Anda di halaman 1dari 22

Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 1

A. TINDAK PIDANA TERHADAP NYAWA

Pembunuhan merupakan suatu perbuatan dengan maksud


menghilangkan nyawa orang lain. Sejalan dengan pengertian
tersebut, Adami Chazawi berpendapat bahwa kejahatan terhadap
nyawa berupa penyerangan yang dilakukan terhadap nyawa orang
lain. Dengan demikian dilihat dari kepentingan hukum yang
dilindunginya, pembunuhan dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana terhadap nyawa. Kualifikasi tindak pidana terhadap nyawa
tercantum dalam Bab XIX Buku II KUHP dalam ketentuan Pasal 338
sampai dengan 350 KUHP.

1. PEMBUNUHAN

Hal ini diatur dalam Pasal 338 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 338 KUHP

“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,


diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun”.

Unsur Subjektif: Barangsiapa dengan sengaja.


Unsur Objektif: Merampas nyawa orang lain.

Tindak pidana pembunuhan termasuk kategori delik materiil


karena menitikberatkan pada akibat yang ditimbulkan berupa
hilangnya nyawa atau meninggalnya seseorang.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 2

Kesengajaan ini harus mengenai ketiga unsur dari tindak pidana,


yakni:1
a. Perbuatan yang dilarang;
b. Akibat yang menjadi pokok alasan diadakan larangan
tersebut; dan
c. Perbuatan tersebut melanggar hukum.

Unsur kesengajaan dibedakan menjadi:2


a. Sengaja sebagai tujuan (oogmerk) untuk mengadakan akibat
tertentu;
b. Sengaja sebagai kepastian akan datangnya akibat (opzet bij
zekerheidsbewustzijn); atau
c. Sengaja sebagai kemungkinan akan datangnya akibat (opzet
bij mogelijk-heidsbewustzijn).

Contoh kasus:

Dalam Putusan Nomor 101/Pid.B/2012/PN Mrk, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan sebagaimana
diatur dalam Pasal 338 KUHP dengan cara memanah korban dari
jarak 30meter menggunakan anak panah berujung tajam yang
mengenai dagu kiri korban hingga mengakibatkan kematian
seketika di tempat kejadian.

1
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT Eresko, 1986,
hlm. 61.
2
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT Refika
Aditama, 2012, hlm. 68.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 3

2. PEMBUNUHAN UNTUK MELAKUKAN TINDAK PIDANA LAIN

Hal ini diatur dalam Pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 339 KUHP

“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh suatu


perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk
memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara
melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, atau paling lama dua puluh tahun”.

Unsur Subjektif: Dengan maksud.


Unsur Objektif: diikuti, disertai, atau didahului oleh suatu
perbuatan pidana.

Tindak pidana dalam Pasal 339 KUHP pada pokoknya adalah


pembunuhan. Namun demikian terdapat hal pemberat karena
terjadinya dua macam tindak pidana sekaligus, yakni
pembunuhan sebagaimana dalam Pasal 338 KUHP dan tindak
pidana lainnya selain pembunuhan.

Pelaku pembunuhan yang termasuk ke dalam kategori ini pada


awalnya tidak memiliki niat untuk melakukan pembunuhan
sedari awal, melainkan niat untuk melakukan tindak pidana
lainnya. Adapun Pembunuhan dilakukan dengan maksud:

a. Untuk mempersiapkan tindak pidana yang hendak


dilakukan,
b. Untuk mempermudah pelaksanaannya, atau
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 4

c. Untuk melepaskan diri dalam hal tertangkap tangan.

Tertangkap tangan harus benar-benar terjadi dan bukan hanya


prasangka suatu kekhawatiran akan tertangkap. Keadaan
tertangkap tangan terjadi apabila:3

a. Tertangkap sedang melakukan;


b. Dengan segera tertangkap setelah melakukan;
c. Sesudah melakukan segera diserukan oleh khalayak ramai
sebagai pelaku;
d. Terhadapnya ditemukan barang yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau yang
menunjukan bahwa dirinya sebagai pelaku maupun
membantu melakukan tindak pidana.

Contoh kasus:

Dalam Putusan Nomor 271/Pid.B/2014/PN Sng, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan yang diikuti,
disertai, atau didahului tindak pidana lain sebagaimana diatur
dalam Pasal 339 KUHP. Dalam kasus ini Terdakwa minta diantar
pulang oleh korban menggunakan sepeda motor. Di tengah
perjalanan, Terdakwa memerintahkan korban untuk
menghentikan sepeda motor dengan alasan hendak buang air
kecil. Dalam keadaan korban yang sedang lengah karena
menunggu Terdakwa selesai buang air kecil, diam-diam
Terdakwa mengambil batu berukuran sedang lantas memukuli
kepala korban menggunakan batu hingga korban tidak sadarkan
diri dan kehabisan darah. Setelahnya Terdakwa mengambil

3
Lihat Pasal 1 angka 19 Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 5

sepeda motor milik korban lantas melarikan diri meninggalkan


tubuh korban di jalan tersebut.

3. PEMBUNUHAN BERENCANA

Hal ini diatur dalam Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 340 KUHP

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih


dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana, dengan ancaman pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun”.

Unsur Subjektif: Barangsiapa dengan sengaja dan dengan


rencana terlebih dahulu.
Unsur Objektif: Merampas nyawa orang lain.

Pembunuhan berencana (moord) dilakukan melalui perencanaan


terlebih dahulu. M.v.T mengartikan frasa “dengan rencana terlebih
dahulu” sebagai perbuatan yang dilakukan dengan terlebih
dahulu berpikir secara tenang. Dalam perencanaan terdapat
jangka waktu yang ada tidak harus lama maupun terlalu pendek.
Sejalan dengan itu R. Soesilo menyatakan mengenai jangka waktu
haruslah dapat dimanfaatkan pelaku untuk berpikir secara
tenang tentang bagaimana cara pembunuhan dilakukan, ataupun
sebaliknya untuk membatalkan niat tersebut, tetapi kesempatan
tersebut tidak dipergunakan.4
Contoh kasus:

4
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh: Pemberantasan dan
Prevensinya, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2000, hlm.23.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 6

Dalam Putusan Nomor 173/Pid.B/2012/PN Mrk, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana
sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP. Dalam kasus ini
Terdakwa merasa sakit hati atas perlakuan tidak adil yang
dilakukan oleh korban dan menimbulkan perkelahian. Setelah
perkelahian terjadi Terdakwa memutuskan pergi meninggalkan
Korban untuk selanjutnya memutuskan membunuh korban
dalam keadaan tertidur di malam hari menggunakan senjata
tajam dengan cara membacok leher dan kepala korban hingga
kehabisan darah dan meninggal dunia.

4. PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBUNYA

Hal ini diatur dalam Pasal 341 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 341 KUHP

“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan


anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun”

Unsur Subjektif: Dengan sengaja.


Unsur Objektif: Merampas nyawa anaknya.

Pembunuhan anak (kinderdoodslag) pelakunya adalah seorang


ibu (baik memiliki suami atau tidak/baik telah kawin atau tidak)
dengan sengaja melakukan pembunuhan terhadap anak yang
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 7

dikandungnya pada waktu atau sesaat setelah dilahirkan yang


didasari atas rasa takut atau malu akan diketahui orang lain.

Frasa tidak lama setelah melahirkan dianggap berakhir menurut


Noyon-Langemeyer pada waktu si ibu mulai memelihara
anaknya. Pendapat ini dapat diterima oleh Wirjono Prodjodikoro
dengan catatan dapat berbeda tergantung dari pelbagai peristiwa
yang secara konkret terjadi.5

Contoh kasus:

Dalam Putusan Nomor 141/Pid.B/2013/PN RUT, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana anak sebagaimana diatur
dalam Pasal 341 KUHP. Dalam kasus ini Terdakwa hamil di luar
ikatan perkawinan tanpa diketahui oleh pihak keluarga. Karena
merasa malu dan takut diketahui oleh orang lain, Terdakwa
diam-diam melahirkan seorang diri di dalam kamar mandi,
kemudian melakukan pembunuhan anak dengan cara
menghanyutkan bayi yang baru saja dilahirkannya ke got berisi
air mengalir yang ada di sekitaran rumah Terdakwa hingga
mengakibatkan bayi tersebut meninggal dunia.

5. PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBUNYA SECARA BERENCANA

Hal ini diatur dalam Pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 342 KUHP

“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan


karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak,
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
5
Wirjono Prodjodikoro, Op. Cit., hlm. 74.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 8

merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan


pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun”

Unsur Subjektif: Untuk melaksanakan niat yang ditentukan.


Unsur Objektif: Merampas nyawa anaknya.

Pembunuhan anak berencana (kindermoord) dilakukan oleh


seorang ibu (baik memiliki suami atau tidak/baik telah kawin
atau tidak) terhadap anak yang dikandungnya dengan
menjalankan kehendak yang ditentukan sebelum anak
dilahirkan.6 Perbedaan perencanaan pada umumnya dengan
perencanaan pada tindak pidana ini terletak pada tidak
menitikberatkan perencanaan harus dilakukan secara tenang,
melainkan hanya soal kapan ditentukan kehendak akan
membunuh, yakni sebelum anak dilahirkan.7

Van Bemmelen berpendapat mengenai kapan waktu mulai


melahirkan anak akan dianggap pada waktu si ibu mulai merasa
akan melahirkan anak (berensween). Lebih lanjut Wirdjono
Prodjodikoro setuju dengan pendapat Van Bemmelen tersebut,
menurutnya waktu akan melahirkan anak sangat relative
sehingga sampai kapan ibu merasa akan melahirkan anak dapat
dikatakan mendahului keluarnya si anak dari tubuh ibu. 8

Contoh kasus:

6
Ibid., hlm. 68.
7
Ibid.
8
Ibid., hlm. 73.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 9

Dalam Putusan Nomor 244/Pid.B/2012/PN RUT, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan anak berencana
sebagaimana diatur dalam Pasal 342 KUHP dengan cara
memutuskan untuk melakukan persalinan seorang diri di kamar
mandi rumah Terdakwa setelah diketahui bahwa ayah bayi yang
dikandungnya tidak mau bertanggung jawab. Selanjutnya setelah
bayi berhasil dilahirkan, Terdakwa membekap mulut bayi yang
baru dilahirkannya menggunakan kain hingga dipastikan tidak
bergerak dan bernapas lagi. Kemudian Terdakwa membungkus
mayat bayi menggunakan karung dan menguburkannya di
halaman sekitar rumah agar tidak diketahui orang lain bahwa
Terdakwa telah melahirkan seorang bayi.

6. PEMBUNUHAN ATAS PERMINTAAN SENDIRI (SI KORBAN)

Hal ini diatur dalam Pasal 344 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 344 KUHP

“Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan


orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan
hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun”

Unsur Subjektif: Atas permintaan orang itu sendiri yang


dinyatakan dengan sungguh-sungguh.
Unsur Objektif: Merampas nyawa orang lain.

Permintaan untuk dilakukannya pembunuhan terhadap korban


harus dinyatakan secara tegas dan sungguh-sungguh, sehingga
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 10

terlihat jelas bahwa inisiatif pembunuhan didasari atas diri


korban sendiri.

Pembunuhan dalam kategori ini yang seringkali dijadikan


pembahasan adalah mengenai euthanasia atau suntik mati.
Euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan tanpa adanya
rasa penderitaan yang dirasakan oleh korban atau mati dengan
baik.9 Walaupun tujuan dari praktik itu sendiri adalah untuk
membebaskan penderitaan seorang manusia, nyatanya
euthanasia tetap illegal dilakukan di Indonesia.

KUHP tidak melarang perbuatan bunuh diri, tetapi pembunuhan


atas permintaan korban sendiri tetap dianggap sebagai
pembunuhan pada umumnya yang diancam ketentuan pidana.
Hal demikian dianggap sebagai suatu penghargaan terhadap
nyawa manusia terlepas dari kepentingan orang itu sendiri.

7. MEMBUJUK ATAU MENOLONG ORANG LAIN UNTUK BUNUH


DIRI

Hal ini diatur dalam Pasal 345 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 345 KUHP

“Barangsiapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk


bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi
sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri”

Unsur Subjektif: Barangsiapa dengan sengaja.

9
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010,
hlm. 144.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 11

Unsur Objektif: Mendorong orang lain untuk bunuh diri,


menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberi sarana.

Ketentuan pasal ini menjerat siapa saja yang turut andil


membuat seseorang melakukan pembunuhan atas dirinya sendiri
(bunuh diri). Apabila orang yang didorong atau yang di tolong
untuk bunuh diri itu pada akhirnya tidak mati, maka terhadap
seseorang yang mendorong atau menolong tidak kenakan
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal
tersebut di atas. Hal ini sejalan dengan pemaknaan frasa “kalau
orang itu jadi bunuh diri” yang berarti kematian harus benar-
benar terjadi.

8. PENGGUGURAN KEHAMILAN (ABORTUS) OLEH SI IBU

Hal ini diatur dalam Pasal 346 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 346 KUHP

“Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan diri atau


mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”

Unsur Subjektif: Dengan sengaja.


Unsur Objektif: Menggugurkan diri atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu.

Ketentuan pasal ini menjerat pelaku atau orang yang menyuruh


pelaku dengan ketentuan perbuatan yang dilarang yakni:

a. Menggugurkan kandungan;
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 12

b. Mematikan kandungan;
c. Menyuruh orang lain menggugurkan kandungan;
d. Menyuruh orang lain mematikan kandungan.

Perbedaan mendasar antara pembunuhan anak dengan aborsi


adalah terkait dengan apa yang dibunuh. Dalam pembunuhan
anak terlebih dahulu bayi yang terlahir hidup kemudian
dibunuh, sedangkan dalam aborsi pembunuhan dilakukan
terhadap janin atau kandungan hidup yang belum menjadi bayi,
atau seorang bayi yang telah mati di dalam kandungan. 10

Contoh kasus:

Dalam Putusan Nomor 71/Pid.B/2013/PN Rkb, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana aborsi atau pengguguran
kandungan sebagaimana diatur dalam Pasal 346 KUHP. Dalam
kasus ini Terdakwa berkeinginan untuk bekerja menjadi seorang
TKW di luar negeri, tetapi keinginan tersebut terkendala kondisi
kehamilan yang saat itu telah berusia 3 bulan. Untuk
menghilangkan kendala yang ada pada dirinya agar dapat
mendaftarkan diri menjadi TKW, Terdakwa lalu menggugurkan
kandungannya dengan cara mengurut paksa bagian perutnya
dibantu oleh seorang tukang urut. Setelah proses pengurutan
selesai, Terdakwa diberi obat aspirin sebanyak satu set dengan
dicampur satu botol minuman bersoda. Keesokan harinya
Terdakwa merasakan sakit perut hebat lalu pergi ke kamar
mandi hendak buang air kecil, tetapi yang keluar justru janin
berbentuk gumpalan darah. Terdakwa lantas menguburkan janin
tersebut di pekarangan rumah miliknya saat suasana sepi dan
tidak terlihat oleh orang lain.

10
Wirdjono Prodjodikoro, Op. Cit., hlm. 75.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 13

9. PENGGUGURAN KEHAMILAN (ABORTUS) OLEH ORANG LAIN


TANPA IZIN WANITA YANG MENGANDUNG

Hal ini diatur dalam Pasal 347 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 347 KUHP

“Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”

Unsur Subjektif: Barangsiapa dengan sengaja.


Unsur Objektif: Menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya.

Ketentuan pasal ini menjerat orang lain yang melakukan


perbuatan untuk menggugurkan atau mematikan kandungan
tanpa persetujuan wanita yang mengandung. Dengan demikian
wanita yang mengandung tersebut menjadi korban dan tidak
dapat dikenai pidana. Jika perbuatan ini mengakibatkan
kematian bagi wanita yang mengandung, maka akan dianggap
sebagai pemberat dengan ancaman pidana lebih tinggi selama-
lamanya lima belas tahun.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 14

10. PENGGUGURAN KEHAMILAN (ABORTUS) OLEH ORANG LAIN


DENGAN IZIN WANITA YANG MENGANDUNG

Hal ini diatur dalam Pasal 348 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 348 KUHP

“Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”

Unsur Subjektif: Barangsiapa dengan sengaja.


Unsur Objektif: Menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya.

Ketentuan pasal ini menjerat orang lain yang melakukan


perbuatan untuk menggugurkan atau mematikan kandungan
disertai persetujuan wanita yang mengandung. Karena perbuatan
dalam tindak pidana ini disertai persetujuan secara langsung
dari wanita yang mengandung maka ancaman pidana yang
dibebankan kepada pelaku lebih rendah dibandingkan dalam
ketentuan Pasal 347 ayat (1) KUHP sebagaimana dijelaskan di
atas. Jika perbuatan ini mengakibatkan kematian bagi wanita
yang mengandung, maka akan dianggap sebagai pemberat
dengan ancaman pidana lebih tinggi selama-lamanya tujuh
tahun.

Contoh kasus:

Dalam Putusan Nomor 501/Pid.B/2019/PN Kdi, Majelis hakim


menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana aborsi atau pengguguran
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 15

kandungan seorang wanita disertai persetujuannya hingga


mengakibatkan kematian sebagaimana diatur dalam Pasal 348
ayat (2) KUHP. Dalam kasus ini Terdakwa merupakan pacar
korban dan belum ada ikatan perkawinan dengan korban yang
saat itu sedang mengandung anak hasil hubungan mereka
berdua. Pengguguran kandungan dilakukan dengan cara
mengonsumsi pil Cytotec Misoprostol Pfizer yang dibeli oleh
Terdakwa melalui temannya. Setelah korban mengonsumsi pil
tersebut, lantas dirasakan bahwa sekujur tubuhnya menggigil,
sakit perut hebat, dan disertai keluarnya darah. Dengan keadaan
korban yang seperti itu, Terdakwa berinisiatif memanggil dukun
urut untuk membantu mengeluarkan janin dari perut korban.
Setelah janin berhasil dikeluarkan, korban lemas karena
perdarahan lalu meninggal dunia.

11. PENGGUGURAN KEHAMILAN (ABORTUS) OLEH TENAGA


KESEHATAN

Hal ini diatur dalam Pasal 349 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:

Pasal 349 KUHP

“Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu


melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346 ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan
yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan”
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 16

Ketentuan pasal ini menjerat tenaga kesehatan seperti dokter,


bidan, atau juru obat, membantu kejahatan dari Pasal 346 atau
bersalah melakukan atau membantu melakukan tindak pidana
dalam Pasal 347 dan 348.

Contoh kasus:

Dalam Putusan Nomor 536/Pid.Sus/2013/PN SRG, Majelis


hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan
terbukti melakukan tindak pidana membantu menggugurkan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya sebagaimana
diatur dalam Pasal 349 KUHP. Dalam kasus ini Terdakwa
merupakan seorang dokter kandungan yang membantu seorang
wanita melakukan aborsi. Terdakwa didatangi oleh seorang
wanita yang meminta untuk dilakukan tindakan aborsi atas janin
yang dikandungnya. Atas permintaan tersebut Terdakwa
melakukan induksi dengan memasang cairan infus agar wanita
tersebut mengalami kontraksi lalu Terdakwa memasukan obat
Syntocinon AMP ke dalam cairan infus sampai muncul
pengencangan rahim untuk mendorong janin keluar dari
kandungan, setelahnya Terdakwa mengambil janin tersebut
dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 17

B. TINDAK PIDANA TERHADAP TUBUH

Tindak pidana terhadap tubuh berkaitan dengan terjadinya suatu


perbuatan yang ditujukan untuk melukai atau memberi rasa sakit
pada tubuh. Kualifikasi tindak pidana terhadap tubuh tercantum
dalam Bab XX Buku II KUHP ketentuan Pasal 351 sampai dengan
358 KUHP.

Tindak Dasar Pembeda atau Ciri Khas


Pidana Hukum

Penganiayaa Pasal 351 Dengan sengaja menyebabkan luka


n KUHP atau merugikan kesehatan

Biasa

Penganiayaa Pasal 352 Tidak menyebabkan sakit atau


n KUHP halangan untuk menjalankan jabatan
atau pekerjaan.
Ringan

Penganiayaa Pasal 353 Dilakukan dengan rencana terlebih


n KUHP dulu

Berencana

Penganiayaa Pasal 354 Sejak awal memang sengaja untuk


n KUHP melukai berat orang lain

Berat

Penganiayaa Pasal 355 Dilakukan dengan rencana terlebih


n KUHP dahulu + sengaja untuk menimbulkan
luka berat
Berat
Berencana

Mati Akibat Pasal 359 Disebabkan karena lalai (tidak ada


Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 18

Kelalaian KUHP kesengajaan) hingga menyebabkan


kematian

Luka Akibat Pasal 360 Disebabkan karena lalai (tidak ada


Kelalaian KUHP kesengajaan) hingga menimbulkan
luka

Penganiayaan memiliki arti suatu perbuatan yang bertujuan


mengakibatkan rasa sakit atau luka sehingga merugikan kesehatan
orang lain dengan sengaja.11 Luka tersebut dapat disebabkan oleh
penyerangan baik menggunakan benda tumpul yang menjadikannya
luka memar, maupun benda tajam yang menjadikannya luka
berdarah.

Kategori tiap-tiap penganiayaan diukur berdasarkan seberapa parah


luka yang ditimbulkan dari perbuatan yang dilakukan. Luka ringan
adalah luka yang mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak
memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau selain daripada
yang ditermasuk kategori luka berat. 12 Sedangkan yang termasuk ke
dalam kategori luka berat adalah:13
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh dengan sempurna atau menimbulkan bahaya
maut;
b. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan
atau pekerjaan pencaharian;
c. Kehilangan kemampuan memakai salah satu dari pancaindera;
d. Mendapat cacat berat (verminking);
e. Menderita sakit lumpuh;
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

11
Ibid., hlm. 68.
12
Ibid., hlm. 70.
13
Lihat Pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 19

g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Perencanaan Penganiayaan

Sebagaimana perencanaan dalam tindak pidana pembunuhan,


perencanaan dalam penganiayaan harus dilakukan secara tenang.
Perencanaan dapat dilakukan untuk menyusun rencana, cara-cara,
dan lain sebagainya hingga tercapai tindak pidana penganiayaan
yang diharapkan. Keberadaan rencana akan dianggap sebagai alasan
pemberat dan meningkatkan ancaman pidana. Penganiayaan yang
direncanakan menurut Pasal 353 KUHP diancam dengan hukuman
penjara maksimum empat tahun, apabila mengakibatkan luka berat
akan meningkat menjadi tujuh tahun, dan bila menyebabkan
kematian menjadi sembilan tahun. Lebih lanjut, ancaman pidana
penjara penganiayaan berat berencana sebagaimana diatur dalam
Pasal 353 KUHP adalah dua belas tahun, dan akan menjadi
maksimum lima belas tahun penjara bilamana mengakibatkan
kematian.

Percobaan Penganiayaan

Pasal 351 ayat (5) dan 352 ayat (2) KUHP sebagai aturan khusus
mengecualikan berlakunya Pasal 53 KUHP mengenai percobaan. Hal
demikian dikarenakan tujuan utama dari penganiayaan yakni
mengakibatkan luka atau sakit secara fisik tidak akan tercapai
bilamana tindak pidana belum terjadi di luar kehendaknya
sebagaimana dalam percobaan.

Contoh kasus

1. Putusan No. 257/Pid.B/2020/PN RBI (Penganiayaan Biasa)


Majelis hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan
meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana penganiayaan
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 20

sebagaimana diatur dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP. Dalam


perkara ini Terdakwa merasa kesal dengan korban karena tidak
mau menuruti pemintaannya, atas hal tersebut Terdakwa
melakukan perbuatan aniaya yang dilakukan dengan cara
membacok lengan korban menggunakan sebilah parang beberapa
kali hingga mengakibatkan luka robek, lecet, dan tergores.

2. Putusan No. 241/Pid.R/2018/PN BLT (Penganiayaan Ringan)


Majelis hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan
meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana penganiayaan
ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 352 ayat (1) KUHP.
Dalam perkara ini Terdakwa yang sedang mengendarai sepeda
motor dikagetkan dengan aksi korban yang tiba-tiba menyebrangi
jalan raya tanpa aba-aba. Terdakwa lantas menginjak rem
mendadak dan hampir terjatuh. Karena perbuatan tersebut,
Terdakwa emosi kemudian menghampiri dan memukul wajah
korban menggunakan tangan kosong hingga mengakibatkan
memar pada wajah korban.

3. Putusan No. 67/Pid.B/2018/PN SKG (Penganiayaan


Berencana)
Majelis hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan
meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana penganiayaan
berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 353 ayat (1) KUHP.
Dalam perkara ini Terdakwa merasa emosi karena sebelumnya
pernah ditipu oleh korban. Untuk membalaskan rasa amarah
yang ada pada diri Terdakwa, ia kemudian merencanakan
hendak menyakiti korban secara langsung dengan cara
mendatangi tempat korban biasa bermain game (warnet)
kemudian memukuli korban berkali-kali menggunakan kedua
tangan dan kaki hingga mengakibatkan luka memar, lecet, dan
berdarah di beberapa bagian tubuh korban.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 21

4. Putusan No. 2/Pid.B/2018/PN BJW (Penganiayaan Berat)


Majelis hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan
meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana penganiayaan
berat sebagaimana diatur dalam Pasal 354 ayat (1) KUHP. Dalam
perkara ini sebelumnya Terdakwa dengan korban pernah terlibat
perkelahian. Pada suatu waktu, Terdakwa mendapati korban
tengah berkunjung ke rumah salah satu kenalan Terdakwa.
Karena masih memendam rasa dendam di masa lalu, maka
begitu Terdakwa melihat korban, Terdakwa lantas mengambil
parang miliknya dari dalam rumah, kemudian membacok korban
beberapa kali hingga mengakibatkan luka berat pada beberapa
bagian tubuh korban sehingga korban harus di rawat di rumah
sakit selama beberapa waktu tertentu.

5. Putusan No. 354/Pid.B/2012/PN BLT (Penganiayaan Berat


Berencana)
Majelis hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan
meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana penganiayaan
berat berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 353 ayat (2)
KUHP. Dalam kasus ini sejak awal antara Terdakwa dengan
korban tidak pernah akur dan selalu terlibat percekcokan. Pada
puncaknya percekcokan Terdakwa dengan korban disertai
perkelahian fisik yang dimenangi oleh korban. Terdakwa yang
tidak terima karena kalah, lantas merencanakan serangan
balasan kepada korban. Keesokan harinya Terdakwa mendatangi
rumah korban dengan membawa golok miliknya, saat didapati
korban sedang tidur di ruang tamu rumahnya, Terdakwa
langsung masuk dan membacok kepala korban tiga sampai
empat kali sehingga mengakibatkan kepala korban mengalami
luka berat dan harus melakukan rawat inap di rumah sakit
selama waktu tertentu.
Booklet Departemen Keilmuan HIMA Pidana 2020 | 22

6. Putusan No. 238/Pid.B/2019/PN CKR (Kelalaian


Menyebabkan Luka)
Majelis hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan
meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana kelalaian
menyebabkan orang lain luka sebagaimana diatur dalam Pasal
360 ayat (1) KUHP. Dalam kasus ini Terdakwa memasang balok
kayu di jalan raya dengan tujuan sebagai penyangga guna
mengamankan selang plastik untuk mengairi sawah miliknya
agar proses pemindahan air dari selang tersebut tidak terganggu
apabila dilintasi pengguna jalan raya. Sekitar pukul 20.30 WIB
Terdakwa mengambil selang air tersebut, tetapi membiarkan
balok kayu tetap membentang di jalan raya untuk
mempermudah penggunaan kembali esok hari. Pada pukul 21.30
WIB korban melintasi jalan raya tempat di mansa balok
Terdakwa tergelak di jalan menggunakan sepeda motor miliknya,
korban yang tidak melihat ada balok membentang kemudian
menabraknya hingga kehilangan keseimbangan dan terjatuh
tidak sadarkan diri. Kelalaian Terdakwa mengakibatkan korban
tidak sadarkan diri selama dua minggu serta menderita luka
dibagian kepala sehingga korban tidak dapat menjalankan
aktivitasnya sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai