Dibuat oleh :
Bryan Agung Raharjo (3016210069)
UNIVERSTAS PANCASILA
FAKULTAS HUKUM
S1 HUKUM
FEBRUARI 2022
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah mengenai ini Analisis
Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Secara Bersama-sama (Studi Kasus Putusan
Nomor 08/Pid.B/2013/PN.GG) tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dr.Kunthi Tridewiyanti, S.H., M.A. pada mata kuliah Antropologi. Selain itu
makalah ini juga berjutuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis
juga diharapkan mampu memahami materi ini.
Makalah ini telah disusun dengan baik. hal tersebut tidak lepas dari kerja sama
berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Kunthi Tridewiyanti,
S.H., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Antropologi yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah wawasan baru. Serta kami juga berterima
kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
baik dari susunan kalimat, atau ketidaksesuaian materi, kami mohon maaf. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi tercapainya makalah berikutnya yang lebih baik.
PENDAHULUAN
pemerintah. Regulasi hidup dan tercipta di arena publik karena regulasi telah menjadi
bagian dari masyarakat yang tidak dapat dibedakan. Oleh karena itu, muncullah
peribahasa ubi societas ibi ius, yang diartikan tanpa pamrih yang artinya, di mana ada
masyarakat di situ ada peraturan. Bahwa keberadaan regulasi dibutuhkan oleh daerah,
Peraturan pidana adalah salah satu bagian dari peraturan umum yang berlaku
di mata umum atau di suatu negara yang menjabarkan esensi dan aturan untuk
mengetahui kegiatan mana yang dihalangi disertai dengan bahaya penderitaan atau
derita bagi setiap orang yang menyalahgunakan larangan tersebut. Pedoman ini
dan kesalahan ini disertai dengan bahaya disiplin atau mendekam pada individu yang
Kejahatan yang tercipta di arena publik terdiri dari berbagai struktur dan jenis.
Di Indonesia, perbuatan zalim sebagian besar diarahkan dalam kitab kedua Kitab
pedomannya diatur secara tegas dalam Bab XIX KUHP yang terdiri dari 13 pasal,
tepatnya Pasal 338 sampai dengan 350. Selain itu, perbuatan sewenang-wenang
terhadap nyawa dalam KUHP dicirikan menjadi dua pertemuan, pokok dalam
melawan hukum yang diatur dalam Pasal 340 KUHP. Tindak pidana pembunuhan
berencana merupakan tindak pidana yang sifatnya tetap sama dengan tindak pidana
pembunuhan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP. Perincian yang
pembunuhan dalam Pasal 338 KUHP, kemudian pada saat itu ditambahkan
komponen lain, khususnya “dengan pengaturan sebelumnya”. Hal ini tidak sama
dengan pembunuhan dengan muatan sebagaimana diatur dalam Pasal 339 KUHP
subjek hukum “perseorangan”, misalnya subjek delik dalam Pasal 340 KUHP,
khususnya “siapapun”. Jelas yang dimaksud dengan “siapapun” adalah individu dan
individu ini hanya satu. Sebagai aturan umum, pelanggaran tidak hanya dilakukan
oleh satu individu. Di sana-sini, suatu kesalahan juga dilakukan oleh setidaknya dua
orang untuk menentukan suatu pelanggaran. Dalam pelajaran hukum pidana dimana
suatu tindak pidana dilakukan oleh sekurang-kurangnya satu orang, setiap orang
melakukan jenis kegiatan tertentu, dan dari praktek-praktek tersebut lahirlah suatu
deelneming.
yang melakukan, individu yang meminta untuk melakukan, individu yang mengambil
pengajaran pertimbangan memiliki perbedaan satu sama lain, namun jelas dalam
pengajaran bahwa suatu kesalahan dilakukan oleh lebih dari satu individu, baik yang
terlibat secara nyata maupun secara mental. terlibat baik secara nyata maupun mental,
diselesaikan secara bersama-sama dalam sebuah karya logis sebagai proposisi dengan
judul Analisis Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Bersama (Putusan Studi Kasus
Nomor 08/Pid.B/2013/PN.GG)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
BAB II
STUDI KASUS
bernama Yusman Telaumbanua dengan nama pena moniker Ucok nama palsu Jonius
Halawa berusia 19 tahun, dibawa ke dunia pada tahun 1993 , Hilono Zega, etnis
Indonesia, tinggal di Desa Hiliono Zega, Kec. Idanogawo Kab. Nias atau bisa
dibilang PT. wilayah Toranda. Tembusai Timur Kab. Rokan Hulu Prov. Riau,
Torganda. Dimulai pada bulan April 2012 dimana tiga korban pembunuhan yaitu
Kolimarinus Zega, Jimmi Trio Girsang dan Rugun Br. Hai perlu membeli tokek
dengan nilai tinggi. Bahwa pada saat itu saksi Sada'arih mendapatkan data tentang
tokek yang ada di Nias saat responden bekerja di rumah korban Kolimarinus Zega
tinggal.
Saat itu pihak tergugat Yusman mengatakan bahwa termohon tidak tahu apa-
apa, dan pihak tergugat akan berusaha menanyakan saudaranya melalui saksi nikah
Rusula Hia-. Bahwa kemudian setelah bertanya kepada saksi mata Rusula Hia,
ternyata tokek tersebut ada di sana. Responden kemudian, saat itu, memberi tahu
saksi mata Sada'arih bahwa tokek tersebut berada di Nias. Saksi Rusula akhir-akhir
ini mengirimkan berbagai foto tokek melalui wireless Yusman untuk menunjukkan
kepada yang bersangkutan. Bahwa ketiga korban tertarik untuk membeli tokek, dan
mereka membuat jaminan. Akhirnya ketiga korban itu mundur dari Karo ke Nias.
Bahwa beberapa hari sebelumnya Yusman yang ada di kejaksaan itu memaafkan
dirinya untuk kembali ke Nias karena telah melihat para pihak yang berperkara yang
dimusnahkan. Sesampai di Nias, para korban kemudian, pada saat itu, sekitar saat itu,
tiba di penonton Rusula Hia untuk mengatakan bahwa mereka telah muncul di
terminal udara Binaka Nias. Termohon Yusman kemudian, saat itu, sekitar waktu itu,
melihat tiga korban jiwa di Bandara Binaka Nias setelah dipanggil oleh saudara
kandung pihak tergugat secara nikah, saksi Rusula Hia. Kemudian, saat itu, sekitar
saat itu, Termohon Yusman yang ditahan di kesatuan Bandara Binaka Nias bertemu
dengan para korban yang telah menyewa kendaraan, kemudian, pada saat itu, sekitar
saat itu, pihak yang tersinggung dan ketiga korban unik itu pergi. langsung ke
didorong oleh saksi Oka Iskandar Dinata Lase. Hingga pemberitahuan lebih lanjut,
saksi Rusula mendatangi Amosi Hia, Ama Pasti Hia dan Jeni untuk melacak jaksa
dan tiga korban unik. Singkat cerita, Termohon dan ketiga korban unik tersebut akan
dibawa ke rumah Rusula seperti yang ditunjukkan dalam perjanjian, namun jelas
mereka tidak dihentikan di tempat saksi Rusula tetapi dibawa ke hutan oleh pelaku
Jeni, yang dikenal menjadi pembibitan Ama Yarni Hia. Bahwa di tempat itu ketiga
korban dibunuh oleh saksi Rusula Hia, pelaku Jeni, pelaku Amosi Hia, pelaku Ama
Pasti Hia, dan pelaku Ama Fandi dengan cara ditebas dan dilukai dengan senjata
tajam. Bahwa setelah korban berjatuhan, maka pada saat itu barisan ketiga korban
tersebut dilempar ke jurang oleh responden dengan Amosi Hia, Ama Pasti Hia dan
Ama Fandi Hia melemparkan berbagai macam korban ke dalam kegelapan yang
pekat, dan setelah itu saksi Rusula dan pelaku lainnya mengambil bungkusan plastik
dari dalam bungkusan pakaian korban Rugun Br. Haloho yang tergeletak di tanah dan
setelah dibuka ternyata menjadi Rp. 7.000.000 (7.000.000 rupiah, dst dengan
yang bersengketa terbukti secara sah dan meyakinkan telah mengajukan perbuatan
menerus.
gerakan yang dilakukan oleh lebih dari satu individu, dan adanya individu yang
menyalahkan pihak yang dirugikan karena mengabaikan Pasal 340 UUD. KUHP Jo.
Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP. Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP mengatur tentang unjuk rasa
premi yang dalam pelajarannya terdapat tiga macam perbuatan spekulasi, yaitu orang
yang melakukan, orang yang menuntut dan orang yang ikut serta melakukannya.
Berkenaan dengan kenyataan saat ini menjelang awal, ternyata latihan responden
adalah pada saat game plan, yakni sebagai penengah antara saksi Rusula Hia dan
orang-orang yang bersangkutan, kemudian, pada saat itu, sekitar saat itu, terbangun di
Binaka Nias. terminal udara, setelah itu mereka membawa korban ke kota Tugala
berhasil membuang jenazah korban setelah korban dilukai atau ditebas oleh
pelakunya, khususnya penonton luar biasa Rusula Hia, pelaku Amosi Hia, Ama Pasti
berkenaan dengan standar pemikiran, terlepas dari apakah opsi untuk memberikan
penilaian pada pejabat yang disebutkan bahwa jaksa telah saling mendedikasikan
bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1). diatur dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP
pokok dengan asumsi dihubungkan dengan kenyataan yang ada pada awalnya. Oleh
karena itu, patut untuk diketahui letak pihak yang dirugikan dalam perbuatan pidana
ANALISIS
pelanggaran seumur hidup. Tindak pidana pembunuhan berencana diatur dalam Pasal
340 KUHP dan merupakan delik materil. Meskipun sebagai pelanggaran material, itu
untuk memenuhi syarat sebagai pembunuhan berencana, Pasal 340 KUHP juga
dan bahwa ada waktu yang cukup antara perkembangannya. tujuan untuk melakukan
murni.
Subyek atau pelaku kesalahan dalam KUHP dicirikan sebagai “barang siapa”
atau “hij gigit debu”. Bahwa yang dimaksud dengan siapa pun atau hij menggigit
debu, adalah individu, dan individu ini hanyalah individu tunggal, relatif sedikit
individu atau beberapa kelompok. Meski demikian, sedikit demi sedikit, sebuah
pelanggaran tidak hanya dilakukan oleh satu orang. Bagaimanapun, itu juga harus
dimungkinkan oleh banyak individu atau beberapa kelompok. Demikian pula, tidak
fenomenal untuk waktu yang lama tindakan antara masing-masing pelaku tidak
pembunuhan, tentu saja peragaan pelaku seperti itu tidak memenuhi unsur-unsur
pelaku tindak pidana unjuk rasa yang menimpa lebih dari satu orang. Menurut
sendiri tidak mengandung unsur peristiwa pidana. Meskipun mereka bukan pencipta,
artinya, kegiatan mereka tidak mengandung unsur peristiwa pidana, mereka masih
bertanggung jawab untuk melakukan suatu peristiwa pidana, dengan alasan bahwa
tanpa investasi mereka, jelas, peristiwa kriminal tidak akan pernah terjadi.
Pilihan hakim adalah mahkota dan puncak dari kasus yang sedang dianalisis
dan dicoba oleh otoritas yang ditunjuk. Dalam memilih ada keadaan formal yang
mengenai realitas dan kondisi terkini beserta bukti-bukti yang didapat dari penilaian
terhadap suatu perkara yang kemudian menjadi alasan bagi penguasa yang ditunjuk
itu. .
Dalam pilihan Nomor 08/Pid.B/2013/PN.GS atas pembunuhan berencana
yang dilakukan bersama oleh termohon Yusman Telaumbanua nama samaran Ucok
nama palsu Jonius Halawa beserta saksi Rusula Hia bernama Ama Sini, pelakunya
Ama Pasti Hia, pelakunya Amosi Hia, pelakunya Ama Fandi Hia dan pelakunya Jeni.
khususnya korban Kolimarinus Zega, korban Jimmi Trio Girsang dan korban Rugun
Boru Haloho, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dengan luka-luka dan
repertum. Kemudian, pada saat itu, ajudikator memikirkan kenyataan ini dengan
struktur elektif, hakim dapat memilih salah satu dari dua dakwaan. Bahwa hakim
terdakwa didakwa oleh penuntut umum telah melakukan tindak pidana sebagaimana
diatur dalam Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP.
08/Pid.B/2013/PN.GS terhadap unsur-unsur dalam Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 55 ayat
a) Unsur Barangsiapa
Komponen barang siapa secara yuridis adalah setiap individu atau subjek
hukum sebagai sekutu kebebasan dan komitmen yang dipersalahkan untuk melakukan
perbuatan pelanggar hukum dan kepada siapa ia dapat dianggap bertanggung jawab
atas perbuatan bajingan yang dipersalahkan itu. Dalam penilaiannya, pejabat yang
Telaumbanua nama samaran Joni yang menggunakan nama panggilan Ucok Jonius
Halawa adalah subjek yang sah yang benar-benar sehat secara intelektual ketika dia
responden dapat menjawab dengan tepat dan akurat. Selain terkait dengan
ternyata memang benar termohon Yusman Telaumbanua nama samaran Joni moniker
Ucok nama palsu Jonius Halawas hadir di persidangan. Jadi penilaian dari pejabat
yang ditunjuk menyatakan bahwa komponen siapa saja yang telah dipenuhi adalah
melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan pelanggar hukum, dan akibat yang
akan terjadi adalah tujuan dari pelakunya. Bahwa komponen tersebut dapat dengan
sengaja dipecah, dipertimbangkan dan diakhiri dari rangkaian kegiatan yang diajukan
oleh penggugat karena setiap orang bertindak sesuai dengan harapan, keinginan atau
tujuannya, kecuali jika ada intimidasi atau tekanan dari orang lain, pada akhirnya. ,
membuang ruh orang atau secara keseluruhan kekurangan ruh orang yang dimaksud
disengaja dari pelakunya disengaja sebagai tujuan atau alasan atau tujuan untuk
Melihat kenyataan saat ini, hakim menilai bahwa pihak yang berperkara dan
pelaku yang berbeda mempunyai tujuan, kehendak atau tujuan dari kegiatannya dan
meninggalnya korban Kolimarinus Zega, Jimmi Trio Girsang. dan Rugun Br. Hai.
bahwa ada komponen yang telah diatur sebelumnya jika antara waktu harapan atau
tujuan untuk bermain aktivitas muncul dan ketika tujuan selesai ada kesempatan yang
ada pada pelaku pembunuhan sejak berkembangnya tujuan sampai pelaku melakukan
tujuan tersebut terdapat waktu yang cukup, yaitu tidak terlalu pendek dan tidak terlalu
untuk melakukan atau tidak melakukannya, dan dapat mengkaji ulang bagaimana
melakukan aktivitas tersebut. Dengan cara ini, sesuai dengan otoritas yang ditunjuk,
melihat realitas saat ini di awal, komponen yang telah diatur sebelumnya telah
terpenuhi.
sebagaimana dimaksud oleh pejabat yang ditunjuk dalam Pasal 340 KUHP, delik
kerugian nyawa orang lain. Kemudian, pada saat itu, pikirkanlah kenyataan-
keterangan termohon serta alat bukti lain seperti Visum Et Repertum dan alat bukti
lainnya. Jadi sangat meyakinkan bahwa kehadiran kematian adalah pengungkapan
tulang.
bahwa mengambil bagian adalah orang-orang yang dengan sengaja membantu orang
ambil bagian harus dikaitkan dengan demonstrasi eksekusi. Apalagi hakim menilai
dirinya ikut serta melakukan tindak pidana korupsi dengan anggapan telah melakukan
hukum.
ikut serta dengan pelaku yang berbeda-beda baik dalam pengaturan maupun eksekusi
kesadaran antara satu pelaku dan satu lagi untuk bekerja sama, maka, pada saat itu,
asosiasi pelaku dalam melakukan tindakan kriminal, terlepas dari kenyataan bahwa
tidak perlu bahwa pelakunya harus memenuhi setiap komponen kesalahan. Apalagi
ada kenyataan bahwa demonstrasi itu dilakukan oleh lebih dari satu individu, di mana
satu entertainer dan yang lain sama-sama memiliki perhatian untuk bekerja sama.
Berdasarkan kegiatan para pelakunya, khususnya pemerhati Rusula Hia, dengan
pelaku yang berbeda yaitu Amosi Hia, Ama Fandi Hia, Ama Pasti Hia dan Jeni yang
menebas atau memotong kujang dan juga memotong-motong koleksi orang yang
komponen individu yang melakukan, yang meminta untuk melakukan, dan yang ikut
serta dalam melakukan telah ditunjukkan, maka komponen ini telah terpenuhi.
menyatakan bahwa kegiatan termohon telah memenuhi komponen Pasal 340 KUHP
Jo. Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP, sehingga perbuatan penggugat terbukti secara sah dan
berencana apabila dikaitkan dengan Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP. Bahwa istilah segala
sesuatu yang dianggap dipergunakan oleh hakim tidak tepat, hal ini terlihat pada
Dalam Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 55 Ayat (1) KUHP pertama mengatur
tentang pembunuhan berencana yang diajukan oleh penghibur yang ikut serta.
Br. Haloho yang ditimbulkan oleh kegiatan para pelaku khususnya Termohon
Yusman Telaumbanua, saksi Rusula Hia dan pelaku lainnya yaitu Amosi Hia, Ama
Pasti Hia, Ama Fandi Hia dan Jeni. Karena unjuk rasa itu dilakukan oleh lebih dari
satu orang, maka kegiatan para pelakunya dikenang dengan pertimbangan delik.
bahwa pihak yang berperkara dengan jujur dan meyakinkan telah mendedikasikan
pelaku ini dilihat oleh KUHP sebagai pelaku yang memiliki bobot kewajiban pidana
yang sama dengan pelaku tunggal. Meskipun demonstrasi para penghibur yang ikut
serta tidak memenuhi komponen tindakan pelanggar hukum dalam Pasal 340 KUHP,
para penghibur ini dapat dianggap dapat diandalkan secara pidana dan untuk kegiatan
mereka mereka dapat bergantung pada sanksi penjahat yang sama sebagai pelaku
tunggal.
disadari bahwa ada jenis-jenis penanaman modal, di antaranya Pasal 55 ayat (1)
Meskipun demikian, meskipun aktivitas pelakunya unik satu sama lain, tindakan
berwenang menilai telah terjadi demonstrasi yang mengakibatkan passing yang telah
diatur sebelumnya, maka demonstrasi tersebut diajukan oleh lebih dari satu individu
dan setiap penghibur memiliki keakraban dengan bekerja sama. Sehubungan dengan
hal tersebut maka kewenangan yang ditunjuk adalah menilai bahwa termohon sebagai
salah satu pelaku tindak pidana pembunuhan berencana telah saling melakukan
khususnya Kolimarinus Zega, Jimmy Trio Girsang. dan Rugun Br. Hai. Bahwa
korban jiwa karena sayatan menggunakan parang atau parang yang berpotensi
dengan cepat.
Melihat kenyataan saat ini di awal, terlihat adanya rangkaian peristiwa yang
kegiatan yang dilakukan oleh pelaku. Ditambah lagi dengan Pasal 55 ayat (1) 1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP, tidak dibentuk sehubungan
yang masing-masing strukturnya memiliki perbedaan satu sama lain. Struktur dalam
Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP adalah orang-orang yang berbuat (plegen), orang-orang
kegiatan pelaku dalam struktur ini memenuhi setiap komponen kesalahan seperti
kontribusi dari penghibur yang berbeda. Sehingga sebagai seorang plegen, pelaku
suatu perbuatan salah harus dilakukan oleh lebih dari satu orang. Kemudian, pada
saat itu, dalam struktur selanjutnya adalah orang yang meminta untuk
mewujudkannya (doenplegen), bahwa yang tersirat dalam struktur ini dalam WvS
MvT Belanda adalah juga dia yang melakukan suatu kesalahan namun sebenarnya,
namun melalui jalan antara orang lain sebagai alat dalam genggamannya, dengan
asumsi individu lain melakukan demonstrasi tanpa sengaja atau tidak dapat
diandalkan karena kondisi yang tidak jelas, ditipu atau bergantung pada kebrutalan.
Berdasarkan penjelasan dalam M.v.T W.v.S Belanda, telah ditunjukkan bahwa
penghibur doenplegen atau doenpleger tidak bertindak langsung tetapi melalui tangan
orang lain yang bertindak sebagai perangkat. Pelakunya ditempatkan sebagai domina
sebagai ministra ahli ruang angkasa. Selain itu, dalam struktur ketiga, orang-orang
kriminal, baik orang-orang yang memenuhi setiap salah satu komponen dari suatu
hal tersebut tidaklah tepat, karena dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tidak
perbuatan turut serta tidak selalu dilakukan secara bersamaan. Terkadang perbuatan
pelaku-pelaku dalam bentuk turut serta dilakukan secara bergantian yang mana dari
pidana.
08/Pid.B/2013/PN.GS
oleh hakim lebih berat dari tuntutan pemeriksa umum sebagaimana tertuang
yang sah dan non-yuridis yang cukup menjadi alasan untuk memaksakan
pidana mati. Apalagi, dalam Pasal 340 KUHP, bahaya pidana paling ekstrim
penahanan seumur hidup dan penahanan untuk waktu tertentu paling lama
harus dicapai dari beban seorang penjahat. Jadi sangat penting untuk
itu ditujukan kepada pelakunya. Oleh karena itu, alasan disiplin ini akan
balik disiplin adalah premis dalam monumental disiplin seperti apa yang
Ada yang beranggapan bahwa kedisiplinan adalah upaya melawan, ada pula
absolut, sehingga telah pasti bahwa pidana mati tergolong pidana sebagai
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
tepat, dengan alasan Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP tidak mengatur perbuatan secara
KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP, bahwa ada unsur tujuan, ada yang mengatur
dalam unjuk rasa dan ada yang lewat. Kemudian, pada saat itu, komponen individu
yang mewujudkannya, yang memintanya melakukannya, dan yang tertarik untuk
menyelesaikannya, tidak sesuai dengan kenyataan saat ini di awal. Kenyataan saat ini
dengan alasan bahwa pihak yang berperkara tidak melakukan sesuatu yang dapat
mengakhiri keberadaan orang yang bersangkutan. Dilihat dari kenyataan saat ini di
awal, terungkap bahwa pihak yang berperkara bertindak sebagai utusan, orang yang
korban tewas.
DAFTAR PUSTAKA
JE. Sahetapy. 1987. Victimologi Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Pustaka Sinar
Adami Chazawi. 2013. Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa. Jakarta: Rajawali Pers,
hlm. 82
Group, hlm. 47
Alifah, A. M., Prihartanti, N., & Rosyidi, I. (2015). Dinamika Psikologis Narapidana
Alavijeh, M. M., Mostafavi, F., Ahmadpanah, M., Matin, B. K., Amoei, M. R., &
Haryono, M. (2013). Tinjauan Yuridis Pembuktian Turut Serta Dalam Tindak Pidana