6/Agust/2018
PERAN KESALAHAN KORBAN DALAM lain dalam Pasal 338 KUHP tentang tindak
PERBUATAN KARENA KEALPAAN pidana pembunuhan dan Pasal 359 KUHP
MENYEBABKAN MATINYA ORANG LAIN tentang tindak pidana karena kelalaian /
(PASAL 359 KUHP) (KAJIAN PUTUSAN kealpaan menyebabkan matinya orang lain.
MAHKAMAH AGUNG NOMOR 354 Tindak pidana Pasal 359 KUHP, menurut
K/KR/1980)1 terjemahan Tim Penerjemah Badan Pembinaan
Oleh : Joy Deres Yudhaclaus Opit2 Hukum Nasional (BPHN) berbunyi sebagai
berikut, “Barang siapa karena kesalahannya
ABSTRAK (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk diancam dengan pidana penjara paling lama
mengetahui bagaimana peran kesalahan lima tahun atau pidana kurungan paling lama
korban dalam perbuatan karena kealpaan satu tahun”. 3 Istilah “kesalahannya
(kelalaian) mengakibatkan matinya orang (Pasal (kealpaannya)” dalam terjemahan Tim
359 KUHP) dan bagaimana penerapan peran Penerjemah BPHN ini merupakan terjemahan
korban dalam putusan pengadilan. Dengan dari istilah Belanda “schuld”.4 Kata Belanda
menggunakan metode penelitian yuyridis schuld memang dapat diterjemahkan sebagai
normatif, disimpulkan: 1. Dalam tindak pidana kesalahan yang mempunyai arti yang luas,
karena kealpaan (kelalaian) menyebabkan tetapi penggunaan kata tersebut dalam Pasal
orang lain mati, kesalahan korban tidak 359 KUHP adalah dalam arti kealpaan (Lat.:
mempunyai peran yang dapat menghapuskan culpa) sebagaimana dikatakan oleh S.R. Sianturi
kesalahan pelaku; di mana hal ini juga didukung bahwa, “kata-kata karena kealpaan yang
oleh penelitian victimology (ilmu tentang dipergunakan pada Pasal 359 … ini sekaligus
korban) yang menyatakan sebagai salah satu berfungsi sebagai unsur kesalahannya yang
tipe korban yaitu korban yang turut mempunyai berbentuk culpa …”.5
andil untuk terjadinya kejahatan, sehingga Selain istilah kealpaan dikenal pula istilah
kesalahan terletak pada pelaku dan korban. 2. kelalaian. Istilah kelalaian dalam arti culpa ini
Penerapan peran kesalahan korban dalam digunakan dalam Pasal 310 ayat (3) juncto ayat
Putusan Mahkamah Agung Nomor 354 (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
K/Kr/1980, tanggal 21 Januari 1981, yaitu tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
Mahkamah Agung menegaskan bahwa adanya mengancamkan pidana terhadap setiap orang
kesalahan korban tidak menghapuskan yang mengemudikan kendaraan bermotor yang
kesalahan terdakwa. karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain
Kata kunci: Peran kesalahan, korban, kealpaan, meninggal dunia.6 Dengan demikian, untuk
matinya orang lain. istilah Belanda schuld dapat digunakan istilah
kealpaan ataupun kelalaian.
PENDAHULUAN Dengan demikian dipandang masih urgen
A. Latar Belakang untuk dilakukannya pembahasan terhadap
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pokok tersebut sehingga dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap berbagai memenuhi kewajiban penulisan skripsi maka
kepentingan hukum dengan mengancamkan pokok ini telah dipilih untuk dibahas di bawah
pidana terhadap orang-orang yang dipandang judul “Peran Kesalahan Korban dalam
telah melanggar kepentingan-kepentingan
tersebut. Salah satu kepentingan hukum yang
3
dilindungi yaitu kepentingan perseorangan Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang Hukum
terhadap nyawa. Untuk itu KUHP memiliki pasal Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 140.
4
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2
yang mengancamkan pidana yang melanggar Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta Undang2 Dasar
kepentingan terhadap nyawa tersebut, baik Sementara Republik Indonesia, A.W. Sijthoff’s
yang dilakukan dengan sengaja, yaitu antara Uitsgeversmij, Leiden, 1956, hlm. 1352.
5
S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya,
Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, 511.
1 6
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Max Sepang, SH, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
MH; Harold Anis, SH, MH Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
14071101490 Negara Republik Indonesia Nomor 5025).
152
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 6/Agust/2018
153
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 6/Agust/2018
Suatu media massa memuat topik “Jupe Vs Tahun 1965 tentang Lalu
Dewi Perssik”, dengan berita bahwa, Lintas dan Angkutan Jalan
“Perseteruan antara Julia Perez dan Dewi Raya jo Pasal 11 (4) b jo
Perssik memang tidak ada habisnya. Setelah Pasal 108 (1) a PPL.
Julia Perez di ganjar hukuman 3 bulan atas
kasus pertengkaran antara mereka berdua. Kini Pengadilan Negeri Banyumas dalam putusan
Giliran Dewi Perssik yang masuk bui atas kasus Nomor 124/Pid.S/1978, tanggal 9 Januari 1979,
yang sama”.9 Dua belah pihak yang berkelahi yang amar putusannya berbunyi sebagai
tersebut masing-masing didakwa dalam perkara berikut:
tersendiri untuk kasus yang sama itu, di mana Menyatakan bahwa terhadal apa yang
dalam kasus yang satu sebagai pelaku dituduhkan kepada tertuduh: Wukirto, umur 33
sedangkan dalam kasus yang lain sebagai tahun, pekerjaan sopir tempat tinggal di desa
korban. Dengan demikian, kesalahan korban, Kutaringin, Banjarnegra, tersebut telah terbukti
tidak mempunyai peran untuk menghapus dengan syah dan meyakinkan, telah bersalah
kesalahan pelaku. Pelaku hanya mempunyai melakukan perbuatan yang menyebabkan
kemungkinan untuk tidak dipidana apabila pada matinya orang lain yang dibuktikan dan
dirinya terdapat alasan penghapus pidana. diancam hukuman pada Pasal 359 KUHP oleh
karenanya harus dihukum.
B. Penerapan Peran Kesalahan Korban Menghukum ia karenanya dengan hukuman
dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor penjara selama 6 (enam) bulan dengan
354 K/Kr/1980 dikurangkan selama tertuduh berada dalam
Kasus yang dibahas ini merupakan peristiwa tahanan.
di mana terdakwa (Wukirto), pekerjaan sopir, Memerintahkan agar barang bukti berupa:
pada tanggal 9 November 1977, jam 09.00 WIB, a. SIM B. I. Umum atas nama terrtuduh
di jalan umum Desa Pritgantil, Kecamatan Wukirto dilampirkan dalam berkas
Sokaraja, Kabupaten Banyumas, karena perkara.
kealpaannya seorang bernama Mintareja b. Sepeda laki-laki milik korban agar
meninggal dunia, di mana perbuatan yang dikembalikan kepada keluarga korban.
dilakukan terdakwa adalah sebagai berikut: c. Visum et repertum agar dilampirkan
terdakwa sedang mengemudikan suatu dalam berkas perkara.10
kendaraan umum dengan kecepatan antara 50-
60 km per jam, atau setidak-tidaknya dengan Putusan Pengadilan Negeri Banyumas
kecepatan melebihi maksimum di dalam kota Nomor 124/Pid.S/1978 ini berupa menyatakan
yang diperkenankan, dan ketika hampir di terbuktinya dakwaan primer, Pasal 359 juncto
persimpangan jalan menuju Desa Pamijen, di Pasal 361 KUHP, di mana kualifikasi Pasal 359
depannya ada 6 (enam) pengendara sepeda KUHP hanya disebut sebagai “perbuatan yang
jalan beriringan. Terdakwa telah menyelip menyebabkan matinya orang lain”, sedangkan
(melambungi) 6 pengendara sepeda, tetapi pidana yang dijatuhkan yaitu pidana penjara
terdakwa telah menabrak salah satu dari 6 selama 6 (enam) bulan.
pengendara sepeda itu yang akan belok ke jalan Terdakwa telah mengajukan permohonan
Pamijen bernama Mintareja. Korban luka-luka banding dan Pengadilan Tinggi Bandung dalam
dan pada tanggal 9 Nomember 1977 meninggal putusan Nomor 86/1979/Pid./PT. Smg, tanggal
dunia akibat tabrakan tersebut. 10 Oktober 1979, telh menjatuhkan putusan
Terdakwa didakwa dengan dakwaan- yang amarnya sebagai berikut:
dakwaan sebagai berikut: Menerima permohonan pemeriksaan dalam
Primer Pasal 359 jo 361 KUH Pidana peradilan tingkat banding dari terdakwa
Subsider Pasal 360 KUH Pidana Wukirto tersebut;
Lebih subsider Pasal 2 (1) jo 32 (1) (2)
Undang-Undang Nomor 3
10
Mahkamah Agung RI, “Putusan Mahkamah Agung
9
KapanLagi.com, “Jupe Vs Dewi Perssik”, Nomor 354K/Kr/1980”,
https://www.kapanlagi.com/tag/jupe-vs-dewi-perssik/, https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloa
diakses tanggal 02/02/2018. dpdf/fl41974/pdf, diakses 28/01/2018
154
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 6/Agust/2018
11 12
Ibid. Ibid.
155
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 6/Agust/2018
kecepatan antara 50-60 km per jam, atau sebagai salah satu tipe korban yaitu
setidak-tidaknya dengan kecepatan melebihi korban yang turut mempunyai andil
maksimum di dalam kota yang diperkenankan”. untuk terjadinya kejahatan, sehingga
Ini menunjukkan bahwa secara normatif, yaitu kesalahan terletak pada pelaku dan
baik dari segi adanya peraturan (norma) lalu korban.
lintas yang dilanggar dan juga dari sudut 2. Penerapan peran kesalahan korban
pandangan masyarakat sopir angkutan umum dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor
yang mengemudikan kendaraannya melebihi 354 K/Kr/1980, tanggal 21 Januari 1981,
kecepatan yang diperkenankan dalam kota, yaitu Mahkamah Agung menegaskan
memiliki kesalahan jika terjadai kecelakaan. bahwa adanya kesalahan korban tidak
Sekalipun mungkin korban memiliki kesalahan menghapuskan kesalahan terdakwa.
karena membelok secara tiba-tiba, tetapi
kesalahan juga ada pada terdakwa yang B. Saran
mengemudikan kendaraan melampaui batas 1. Kaidah (norma) bahwa kesalahan korban
kecepatan yang diperkenankan dalam kota tidak menghapuskan kesalahan pelaku
sehingga tidak sempat menghentikan (terdakwa) perlu dicantumkan dalam
kendaraan tepat pada waktunya. Buku I tentang Ketentuan Umum dari
Menurut pertimbangan ke 2 dari Mahkamah KUHP sehingga dapat menjadi panduan
Agung, jika terdapat kesalahan baik pada dalam penerapan hokum pidana di
korban maupun pada terdakwa (pelaku), maka Indonesia.
adanya kesalahan korban tidak menghapuskan 2. Kaidah (norma) dari Putusan Mahkamah
kesalahan terdakwa. Dalam hal ini terdakwa Agung Nomor 354 K/Kr/1980, tanggal 21
telah melakukan perbuatan dengan kealpaan Januari 1981 seharusnya diikuti oleh
karena mengemudi kendaraan umum putusan-putusan pengadilan lainnya di
melampauui batas kecepatan yang bawah Mahkamah Agung.
diperkenankan dalam kota sehingga tidak
sempat menghentikan kendaraan tepat pada DAFTAR PUSTAKA
waktunya. Abdussalam, Victimology, PTIK, Jakarta, 2010.
Pertimbangan Mahkamah Agung ini Abidin, Andi Zainal, Asas-asas Hukum Pidana.
didukung secara teoretis dari segi victimology Bagian Pertama, Alumni, Bandung, 1987.
(ilmu tentang korban), yaitu mendukung Gokkel, H.R.W. dan N. van der Wal, Istilah
pandangan Stephen Schafer, sebagaimana yang Hukum Latin-Indonesia terjemahan S.
dikutip oleh Arif Gosita, tentang salah satu Adiwinata dari Juridisch Latijn, Intermasa,
tipe/ciri-ciri korban, di mana dalam tipe ini, Jakarta, 1977.
“korban dinyatakan turut mempunyai andil Gosita, Arif, Masalah Perlindungan Anak,
dalam terjadinya kejahatan sehingga kesalahan Akademi Pressindo, Jakarta, 1989.
terletak pada pelaku dan korban”.13 Dalam tipe Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
ini, kesalahan terletak pada korban dan pelaku, Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
sedangkan kesalahan korban itu tidak 1983.
menghapuskan kesalahan pelaku (terdakwa). Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 2010.
PENUTUP Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
A. Kesimpulan Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers,
1. Dalam tindak pidana karena kealpaan Jakarta, 2012.
(kelalaian) menyebabkan orang lain mati, Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, cet.2,
kesalahan korban tidak mempunyai Bina Aksaran, Jakarta, 1984.
peran yang dapat menghapuskan Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum
kesalahan pelaku; di mana hal ini juga Pidana di Indonesia, cet.3, Eresco,
didukung oleh penelitian victimology Jakarta-Bandung, 1981.
(ilmu tentang korban) yang menyatakan _______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama,
Bandung, 2012
13
Arif Gosita, Op.cit., hlm. 75.
156
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 6/Agust/2018
Remmelink, Jan, Hukum Pidana terjemahan Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Tristam Pascal Moeliono, Gramedia Lembaran Negara Republik Indonesia
Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Nomor 5025).
Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum Undang-Undang Nomor 31 tahun 2014 tentang
Pidana (KUHP) Serta Komentar- Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Politeia, Bogor, 1991. Saksi dan Korban (Lembaran Negara
Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 293, Tambahan Lembaran Negara
1983. Republik Indonesia Nomor 5602).
Utrecht, E., Hukum Pidana I, Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002
Universitas, Bandung. tentang Tata Cara Perlindungan terhadap
Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak
Media Elektronik: Asasi Manusia yang Berat (Lembaran
General Assembly, “Declaration of Basic Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Principles of Justice for Victims of Crime Nomor 6, Tambahan lembaran Negara
and Abuse of Power”, Republik Indonesia Nomor 4171).
http://www.un.org/documents/ga/res/4
0/a40r034.htm, diakses tanggal
29/01/2018.
KapanLagi.com, “Jupe Vs Dewi Perssik”,
https://www.kapanlagi.com/tag/jupe-vs-
dewi-perssik/, diakses tanggal
02/02/2018.
Mahkamah Agung, “Putusan Mahkamah Agung
Nomor 354K/Kr/1980”,
https://putusan.mahkamahagung.go.id/p
utusan/downloadpdf/fl41974/pdf,
diakses 28/01/2018
Tempo, “Angka Kecelakaan Lalu Lintas
Indonesia Termasuk Tinggi di ASEAN”,
https://nasional.tempo.co/read/10339
93/angka-kecelakaan-lalu-lintas-
indonesia-termasuk-tinggi-di-asean,
diakses tanggal 28/01/2018.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4419).
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4425).
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
157