dan korban)

2.Membantu proses penyidikan (tersangka)

3.Melakukan pemeriksaan dan atau dukungan psikologis pada


saksi (saksi korban dan saksi)
Tugas psikolog forensik di penyelidikan

 Terkait dengan pelaku :


 Melakukan criminal profiling. Psikolog memberikan
gambaran tentang profil pelaku kejahatan (the most
probable suspect) yang belum terungkap dan sedang dalam
penyelidikan Kepolisian, sehingga Kepolisian dapat lebih
memfokuskan usaha pencarian pelaku tindak kejahatan
tersebut.
 Korban : Melakukan otopsi psikologi pada korban
meninggal.
 Psikolog memberikan gambaran tentang profile
kepribadian dan permasalahan yang dihadapi korban
sehingga dapat dipakai sebagai masukan bagi polisi untuk
menentukan apakah seorang korban meninggal itu akibat
pembunuhan atau bunuh diri.
Otopsi psikologi

 Contoh kasus di Malang ketika seorang ibu yang


membunuh 4 anaknya dan ia bunuh diri.
 Seorang psikolog dapat menyusun otopsi psikologis
berdasarkan sumber bukti tidak langsung yaitu catatan
yang ditinggalkan oleh almarhum, data yang diperoleh dari
teman, keluarga korban atau teman kerja.
 Tujuan otopsi psikologi adalah merekonstruksi keadaan
emosional, kepribadian, pikiran, dan gaya hidup almarhum.
 Otopsi psikologi akan membantu polisi dalam
menyimpulkan kemungkinan korban dibunuh atau bunuh
diri.
Tugas Psikologi Forensik di penyidikan

Mengetahui kondisi psikologis tersangka melalui proses


asesmen mental tersangka
1. mendeteksi ada/tdknya keterbatasan intelektual
terdakwa. psikolog dalam mendeteksi kondisi
intelektualitas pada tersangka tindak pidana dalam
rangka memperlancar proses penyidikan Kepolisian.
2. Melakukan asesmen kondisi berisiko dan berbahaya dari
tersangka. Psikolog agar dapat mendapatkan gambaran
kemungkinan adanya kondisi berisiko dan berbahaya dari
tersangka selama dalam proses penyidikan Kepolisian.
3. Melakukan asesmen kompetensi mental tersangka
(competence/insanity) - tujuannya untuk mendeteksi
apakah tersangka memiliki kompetensi mental atau sakit
jiwa
4. Mendeteksi kondisi sobriety (uji ini untuk mendukung
kecurigaan polisi saat interogasi apakah pelaku
dipengaruhi obat2an atau tidak dan apapun hasilnya,
pemeriksaan tidak dihentikan )
5. Membantu mendapatkan keterangan tentang motif
tersangka yang sebenarnya
6. mendeteksi adanya malingering pada tersangka
Tugas Psikologi Forensik
dalam Melakukan pemeriksaan dan atau dukungan
psikologis pada saksi penyidikan
Pada saksi korban :
1. Melakukan pemeriksaan psikologis/dukungan pada korban
anak-anak
2. Melakukan pemeriksaan psikologis/dukungan pada korban
KDRT perempuan
3. Melakukan pemeriksaan psikologis/terapi pada korban
traumatis
Pada Saksi :
1. Melakukan penggalian kesaksian dengan teknik psikologi
(wawancara kognitif)

2. Melakukan penggalian kesaksian pada saksi anak-anak

3. Melakukan penggalian kesaksian pada saksi yang traumatis


Penerapan psikologi forensik
selain di kepolisian
Peran Psikolog Forensik di Pengadilan

 Saksi ahli : bagi korban (misal kasus KDRT, kasus dengan


korban anak-anak seperti perkosaan,dan penculikan
anak), dan bagi pelaku dengan permasalahan psikologis
(misal Mental retarded, pedophilia, dan psikopat).
 Bekerja pada pengacara : merancang jawaban klien agar
meyakinkan di ruang sidang
Tantangan Praktisi Psikologi
Forensik
1.Tidak sebanding jumlah psikolog dengan jumlah
permasalahan yang ditangani dan
KETIDAKJELASAN tugas sebagai psikolog forensik
yang bekerja di lembaga seperti kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan lembaga
pemasyarakatan
2. Kurangnya kualifikasi psikolog forensik misal
psikolog ahli intervensi narapidana

Anda mungkin juga menyukai