Anda di halaman 1dari 15

1.

Apa definisi dari bidang ilmu kelompok kalian


(Psikoneuroimunologi/Psikofarmakologi/Psikologi
Kesehatan/Biopsikologi/Psikologi Forensik)?

2. Apa saja yang menjadi bidang kajian ilmu kelompok kalian?

3. Berikan masing-masing 1 (satu) contoh penerapan bidang kajian ilmu


kelompok kalian dalam kehidupan!

4. Menurut kalian, apa pentingnya bidang kajian ilmu kelompok kalian dalam
hidup manusia?

5. Menurut kalian, seberapa jauh peran Psikologi Klinis dalam hidup manusia?

1. Psikologi Forensik

Psikolog forensik biasanya tidak dipanggil untuk mengumpulkan spesimen


DNA dan menganalisis sampel yang tertinggal di tempat perkara secara ilmiah.
Psikolog forensik bukan ahli biologi atau kimia, bukan penelitiTKP atau penegak
hukum. Psikolog forensik hanya mempelajari perilaku manusia dan mencoba
menerapkan prinsip-prinsip tersebut untuk digunakandalam urusan hukum.Secara
garis besar, psikologi forensik mengacu pada penerapanmetode penelitian dan
teori psikologi pada suatu kasus yang ditangani hukum.Lebih spesifiknya,
psikologi forensik berfokus pada penerapan psikologi klinisterhadap sistem
hukum (Huss & Gonsalves, 2009). Praktek klinis ini umumnya berfokus pada
penilaian dan pengobatan individu dalam konteks hukum;melingkupi konsep-
konsep seperti psikopati, kegilaan, penilaian risiko, cedera,dan komitmen sipil
(Huss & Gonsalves, 2009).

Sepanjang perkembangannya, ada banyak ahli yang memberikan definisi


Psikologi Forensik. Secara umum, definisi Psikologi Forensik dapat dibagi
menjadi 2 kelompok: definisi luas dan definisi sempit. Salah satu definisi luas
diberikan oleh Monahan dan Loftus (1982) menjelaskan Psikologi Forensik
sebagai cabang psikologi yang dapat diaplikasikan dalam area hukum dan
peradilan. Sedangkan salah satu definisi sempit dijelaskan oleh Blackburn (1993),
dimana psikologi forensik diartikan sebagai penerapan kajian psikologi di proses
peradilan. Dari perspektif kepolisian, psikologi forensik dilihat sebagai ilmu yang
membantu pengungkapan kejahatan dalam proses hukum; hal ini tergolong
sebagai definisi sempit psikologi forensik. Tabel 1 menjelaskan berbagai definisi
psikologi forensik. Dari definisi sempit, kajian psikologi forensik lebih
menekankan pada aspek terapan psikologi; sedangkan definisi luas biasanya
menjelaskan bahwa kajian psikologi forensik dilakukan baik pada aspek
pengembangan riset dan terapan di proses hukum dan peradilan.

Menurut Para Ahli

 Toch 1961
Ilmu yang mempelajari bagaimana tujuan, motif, pikiran, dan
perasaan orang-orang yang terlibat dalam proses hukum.
 Monahan dan Loftus 1982
Semua ilmu psikologi adalah dasar dari Hukum karena segala
aspek perilaku manusia dapat menjadi subyek regulasi hukum.
 Gudjonsson dan Haward 1998
Bidang psikologi terapan yang fokus pada pengumpulan,
pemeriksaan dan penyajian bukti untuk proses peradilan.
 Bartol dan Bartol 2008
Psikologi Forensik adalah upaya penelitian yang memeriksa aspek
perilaku manusia yang terkait dengan proses hukum dan peradilan (misal:
memori dan kesaksian, pembuatan putusan hakim dan juri, perilaku
krimimal), dan penerapan profesi psikologi dalam dan atau dengan kaitan
dengan sistem hukum, yang mencakup sistem hukum pidana dan perdata,
serta interaksi antara keduanya.
 Wrightsman dan Fulero 2005
Penerapan teori metodologi riset dan praktek psikologi pada suatu
tugas yang terkait/berhadapan dengan sistem hukum dan mencakup
berbagai macam profesi psikolog, adalah suatu profesi dan juga bidang
kajian yang terlibat dalam sistem hukum,memiliki sumber informasi yang
kaya, banyak dan luas.
 Howitt 2006
Psikologi forensik adalah penerapan psikologi pada peradilan.
 Needs 2008
Forensik psikologi adalah aplikasi metode, teori, dan temuan
empiris dari berbagai area ilmu psikologi pada konteks dan kebutuhan
proses hukum pidana dan perdata.

2. Kajian Ilmu Psikologi Forensik

 Kalangan para psikolog forensik (dalam Sunbreg dkk, 2007, h. 359)


mengatakan bahwa yang menjadi eksplorasi psikologi forensik
dikelompokkan menjadi bagian antara lain:

1. Psychology of criminal conduct (psikologi perbuatan kriminal), psychology of


criminal behavior (psikologi perilaku kriminal), criminal psychology (psikologi
kriminal), semua berhubungan dengan psychological study of crime (kajian
psikologis tentang kriminalitas/ kejahatan).

2. Forensic clinical psychology (psikologi klinis forensik),correctional psychology


(psikologi koreksional), assesment dan penanganan atau rehabilitasi perilaku yang
tidak diinginkan secara sosial.

3. Mempelajari tentang metode atau teknik yang digunakan oleh badan kepolisian,
antara lain police psychology (psikologi polisi), behavioral science (ilmu
perilaku), dan investigative psychology (psikologi penyelidikan).

4. Bidang psychology and law (psikologi dan hukum) terutama difokuskan pada
proses persidangan hukum dan sikap serta keyakinan partisipannya.

 Dari definisi, dapat dipahami bahwa psikologi forensik adalah


pengembangan riset dan aplikasi prinsip-prinsip psikologi di bidang
hukum. Maka, untuk melihat ruang lingkupnya, kita perlu mengkaji
hubungan antara psikologi dan hukum.
Psychology in Law adalah hubungan antara psikologi dan hukum yang
menunjukkan bahwa psikologi bisa memberikan kontribusi praktis dengan upaya
penerapan prinsip-prinsip psikologi di konteks hukum. Beberapa contohnya
adalah: ahli psikologi menjadi saksi ahli dalam peradilan, psikolog melakukan
pemeriksaan psikologi dan psikodiagnostika untuk memahami kondisi mental
terdakwa, psikolog melakukan asesmen untuk menyusun rekomendasi hak
perwalian anak, dan ahli psikologi melakukan perancangan dan pengelolaan
rehabilitasi bagi narapidana dengan problem psikologis di lembaga koreksional.
Dalam hubungan ini, hukum dilihat memiliki daya yang lebih kuat dari psikologi;
artinya, hukum yang akan menentukan apakah kontribusi psikologi dibutuhkan
atau tidak. Jika dibutuhkan maka, ahli psikologi akan diberikan jalan untuk
menerapkan prinsip-prinsip psikologi, namun jika tidak maka psikologi tidak bisa
memberikan kontribusi.
Psyhology of Law adalah bentuk hubungan psikologi dan hukum dimana
psikologi memberikan penjelasan mengenai berbagai komponen psikologis dari
proses hukum. Dalam hal ini, psikologi dilihat sebagai komponen yang lebih kuat
dan mampu berikan kontribusi yang kuat pada hukum. Psikologi mengkaji proses
dan produk hukum, yang akan memberikan kontribusi untuk mempengaruhi
bagaimana hukum dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Beberapa masukan
dari proses kajiannya adalah:
1. Kajian mengenai apakah hukuman mati dapat memberikan efek jera dan
berdampak pada penurunan kejahatan?
2. Bagaimana hukum dapat membentuk kepatuhan hukum dalam
masyarakat?
Psychology and Law adalah hubungan dimana riset-riset psikologi dapat
dikembangkan dan hasilnya diterapkan pada bidang hukum. Dalam hal ini,
hubungan antara psikologi dan hukum dianggap setara, sehingga masing-masing
punya kemampuan untuk memberikan dan menerima. Psikologi bisa menawarkan
berbagai riset terkait dengan hukum, untuk memberikan masukan pada bidang
hukum untuk mengoptimalkan prosesnya. Hubungan ini sering dilihat sebagai
riset psiko-legal. Beberapa contoh risetnya adalah:
1. penelitian tentang berbagai orang dan perannya terlibat dalam proses
hukum, seperti: hakim, pengacara, penuntut umum, terdakwa, saksi, dan
korban.
2. karakter dan peran persepsi, atensi dan memori pada kesaksian
3. faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan kesaksian oleh saksi mata
4. cara-cara mengidentifikasi kebohongan
5. koreksi dan rehabilitasi bagi pelaku pedofilia
Perkembangan ilmu psikologi forensik sangat berkaitan erat dengan motor
risetnya. Semakin banyak riset psikologi forensik maka semakin banyak
pemahaman forensik yang dimiliki oleh psikologi forensik, dan pada akhirnya
semakin berkembang pemahaman dan terapan psikologi forensik yang dapat
digunakan di konteks hukum dan peradilan. Semakin kuat riset psikologi forensik
maka semakin kuat posisi psikologi forensik berhadapan dengan hukum.

Ketiga jenis hubungan ini menunjukkan bahwa psikologi dan hukum bisa
bekerjasama memberikan kontribusi dalam bidang forensik. Walaupun ada
berbagai jenis kerjasama, namun ketiga bentuk hubungan tersebut memberikan
masukan berharga dalam harmoni kerja antara psikologi dan hukum.

Contoh Penerapan Bidang Kajian Ilmu Psikologi Forensik Dalam


Kehidupan

Psikologi Forensik Dibutuhkan untuk Kriminalitas

1. Dapat menjadi referensi ilmu yang mempelajari bagaimana tujuan, motif,


pikiran, dan perasaan orang-orang yang terlibat dalam proses kriminalitas.

2. Sebab semua ilmu psikologi forensik adalah dasar dari Kriminalitas karena
segala aspek perilaku manusia dapat menjadi subyek regulasi kriminalitas. Baca
juga mengenai : aplikasi psikologi sosial dalam hukum

3. Menjadi bidang psikologi forensik terapan yang fokus pada pengumpulan,


pemeriksaan dan penyajian bukti untuk proses peradilan.
4. Sebagai upaya penelitian yang memeriksa aspek perilaku manusia yang terkait
dengan proses kriminalitas dan peradilan (misal: memori dan kesaksian,
pembuatan putusan hakim dan juri, perilaku krimimal), dan penerapan profesi
psikologi forensik dalam dan atau dengan kaitan dengan sistem kriminalitas, yang
mencakup sistem kriminalitas pidana dan perdata, serta interaksi antara keduanya.
Baca juga mengenai : aplikasi psikologi dalam hukum

5. Sebab psikologi forensik memberikan penjelasan mengenai berbagai komponen


psikologi forensiks dari proses kriminalitas. Dalam hal ini, psikologi forensik
dilihat sebagai komponen yang lebih kuat dan mampu berikan kontribusi yang
kuat pada kriminalitas. Psikologi forensik mengkaji proses dan produk
kriminalitas, yang akan memberikan kontribusi untuk mempengaruhi bagaimana
kriminalitas dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Baca juga mengenai :
kode etik psikologi

6. Sebab terdapat hubungan dimana riset-riset psikologi forensik dapat


dikembangkan dan hasilnya diterapkan pada bidang kriminalitas. Dalam hal ini,
hubungan antara psikologi forensik dan kriminalitas dianggap setara, sehingga
masing-masing punya kemampuan untuk memberikan dan menerima. Psikologi
forensik bisa menawarkan berbagai riset terkait dengan kriminalitas, untuk
memberikan masukan pada bidang kriminalitas untuk mengoptimalkan prosesnya.

7. Psikolog sangat dibutuhkan di Lapas, contohnya pada kasus percobaan bunuh


diri, yang para narapidananya tidak tertangani secara baik karena tidak setiap
lapas memiliki psikolog. Selain itu, pemahaman petugas lapas kurang baik terkait
dengan rehabilitasi psikologis sehingga mereka sering memberikan hukuman
dengan tujuan mengurangi perilaku negatif narapidana (seperti berkelahi,
berbohongi). Disini psikolog forensik dibutuhkan di dalam rangka melakukan
asesmen dan intervensi psikologis pada narapidana.

Untuk menjalankan peran sebagai psikolog forensik, seorang psikolog harus


menguasai pengetahuan psikolog dan hukum, serta memiliki keterampilan sebagai
psikolog forensik. Psikologi forensik sebenarnya merupakan perpaduan dari
psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi kognitif.

Psikolog forensik memiliki keahlian yang lebih spesifik dibandingkan psikolog


umum. Contohnya di Lapas, dibutuhkan kemampuan terapi (psikologi klinis)
yang khusus permasalahan kriminal, sedangkan di kepolisian dibutuhkan asesmen
yang khusus pada individu pelaku kriminal.

8. Peran psikolog forensik di dalam peradilan pidana di pengadilan yaitu sebagai


saksi ahli bagi korban (contohnya kasus KDRT, kasus dengan korban anak-anak,
seperti perkosaan dan penculikan anak), dan bagi pelaku dengan permasalahan
psikologis (contohnya mental retarded, pedophilia dan psikopat).

Psikolog forensik juga dapat bekerja untuk pengacara di dalam memberikan


masukan terkait dengan jawaban-jawaban yang harus diberikan kliennya agar
tampak meyakinkan. Sebelum persidangan yang sesungguhnya, psikolog
merancang kalimat, ekspresi dan gaya yang akan ditampilkan terdakwa agar ia
tidak mendapat hukum berat.

9. Interogasi dilakukan bertujuan agar pelaku mengakui kesalahannya. Teknik


lama yang digunakan polisi yaitu dengan melakukan kekerasan fisik. Teknik ini
banyak mendapatkan kecaman karena orang yang tidak bersalah dapat mengakui
kesalahan akibat tidak tahan oleh kekerasan fisik yang diterimanya. Teknik
interogasi dengan menggunakan teori psikologi dapat digunakan, contohnya
dengan teknik maksimalisasi dan minimalisasi. Psikolog forensik dapat memberi
pelatihan kepada polisi

10. Beberapa kasus dengan trauma berat menolak untuk menceritakan kejadian
yang dialaminya. Untuk itu, .psikolog forensik dapat membantu polisi di dalam
melakukan penggalian informasi terhadap korban, contohnya pada anak-anak atau
wanita korban kekerasan. Penggalian korban perkosaan pada anak yang masih
sangat belia dapat digunakan alat bantu boneka.

Psikolog forensik dapat melakukan otopsi psikologi. Pada kasus di Malang ketika
seorang ibu membunuh empat anaknya dan ia bunuh diri. Seorang psikolog dapat
menyusun otopsi psikologis berdasarkan sumber bukti tidak langsung, yaitu
catatan yang ditinggalkan oleh almarhum, data yang diperoleh dari teman,
keluarga korban atau teman kerja. Tujuan otopsi psikologi yaitu untuk
merekonstruksi keadaan emosional, kepribadian, pikiran dan gaya hidup
almarhum. Otopsi psikologi akan membantu polisi di dalam menyimpulkan
kemungkinan korban dibunuh atau bunuh diri.

11. Proses peradilan pidana bergantung pada hasil investigasi terhadap saksi,
karena baik polisi, jaksa maupun hakim tidak melihat langsung kejadian perkara.
Penelitian menemukan hakim dan juri di Amerikan menaruh kepercayaan 90%
terhadap pernyataan saksi, padahal banyak penelitian yang membuktikan bahwa
kesaksian yang diberikan saksi banyak yang bias. DIperlukan teknik investigasi
saksi yang tepat, antara lain, teknik hipnosis dan wawancara kognitif.

Teknik hipnosis digunakan jika informasi mengenai suatu kejadian tidak


mengalami kemajuan berarti atau pada saksi atau korban yang emosional (malu,
marah) yang menghilangkan memorinya. Dengan teknik hipnosis, ia merasa bebas
dan dapat memunculkan ingatannya kembali. Adapun wawancara kognitif
merupakan teknik yang diciptakan oleh Ron Fisher dan Edward Geiselman pada
tahun 1992.

Tujuannya yaitu untuk meningkatkan proses retrieval yang akan meningkatkan


kuantitas dan kualitas informasi dengan cara membuat saksi atau korban merasa
relaks dan kooperatif. Geiselman menemukan bahwa teknik wawancara kognitif
menghasilkan 25 sampai 35 persen lebih banyak dan lebih akurat dibandingkan
dengan teknik wawancara standar kepolisian. Psikolog forensik dapat melakukan
pelatihan teknik invenstigasi saksi pada polisi.

Pentingnya Psikologi Forensik Dalam Kehidupan Manusia

Sebelumnya pikologi forensik merupakan sebuah ilmu yang membahas


tentang kriminalitas dimana terdapat seseorang yang melakukan tindakan
kejahatan seperti membunuh, mencuri, memperkosa, dll.
Hal-hal seperti inilah yang membuat para psikolog forensik ikut turun
tangan dalam sebuah kasus kriminal yang terjadi. Karena peran penting para
psikolog forensik dalam sebuah kasus ini adalah menentukan atau mencari tau apa
yang sebenarnya terjadi dalam sebuah kasus tersebut. Dengan cara
menginvestigasi tempat kejadian perkara atau biasa disebut dengan TKP.bukan
hanya menginvestigasi tempat kejadian saja melainkan juga mencari tau siapakah
pelaku kriminal tersebut.

Setelah menemukan para pelaku tindak kriminal para psikolog forensik


kembali menginvestigasi setiap aspek yang terdapat pada diri pelaku seperti
kepribadian pelaku, kognitif, lingkungan, sosial, dsb. Setelah mendapatkan semua
informasi yang diinginkan para psikolog forensik melanjutkan ke tahap peradilan
dimana di tahap ini pelaku kriminal diadili untuk mendapatkan keadilan yang
pantas baginya.

Peranan psikolog forensik dalam peradilan yang pertama adalah dapat


menjadi saksi ahli yang dimaksud dengan saksi ahli disini adalah seorang saksi
yang memberikan pendapat, penilaian, atau kesimpulan mengenai suatu perkara
atau suatu kejadian dari perkara tersebut. Yang kedua adalah para psikolog
forensik juga dapat menjadi penilai dalam kasus-kasus kriminal, peniali disini
yang dimaksud adalah menilai kondisi para pelaku kriminl apakah mereka secara
pribadi siap dan bertanggung jawab pada apa yang telah mereka lakukan. Yang
ketiga adalah para psikolog diharapkan dapat memprediksi bahaya yang mungkin
berkaitan dengan seseorang. Bahaya disini yang dimaksudkan adalah bahaya
kemungkinan terjadinya lagi tindak kriminal yang telah dilakukan oleh pelaku,
psikolog juga harus dapat mengurangi durasi gangguan mental yang dialami
pelaku, setelah timbulnya gangguan tersebut pada satu waktu tertentu dalam
masyarakat agar tidak semakin menyebar luas.

Peran Psikologi Klinis Dalam Hidup Manusia

Seperti kita ketahui psikologi klinis memiliki kaitan erat dengan jiwa
manusia sehingga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam merubah
individu dari yang awalnya terkena gangguaan dalam hal ini masalah gangguan
jiwa pada manusia modern dan kini menjadi sehat kembali kejiwaannya, dari hal
tersebut tentunya dibutuhkan psikolog klinis yang profesional di dalam
bidangnya,

Pada masyarakat sendiri psikologi klinis adalah sebuah terapan dalam


menentukan kapasitas dan juga karakteristik dalam tingkah laku seorang individu
dalam penggunaan metode asesment, analisa , observasi dan juga pengujian fisik
riwayat keberadannya di dalam masyarakat, hal tersebut juga dapat memberikan
contoh agar individu dapat lebih menyesuaikan diri dengan cepat.

Dalam hal ini banyak bidang yang terkait di dalamnya seperti psikologi
konflik dan juga pato psikologi yang memiliki kesulitan contohnya saja sebuah
konflik, ketegangan dan juga hal yang dapat mengganggu keseimbangan di dalam
dirinya.

Misalnya kasus sederhana yang bisa kita temukan di lingkungan kita, ada
seorang mahasiswa yang memiliki beban tanggung jawab dalam menyelesaikan
tugasnya secara berulang-ulang dengan jangka waktu yang sangat panjang, secara
tidak langsung hal tersebut dapat menimbulkan konflik dan kecemasan yang
berlebihan di dalam dirinya, sehingga terjadilah sakit pada jiwanya.

Kasus yang seperti ini sangat sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari,
dimana seorang mahasiswa mendapatkan tekanan psikologis, dan saat itu juga dia
menceritakan hal tersebut kepada kerabatnya dekatnya agar mendapatkan solusi
dan jalan keluar yang baik.

Kasus sederhana diatas sudah bisa disebut pencerminan penerapan


psikologi klinis dalam masyarakat. Sehingga secara garis besar dapat ditarik
kesimpulan bahwa psikologi klinis merupakan proses dalam mempelajari orang-
orang yang memiliki gangguan kejiwaan kemudian kita memberikan solusi
dimana membuat individu tersebut kembali kepada kehidupan normalnya dan
menjauh dari penyakit depresinya. Berikut dapat juga dijelaskan 13 peranan
psikologi klinis dalam masyarakat diantaranya:
 Sebagai bahan penelitian

Hal ini tentunya diperlukan peranan psikolog dalam penegrjannya dari berbagai
macam riset investigasi dalam mengkaji keefktivan dari pendekatan terapi atau
konsultasi, dari penyebab trsebut diakibatkan dari kesalahan fungsi psikologis dan
cara pengerjaan asessmen yang berbeda.

 Konsultasi

Tentunya dalam melakukan konsultasi tidak hanya dapat dilakukan perorangan


saja namun bisa juga dilakukan secara kelompok masyarakat, misalnya saja dalam
suatu lingkungan penduduk akan mengkonsultasikan mengenai kemanan di
lingkungan sekitar.

 Sebagai teknik observasi psikodiagnostik dan evaluasi

Yaitu dengan cara melakukan evaluasi terhadap lingkungan yang ada di sekitar
dan hal ini juga sangat baik dilakukan dalam perkembangan kehidupan
bermasyarakat dimana dapat menjauhkan gangguan kepribadian dalam psikologi
klinis.

 Mengajar

Misalnya di suatu lingkungan terdapat seorang individu yang memiliki ilmu lebih,
tentu dapat membagi ilmu nya tersebut pada lingkungan masyarakat sekitar, agar
terjalin hubungan erat antara satu individu dengan individu lainnya.

 Administrasi

Dalam melakukan administrasi ini dilakukan oleh seorang yang sudah kompeten
di bidangnya contohnya saja seorang psikologis klinis dalam posisi manajerial
sehingga akan menghasikan kinerja yang maksimal.

 Intervensi atau terapi konseling

Istilah yang umum digunakan di masyarakat adalah psikoterapi sehingga akan


mendapatkan gambaran dalam membangun hubungan baik diantara pasien dengan
terapis, cara pertama yang akan membuatnya nyaman untuk menuju cara atau
tahapan selanjutnya, dan sudah dipastikan akan berjalan dengan lancar nantinya,
hal ini juga dapat membantu pasien dalam mengeksplore mengenai dirinya, dari
mulai terapis dan juga pasien melakukan kerja sama dalam pemecahan masalah.

Dimana seorang terapis mmeberikan sebuah stimulus dengan harapan pasien


dapat memecahkan masalahnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain
dan dapat dilakukan secara efektif untuk kedepannya.

 Sebagai sarana berkeluh kesah

Setiap orang pasti memiliki masalahnya masing-masing dan hal tersebut pasti
berbeda antara satu dengan lainnya, tidak jarang seeorang individu membutuhkan
sarana dalam mengeluarkan segala beban yang dirasakannya agar merasa lebih
tenang dalam menjalani kehidupan nantinya, untuk itu peranan psikologi klinis
memang sangat dibutuhkan di masyarakat karena dapat membantu penyelesaian
masalah yang dihadapi oleh seorang individu agar menjadi seorang yang lebih
sabar lagi.

 Pembentukan karakter

Umumnya karakter memang turunan dari orang tua, namun pembentukan karakter
ini dapat berubah dan berkembang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya,
untuk itu seorang individu perlu memiliki lingkungan yang positif agar dapat
membentuk karakter yang postif pula.

 Modifikasi sikap

Yang dimaksud modifikasi sikap disini adalah melakukan perbaikan dan


pembaharuan sikap dalam penggunaan psikologis klinis untuk ke arah yang jauh
lebih baik lagi, atau bagaimana seseorang dapat menempatkan dirinya ke dalam
lingkungan yang sesuai dengan yang di inginkannya.

 Bimbingan
Dalam sebuah kelompok masayarakat pasti membutuhkan seseorang yang dapat
dijadikan panutan agar dapat membimbing anggota nya ke dalam siutuasi yang
lebih baik, dalam psikologis klinis tentu hal ini sangatlah penting, agar tercipta
liungkungan masyarakat yang teratur diubutuhkan bimbingan agar mendapatkan
solusi dalam pemecahan setiap permasalahan yang dihadapinya.

 Coaching

Meski sifatnya hampir sama dengan bimbingan, namun coaching sendiri


umumnya lebih privat diubandingkan dengan bimbingan, pada lingkungan
masyarakat memang dibutuhkan coaching agar dapat membentuk masyarakat
yang lebih baik lagi.

 Modifikasi tingkah laku abnormal

Merupakan sebuah tingkah laku abnormal yang dimana dari semua aspek nya
tidak sesuai dengan kaidah dan norma di dalam psikologi klinis ataupun sebuah
kelompok komunitas dalam memodifikasi tingkah laku yang tadinya abnormal
menjadi normal.

 Untuk melakukan prediksi

Yang dimaksud disini adalah untuk dapat memprediksi dari tingkah laku
seseorang dengan cara klinisi, misalnya saja dalam suatu memilih seorang
karyawan dalam posisi tertentu, dengan cara pengujian yang dilakukan sebagai
dasar melakukan prediksi untuk seleksi.

Dari hal yang sudah dijelaskan diatas tentu kita dapat melihat bahwa psikologi
klinis sangat dibutuhkan dalam lingkungan masyarakat sebagai ilmu dalam
pemahaman mencegah dan juga untuk memulihkan suatu keadaan psikologis pada
ambang normal, untuk ada juga hal yang dibutuhkan dalam psikologi klinis
diantaranya

1. Citra diri
2. Pengalaman
3. Kesiapan belajar
4. Waktu dan arah belajar
5. Adapun fungsi dari dilakukannya teori psikologi klinis diantaranya
6. Dapat menerangkan fungsi tujuan asesment dalam psikologi klinis yang
ditekankan disini adalah dalam mengakses perbedaan antar orang
7. Fungsi intervensi yang merupaan pusat perhatian dalam klasifikasi
psikosis
8. Fungsi riset dalam pengembangan keilmuan dalam bidang psikologis.

Anda mungkin juga menyukai