Orientasi lapangan psikologi tersebut diatas, sebagai ilmu sosial, tentunya akan
melakukan pengujian (hipotesa) dalam lapangan ilmu hukum khususnya dalam penegakan
hukum (law enforcement). Melalui sintesa dari riset psikologi juga akan melahirkan ruang
lingkup psikologi hukum.
Psikologi hukum sebagai cabang ilmu yang baru yang melihat kaitan antara jiwa manusia
disatu pihak dengan hukum di lain pihak terbagi dalam beberapa ruang lingkup antara lain:
Berdasarkan hal tersebut menurut Ishaq (2008:241) dalam psikologi hukum akan
dipelajari sikap tindak/ perikelakuan yang terdiri atas:
1. Sikap tindak perikelakuan hukum yang normal, yang menyebabkan seorang akan
mematuhi hukum.
2. Sikap tindak/perikelakuan yang abnormal, yang menyebabkan seorang
melanggar hukum, meskipun dalam keadaan tertentu dapat dikesampingkan.
Masalah normal dan abnormal merupakan suatu gerak antara dua kutub yang ekstrim. Kedua
kutub yang ekstrim tersebut adalah keadaan normal dan keadaan abnormal. Penyimpangan
terhadap kedaan normal dalam keadaan tertentu masih dapat diterima, tetapi hal itu sudah
menuju pada penyelewengan, maka kecenderungan kaedah abnormalitas semakin kuat,
secara skematis perosesnya adalah sebagai berikut:
Pada titik normal, seseorang mematuhi kaidah hukum dan dalam keadaan tertentu dapat
disimpangi. Psikologi hukum di satu pihak, yaitu menelaah faktor-faktor psikologis yang
mendorong orang untuk mematuhi kaidah hukum, dilain pihak juga meneliti faktor-faktor
yang mungkin mendorong orang untuk melanggar kaedah hukum (Soerjono Soekanto
1989:17-18).