Anda di halaman 1dari 2

Indonesia adalah Negara Hukum, Sudah Berjalan atau hanya Sebagai Slogan

Berbicara mengenai sebuah negara dan juga hukum tidak bisa serta merta dilihat
dengan kasat mata, tetapi membutuhkan aneka pendekatan demi mengetahui makna yang
tersirat dan tersurat didalamnya. Dalam penelitian Hukum kita bisa menggunakan pendekatan
5 rumus andalan mulai dari Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), Pendekatan
Kasus (Case Approach), Pendekatan Historis (Historical Approach), Pendekatan Komparatif
(Comparative Approach), dan yang terakhir adalah Pendekatan Konseptual (Conceptual
Approach). Dari sini kita mengetahui bahwa sejatinya Hukum bukan sesuatu hal yang
menakutkan atau sesuatu yang sulit untuk dipahami. Mengetahui Negara Indonesia adalah
negara yang paling banyak memiliki kekayaan alam dan juga bentuk kebudayaan, membuat
kita lupa bahwa itu semua perlu untuk dijaga. Oleh karena itu Hukum hadir senantiasa bukan
hanya sekedar untuk mampir, tetapi Hukum berbicara mengenai wujud keadilan dan
kesalahan yang harus dipertanggung jawabkan.
Dalam hal ini Negara Indonesia dibungkus rapi oleh sebuah Konstitusi, sebuah
gagasan untuk meninggikan rasa keadilan dan kesejahteraan itu tertulis sederhana dan jelas
dalam sebuah kertas, dengan kalimat “Indonesia Adalah Negara Hukum”. Menunjukkan
bahwa rasa aman, tentram dan sejahtera akan sangat mudah untuk diraih apabila semua
elemen negara tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku. Namun hal itu berbalik 90 derajat
dengan kenyataan yang ada, banyak yang berpikir khususnya orang awam bahkan termasuk
saya. Pernyataan Indonesia adalah Negara Hukum itu hanya berlaku pada orang-orang
kalangan bawah atau minoritas.
Mereka yang harus tunduk dan penguasa menjadi pengecualian. Seolah-olah
implementasi penegakan Hukum tidak sesuai. Ketika pemerintah atau aparat penengak
hukum melakukan sebuah pelanggaran terhadap hukum yang dibuat, hukum menjadi kaku
dan tidak terealisasikan dengan semestinya. Hukum yang ketika diucapkan memiliki aura
layaknya ombak yang menghantam karang dengan keras, seketika bisu bungkam tak berdaya.
Tetapi ketika masyarakat biasa yang tidak memiliki nama dan jabatan melanggar, Hukum
dengan tegas mengadilinya. Mungkin benar jika Pernyataan Negara Hukum itu tidak berlaku
bagi mereka yang begelimang kekuasaan. Dimata masyarakat, Hukum sudah tidak memiliki
ketajaman layaknya Burung Elang yang terbang saat mengintai mangsa di luasnya lautan
biru. Hukum yang hanya bersandar sebagai pajangan, membuat masyarakat mengubur
kepercayaan kepada mereka yang menyandang gelar aparat negara.
Kritik saran serta pujian dari masyarakat bukanlah sekedar mencari sensasi, tetapi itu
menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap negeri. Namun tidak bisa dipungkiri
kenyataannya mereka yang sekarang ini menyuarakan aspirasi dalam bentuk keadilan malah
menjadi sosok tersangka dalam kacaunya negara. Mereka yang meminta keadilan justru
dianggap menyuarakan kebencian dan penghinaan. “Apa yang salah dengan negara ini?”.
Pemerintah membuka lebar telinga demi sebuah pujian, tetapi menutup rapat telinga ketika
kritik yang didengar, bahkan pemerintah tidak akan segan-segan untuk menggunakan
kekuasan untuk menjadikan hukum sebagai pelindung kesalahannya.
Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang Dasar 1945 mencerminkan bahwa Indonesia adalah
negara yang paling taat atas nama Hukum. Apapun yang menjadi permasalahan, hukumlah
yang akan menyelesaikan, mungkin itu harapan dari mereka yang mengharapkan hukum
sebagai wujud keadilan dan kesejahteraan. Bukan malah menjadi tembok untuk mereka
bersembunyi ketika melakukan pelanggaran atau hukum yang bisa dibeli oleh mereka yang
punya kekayaan. Melihat kondisi negara Indonesia yang seperti ini, memperlihatkan bahwa
posisi Indonesia sebagai negara hukum dalam sebuah pengimplementasian demokrasi yang
dimana menjunjung tinggi kedaulatan rakyat menjadi kabur, tidak jelas ataupun tegas
Oleh karena itu demi mencegah Negara Indonesia menjadi negara hukum yang hanya
sebatas utopia belaka. Diharapkannya pemerintah serta aparat penegak hukum dapat menjaga
apa yang Namanya kewibawaan dan kekuatan hukum yakni dengan cara ikut mematuhi
hukum dan menerapkan wujud dari keadilan. Menjalankan asas yang berbunyi : “Equality
Before The Law” (Persamaan Kedudukan di Hadapan Hukum). Menjadikan Hukum sebagai
penuntun serta pondasi demi mengejawantahkan cita-cita negara dan mencoba untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat yang telah hilang. Dan bagi kita semua, perlu di
ingat satu hal “Hukum bukanlah tameng bagi mereka yang telah melakukan kesalahan atau
tidak untuk mereka yang bisa membeli karena punya kekayaan, Tetapi Hukum Hadir bagi
mereka yang mencari keadilan, karena Hukum itu berbicara mengenai wujud kesejahteraan
dan kesalahan yang wajib untuk dipertanggung jawabkan”

Anda mungkin juga menyukai