Dosen Pembimbing :
FAKULTAS SYARIAH
2020
Perlu kita ketahui bahwa Hukum itu dikelola dengan sedemikian rupa, bisa dibilang
mulai dari aspek pendekatan sampai penyelesaian membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Hal tersebut biasanya sering terjadi ketika terdakwa atau sang korban yang akan dimintai
keterangan itu mengalami tekanan, sehingga mereka yang berkewajiban untuk menjawab
pertanyaan dari para aparat penegak hukum menjadi kaku atau takut untuk menjelaskan
kronologi perkara.
Dari sinilah upaya atau cara alternatif harus ada. Yaitu suatu cara yang dimana dapat
memahami perasaan serta tingkah laku sang korban ataupun pelaku. Cara ini biasanya sering
disebut dengan Ilmu Psikologi. Dalam ilmu psikologi Hukum yang dikaji itu bukan hanya
seputar pelaku dan sang korban saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan para aparat
penegak hukum yang terlibat juga termasuk di dalamnya. Contoh : Sikap atau perilaku polisi
dalam menjalankan tugasnya untuk mencegah serta mengatasi pelanggaran dan kejahatan,
perilaku jaksa dalam melakukan penyelidikan, penahanan, ataupun penuntutan terhadap sang
pelaku, sikap atau perilaku Hakim dalam memeriksa, mengadili dan menjatuhkan putusan.
Semua itu bisa saja disusupi oleh kesalahan, seperti halnya kondisi psikis Hakim itu juga
akan mempengaruhi hasil putusan terhadap kasus atau perkara tersebut1
Sebenarnya sangat luas sekali apabila melihat ruang lingkup Psikologi dalam bidang
Hukum. seperti yang sudah dijelaskan oleh penulis diatas bahwa Psikologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari perilaku dan proses mental kejiwaan manusia dengan dalih, mulai dari
Korban, pelaku, aparat penegak hukum, sampai kategori saksi. Oleh karena itu sangat
dibutuhkannya Ilmu Psikologi ini dalam praktik penegakan Hukum. Terutama demi
kepentingan pemeriksaan sidang pengadilan, mengungkap serta menjelaskan mengapa
individu atau kelompok bersangkutan berani melanggar hukum, serta berupaya untuk
mengetahui faktor psikis apa yang mendorong mereka untuk melakukan tindak pelanggaran
hukum tersebut. Dan jika terdeteksi adanya gangguan jiwa atau psikis terhadap mereka yang
sedang terlibat dalam proses pengadilan maka dibutuhkannya pemeriksaan kesehatan jiwa
pada yang bersangkutan. Sesuai dengan UU Nomor 18 Tentang Kesehatan Jiwa lebih
tepatnya Pasal 71 Ayat (1).2
1
Abintoro Prakoso, Hukum dan Psikologi Hukum, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2014, hlm. 35
2
Undang-Undang Kesehatan dan Kesehatan Jiwa, Fokusmedia, Bandung, 2014, hlm. 252
PEMBAHASAN
Secara umum kedudukan psikologi dibagi menjadi 2 area dalam ranah hukum, yaitu
keilmuan dan aplikatif.3 Secara keilmuan, psikologi berperan dalam sebuah proses
pengembangan hukum yang berlandaskan riset-riset Psikologi. Jika secara aplikatif, Psikologi
berperan dalam intervensi psikologis yang dapat membantu dalam proses hukum.4 Ada
beberapa peran psikologi dalam penegakan Hukum di Indonesia, yaitu :
Maka dari itu ada beberapa kontribusi ilmu psikologi terhadap proses hukum secara
umum, antara lain :
1. Dalam proses penyidikan, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang tokoh
Psikolog David P. Farrington dan Keith Hawkins menyatakan bahwa Psikologi
membantu proses acara pidana lebih tepatnya pada ranah penyidikan 5. Sehingga
itu akan membantu pihak kepolisian untuk memperoleh informasi dari setiap
mereka yang terlibat (Korban, Saksi, ataupun pelaku).6 Dalam kategori penyidikan
seperti yang tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (Pasal 1
Ayat 2 berbunyi :”Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk
3
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-tori Psikologi Sosial, Rajawali Pers, Jakarta, 1983, hal 5.
4
Soejono Soekanto, Beberapa Catatan tentang Psikologi Hukum, (Bandung: Alumni, 1979), hal. 154
5
Abintoro Prakoso, Hukum dan Psikologi Hukum, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2014, hlm. 145.
6
G.W Bawengan, “Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi”, (PT. Pradnya Paramita : Jakarta), hal
89
mencari serta mengumpulkan bukti, yang dimana dengan bukti tersebut membuat
sebuah conclusion (Kesimpulan atau Terang) mengenai tindak pidana dan untuk
mengidentifikasi tersangka. Seperti yang telah dijelaskan pada pasal 1 ayat 1
tentang arti kata penyidik ialah : “penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh Undang-Undang demi melakukan penyidikan.7
2. Dalam Proses Persidangan, nah dalam hal ini psikologi lebih mengarah kepada
fungsi dalam kehakiman. Sebagai Hakim yang memberikan keputusan, standar
moral serta prinsip moral yang dianut hakim juga dapat mempengaruhi keputusan
serta kebijakan mereka dalam proses persidangan. 8 Karena sebagai seorang
penegak hukum, Hakim diharapkan bertanggung jawab terhadap semua putusan
pengadilan yang telah dijatuhkan, bukan berarti setelah putusan semuanya sudah
selesai. Tetapi hakim juga harus mengetahui apakah putusan yang dijatuhkan
tersebut dilaksanakan dengan baik dengan didasarkan pada asas-asas kemanusiaan
serta peri keadilan, terutama dari para petugas-petugas yang harus melaksanakan
putusan tersebut. Sehingga tercapai lah sasaran atau orientasi nya yakni
mengembalikan terpidana untuk bisa menjadi orang (anggota masyarakat yang
patuh akan hukum).9 maka dari itu psikologi ini sangat berperan untuk mengetahui
setiap putusan hakim yang dimana itu terdapat kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan internal, contoh faktor eksternal : yaitu tekanan dari
pemerintah untuk mewujudkan atau terciptanya kepentingan yang menyangkut
wibawa pemerintah atau kepentingan lainnya. Pemerintah turut ikut campur dalam
kasus-kasus tertentu. Contoh faktor internal : adanya tekanan dalam kepribadian,
semisal dari keluarga, teman, ataupun di ruang lingkup persidangan tersebut. Dan
jika hakim tidak mempunyai pendirian yang teguh maka intervensi dari dalam
ataupun luar dapat mempengaruhi putusan pengadilan.
7
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, hal 179
8
Ibid, 180
9
Rizanizarli, “Teori-teori Pemidanaan dan Perkembangan serta Kanun Jurnal Ilmu Hukum,” (Universitas
Syiah Kuala : Banda Aceh), 2004, hal 177-196.
Jika dilihat dari proses tahapan penegakan hukum, psikologi berperan dalam 3 tahap10 :
Pencegahan (Deterrent)
Pada tahap penanganan, yaitu ketika tindak kriminal telah terjadi, psikologi dapat
membantu polisi dalam mengidentifikasi pelaku dan motif pelaku sehingga polisi dapat
mengungkap pelaku kejahatan. Misalkan dengan teknik Criminal Profiling dan Geographical
Profiling. Criminal Profiling merupakan salah satu cara atau teknik investigasi untuk
menggambarkan profil pelaku kriminal, dari segi demografi (Umur, tinggi, suku), psikologis
(Motif, kepribadian), serta tempat kejadian (Scene). Geographical Profiling merupakan suatu
teknik investigasi yang menekan pengenalan terhadap karakteristik daerah, pola tempat,
setting kejadian kriminal, yang bertujuan untuk memprediksi tempat tindakan kriminal dan
tempat tinggal pelaku kriminal sehingga pelaku mudah ditemukan.12
Pemidanaan
10
Rizanizarli“Teori-teori Pemindanaan dan Perkembangan”, (Kanun) 2008, hal 177- 196
11
Probowati dan Tjipto Susana, “Psikologi dalam bidang Forensik di Indonesia”, (Jakarta : Media Pers) 2010,
hal 374-399.
12
Soejono Soekanto, “Beberapa Catatan tentang Psikologi Hukum”, (Bandung: Alumni,), 1979, hal 18
13
Hartono, “Penyidikan dan Penegakan hukum pidana”, (Sinar Grafika Offset : Jakarta), 2012, hal 129
pelaku tidak dapat berbuat pidana lagi dan Rehabilitation theory, yaitu pemidanaan dilakukan
untuk memudahkan melakukan rehabilitasi.14
Di Indonesia peran Psikologi dalam hukum sudah mulai terlihat semenjak hadirnya
Asosiasi Himpunan Psikologi Forensik pada tahun 2007. Peran psikologi forensik dibutuhkan
untuk membantu mengungkapkan kasus-kasus kriminal yang menimpa masyarakat. Psikolog
forensik dapat membantu aparat penegak hukum memberi gambaran utuh kepribadian si
pelaku dan korban.
14
Rizanizarli“Teori-teori Pemindanaan dan Perkembangan”, (Kanun) 2008, hal 190
15
http://Psikologiforensik.com/2012/06/15/Memori-dan-Kesaksian-Di-Peradilan// (Diakses pada
tanggal 18 September 2020)
Ini tentu saja akan sangat berlaku dan berpengaruh hampir di segala macam
aspek16
16
https://www.alodokter.com/mengetahui-peran-psikolog-terhadap-kesehatan-mental (Diakses pada tanggal
18 September 2020)
17
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/psikolog-berperan-penting-dalam-penegakkan-hukum
(Diakses pada tanggal 18 September 2020)
18
Abintoro Prakoso, Op.Cit., hlm. 74-75.
Psikologi hukum sebagai ilmu yang juga mempelajari tentang perilaku dan proses
mental manusia memiliki peran yang penting dalam fungsinya untuk penegakan hukum
pidana di Indonesia. Terutama aparat penegak hukum seperti Polisi, Jaksa, Hakim, Petugas
Lapas dan pihak-pihak yang terlibat yaitu saksi, pelaku dan korban.
1) Memperkuat alat penegak hukum, misalnya bagaimana peranan intervensi psikologis
dalam meningkatkan kinerja polisi.
2) Menjelaskan kondisi psikis pelaku, korban dan saksi sehingga aparat penegak hukum
dapat mengambil keputusan yang tepat.
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Misalnya
dengan membentuk masyarakat yang taat dan patuh hukum melalui seminar,
pengabdian masyarakat dan aktivitas yang berbasis kemasyarakatan.19
(a) Compliance yaitu jika seoarang taat terhadap suatu aturan hanya karena ia takut
akan sanksi.
(b) Identification yaitu jika seorang taat terhadap suatu aturan hanya karena takut
hubungan baiknya dengan seorang menjadi rusak.
(c) Internalization yaitu jika seorang taat terhadap suatu aturan benar-benar karena ia
merasa aturan itu sudah sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya.
Penyebab orang taat atau tidak taat pada hukum merupkan kajian hukum yang bersifat
empiris, yang mengkaji hukum dalam kenyataan (law in action), yang dapat dikaji melalui
sosiologi hukum, antropologi hukum, dan psikologi hukum. Psikologi hukum yang
melakukan studi terhadap fenomena hukum yang meliputi kenyataan sosial, kultur, perilaku
dan lain-lain adalah kajian hukum yang bersifat deskriptif.
PENUTUP
19
Abintoro Prakoso, Op.cit., hlm. 75.
20
Achmad Ali. 1990. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum (Jakarta:Yarsif Watampone, 1998), hal. 196
A. Kesimpulan
Secara umum kedudukan dari psikologi dibagi menjadi 2 area dalam hukum, yaitu
keilmuan dan aplikatif. Secara keilmuan, konteks psikologi berperan dalam sebuah proses
pengembangan hukum yang berlandaskan riset-riset Psikologi. Jika secara aplikatif, Psikologi
berperan dalam intervensi psikologis yang dapat membantu dalam proses hukum. Ada
beberapa peran psikologi dalam penegakan Hukum di Indonesia. Pertama, Psikologi konteks
Hukum adalah berperan dalam memperkuat aparat penegak hukum dalam menegakkan
hukum. Misalnya bagaimana peranan intervensi psikologis dalam meningkatkan performance
polisi Kedua, Psikologi berperan dalam menjelaskan kondisi psikologis pelaku, korban dan
saksi sehingga aparat penegak hukum dapat mengambil keputusan dengan tepat. Ketiga,
Psikologi berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Contoh, Psikologi dapat membantu polisi dalam membentuk masyarakat sadar dan
taat aturan melalui kegiatan seminar serta aktivitas yang berbasiskan masyarakat.
Dikemukakan oleh Constanzo tentang peran dari psikolog dalam bidang hukum
berikut tiga peranannya adalah :
1. Sebagai penasihat, psikolog sebagai penasihat hakim atau pengacara dalam proses
persidangan. Diminta untuk memberi pendapat dan masukan apakah seorang
terdakwa atau saksi layak dimintai keterangan dalam proses persidangan.
2. Sebagai evaluator, psikolog dituntut untuk mampu melakukan evaluasi terhadap suatu
program, apa program itu sukses atau sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
3. Sebagai pembaharu, psikolog diharapkan lebih memiliki peran penting dalam sistem
hukum. Untuk mampu mengaplikasikan ilmunya ke tataran aplikatif sehingga tahapan
acara pidana mulai dari proses penangkapan, penahanan, persidangan, pembinaan
sampai dengan pemidanaan berlandaskan kajian ilmiah (psikologi)
DAFTAR PUSTAKA
Prakoso, Abintoro. 2014. “Hukum dan Psikologi Hukum”. (Laksbang Grafika : Yogyakarta)
Soekanto, Soejono. 1979. “Beberapa Catatan tentang Psikologi Hukum”. (Bandung: Alumni
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1983. “Teori-tori Psikologi Sosial”. (Rajawali Pers : Jakarta)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP
Undang-Undang Kesehatan dan Kesehatan Jiwa. Fokusmedia, Bandung
Prakoso, A. 2014. “Hukum dan Kesehatan dan Kesehatan Jiwa”. (Laksbang Grafika :
Yogyakarta)
Rizanizarli. 2004. “Teori-teori Pemidanaan dan Perkembangan, Kanun Jurnal Ilmu
Hukum”. (Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh)
Probowati, Y. dan Susana, Tjipto. 2010. “Psikologi dalam bidang Forensik di Indonesia
redefinisi psikologi Indonesia dalam keberagaman”. (Jakarta : Media Pers)
Bawengan, G.W. 2011. “Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi”. (PT. Pradnya
Paramita : Jakarta),
http://Psikologiforensik.com/2012/06/15/Memori-dan-Kesaksian-Di-Peradilan// (Diakses
pada tanggal 18 September 2020)
https://www.alodokter.com/mengetahui-peran-psikolog-terhadap-kesehatan-mental (Diakses
pada tanggal 18 September 2020)
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/psikolog-berperan-penting-dalam-penegakkan-
hukum (Diakses pada tanggal 18 September 2020)