Anda di halaman 1dari 43

PSIKOLOGI HUKUM

KELAS: M, N, V
Dosen Pengajar

Dr. Ansgarius Airell, S.E., S.H., S.Psi., M.H., M.Psi., CMHA, CHt., Psikolog Klinis
Gialdah Tapiansari Batubara, S.H., M.H.
Kajian psikologi dan hukum

Hal ini kita temukan jika melihat


kembali pengertian hukum secara
Berdasarkan pendapat para ahli
empirik dan memfokuskan diri
tersebut, kita bisa melihat bahwa
pada perilaku manusia yg
kedua ilmu tersebut mengkaji
berusaha menyelesaikan masalah
gejala-gejala social.
serta memperbaiki kondisi
manusia.
Pengertian Psikologi
Hukum

• Soerjono Soekanto dalam bukunya “Beberapa


Catatan Tentang Psikologi Hukum” (1989)
mendefinisikan psikologi hukum sebagai:
• Suatu studi dalam ilmu hukum yang
menyoroti hukum sebagai salah satu
perwujudan daripada perkembangan jiwa
manusia dan juga sikap mempelajari
perilaku atau sikap tindakan hukum
seseorang yang mungkin merupakan
perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan dari
perilaku atau sikap tindakan hukum
tersebut
Pengertian Psikologi Hukum

• Abdul Jamil dalam bukunya “Psikologi Dalam


Hukum” (1984) mendefinisikan psikologi hukum
sebagai:
• Psikologi Hukum adalah hasil dari tuntutan
dan proses pendekatan terhadap hukum
dari ilmu-ilmu pengetahuan sosial (social
sciences) dan ilmu tentang tindak laku
manusia (behavioural sciences)
Pengertian Psikologi Hukum
• Mark Constanzo dalam bukunya “Aplikasi Psikologi Dalam
System Hukum”, (2006) mendefinisikan psikologi hukum
sebagai:
• Psikologi hukum : studi psikologi yang mempelajari
ketidakmampuan individu untuk melakukan penyesuaian
terhadap norma hukum yang berlaku atau tdk berhasilnya
mengatasi tekanan-tekanan yg dideritanya.
Hakikat Psikologi Hukum

• Karena ilmu psikologi dan ilmu hukum sama-


sama membahas tentang perilaku manusia,
maka kedua ilmu ini memiliki keterkaitan dan
hubungan yang intim sehingga ilmu psikologi
hukum lahir dan dibutuhkan sebagai cabang
ilmu penunjang penegakan hukum.
Melakukan analisis yang tajam antara fenomena
Manfaat Psikologi hukum dan hukum itu sendiri

Penegak hukum dapat mengetahui kebohongan


dari tersangka atau saksi Ketika diperiksa dengan
mengetahui keadaan psikologis seseorang.

Penegak hukum dapat melakukan penyelarasan


terhadap faktor-factor psikologis yang
mempengaruhi
Hukum

Menentukan batasan penggunaan ilmu hukum


sebagai saran dalam pemeliharaan dan
menciptakan perdamaian.
Ruang Lingkup Psikologi Hukum
Menurut Soedjono, ruang lingkup
psikologi hukum (1983:40) sebagai berikut:

Segi psikologi tentang terbentuknya norma


atau kaidah hukum.

Kepatuhan atau ketaatan terhadap kaedah


hukum.

Perilaku menyimpang.

Psikologi dalam hukum pidana dan


pengawasan perilaku.
Ruang Lingkup Psikologi Hukum

Demikianpun Soerjono
Dasar-dasar kejiwaan dan
Soekanto (1979: 11)
fungsi pelanggaran
membagi ruang lingkup
terhadap kaidah hukum.
psikologi hukum yaitu:

Dasar-dasar kejiwaan dan


Akibat-akibat dari pola
fungsi pola-pola
penyelesaian sengketa
peyelesaian pelanggaran
tertentu.
kaidah hukum.
• Pada negara yang memiliki sistem hukum
common law seperti Amerika, juga
membagi penerapan psikologi dalam
Ruang Lingkup hukum.
• Kelimpahan penerapan psikologi dalam
Psikologi Hukum hukum (Blackburn 1996, 6; Curt R. Bartol
1983, 20 -21; David S. Clark, 2007;
Stephenson, 2007; ) dibedakan dari sudut
pandang apa yang diistilahkan:
• Psikologi dalam hukum (psychology in law),
mengacu kepenerapan-penerapan spesifik

Ruang Lingkup dari ilmu psikologi di dalam ilmu hukum


seperti tugas psikolog menjadi saksi ahli,
kehandalan kesaksian saksi mata, kondisi
Psikologi Hukum mental terdakwa, dan memberikan
rekomendasi hak penentuan perwalian
anak, dan menentukan realibitas kesaksian
saksi mata.
• Psikologi dan hukum (psychology and law),
kajian ilmu psikologi dalam arti pendekatan
ilmiah dalam ilmu hukum. Ilmu psikologi
disini berperan sebagai ilmu yang

Ruang Lingkup melengkapi kekurangan yang ada dalam ilmu


hukum.

Psikologi Hukum • Hal tersebut meliputi psyco-legal research


yaitu penelitian individu yang terlibat di
dalam hukum. Hal ini termasuk kajian
tingkah laku penjahat, tingkah laku apparat
penegak hukum (polisi, jaksa, hakim,
advokat)
• Psikologi hukum (psychology of law),
mengacu pada riset psikologi untuk melihat
mengapa masyarakat mau untuk mematuhi
atau tidak mematuhi peraturan atau hukum
yang berlaku di suatu daerah.
• Melihat kajian mengenai perkembangan
Ruang Lingkup moral di masyarakat suatu negara terhadap
perubahan peraturan yang dilakukan oleh
pemerintah atau pihak yangberkuasa.
Psikologi Hukum • Melihat bagaimana persepsi dan respon dari
masyarakat terhadap berbagai macam sanksi
yang diberikan oleh pihak berwenang
kepada pelanggar hukum atau aturan.
Bagaimana perkembangan masyarakat
seiring perubahan sanksi-sanksi pidana yang
terjadi.
• Melihat bagaimana reaksi
masyarakat terhadap hukuman
yang sifatnya ekstrem seperti
hukuman mati terhadap kasus-
kasus tertentu. Apakah hukuman
Ruang Lingkup tersebut dapat memberikan efek
jera atau hal lainnya.
Psikologi Hukum • Hal ini penting untuk
mendapatkan informasi yang
valid mengenai cara untuk
menekan atau menurunkan
angka kejahatan atau angka
pelanggaran hukum.
• Psikologi forensik (forensic psychology),
suatu cabang psikologi untuk penyiapan
informasi bagi pengadilan (psikologi di
dalam pengadilan).
• criminal psychology (psikologi hukum
Ruang Lingkup pidana), sumbangan psikologi hukum
yang menggambarkan dinamika
Psikologi Hukum interpersonal dan kelompok dari
pembuatan putusan pada suatu
tahapan kunci di dalam proses
mendakwa seseorang mulai dari waktu
penetapannya sebagai tersangka hingga
pada momen penjatuhan pidana
• Neuroscience and law, suatu kajian baru
tentang keunikan pentingnya pengaruh
otak dan syaraf bagi perilaku manusia,
masyarakat , dan hukum. Kajiannya
Ruang Lingkup meliputi wawasan baru tentang isu-isu
pertanggungjawaban, meningkatkan
Psikologi Hukum kemampuan untuk membaca pikiran,
prediksi yang lebih baik terhadap
perilaku yang akan datang, dan prospek
terhadap peningkatan kemampuan otak
manusia
Constanzo (1994:3) dalam bukunya encyclopedia of psychology & law, volume 1 (2008:
xiii) membagi ruang lingkup psikologi hukum kedalam:

Ruang Psikologi perkembangan, menyusul terjadinya perceraian, pengaturan hak asuh anak
seperti apa yang akan mendukung perkembangan kesehatan anak? dapatkah seorang

Lingkup anak yang melakukan tindakan pembunuhan benar-benar memahami sifat dan kondisi
tindakannya?.

Psikologi Psikologi sosial, bagaimana polisi yang melaksanakan interogasi menggunakan prinsip-
prinsip koersi dan persuasi untuk membuat tersangka mengakui tindak kejahatannya?
Apakah dinamika kelompok di dalam tim juri mempengaruhi keputusan yang mereka
Hukum ambil?

Psikologi klinis, bagaimana cara memutuskan bahwa seseorang yang menderita gangguan
jiwa cukup kompeten untuk menghadapi proses persidangan? Mungkinkah memperediksi
bahwa seseorang yang menderita gangguan jiwa kelak akan menjadi orang yang
berbahaya?

Psikologi kognitif, seberapa akuratkah kesaksian para saksi mata? dalam kondisi seperti
apa saksi mata mampu mengingat kembali apa yang pernah mereka lihat? Apakah para
juri memahami instruksi tim juri dengan cara yang sama seperti yang diinginkan oleh para
pengacara dan hakim
Perilaku hukum yang normal (dalam
Berdasarkan pendapat para ahli
artian manusia bertingkah laku
tersebut, dapat disimpulkan ruang
secara normal dan mematuhi
lingkup psikologi hukum terdiri
hukum atau peraturan yang
atas:
berlaku)

Ruang Lingkup
Psikologi Hukum Berbicara masalah perilaku normal
Perilaku hukum yang tidak normal /
abnormal (dalam artian manusia
dan tidak normal ini menjadi kajian bertingkah laku dengan tidak
utama ilmu psikologi dalam ilmu normal yang menyebabkan
hukum. manusia itu melanggar hukum atau
peraturan yang berlaku)
Ruang
Lingkup
Psikologi
Hukum
Ruang Lingkup Psikologi
Hukum

• Pada titik normal, seseorang mematuhi kaidah hukum


dan dalam keadaan tertentu dapat disimpangi. Psikologi
hukum di satu pihak, yaitu menelaah faktor-faktor
psikologis yang mendorong orang untuk mematuhi kaidah
hukum, dilain pihak juga meneliti faktor-faktor yang
mungkin mendorong orang untuk melanggar kaedah
hukum (Soerjono Soekanto 1989:17-18).
Objek Psikologi Hukum
Hukum itu sendiri

Institusi hukum (penegak hukum)

• Polisi
• Jaksa
• Hakim
• Pengacara

Subjek hukum
Pokok Bahasan Psikologi Hukum

4. Perceraian 5. Pendidikan
1. Kompetensi 2. Pertanggung 6. Memory
3. Pidana mati dan pemeliharaan dan perkembangan
criminal jawaban pidana saksi mata
anak profisional

7. Penilaian
8. Pelanggar 10. Instumen 11. Psikologi
forensic dalam 9. Hukum 12. Psikologi polisi
hukum yang masih penilaian psikologis tentang perilaku
kasus pidana dan kesehatan mental dan investigasi
anak-anak dan forensic criminal
perdata

14. Penilaian
13. Pemidanaan 15. Proses 16. Reaksi korban
forensic tarhadap 17. Penilaian
dan penahanan persidangan terhadap
gejala dan penyakit resiko kekerasan
atau pemenjaraan pengadilan kejahatan
yang relevan
Karakteristik Psikologi Hukum (Bartol,1983)

Karakteristik psikologi hukum yaitu ada pada penegak hukum yang dipengaruhi
oleh perspektif mereka, nilai yang dianut, pengalaman, kemampuan individu.

Penekanan psikologi hukum lebih dititikberatkan pada factor internal


partisipan hukum. Yang artinya pengalaman masing-masing individu terhadap
fakta-fakta yang dialami terkait pengalaman psikologis dan hukum.

Psikologi hukum adalah ilmu yang kajiannya bersifat logis, empiris, dan analitik
dimana pusatnya pada isu yang luas.
Karakteristik Psikologi Hukum (Bartol,1983)
Psikologi hukum merupakan kajian ilmu yang sifatnya deskriptif dan
menjelaskan berbagai macam pengalaman dan perilaku manusia melalui
logika, metode ilmu dan riset.

Psikologi hukum menekankan pentingnya determinasi manusia dari hukum


(peran penting mandiri manusia terhadap peraturan-peraturan yang berlaku).

Psikologi hukum memliki objek yang jelas yaitu manusia dengan segala tingkah
lakunya terkait hubunganya dengan lingkungan terkait perilaku dan fenomena
hukum.
Karakteristik Psikologi Hukum (Bartol,1983)

Psikologi hukum mempelajari hukum sebagai hasil dari


pembentukan jiwa manusia dalam perkembangan. Hal ini dilakukan
berdasarkan putusan pengadilan atau perkembangan perubahan
peraturan yang berlaku.

Psikologi hukum mempelajari factor-factor yang sifatnya pribadi


dalam diri manusia. Dimana factor-factor tersebut mendorong
manusia untuk mau mematuhi atau mau melanggar hukum atau
peraturan yang berlaku.
Pendekatan Teori Psikologis Perilaku Kriminal
• Pendekatan Tipologi Fisik / Kepribadian yang memandang bahwa sifat dan
karakteristik fisik manusia berhubungan dengan perilaku kriminal. Tokoh
yang terkenal dengan konsep ini adalah Kretchmerh dan Sheldon:
Kretchmer dengan constitutional personality, melihat hubungan antara tipe
tubuh dengan kecenderungan perilaku. Menurutnya ada tiga tipe jarigan
embrionik dalam tubuh, yaitu endoderm berupada sistem digestif
(pencernaan), Ectoderm: sistem kulit dan syaraf, dan Mesoderm yang
terdiri dari tulang dan otot. Menurutnya orang yang normal itu memiliki
perkembangan yang seimbang, sehingga kepribadiannya menjadi normal.
Apabila perkembangannya imbalance, maka akan mengalami problem
kepribadian.
Pendekatan Teori Psikologis Perilaku Kriminal
• William Sheldon (1949) , dengan teori Tipologi Somatiknya, ia bentuk tubuh ke dalam tiga tipe:
a) Endomorf: Gemuk (Obese), lembut (soft), and rounded people, menyenangkan dan sociabal.
b) Mesomorf : berotot (muscular), atletis (athletic people), asertif, vigorous, and bold.
c) Ektomorf : tinggi (Tall), kurus (thin), and otk berkembang dengan baik (well developed brain),
Introverted, sensitive, and nervous
Menurut Sheldon, tipe mesomorf merupakan tipe yang paling banyak melakukan tindakan kriminal.
Berdasarkan dari dua kajian di atas, banyak kajian tentang perilaku kriminal saat ini yang didasarkan
pada hubungan antara bentuk fisik dengan tindakan kriminal.
Salah satu simpulannya misalnya, karakteristik fisik pencuri itu memiliki kepala pendek (short
heads), rambut merah (blond hair), dan rahang tidak menonjol keluar (nonprotruding jaws),
sedangkan karakteristik perampok misalnya ia memiliki rambut yang panjang bergelombang, telinga
pendek, dan wajah lebar.
Pendekatan Teori Psikologis Perilaku Kriminal
Apakah pendekatan ini diterima secara ilmiah?
Barangkali metode ini yang paling mudah dilakukan oleh para ahli
kriminologi kala itu, yaitu dengan mengukur ukuran fisik para pelaku
kejahatan yang sudah ditahan/dihukum, orang lalu melakukan
pengukuran dan hasil pengukuran itu disimpulkan.
Pendekatan Teori Psikologis
Perilaku Kriminal
Pendekatan Pensifatan / Trait Teori tentang
kepribadian yang menyatakan bahwa sifat atau
karakteristik kepribadain tertentu berhubungan
dengan kecenderungan seseorang untuk
melakukan tindakan kriminal.
Beberapa ide tentang konsep ini dapat
dicermati dari hasil-hasil pengukuran tes
kepribadian.
Dari beberapa penelitian tentang kepribadian
baik yang melakukan teknik kuesioner ataupun
teknik proyektif dapatlah disimpulkan
kecenderungan kepribadian memiliki hubungan
dengan perilaku kriminal.
Pendekatan Teori Psikologis
Perilaku Kriminal
Dimisalkan orang yang cenderung melakukan
tindakan kriminal adalah rendah kemampuan
kontrol dirinya, orang yang cenerung
pemberani, dominansi sangat kuat, power yang
lebih, ekstravert, cenderung asertif, macho,
dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik
yang sangat tinggi, dan sebagainya.
Sifat-sifat di atas telah diteliti dalam kajian
terhadap para tahanan oleh beragam ahli.
Hanya saja, tampaknya masih perlu kajian yang
lebih komprehensif tidak hanya satu aspek sifat
kepribadian yang diteliti, melainkan seluruh
sifat itu bisa diprofilkan secara bersama-sama.
Pendekatan Psikoanalisis dengan tokoh
sentral Sigmund Freud yang melihat
bahwa perilaku kriminal merupakan
Pendekatan representasi dari “Id” yang tidak
terkendalikan oleh ego dan super ego.
Teori Id ini merupakan impuls yang memiliki
prinsip kenikmatan (Pleasure Principle).
Psikologis Ketika prinsip itu dikembangkannya
Perilaku Super-ego terlalu lemah untuk
mengontrol impuls yang hedonistik ini.
Kriminal Walhasil, perilaku untuk sekehendak hati
asalkan menyenangkan muncul dalam
diri seseorang.
Mengapa super-ego lemah? Hal itu disebabkan
oleh resolusi yang tidak baik dalam menghadapi
konflik Oedipus, artinya anak seharusnya
melakukan belajar dan beridentifikasi dengan
Pendekatan bapaknya, tapi malah dengan ibunya.
Penjelasan lainnya dari pendekatan psikoanalis
Teori yaitu bahwa tindakan kriminal disebabkan
karena rasa cemburu pada bapak yang tidak
Psikologis terselesaikan, sehingga individu senang
melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan
Perilaku hukuman dari bapaknya.
Psikoanalis lain (Bowlby:1953) menyatakan
Kriminal bahwa aktivitas kriminal merupakan pengganti
dari rasa cinta dan afeksi.
Umumnya kriminalitas dilakukan pada saat
hilangnya ikatan cinta ibu-anak
Pendekatan Teori Belajar Sosial yang dimotori oleh Albert
Bandura (1986).
Pendekatan
Teori Psikologis Bandura menyatakan bahwa peran model dalam
Perilaku melakukan penyimpangan yang berada di rumah, media,
dan subcultur tertentu (gang) merupakan contoh baik
Kriminal tuntuk terbentuknya perilaku kriminal orang lain.

Observasi dan kemudian imitasi dan identifikasi


merupakan cara yang biasa dilakukan hingga terbentuknya
perilaku menyimpang tersebut.
Ada dua cara observasi yang dilakukan
terhadap model yaitu
Psikologis Perilaku
Pendekatan Teori

• secara langsung
• secara tidak langsung (melalui vicarious reinforcement)

Tampaknya metode ini yang paling


berbahaya dalam menimbulkan tindak
kriminal.
Kriminal

Sebab sebagian besar perilaku manusia


dipelajari melalui observasi terhadap model
mengenai perilaku tertentu.
Pendekatan Teori Kognitif yang selalu
menuntut kita untuk menanyakan apakah
pelaku kriminal memiliki pikiran yang berbeda
Pendekatan dengan orang “normal”?
Yochelson & Samenow (1976, 1984) telah
Teori mencoba meneliti gaya kognitif (cognitive
Psikologis styles) pelaku kriminal dan mencari pola atau
penyimpangan bagaimana memproses
Perilaku informasi.
Kriminal Para peneliti ini yakin bahwa pola berpikir
lebih penting daripada sekedar faktor biologis
dan lingkungan dalam menentukan seseorang
untuk menjadi kriminal atau bukan.
• Metodologi Introspeksi
• Merupakan metoda penyelidikan dimana si
penyelidik melihat peristiwa-peristiwa
Metode kejiwaan ke dalam dirinya sendiri
Psikologi
Hukum • Sasaran : diri sendiri / subjektif
• Objek : 1 orang
Metodologi Introspeksi Experimental
→Merupakan penggabungan metoda
introspeksi dan experimen

Metode →Sasaran : diri sendiri / subjektif dan


berusaha untuk melakukan experimen
Psikologi dalam memecahkan suatu
permasalahan
Hukum
→Objek : banyak orang (orang yang
diexperimentir)
Metodologi Extrospeksi
→Bermaksud untuk mengatasi
kesukaran-kesukaran atau
kelemahan-kelemahan yang
Metode terdapat dalam metode
Introspeksi
Psikologi
→Sasaran : orang lain / diri sendiri
Hukum →Objek : bisa 1 orang atau
banyak orang
Metodologi Questionnaire
→Sering disebut angket yaitu suatu metoda penyelidikan
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus
dijawab/dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran
Metode penyelidikan
Metode ini terbagi 2 :
Psikologi - Bagian yang mengandung data identifikasi (nama,
tempat/tgl lahir, alamat, dll)
Hukum - Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang
ingin memperoleh jawaban
> pertanyaan tertutup
> pertanyaan terbuka
Metode Psikologi Hukum

metoda penyelidikan dengan


menggunakan pertanyaan-
pertanyaan secara lisan.
Metodologi
Berbeda dengan metode
Interview/Wawancara
questionnaire yang
memberikan pertanyaan secara
tertulis
Metode Psikologi Hukum

metoda penyelidikan
Metodologi Analisa dengan mengadakan
Kerja penganalisaan dari
hasil karya seseorang
Metodologi Klinis
→Awalnya timbul dalam lapangan
klinik untuk mempelajari keadaan
jiwa orang-orang yang menyimpang
(abnormal)
Metode →Dijalankan oleh para ahli psikologi
Psikologi Hukum dalam.
→Objeknya tidak dapat mengadakan
introspeksi (dalam psikologi anak)
→Kelemahan : memberi kesan
objeknya adalah orang-orang yang
jiwanya tidak normal
Ali, Achmad, (2002). Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian
Filosofis dan Sosiologis. Cet. II. Jakarta: Gunung Agung.

Soekanto, Soerjono, (1989). Beberapa Catatan Tentang


Psikologi Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Atkinson. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

REFERENSI Djamil, Abdul. (1984). Psikologi Dalam Hukum. Bandung:


Armico.

Akhdiat, Hendra. (2011). Psikologi Hukum. Bandung: CV


Pustaka Setia

Constanzo, Mark (2006). Aplikasi Psikologi Dalam Sistem


Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai