Dosen Pamong :
FAKULTAS SYARIAH
PERIODE 2022-2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua rahmat, hidayah, dan
inayahnya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita,
sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan Makalah Hukum Pidana
dengan judul “Pembelaan Terpaksa (Noodwere) Dan Mekanisme Pembuktian
Dalam Ketentuan Hukum Pidana”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Hukum Pidana yang disusun oleh kami sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Untuk itu kami selaku penyusun mengucapkan banyak
terima kasih untuk orang-orang yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini secara khusus pada mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL), sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Dengan rendah hati kami mengakui bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami perlukan dalam rangka perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................4
B. Rumusan masalah ..................................................................................4
C. Tujuan pembahasan ...............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN......................................................................................20
Daftar Pustaka................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Noodweer dan Noodweer Exces ?
2. Bagaimana Perbedaan antara Noodweer dan Noodweer Exces?
3. Apa yang menjadi syarat diberlakukannya Noodweer ?
4. Bagaimana Perkenalan Pembuktian dalam Sistem Peradilan ?
5. Apa Saja Jenis-Jenis Pembuktian dalam KUHP ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud Noodweer dan Noodweer Exces
2. Memahami Perbedaan antara Noodweer dan Noodweer Exces
3. Mengetahui Apa yang menjadi Syarat di berlakukannya Noodweer
4. MemahamiBagaimana Perkenalan Pembuktian dalam Sistem Peradilan
?
5. Mengetahui Apa Saja Jenis-Jenis Pembuktian dalam KUHP ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 156.
2
Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 200.
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas - asas Hukum Pidana Di Indonesia , (Bandung: Eresco, 1989), 75
5
Beberapa bentuk pembelaan terpaksa yang terumus dalam pasal 49 ayat
1 adalah sebagai berikut :
4
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 42
5
Ibid, hal 43
6
datang dan mengancam secara tiba-tiba. Sehingga pembelaan terpaksa
bukan hanya bisa dilakukan pada saat serangan sedang berlangsung, akan
tetapi pembelaan terpaksa sudah boleh dilakukan pada saat adanya
ancaman serangan. Artinya serangan itu secara obyektif belum diwujudkan
namun baru adanya ancaman serangan.6
6
Ibid, hal 47.
7
Leden Marpaung, Unsur-unsur pebuatan yang harus dihukum (Delik), (Jakarta : Sinar Grafika,
1991), 73-74.
8
Leden Marpaung, Unsur-unsur pebuatan yang harus dihukum (Delik), (Jakarta : Sinar Grafika,
1991), 75
9
Sudarto, Suatu Dilemma Dalam Pembaharuan Sistim Pidana Indonesia, (Pidato Pengukuhan,
Semarang, 1974), hlm. 34.
7
usaha membela dan mempertahankan kepentingan hukumnya yang
terancam.
c. Harus ada serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum dan
seketika, berarti ada tiga syarat yaitu serangan seketika, ancaman
serangan seketika itu dan bersifat melawan hukum10
Tidak hanya itu berbagai alasan telah diperkuat agar “Noodweer_ dapat
diimplementasikan seperti yang dikatakan oleh J.E.Jonkers menerangkan dalam
buku pedoman Hukum Pidana Hindia Belanda untuk memajukan alasan
perlawanan terpaksa diperlukan tiga keadaan sebagai berikut11 :
3. Harus ada serangan yang melawan hukum yang berlaku sekejap itu
atau yang mengancam dengan seketika. Penyerangan yang dilawan
harus memenuhi tiga syarat: (1) berlaku sekejap itu, (2) dalam susunan
perkataan Belanda tidak ada perkataan “mengancam dengan seketika”.
Perkataan itu ditambahkan untuk Hindia Belanda karena
10
Roeslan Saleh, Kitab Undang - undang Hukum pidana , (Jakarta: aksara Baru, 1987), 76.
11
J.E.Jonkers, dalam Handbook van het Nederlandsch-Indische Strafrecht, Diterjemahkan oleh
Tim Penerjemah Bina Aksara berjudul Buku Pedoman Hukum Pidana Hindia Belanda, Cet. I,
Jakarta: PT Bina Aksara, 1987, hlm. 267-270.
8
dikhawatirkan bahwa apabila tidak begitu, orang yang terancam akan
terlambat dalam menangkis serangan yang direncanakan, terutama
mengingat daerah-daerah yang jarang tersentuh yang dimana suatu
perlengkapan kepolisian kurang memadai.
Menurut Prof. Van Bemmelen “Bahwa Noodweer tidak dapat dilakukan di dalam
2 peristiwa” yaitu:
1) Peristiwa di mana suatu serangan yang bersifat melawan hukum itu baru
akan terjadi di masa yang akan datang
2) Peristiwa di mana suatu serangan yang bersifat melawan hukum itu telah
berakhir.12
12
Roeslan Saleh, Kitab Undang - undang Hukum pidana , (Jakarta: aksara Baru, 1987), 77
13
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 42
14
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5ae67c067d3af/arti-inoodweer-exces-i-dalam-hukum-
pidana (Diakses pada tanggal 30 April 2018, hari senin)
9
Pengertian Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut Prof.
Van Bemmelen (Noodweer Exces) adalah sifat mempertahankan diri yang
tidak tercela dan tidak melawan hukum karena perlawanan tersebut
dilakukan ketika mendapatkan sebuah serangan dari orang lain yang
benar-benar mengguncang jiwa (stress berat), seperti halnya dapat
mengarah kepada kematian (pengilangan nyawa seseorang). Dalam hal ini
bentuk pidana masih ada, akan tetapi unsur pertanggung jawaban pidana
akan terhapus, (bagi yang mendapat serangan).15
15
Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 200.
16
Leden Marpaung, Unsur-unsur pebuatan yang harus dihukum (Delik), (Jakarta : Sinar Grafika,
1991), 82-83
17
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 42
10
Adanya serangan yang melawan hukum, dan yang dibela juga sama antara
lain, tubuh (fisik) kehormatan (kesusilaan) dan juga harta benda (baik diri
sendiri ataupun orang lain).
18
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5ae67c067d3af/arti-inoodweer-exces-i-dalam-hukum-
pidana (Diakses pada tanggal 27 Februari 2022)
19
https://m.hukumonline.com/klinik/artikel-daya-paksa-dan-pembelaan-terpaksa-sebagai-alasan-
penghapus-pidana-dalam-hukum-pidana (Diakses pada tanggal 27 Februari 2022)
11
a. Subekti yang berpandangan bahwa membuktikan adalah upaya untuk
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang
dikemukakan dalam suatu persengketaan20
Dari hal tersebut maka kita dapat mengambil benang merah bahwa,
konteks hukum pembuktian dalam hal ini pembuktian merupakan upaya
hukum yang dilakukan guna memberikan kejelasan berkaitan tentang
kedudukan hukum bagi pihak-pihak dengan dilandasi dengan dalil-dalil
hukum yang di utarakan oleh para pihak, Sehingga dapat memberikan
gambaran jelas pada hakim untuk membuat kesimpulan dan keputusan
tentang kebenaran dan kesalahan para pihak-pihak yang berperkara
tersebut.
12
melakukannya. dan jenis-jenis alat bukti yang sah menurut hukum, yang
tertuang dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu :
a. Keterangan Saksi
b. Keterangan Ahli
c. Surat
13
Dalam bukti surat ini dalam pembuktian nya tentu harus berhubungan
dengan suatu peristiwa, sehingga alat bukti surat ini bisa menjadi
kekuatan dalam pembuktian. Dan yang terpenting dalam pembuktian
alat bukti berupa surat ini tentu harus memiliki keabsahan, dan dalam
konteks kasus pidana misalnya bisa berupa contoh hasil dari otopsi
atau hasil dari keterangan oleh seorang ahli dalam bidang keilmuan
tertentu yang dalam keterangannya disampaikan di luar pengadilan.
Sehingga kemudian jika segala sesuatu tidak ada atau tidak memuat
tanda-tanda bacaan, atau sekalipun memuat tanda bacaan, akan tetapi
tidak mengandung sebuah pemikiran, maka tidaklah termasuk dalam
pengertian alat bukti tertulis atau surat.
d. Petunjuk
14
c. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam
setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi
bijaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya.
e. Keterangan Terdakwa
15
Di dalam KUHP terdapat beberapa sistem pembuktian yang
lumrahnya, sering digunakan dalam system pengadilan, yakni :
24
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, (Ghana Indonesia), Jakarta, 1985,
hlm 241.
16
Undang-Undang tetapi hakim bisa menggunakan alat-alat bukti di
luar ketentuan Undang-Undang. Yang perlu mendapat penjelasan
adalah bahwa keyakinan hakim tersebut harus dapat dijelaskan
dengan alasan yang logis. Keyakinan hakim dalam sistem
pembuktian convition in raisone harus dilandasi oleh "reasoning"
atau alasan-alasan dan alasan itu sendiri harus 'reasonable" yakni
berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal dan nalar,
tidak semata-mata berdasarkan keyakinan yang tanpa batas. Sistem
pembuktian ini sering disebut dengan sistem pembuktian bebas.25
17
kepercayaan kepada ketetapan kesan-kesan perseorangan hakim
yang bertentangan dengan prinsip hukum acara pidana.
Jika dilihat dari konteks Pasal 183 KUHAP, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa KUHAP di Indonesia memiliki sistem
pembuktian yang bersifat negative wettelijk. Hal tersebut dapat
dilihat dari praktik beracara yang lumrah terjadi pada pengadilan
Indonesia yakni upaya pembuktian dari masing-masing pihak
dengan menghadirkan berbagai macam bukti-bukti beserta
keyakinan hakim terhadap suatu kesalahan berdasarkan bukti-bukti
tersebut.
18
Jika dilihat dari konteks Pasal 183 KUHAP, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa KUHAP di Indonesia memiliki sistem
pembuktian yang bersifat negative wettelijk. Hal tersebut dapat
dilihat dari praktik beracara yang lumrah terjadi pada pengadilan
Indonesia yakni upaya pembuktian dari masing-masing pihak
dengan menghadirkan berbagai macam bukti-bukti beserta
keyakinan hakim terhadap suatu kesalahan berdasarkan bukti-bukti
tersebut.26
26
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: Edisi Kedua, (Sinar Grafika), Jakarta,
2006, hlm 319
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
persamaan dari Noodweer dan Noodweer Exces itu terletak pada suatu
perlindungan yang dimana mengisyaratkan : Adanya serangan yang melawan
hukum, dan yang dibela juga sama antara lain, tubuh (fisik) kehormatan
(kesusilaan) dan juga harta benda (baik diri sendiri ataupun orang lain).
20
kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi
kepastian tentang kebenaran peristiwa hokum yang diajukan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
21