Anda di halaman 1dari 5

PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu instansi / lembaga yang menangi proses
penegakan hukum yang ada di Indonesia penyidikan . Dalam pelaksanaan proses penegakan hukum
tersbut tentunya terkadang mengalami kesulitan / hambatan untuk mengungkap suatu kasus / perkara
yang dihadapi , yang mungkin tidak dapat ataupun belum terpecahkan / terungkap oleh Kepolisian itu
sendirin , hal ini tentunya diperlukan bantuan , referensi ataupun apa namanya yang dapat atau setidak
– tidaknya membantu memberikan masukan dalam kasus / perkara yang dihadapi sehingga jelas
permasalahannya . Salah satau cabang Ilmu pengetahuan yang mungkin dapat Kita ambil untuk dapat
membantu dan berperan dalam Kriminal adalah Psikologi . Apakah sebenarnya Psikologi itu sendiri dan
sejauh mana peran Psokologi itu sendiri dalam bidang Kriminalitas , penulis akan sedikit mencoba sejauh
mana peran yang dimaksud .

Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu psyche = jiwa dan logos = Ilmu , dalam arti bebas
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa / mental . Psikologi tidak mempelajari jiwa /
mental itu secara lanngsun karena sifatnya yang abstrak , tetapi psikologi membatasi pada manifestasi
dan ekspresi dari jiwa / mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya ,
sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan
proses mental manusian . Psikologi memiliki berbagai peran dalam kehidupan manusia . Salah satunya
yakni peran psikologi dalam dunia kriminal . Peran psikologi dalam dunia kriminal dapat dilihat dengan
adanya psikologi dalam bidang hukum dan juga psikologi kriminalitas .

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan , hubungan antara satu ilmu bisa saling berkaitan satu sama
lain . Bahkan setiap hubunganya tidak hanya sebatas sebagai pelengkap tetapi juga bisa menjadi suatu
yang bersifat inheren . Hal ini disebabkan karna perkembangan ilmu pengatahuan , informasi dan
teknologi menimbulkan permasalahan yang begitu kompleks pada kehidupan manusia . Dalam
memahami sesuatu permasalahan , tidak hanya cukup dengan menggunakan satu pendekatan saja ,
melainkan dibutuhkan suatu pendekatan yang bersifat holistik , artinya dalam memahami realitas
khususnya berkaitan dengan perilaku manusia perlu suatu pendekatan interdisipliner ilmu . Pendekatan
ini sangat relevan bila mengkaji suatu masalaah yang begitu kompleks seperti permasalahan hukum .

Menurut Rahardjo ( 2006 ) kompleksnya permasalahan hukum tidak hanya semata permasalahan
hukum itu sendiri saja melainkan masalah perilaku manusia juga . Hukum dibuat manusia untuk
mengatur perilaku manusia agat tertib dan teratur . Namun realitas menunjukkan seringkali hukum
menjadi “ mainan ” manusia untuk mewujudkan kepentingan . Hukum dijadikan alat untuk mecapai
tujuan . Seseorang politikus , akan menggunakan hukum untuk kepentingan politiknya , seorang
pengusaha akan menggunakan hukum untuk kepentingan bisnisnya dan sebagainya . Pemaknaan hukum
berdasarkan tujuan dan kepentingan masing - masing menjadi suatu dilema tersendiri dalam dunia
peradilan . Asas-asas keadilan cenderung diabaikan , digeser oleh asa-asas kepentingan bersifat personal
atau kelompok .

Manusia menjadi aktor utama dalam proses penegakan hukum , Masalahnya sekarang ini banyak
perilaku - perilaku yang cenderung menggunakan “ kelemahan “ hukum untuk mengambil suatu
kesempatan dalam menggapai tujuan . Logikanya hukum menjadi suatu alat untuk memutar balikan
fakta bahkan menjadi suatu alat untuk menyerang orang lain. Fenomena telah banyak kita lihat sekarang
ini. Berkaitan dengan perilaku manusia salah satu ilmu yang relevan dengan tersebut adalah psikologi .
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia . Dalam perjalanannya
psikologi banyak berinteraksi dengan ilmu - ilmu lainnya termasuk hukum.

Interaksi psikologi dan hukum telah lama terjadi , semenjak tahun 1900–an . Perkembangan signifikan
terjadi pada tahun 1920 , psikologi dan hukum berusahan mencari bentuk dan definisi peran yang
dimainkan dalam disiplin ilmu masing - masing . Integrasi psikologi dan hukum berawal dari suatu
keyakinan filosofi yang mengatakan bahwa dalam memandang ilmu tidak seharusnya dilihat sebagai
suatu entitas terpisah dan berbeda , namun lebih dari merupan saling berhubungan satu sama lainya .
Munsterberg ( 1908 ) , mengatakan bahwa psikologi harus berhubungan dengan ilmu - ilmu lainnya .
Psikologi harus berbicara dalam tataran praktis , tidak hanya sekedar konseptual . Oleh karena itu
aplikasi psikologi harus menyentuh aspek dasar manusia dengan menggunakan pendekatan berbeda .
Salah satu bentuk pendekatannya adalah berorentasi pada problem kehidupan manusia ( Pfeifer, 1997 )
. Falsafah tersebut mendorong ilmu psikologi untuk lebih banyak berinteraksi dengan ilmu lain termasuk
ilmu hukum , terutama dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan perilaku manusia .
Kaspardis ( dalam Kohnken , dkk, 2003 ) membagi tiga bentuk pengintegrasian psikologi dalam hukum ,
yaitu :

• psychology in law,

• psychology and law,

• psychology of law.

Pertama Psychology in law adalah aplikasi psikologi yang spesifik dalam bidang hukum , seperti psikologi
polisi , psikologi dalam kesaksian saksi mata ( Blackburn , 1996) .

Kedua Psychology and law lebih cenderung kepada psycholegal research yang berkaiatan dengan pelaku
kriminal , juri ( pengambilan keputusan ) dan hakim .

Ketiga Psychology of law mencakup area penelitian seperti , mengapa orang mematuhi atau tidak
mematuhi hukum , efek hukum atau aplikasi hukum dalam perilaku manusia.

Dalam hal ini secara umum peran Psikologi dibidang Kriminilitas dibagi dua area , yaitu : Pertama
Keilmuwan yaitu piskologi berperan dalam proses pengembangan hukum berdasarkan riset - riset
psikologi dan Kedua Aplikatif yaiyu psikologi berperan dalam intervensi psikologis yang dapat
membantu proses hukum .

Friedman ( dalam Lumbuun, 2008 ) mengatakan bahwa terdapat tiga aspek dalam sistem hukum .
Pertama struktur , yaitu yang berkaitan dengan lembaga yang membuat dan menegakan hukum ,
termasuk DPR , Kepolisian , Kejaksaan , Hakim dan para Advokat . Kedua subtansi , yaitu yang
menyangkut dari materi hukum baik yang tertulis atau yang tidak tertulis , dan Ketiga budaya Hukum ,
yaitu sikap orang terhadap hukum dan sistem hukum yang meliputi kepercayaan , nilai , pikiran dan
harapan.

Beberapa cabang psikologi yang berperan dalam sistem dan proses hukum adalah psikologi kognitif ,
perkembangan , sosial dan klinis . Di Barat peran ilmu psikologi dalam proses hukum telah banyak
diaplikasikan , mulai dari tahap pemeriksaan , persidangan , putusan sampai ke tahap pemenjaraan .
Misalkan dalam tahap pemeriksaan , bagaimana hasil penelitian psikologi mengenai kemampuan
meningkatkan daya ingat diterapkan dalam proses pemeriksaan saksi atau korban . Selain itu , Psikologi
juga banyak digunakan untuk menjelaskan perilaku terdakwa atau korban , yang nantinya berguna
dalam proses persidangan.

Costanzo ( 2006 ) peran psikologi dalam hukum sanga luas , dan Ia memberikan tiga peran . Pertama ,
Psikolog sebagai penasehat yaitu seringnya para psikolog digunakan sebagai penasehat hakim atau
pengacara dalam proses persidangan . Psikolog diminta memberikan masukan / saran apakah seorang
terdakwa atau saksi layak dimintai keterangan dalam proses persidangan . Kedua Psikolog sebagai
evaluator , yaitu sebagai seorang ilmuwan , psikolog dituntut mampu melakukan evaluasi terhadap
suatu program . Apakah program itu sukses atau sesuai dengan tujuan yang ditetapkan ? . Program -
program yang berkaitan internvensi psikologis dalam rangka mengurangi perilaku kriminal /
penyimpangan , misalkan program untuk mencegah remaja untuk menggunakan NAPZA . Apakah
program tersebut mampu mengurangi tingkat penggunaan NAPZA di kalangan remaja ?. Untuk
mengetahui hal tersebut , perlu dilakukan evaluasi program . Ketiga , Psikolog sebagai pembaharu yaitu
Psikolog diharapkan lebih memiliki peran penting dalam sistem hukum . Psikolog diharapkan menjadi
pembaharu atau reformis dalam sistem hukum . Psikolog diharapkan mampu mengaplikasi ilmu
pengetahuannya ke dalam tataran aplikatif , sehingga sistem hukum , mulai dari proses penangkapan ,
persidangan , pembinaan , dan penghukuman berlandaskan kajian - kajian ilmiah ( psikologis ) . Dan
bagaimana peran Psologis dalam penegakan hukum di Indonesia sendiri ................?

Di Indonesia peran Psikologi dalam hukum sudah mulai terlihat semenjak hadirnya Asosiasi Himpunan
Psikologi Forensik pada tahun 2007 . Irmawati ( 2009 ) Peran psikologi forensik dibutuhkan untuk
membantu mengungkapkan kasus - kasus kriminal yang menimpa masyarakat . Psikolog forensik dapat
membantu aparat penegak hukum memberikan gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban .
Menurut Probowati (2010) peran psikologi forensik meliputi tahap penyelidikan , penyidikan ,
persidangan dan pemenjaraan ( lihat tabel ).

Tabel

Peran psikologi forensik dalam proses hukum


Area Peran

Polisi Membantu polisi dalam melakukan penyelidikan pada saksi, korban


dan pelaku.

Kejaksaan Membantu jaksa dalam memahami kondisi psikologis pelaku dan


korban, dan memberikan pelatihan gaya bertanya pada saksi.

Pengadilan Sebagai saksi ahli dalam persidangan.

Lembaga Pemasyarakatan Asesmen dan intervensi psikologis pada narapidana.

Selama ini peran ilmu Psikologi terhadap hukum lebih kepada yang bersifat prosedural terutama pada
penyeleksian para penegak hukum dan menjadi saksi ahli dalam persidangan . Kurangnya peran serta
dari para ilmuwan psikologi dalam aspek hukum disebabkan oleh beberapa faktor , yaitu kurang minat
ilmuwan psikologi untuk terlibat secara langsung dalam hukum . Menurut Rahardjo ( 2006 ) para
ilmuwan psikologi belum mengambil peran utama dalam proses hukum . Selama ini ilmuwan psikologi
banyak digunakan sebagai saksi ahli dan untuk pemekrisaan kondisi kejiwaan tersangka / terdakwa .
Meilela ( 2011 ) . Peran psikologi forensik belum secara masif dan sistematis . Beberapa indikatornya
adalah belum ada jurnal psikologi forensik yang diterbitkan berkala , belum banyak ahli psikologi
forensik , dan belum terlihatnya sumbangsih psikologi forensik dalam penegakan hukum di Indonesia .

Memang harus diakui bahwa pertimbangan untuk menentukan bersalah atau tidak bersalahnya seorang
terdakwa adalah berdasarkan dua ( 2 ) alat bukti yang sah , sesuai dengan KUHP yang berlaku .
Sementara aspek psikologis lebih berperan dalam menentukan berapa lama hukuman yang diterima
terdakwa . Pada kasus khusus , aspek psikologis sangat menentukan , misalkan seorang terdakwa yang
mengalami gangguan jiwa , maka hukuman tidak dapat diberikan , alias bebas . Hasil penelitian
Probowati ( 1996 ) menunjukkan bahwa perilaku terdakwa selama proses persidangan akan memberi
andil lama atau tidaknya seseorang dihukum , artinya semakin baik perilakunya , maka hukumannya
cenderung lebih ringan dibandingkan dengan berperilaku negatif selama persidangan .

Sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia , psikologi memiliki peran
penting dalam penegakan hukum di Indonesia . Peran psikologi terutama pada aparat penegak hukum
( Kepolisian , Kejaksaan , Kehakiman , petugas Lapas ) dan pihak -pihak yang terlibat ( saksi , pelaku dan
korban ). Selain itu , psikologi juga berperan pada sistem hukum dan warga yang terkena cakupan
hukum .

Masalah penegakan hukum merupakan salah satu masalah utama di Indonesia . Penegakan hukum
merupakan tidak hanya kewajiban aparat penegak hukum , melainkan kewajiban seluruh elemen
masyarakat . Setiap warga harus memiliki kontribusi dalam penegakan hukum sehingga tercipta kondisi
adil , tertib dan damai . Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu tentang perilaku manusia berusaha untuk
berkontribusi dalam penegakan hukum dalam bentuk memberikan pengetahuan dan intervensi
psikologis yang berguna dalam proses penegakan hukum . peran psikologi dapat dimulai dari
pencegahan , penanganan , pemindanaan dan pemenjaraan . Indikator penegakan hukum yang baik
dalam perspektif psikologi adalah adanya perubahan perilaku - pelaku pidana ke arah yang lebih baik ,
artinya pelaku pidana tidak melakukan perbuatan melanggar hukum . Apabila pelaku pidana tidak
mengalami perubahan setelah dilakukan proses rehabilitasi di LP, maka penegakan hukum belum
dikatakan optimal . Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan , dan terima kasih semoga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan Kita bersama . Amin......!

PENULIS :

AKP M. NURDA’I

KASAT BINMAS POLRES REJANG LEBONG

Anda mungkin juga menyukai