Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS YURIDIS PEMBELAAN DIRI DALAM TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN PERAMPOK YANG MENJARAH RUMAH SEBAGAI


UPAYA MELINDUNGI HARTA DAN KELUARGA

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul analisis yuridis pembelaan diri dalam tindak pidana
pembunuhan perampok yang menjarah rumah sebagai upaya melindungi harta dan
keluarga. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian normatif
dengan pendekatan undang-undang. Adapun tujuan dari penelitian yang penulis
lakukan adalah Mengetahui pembunuhan dalam kerangka hukum pidana dan
Mengetahui landasan yuridis Pembelaan Diri Dalam Tindak Pidana Pembunuhan
Perampok Yang Menjarah Rumah Sebagai Upaya Melindungi Harta Dan
Keluarga berdasarkan hukum positif di Indonesia. Kesimpulan yang peniliti
peroleh adalah pada dasarnya pembunuhan adalah tindak pidana karena
melanggar ketentuan dalam KUHPidana tepatnya pada pasal 338 KUHP pidana,
akan tetapi dalam khazanah hukum pidana tidak semua pembunuhan yang
dilakukan oleh seseorang mendapatkan hukuman jerat seperti delik pidana pada
umumnya, karena terdapat alasan penghapus pidana yang terdiri dari alasan
pemaaf dan alasan pembenar yang tercantum dalam di dalam Pasal 49 KUHP
alasan penghapus pidana secara yuridis bisa membebaskan hukuman yang
dilakukan oleh tersangka pembunuhan, akan tetapi pertimbangan yang paling
menentukan adalah pertimbangan yang dilakukan oleh hakim di dalam
persidangan dengan berdasarkan pembuktian dan perenungan objektif oleh hakim

Kata Kunci: Hukum Pidana, Alasan Pemaaf Dan Alasan Pembenar,


Pembunuhan Sebagai Upaya Pembelaan Diri

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum.Sebagai
negara hukum, penyelenggaraan negara harus berlandaskan hukum, sebab
hukum merupakan landasan bagi suatu bangsa untuk memerintah. 1Karena
hukum mencerminkan kedudukan masyarakat, maka hukum tidak dapat
dipisahkan dari karakter suatu negara. Tidak seorang pun boleh bertindak
dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum atau standar masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari..Selain itu, dalam penegakan hukum
diharapkan semua orang menaati aturan dan setiap tindakan yang
dilakukan seseorang melanggar hukum adalah ilegal dan harus dihukum.
Dalam negara hukum kepastian merupakan pilar dalam
menyelenggarakan negara. Di negara Indonesia konsep kepastian
berkaitan dengan hukum pidana semuanya diatur dalam kitab undang-
undang hukum pidana. Di dalam kitab undang-undang hukum pidana tidak
hanya mencantumkan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan melainkan
juga mengatur mengenai perbuatan-perbuatan yang tidak dapat dipidana. 2
Adapun dalam KUHP ini dibagi menjadi 3 buku yaitu buku kesatu
memuat tentang ketentuan umum, buku kedua memuat tentang kejahatan
dan buku ketiga memut tentang pelanggaran. Dalam hal perbuatan-
perbuatan yang tidak dapat dipidana dalam KUHP ini termuat dalam buku
kesatu bab 3 yaitu alasan peniadaan pidana.
Meskipun dalam kehidupan bernegara sudah ada turan yang
mengatur tentang tindak pidana dalam KUHPidana, tidak menutup
kemungkunan individu dalam masyarakat melakukan kejahatan. Kejahatan
yang terjadi dimasyarakat banyak macamnya seperti contoh pembegalan
dan perampokan. Di dunia maya sering bertebaran berita tentang
1
Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945
2
Rendy Marselino, Pembelaan Terpaksa Yang meampaui batas (Noodweer Exces) Pada Pasal 49
ayat (2), Jurnal Hukum, Volume 3, Maret 2020, hal. 633

2
perampokan dan pembegalan, berita semacam direspon dengan berbagai
sudut pandang oleh netizen di Indonesia, akan tetapi yang menjadi pokok
persoalan adalah factor yang mengakibatkan seseorang melakukan
kejahatan semacam itu adalah factor ekonomi. Meskipun dalam pandangan
analisis kebijakan public salah satu factor terjadfinya ketimpangan social
adalah korupsi, kejahatan tetaplah kejahatan, untuk menegakan hukum
haruslah ditindak tegas berkaitan dengan kejahatan tersebut.
Mengingat Indonesia negara yang beranekaragam budaya dan
kebiasaanya, salah satu bentuk dari kebudayaan Indonesia yang tetap
dilestarikan sampai sekarang adalah pencak silat. Timbul pertanyaan di
benak masyarakat mengenai aktualisasi ilmu beladiri yang mereka miliki
ketika membela diri saat terancam nyawanya tatkala terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan seperti pembegalan atau perampokan, bagaimana
kedudukanya dimata hukum ketika dalam proses pembelaan diri itu pelaku
kejahatan sampai meninggal? Dalam penelitian ini penulis ingin
menjabarkan kedudukan berdasarkan teori hukum pidana dan hukum
positif di Indonesia mengenai kejadian semacam itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi dan Pengertian pembunuhan dalam kerangka hukum pidana?
2. Bagaimana Yuridis Pembelaan Diri Dalam Tindak Pidana
Pembunuhan Perampok Yang Menjarah Rumah Sebagai Upaya
Melindungi Harta Dan Keluarga ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian rumusan masalah yang ada diatas penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pembunuhan dalam kerangka hukum pidana.
2. Mengetahui landasan yuridis Pembelaan Diri Dalam Tindak Pidana
Pembunuhan Perampok Yang Menjarah Rumah Sebagai Upaya

3
Melindungi Harta Dan Keluarga berdasarkan hukum positif di
Indonesia.

D. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian normatif. Peter
Mahmud Marzuki mendefinisikan penelitian normatif sebagai praktik
mengidentifikasi prinsip dan standar hukum dengan tujuan menyelesaikan
permasalahan hukum. Penelitian normatif dilakukan untuk menghasilkan
cara pandang, teori, atau konsepsi baru dalam menilai suatu permasalahan
3
hukum. adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan teori hukum pidana dan pendekatan undang-undang.
Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti ini merupakan pendekatan yang
relevan dengan metode penelitian normative.
Selain itu kajian kepustakaan akan digunakan untuk penelitian ini.
Dalam kajian kepustakaan penulis dapat mempelajari pemikiran dan/atau
sudut pandang literatur dari para profesional yang telah melakukan
penelitian atau mempublikasikan di masa lalu tentang pengikatan hukum
perjanjian utang dan piutang secara lisan.Kemudian, dengan menggunakan
buku-buku dan sumber perpustakaan lainnya yang terkait dengan topik
perjanjian utang piutang tidak tertulis dalam hukum perdata, pengumpulan
data dilakukan dengan pendekatan pengumpulan data. Untuk mendapatkan
landasan teoretis terhadap topik-topik yang menjadi pokok penulisan,
seperti peraturan perundang-undangan yang berlaku.4

3
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.141
4
Suratman dan H. Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, hal. 45
yang dikutip dari Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia,
Jakarta, hal 44.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Pengertian Pembunuhan dalam kerangka hukum


pidana

1. Pengertian Pembunuhan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembunuhan berasal dari


kata bunuh, yang pengertianya adalah mematikan dengan kesengajaan.
Pembunuhan sendiri asal katanya adalah bunuh yang arinya
mematikan dan menghilangkan nyawa. Sehingga pengertian
Membunuh yaitu membuat supaya mati seseorang. Sedangkan
Pembunuh yaitu orang atau alat yang membunuh dan pembunuhan
berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Perbuatan
dapat diartikan sebagai pembunuhan yaitu ketika perbuatan oleh siapa
saja yang dengan sengaja merampas nyawa orang lain.5

Pembunuhan merupakan suatu perbuatan/aktifitas yang dilakukan


oleh seseorang dan beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan
beberapa orang meninggal dunia.6 Di dalam kitab Undang-undang
Hukum Pidana hel semacam itu adalah tindak pidana yang termasuk
dalam kategori kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa
(misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap
seseorang sampai menghilangkan nyawa.7 Dalam teori hukum pidana
Bentuk pokok dari kejahatan ini adalah pembunuhan (doodslage),
yaitu menghilangkan jiwa seseorang.

2. Kerangka Hukum Pidana

5
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, ( Bandung: Alumni, 1992 ), hlm. 129
6
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007 ), hlm. 24
7
Adam Chazawi, kejahatan terhadap nyawa, Op.cit, hlm. 55

5
Menurut Anwar dalam bukunya Hukum Pidana Bagian Khusus
(KUHP, Buku II), pembunuhan (doodslage), adalah menghilangkan
jiwa seseorang. Sedangkan menurut pendapat Wojoqwasito , dalam
buku Hukum Pidana Islam, pembunuhan adalah perampasan nyawa
seseorang. Jadi, pembunuhan adalah perampasan atau penghilangan
nyawa seseorang oleh individu lain yang berakibat seluruh anggota
badan tidak berfungsi karena hilangnya roh sebagai unsur pokok dalam
menggerakan tubuh.8
Seperti yang sudah dijelaskan diatas untuk menjamin kepastian
hukum, dalam negara yang berdaulat penting untuk membubuhkan
aturan-aturan yang boleh dan dilarang bagi masyarakat kedalam
undang-undang. Berkenaan dengan hukum pidana dasar aturan
tertulisnya adalah KUHPidana. Didalam KUHPidana pembunuhan
diatur dalam Pasal 338 , yang berbunyi sebagai berikut:
“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama
lima lima belas tahun”.

Dari redaksi di atas kita dapat melihat unsur-unsur pembunuhan,


sebagai berikut:

1. Unsur Subyektif Dengan Sengaja.


Dengan sengaja disini adalah perbuatan itu harus disengaja dan
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja
(opzet/dolus) yang dimaksud dalam Pasal tersebut adalah
perbuatan sengaja yang telah terbentuk tanpa ada perencanaan
terlebih dahulu, sedangkan pengertin sengaja dalam Pasal 340
KUHP yaitu suatu perbuatan yang disengaja untuk menghilangkan
nyawa orang lain yang terjadi dengan perencanaan terlebih dahulu.
Secara umum para sarjana hukum telah menerima pembagian

8
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, ( Bandung: Pustaka Setia, 2010 ), hlm. 113

6
bentuk sengaja menjadi tiga, adapun tiga bentuk sengaja tersebut
adalah sebagai berikut, :9
a. Sengaja sebagai niat.
b. Sengaja insaf sebagai kepastian.
c. Sengja insaf akan kemungkinan.
2. Unsur Obyektif perbuatan menghilangkan nyawa
Unsur pokok pembunuhan yaitu menghilangkan, unsur tersebut
diliputi oleh kesengajaan yang memiliki pengertian pelaku harus
menghendaki dengan sengaja, dilakukannya tindakan
menghilangkan tersebut, dan dia juga harus mengetahui, mengenai
tindakannya tersebut memiliki tujuan untuk menghilangkan nyawa
seseorang . Dalam kaitan perbuatan menghilangkan nyawa orang
lain ini terdapat beberapa syarat , adapun syarat yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Adanya wujud perbuatan,
b. Adanya suatu kematian orang lain,
c. Adanya hubungan sebab akibat (casual verband) antara
perbuatan dan akibat kematian orang lain.10

Melihat dari sudut pandang teori dan praktik hukum pidana di


Indonesia, pembunuhan dibagi menjadi 7 jenis, adapun jenis dri
pembunuhan tersebut adalah sebagi berikut11:

1. Pembunuhan biasa, berkenaan dengan pembunuhan biasa ini ,


aturan bakunya bisa kita lihat dalam pasal 338 KUHPidana.
2. Pembunuhan terkualifikasi, jenis pembunuhan terkualifikasi ini
bisa kita lihat ketentuanya dalam 339 KUHPidana.
3. Pembunuhan yang direncanakan, jenis pembunuhan ini
termaktub dalam pasal 340.

9
Zainal Abidin, Farid ,H.A. l, Hukum Pidana I, Jakarta. Sinar Grafika, 2008. hal.262
10
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta. Raja Gravindo Persada: 2010. hal.57
11
Bassar, M. Sudrajat. Tindak-tindak Pidana Tertentu Dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana. Bandung: PT. Remadja Karya. 2009. hal.19

7
4. Pembunuhan anak, jenis pembunuhan anak ini dalam
KUHPidana bisa ditemukan dalam pasal 341.
5. Pembunuhan atas permintaan si korban,pembunuhan dengan
jenis ini terdapat pada pasal 344
6. Membunuh diri,bunuh diri juga termasuk dalam jenis
pembunuhan yang tercantum dalam pasal 345 KUHPidana
7. Menggugurkan kandungan, pasal 346 KUHPidana.

Di dalam hukum pidana seseorang bisa dikatakan melakukan


kejahatan pembunuhan harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut12:

a. Kelakuan dan akibat (perbuatan)


b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan
c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana
d. Unsur melawan hukum yang objektif
e. Unsur melawan hukum yang subyektif.

Jika seseorang sudah memenuhi unsur-unsur seperti yang


disebutkan diatas seseorang tersebut bisa dikatakan sebagai subjek hukum
yang melakukan kejahatan pidana yang konsekuensinya harus dihukum
menurut aturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan pembunuhan


yang ditujukan terhadap nyawa orang sebagaimana dimaksudkan tersebut,
dapat kita ketahui rumpun legislative sebagai pengampu pembuat undang-
undang membuat pembedaan antara berbagai kejahatan yang dilakukan
orang terhadap nyawa orang dengan memberikan kejahatan tersebut dalam
lima jenis kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang masing-masing
sebagai berikut:13

12
Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001.
hlm. 25-27
13
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika,
2010. hal.11

8
a. Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain dalam
pengertiannya yang umum.
b. Kejahatan berupa kesengajaan menghilangkan nyawa seorang anak
baru dilahirkan oleh ibunya sendiri.
c. Kejahatan berupa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan
yang bersifat tegas dan bersungguh-sungguh dari orang itu sendiri.
d. Kejahatan berupa kesengajaan mendorong orang lain melakukan
bunuh diri atau membantu orang lain melakukan bunuh diri.
e. Kejahatan berupa kesengajaan menggugurkan kandungan seorang
wanita atau menyebabkan anak yang berada dalam kandungan
meninggal dunia

2. Analisis Yuridis Pembelaan Diri Dalam Tindak Pidana


Pembunuhan Perampok Yang Menjarah Rumah Sebagai Upaya
Melindungi Harta Dan Keluarga.

Maraknya kasus perampokan dan pembegalan yang terjadi akhir-


akhir ini seperti contoh kasus perampokan yang dialami oleh Deni
Rono Dharana , seorang guru pencak silat merpti putih. Deni Rono
Dharana sebagai tuan rumah mengalami kasus perampokan di
kediamanya, berbekal ilmu bela diri yang dia kuasai, deni berhasil
menghabisi maling yang menjarah rumahnya sebagai upaya pembelaan
diri dan menjaga harta yang dia miliki. Sebagai seorang yang terkena
musibah karena kasus perampokan kebnyakan individu melihat apa
yang dilakukan oleh Deni adalah langkah yang tepat, akan tetapi
bagaimana pandangan hukum positif mengenai kasus yang dialami oleh
deni tersebut.14

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pengertian dari


Pembunuhan merupakan suatu perbuatan/aktifitas yang dilakukan oleh

14
https://news.republika.co.id/berita/ow62me377/guru-merpati-putih-yang-tewaskan-maling-
dinilai-tak-kena-pidana

9
seseorang dan beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan
beberapa orang meninggal dunia.15 Meskipun dalam praktik setiap
perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang harus mendapatkan
hukuman yang setimpal menurut aturan perundang-undangan yang
berlaku, akan tetapi dalam khazanah hukum pidana terdapat juga istilah
alasan penghapus pidana yang dijadikan oleh seorang hakim sebagai
dasar untuk tidak menjatuhkan hukuman kepada pelaku tindak pidana.

Pada dasarnya, tindak pidana pembunuhan diatur pada Pasal


338 KUHP yang berbunyi barang siapa dengan sengaja merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun. akan tetapi dalam pembahasan dan teori hukum
pidana ada pengecualian mengenai tindak pidana dan hukuman yang
mengikuti di belakangnya. Pengecualian tersebut dalam KUHP dikenal
dengan istilah Perbuatan pembelaan darurat atau pembelaan terpaksa
diatur dalam.

Alasan penghapus pidana merupakan alasan-alasan yang


memungkinkan orang yang sudah memenuhi unsur tindak pidana untuk
tidak dijatuhi pidana dan hal tersebut dapat dilakukan hakim
berdasarkan wewenangnya dalam undang-undang.16 Arti alasan
penghapus pidana adalah ketika seseorang sudh memenuhi unsur-unsur
tindak pidana dan dinyatakan sebagai trdakwa, menurut stursn hukum
da alas an penghapus yang membebaskan orang tersebut dari jerat
pidana karena kejahatan pembunuhan yang dia lakukan. Palasan
penghapus pidana ini hanya bisa dilkukn oleh hakim sebagai wakil
tuhan dibumi untuk mendistribusikan keadilan, yang tentunya juga
didasarkan pada pembuktian objektif didalam persidangan.

Menurut sejarah Mvt (memorie van toelichting) alasan penghapus


pidana adalah alasan-alasan tidak dapat dipidananya seseorang atau
15
ibid
16
M. Hamdan, Alasan Penghapus Pidana Teori dan Studi Kasus, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2014), hlm. 27

10
alasan-alasan yang membuat seseorang tidak dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Alasan penghapus pidana
dibagi menjadi 2 yaitu alasan pemaaf dan alasan pembenar. Alasan
pemaaf yaitu suatu alasan yang menghapuskan kesalahan dari pelaku
dan merupakan unsur subjektif (sikap batin pelaku), adapun macam-
macam dari alasan pemaaf adalah ketidakmampuan bertanggung jawab
(Pasal 44 KUHP), pembelaan terpaksa yang melampaui batas (Pasal 49
ayat (2) KUHP), dan menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang
(Pasal 51 ayat 2 KUHP).

Alasan pembenar adalah alasan dimana perilaku melawan hukum


dan perbuatan pelaku dihapuskan dan merupakan alasan yang berasal
dari luar diri pelaku atau sebagai unsur objektif, dalam KUHP pidana
alasan pembenar terdapat dalam beberapa pasal yaitu: daya paksa (Pasal
48 KUHP), pembelaan terpaksa (Pasal 49 ayat 1 KUHP), menjalankan
perintah undang-undang (Pasal 50 KUHP), menjalankan perintah
jabatan (Pasal 51 ayat 1 KUHP).

Berkaitan dengan pembunuhan yang dilakukan sebagai upaya


pembelaan diri akibat rumah dirampok , peneliti menganalisis
berdasarkan 2 kamar pasal , yaitu pasal 49 ayat (1) KUHP pidana atau
Pasal 34 RKUHP yang mana kejadian pembelaan tersebut masuk dalam
rumpun pembelaan terpaksa (noodweer) yang termasuk alasan
pembenar. Alasan pembenar menghapuskan sifat melawan hukum
perbuatannya, sehingga perbuatan yang dilakukan terdakwa menjadi
patut dan benar. 17

Sedangkan kamar pasal yang kedua adalah Pasal 49 ayat (2)


KUHP dan Pasal 43 RKUHP yang mana kedfua pasal tersebut masuk
rumpun pembelaan yang melampaui batas (noodweer excess) sebagai
alasan pemaaf yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan

17
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hal. 148 dan 149

11
terdakwa tetap bersifat melawan hukum dan tetap menjadi tindak
pidana, namun tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.18

Ada beberapa persyaratan berkaitan dengan pembelaan terpaksa/darurat yaitu:19

Perbuatan yang dilakukan itu harus terpaksa dilakukan untuk


mempertahankan (membela). Pertahanan itu harus amat perlu, boleh
dikatakan tidak ada jalan lain. Di sini harus ada keseimbangan yang
tertentu antara pembelaan yang dilakukan dengan serangannya. Untuk
membela kepentingan yang tidak berarti misalnya, orang tidak boleh
membunuh atau melukai orang lain;

1. Pembelaan atau pertahanan itu harus dilakukan hanya terhadap


kepentingan-kepentingan yang disebut dalam pasal itu yaitu badan,
kehormatan dan barang diri sendiri atau orang lain;
2. Harus ada serangan yang melawan hak dan mengancam dengan
sekonyong-konyong atau pada ketika itu juga.

Sedangkan adapun syarat sesuatu perbuatan itu bisa di maknai sebagai noodweer
excess adalah sebagai berikut

1. Tindakan yang dilakukan itu harus benar-benar terpaksa untuk


mempertahankan (membela) diri. Pertahanan atau pembelaan itu harus
demikian perlu sehingga boleh dikatakan tidak ada jalan lain yang lebih baik;
2. Pembelaan atau pertahanan yang harus dilakukan itu hanya terhadap
kepentingan-kepentingan diri sendiri atau orang lain, peri kesopanan, dan
harta benda kepunyaan sendiri atau kepunyaan orang lain;
3. Harus ada serangan yang melawan hak dan ancaman yang mendadak (pada
saat itu juga). Untuk dapat dikatakan “melawan hak”, penyerang yang
melakukan serangan itu harus melawan hak orang lain atau tidak mempunyai
18
ibid

19
R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1991.hal 64-65

12
hak untuk itu, misalnya seorang pencuri yang akan mengambil barang orang
lain, atau pencuri yang ketahuan ketika mengambil barang orang lain
kemudian menyerang pemilik barang itu dengan senjata tajam. Dalam
keadaan seperti ini, kita boleh melawan untuk mempertahankan diri dan
barang yang dicuri itu sebab si pencuri telah menyerang dengan melawan
hak.

Sehingga melihat dari analisis tersebut pembelaan yang dilakukan oleh


seseorang untuk mempertahankan harta dan nyawa sampai membunuh pihak
yang mengancam nyawanya dan hartanya masuk dalam kategori pembelaan
terpaksa atau (Noodweer), sebagai alasan pembenar. Sehingga berdasarkan
analisis yuridis pembelaan diri mempertahankan diri ketika rumah di rampok
dan malingnya tewas ditangan kita , pelaku pembunuhan itu terbebas dari
jerat hukuman pidana.

Meskipun secara analisis yuridis hal tersebut dibenarkan karena


individunya terbebas dari hukuman atas perbuatan yang dia lakukan.
Pertimnbngan yang paling penting dalam kajian ini adalah untuk menentukan
terdakwa kasus pembunuhan karena membela diri rumahnya dirampok adalah
Hakim. Hakim dalam proses penentuan kasus tersebut adalah noodweer
haruslah didasarkan pada pembuktian objektif didalam persidangan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelitian ini adalah

1. pada dasarnya pembunuhan adalah tindak pidana karena melanggar


ketentuan dalam KUHP pidana tepatnya pada pasal 338 KUHP pidana.
2. dalam khazanah hukum pidana tidak semua pembunuhan yang dilakukan
oleh seseorang mendapatkan hukuman jerat seperti delik pidana pada
umumnya, karena terdapat alasan penghapus pidana yang terdiri dari

13
alasan pemaaf dan alasan pembenar yang tercantum dalam di dalam Pasal
49 KUHP
3. alasan penghapus pidana secara yuridis bisa membebaskan hukuman yang
dilakukan oleh tersangka pembunuhan, akan tetapi pertimbngan yang
paling menentukan adalah pertimbangan yang dilakukan oleh hakim di
dalam persidangan dengan berdaarkan pembuktian dan perenungan objktif
oleh hakim
B. SARAN
Saran yang bisa penulis berikan berkaitan dengan penelitian ini adalah,
pembelaan diri jika kejadian luar biasa menimpa kita terjadi tidak masalah
secara hukum Indonesia, akan tetapi alangkah lebik baiknya kita
menghindari hal-hal yang mungkin merugikan kita sekarang maupun
dimasa yang akan dating. Mengingat kata Mutiara yaitu lebih baik
mencegah daripada mengobati.

C. DAFTAR PUSTAKA
Ali,Zainudin, Hukum Pidana Islam.2007. Sinar Grafika. Jakarta
Chazawi, Adam, kejahatan terhadap nyawa, 2007.Alumni.Bandung
Chazawi,Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I.2010. Raja
Gravindo persada.Jakarta.
Hadikusuma,Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, 1992. Alumni.Bandung.
Hakim,Rahmat, Hukum Pidana Islam,2010. Pustaka Setia.
Bandung.2010.
Hamdan,M., Alasan Penghapus Pidana Teori dan Studi Kasus, 2014.PT.
Refika Aditama.Bandung.
Hamzah,Andi. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana.
2001.Ghalia Indonesia.Jakarta.
https://news.republika.co.id/berita/ow62me377/guru-merpati-putih-yang-
tewaskan-maling-dinilai-tak-kena-pidana

14
Marselino,Rendy, Pembelaan Terpaksa Yang meampaui batas
(Noodweer Exces) Pada Pasal 49 ayat (2), Jurnal Hukum, Volume
3, Maret 2020.
Marzuki,Peter Mahmud, Penelitian Hukum, 2011.Kencana.Jakarta.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana.2009.Rineka Cipta, Jakarta
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia.
2010. Sinar Grafika .Jakarta.
R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal.
1991.Politea.Bogor.
Sudrajat,Bassar, M.. Tindak-tindak Pidana Tertentu Dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana. 2009. PT. Remadja
Karya.Bandung.
Suratman dan H. Philips Dillah,Metode Penelitian Hukum.
2013.Alfabeta, Bandung.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945
Zaina Abidin, Farid ,H.A. l, Hukum Pidana I, 2008. Sinar
Grafika,. .Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai