Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENULISAN SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

TEMA : Pembelaan Terpaksa ( Noodweer )

JUDUL : Dasar Hukum Pemidanaan Terhadap Kasus Pembunuhan Atas Dasar


Pembelaan Terpaksa

Diajukan oleh :

NAMA : Margaret Mutiara Manurung

NIM : 205200217

Mata Kuliah : Filsafat Hukum ( C )

Dosen : Prof. A. Gani Abdullah, S.H., LL.M.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

A. Latar Belakang…………….…………………………….…………..……………2

B. Permasalahan………………………………………..……………....…………..3

C. Tujuan dan Kegunaan……………………………………..………..…………4

1. Tujuan Penelitian………………………………………..………..……5

2. Kegunaan Penelitian……………………………….……………..……6

D. Kerangka Konseptual dan Teoritis…………………..…...………………..7

1. Kerangka Teoritis…………………………………..…………..……….8

A. Pertahanan Noodweer……………………………………..……..9

B. Pembelaan Noodweer……………………………………..……..10

C. Pernyataan Noodweer………………………….…….……………11

2. Kerangka Teoritis………………………………………….………………12

E. Metode Penelitian……………………………………………….………………….13

1. Jenis Penelitian………………………………………………….…………14
2. Spesifikasi atau Sifat Penelitian………………………………………15

3. Jenis Pengumpulan Data………………..…………….……………….16

4. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………16

5. Pendekatan Penelitian……………………….…………………………17

6. Teknik Analisis Data………………………………………………………17

F. Sistematika Penulisan……………………………………………………………..18

G. Daftar Pustaka……………………………………………………………..………..18

A. Latar Belakang

Semenjak manusia dilahirkan, manusia telah bergaul dengan


manusia lainnya dalam wadah yang dikenal sebagai masyarakat. Dalam
setiap hubungan bermasyarakat, keamanan dan kenyamanan dalam
kehidupan sangatlah penting, sehingga demi terwujudnya keamanan
dilingkungan masyarakat maka dibuatlah sebuah peraturan hukum yang
bersifat mengatur dan memaksa setiap anggota masyarakat agar taat dan
mematuhi hukum. Sanksi yang berupa hukuman (pidana) akan dikenakan
bagi masyarakat yang melanggar peraturan hukum tersebut haruslah sesuai
dengan asas-asas keadilan dalam masyarakat. Pada hakekatnya tindak
pidana adalah perilaku yang pada waktu tertentu dalam konteks suatu
budaya dianggap tidak dapat ditolerir dan harus diperbaiki dengan
mendayagunakan saranasarana yang disediakan oleh hukum pidana. Akan
tetapi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, kemungkinan bahwa
seseorang bisa saja telah memenuhi segala unsur dalam rumusan delik
namun tidak dikenai pidana apapun.

Didalamnya tercakup pengakuan bahwa tindak pidana dapat


dipertanggungjawabkan dalam situasi dan kondisi tertentu sedemikian rupa
sehingga pidana tidak perlu dijatuhkan.

Dasar-dasar yang meniadakan pidana dirumuskan dalam ketentuan:

• Pasal 44 KUHP perihal gangguan psikis;


• Pasal 48 KUHP tentang daya paksa atau overmacht;
• Pasal 49 KUHP perihal pembelaan terpaksa atau noodweer;
• Pasal 50 KUHP tentang kewajiban menjalankan Undang-Undang;
• Pasal 51 KUHP perihal perintah jabatan.

Ada salah satu contoh kasus yang berkaitan dengan noodweer yang pernah
saya baca, kurang lebih intinya seperti ini: Ada seorang hansip yang menegur
sekelompok pemuda yang bermain gitar pada malam hari. Karena
mengganggu kenyamanan orang lain hansip itu menegur. Tetapi teguran itu
malah disambut dengan ancaman. Terjadi pertengkaran yang dilanjutkan
dengan perkelahian. Salah satu pemuda itu melawan dengan menggunakan
benda tajam. Kebetulan hansip itu bisa bela diri dan dalam perkelahian itu si
pemuda tewas dengan senjatanya sendiri. Hansip itu berhasil membalikkan
senjata itu. Menurut hansip itu ia dalam keadaan terpaksa kalau ia tidak
melakukan tindakan itu pasti hansip itu yang akan mati. Hansip itu sementara
ditahan oleh polisi. Pada pokoknya bahwa pada kasus ini putusan Pengadilan
Tinggi dalam melepaskan terdakwa dari semua tuntutan hukum karena
perbuataannya termasuk dalam apa yang diatur pada Pasal 49 ayat 2 KUHP
adalah telah salah dalam penerapan hukumnya.

B. Permasalahan

1. Mengapa hansip itu ditahan hanya karena dia membela diri dalam keadaan
darurat ?

2. Apa dasar hukum aparat penegak hukum menahan dan mengamankan


hansip tersebut ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

1. Bertujuan agar kita mengetahui Alasan Pembenar yang berarti alasan


yang menghapus sifat melawan hukum suatu tindak pidana. Jadi, dalam
alasan pembenar dilihat dari sisi perbuatannya (Objektif). Misalnya, tindakan
'pencabutan nyawa' yang dilakukan eksekutor. ( Pasal 50 KUHP ).

2. Alasan Pemaaf adalah alasan yang menghapus kesalahan dari si pelaku


suatu tindak pidana, sedangkan perbuatannya tetap melawan hukum. Jadi,
dalam alasan pemaaf dilihat dari sisi orang/pelakunya ( Subjektif ).
Misalnya, lantaran pelakunya tak waras atau gila sehingga tak dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya itu ( Pasal 44 KUHP ).

3. Untuk mengetahui, memahami, dan mengkaji penerapan konsep


noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar pembelaan terpaksa.
4. Untuk mengetahui, memahami, dan mengkaji konsep viktimologi
terhadap pelaku yang melakukan tindak pidana penganiayaan sebagai
pembelaan karna terpaksa terhadap kehormatan kesusilaan.

5. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah


terjadinya serangan terhadap kehormatan kesusilaan.

2. Kegunaan Teoritis

1. Jika alasan penghapus pidana ini kemudian terbukti, maka hakim akan
mengeluarkan putusan yang melepaskan terdakwa dari segala tuntutan
hukum ( Ontslag van alle rechtsvervolging ). Bukan putusan bebas alias
( Vrijspraak ).

2. Jadi, hakimlah yang harus menguji dan memutuskan hal ini, sedangkan
polisi hanya mengumpulkan bahan-bahannya untuk diajukan kepada hakim
[ Kitab Undang-Undang Hukum Pidana] (KUHP).

3. Kegunaan Praktis

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam


perkembangan teori ilmu hukum pada umumnya yang berkaitan dengan
penerapan konsep noodweer dalam tindak pidana penganiayaan yang
dilakukan sebagai pembelaan terhadap kehormatan kesusilaan.

2. Penulisan ini diharapkan berguna bagi pengembangan, dan pemahaman


yang lebih mendalam mengenai teori ilmu hukum khususnya mengenai
alasan penghapus pidana.
D. Kerangka Konseptual dan Teoritis

Tentang Pasal 49 ayat (1) KUHP, antara lain


bahwa supaya orang
dapat mengatakan dirinya dalam “
Pembelaaan Darurat ” dan tidak
dapat dihukum harus dipenuhi

1. Perbuatan yang dilakukan itu harus


2. Pembelaan atau pertahanan itu harus
terpaksa dilakukan untuk dilakukan hanya terhadap
mempertahankan (membela).kepentingankepentingan yang disebut
Pertahanan itu harus amat perlu,
dalamboleh
pasal itu yaitu badan, kehormatan
dikatakan tidak ada jalan lain.dan
Di sini
barang diri sendiri atau orang lain.
harus ada keseimbangan yang tertentu
antara pembelaan yang dilakukan
3. Harus ada serangan yang melawan hak
dengan serangannya. Untuk membela
dan mengancam dengan
kepentingan yang tidak berarti misalnya,
sekonyongkonyong atau pada ketika itu
orang tidak boleh membunuh atau
juga.
melukai orang lain.
• Teoritis

Soediman Kartohadiprojo menyatakan negara kesatuan dipandang bentuk


negara yang paling cocok bagi Indonesia sebagaimana dinyatakannya
bahwa:

Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk Negara
Kesatuan karena bentuk Negara Kesatuan itu dipandang paling cocok bagi
bangsa Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk
mewujudkan paham Negara intergralistik (persatuan) yaitu negara hendak
mengatasi segala paham individu atau golongan dan Negara mengutamakan
kepentingan umum atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bhineka Tunggal
Ika.

Negara Indonesia ditetapkan sebagai negara hukum, agar di negara ini


supremasi hukum dapat ditegakan, menurut Yulies Tiena Marsiani :

Supremasi hukum haruslah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,


Indonesia sebagai negara kesatuan yang berdasarkan atas hukum perlu
mempertegas sumber hukum yang bertujuan untuk mewujudkan amanat
Undang-undang Dasar bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum dan
juga untuk menjadi pedoman bagi peraturan perundangundangan Republik
Indonesia.

Sebagai negara hukum, Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk


menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga
negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat
setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia. Hukum bisa
dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan
keteraturan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu hukum bekerja
dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan karena itu pula
hukum berupa norma. Maka dalam menjalankan proses kenegaraan tidak
bisa sebebas-bebasnya, harus ada batasan sehingga semua pihak
mendapatkan dan merasakan adanya keadilan bukan ketidakadilan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

a. Normatif
Penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder belaka.
Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan, yaitu
penelitian terhadap data sekunder.

b. Empiris
Penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data primer atau data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat.

c. Doktrinal
Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif;
Penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar falsafah
(dogma/doktrin) hukum positif; dan
Penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang
layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu.
d. Nondoktrinal
Berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai
proses terjadinya dan proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.
Biasa disebut: Socio legal research.

2. Spesifikasi / Sifat Penelitian

a. Penelitian Eksploratoris ( Menjelajah )


Dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan
diselidiki masih kurang sekali atau bahkan tidak ada.

b. Penelitian Eksplanatoris
Dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup,
maka sebaiknya dilakukan penelitian eksplanatoris yang dimaksudkan
untuk menguji hipotesa-hipotesa tertentu.

c. Penelitian Deskriptif
Dimaksudkan untuk memberikan data yang selektif mungkin tentang
manusia, keadaan /gejala-gejala lainnya, terutama untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu di dalam
memperkuat teori-teori lama/ di dalam kerangka menyusun teori-teori
baru.

d. Penelitian Preskriptif
Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan saran-saran
mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tertentu
e. Penelitian Evaluatif

Adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi suatu


kegiatan/program yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu
kegiatan/program dan menentukan keberhasilan suatu program dan
apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer
Istilah lain data primer (primary data), yaitu data dasar (basic data)
Data yang diperoleh langsung dari masyarakat
Diperoleh langsung dari sumber pertama, perilaku warga masyarakat,
melalui penelitian.

b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari bahan pustaka
Mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang
berwujud lamporan, buku harian, dan seterusnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

• Soerjono Soekanto • Ronny Hanitijo Soemitro


5. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan merupakan cara berpikir yang diadopsi


peneliti tentang bagaimana desain riset dibuat dan bagaimana penelitian
akan dilakukan. Pendekatan di sini dipahami sebagai ”cara pandang” yang
dipakai peneliti dalam melakukan studi, dalam bahasa Inggris
diterjemahkan sebagai ”research approach”.

Teknik Analisis Data

1. Deduktif
Suatu proses penalaran yang berangkat dari suatu kalimat pernyataan
umum untuk tiba pada suatu simpulan ayang akan dapat menjawab
suatu pertanyaan.

a. Premis Mayor
Proposisi yang pertama, Proposisi Umum
Menyatakan statemen umum;
Suatu prinsip/norma umum;
Tempat dimana data/bahan hukum ditempatkan/Tempat meletakan
“dasar hukum”, “hukum positif”
Bersifat self-evident, given; “sumber-sumber formal”.

b. Premis Minor
Proposisi yang kedua, proposisi khusus;
Menyatakan statemen khusus;
Suatu peristiwa/kenyataan khusus;
Tempat meletakan “duduk perkara”.

c. Simpulan
Proposisi yang Ketiga, Simpulan, Konklusi (conclusion), konsekuensi,
atau proposisi definitif;
Statement conclusion;
Tempat meletakan “amar putusan”;
Konsekuensi logis yang timbul dari adanya hubungan antara premis
yang mayor dan minor.

2. Induktif
Suatu silogisme yang berstruktur tiga proposisi, iala dua proposisi
amteseden yang disebut premis dan satu proposisi konsekuen yang
disebut konklusi atau simpulan.

a. Proposisi Anteseden Premis


Memproposisikan terma-terma khusus (yang singular dari dunia
indrawi).
b. Simpulan
Proposisi yang berlaku lebih umum.

F. Sistematika Penelitian

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUN

A. Latar Belakang

B. Permasalahan

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual dan Teoritis

1. ………

2. ………

3. ……… dst………
B. Pertahanan Noodweer

C. Pembelaan Noodweer

D. Pernyataan Noodweer

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Sifat Penelitian

C. Jenis Pengumpulan Data


D. Teknik Pengumpulan Data

E. Pendekatan Penelitian

F. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Awal
Bagian awal proposal menjelaskan pengenalan dan pengesahan
skripsi, terdapat sampul judul tertera logo universitas, judul
skripsi, nama, nomor induk mahasiswa, nama jurusan-fakultas-
universitas dan tahun pembuatan skripsi.juga terdapat daftar isi
dimana halaman ini berisi keterangan nomor halaman dari tiap
bagian skripsi.

2. Bagian Pokok

BAB I Pendahuluan
Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian. latar
belakang berisi tentang ide pokok dan alasan yang
melatarbelakangi masalah yang ditemukan untuk objek skripsi.

BAB II Permasalahan
Permasalahan berisi tentang hal-hal yang menjadi topik
permasalahan yang ingin dianalisis dalam skripsi.
BAB III Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi tentang hasil yang ingin didapatkan dari
rumusan masalah di atas. Manfaat penelitian berisi tentang
manfaat secara teoritis dan praktis dari skripsi.

BAB IV Kerangka Konseptual


Kerangka Konseptual dan Teoretis berisi tentang pendapat para
ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian skripsi.

BAB V Metodologi Penelitian


Berisi tentang penjelasan metodologi yang digunakan dalam
penelitian, jenis penelitian , spesifikasi penelitian, jenis dan
teknik Pengumpulan data, pendekatan penelitian, dan analisis
data.

BAB IV Daftar Pustaka


Daftar pustaka berisi tentang susunan sumber atau rujukan
yang dipakai dalam skripsi.
G. DAFTAR PUSTAKA

Amirudin dan Zinal Asikin, Pengantar Metode Penelitian


Hukum, PT Raja Bachtiar. Metode Penelitian Hukum.
( Tangerang: Unpam Press, 2018 )

Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum.


( Jakarta: Penerbit: PT Raja Grafindo Persada, 2008 )

Bambang Sungguno. Metodologi Penelitian Hukum.


( Jakarta: Penerbit: PT Raja Grafindo Persada, 2011 )

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian.


( Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

Marzuki, Peter M. Penelitian Hukum Edisi Revisi.


( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005 )

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum.


( Jakarta, Kencana, 2006 )

Suteki8. Metodologi Penelitian Hukum.


( Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018 )

Suharsisni Arikunto, Prosedur Penelitian.


( Jakarta: Rineka Cipta, 2002 )

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah.


( Jakarta, Balai Lektur Mahasiswa, 2011 )

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar.


( Jakarta, Rajawali Pers, 1987 )

Wirjojo Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia.


( Jakarta, Ersco, 1996 )

Anda mungkin juga menyukai