Anda di halaman 1dari 4

Nama : Angelos Gogo Siregar

NPM : 110110170303

Matkul : Hukum Lingkungan (E)

Dosen : Dr. Maret Priyanta S.H.,M.H

TEMA : KEARIFAN MASYARAKAT TRADISIONAL ATAU MASYARAKAT ADAT


DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

JUDUL : KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MELAYU HUTAN RIMBO


LARANGAN JAKE DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Kearifan lokal merupakan hal yang secara turun-temurun sudah dari dahulu diciptakan dari
lingkungan komunal masyarakat homogen. Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat
untuk bertahan hidup sesuai dengan kondisi lingkungan, sesuai dengan kebutuhan, dan
kepercayaan yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan, begitu pula Sumarmi dan
Amirudin1 menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang digunakan
oleh masyarakat untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang menyatu dengan sistem
kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam
jangka waktu yang lama.

Indikator kearifan lokal yang digunakan adalah sistem pengetahuan tentang perlindungan
lingkungan hidup, sikap dan perilaku yang mendukung perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pengetahuan dan kegiatan nyata terkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan pengakuan terhadap peran masyarakat. Kabupaten Kuantan Singingi yang
merupakan salah kabupeten di Provinsi Riau yang tentunya juga didiami oleh masyarakat
Melayu. Huku adat yang berlaku pada Kabupaten Kuantan Singingi yaitu hukum adat melayu.
Jika dikaitkan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku, tentu nilai-nilai kearifan lokalnya
bersumbr dari budaya melayu.1

1
Adi Tiara Putri dan Ledy Diana, Jurnal Hukum : Kearifan Lokal Masyarakat Melayu Dalam Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Kuantan Singingi Vol. 1 No.1, Mei 2017 hal.77
Maka dijelaskan fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut: 2

1) Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.


2) Sebagai elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan.
3) Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas.
4) Mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan
meletakkannya di atas common ground/kebudayaan yang dimiliki. Kelima, mendorong
terbangunnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama
untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak, solidaritas
komunal, yang dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah
komunitas terintegrasi.

Kearifan lokal merupakan wujud dari perilaku komunitas atau masyarakat tertentu sehingga
dapat hidup berdampingan dengan alam/lingkungan tanpa harus merusaknya. Prawiladilaga
menguraikan bahwa kearifan lokal merupakan suatu kegiatan unggulan dalam masayarakat
tertentu, keunggulan tersebut tidak selalu berwujud dan kebendaan, sering kali di dalamnya
terkandung unsur kepercayaan atau agama, adat istiadat dan budaya atau nilai-nilai lain yang
bermanfaat seperti untuk kesehatan, pertanian, pengairan, dan sebagainya.3

Salah satu bentuk kearifan local di daerah tersebut adalah “Rimbo Larangan Jake”. Rimbo atau
hutan larangan Jake ini memiliki luas sekitar lebih kurang 400 hektar yang dikelola oleh
Lembaga Adat Jake, Kabupaten Kuantan Singingi. Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat
Jake dalam menjaga hutan antara lain :

1. Dilaranng menebang kayu kecuali untuk kepentingan masyarakat/ cucu kemenakan dan tidak
boleh dikomersilkan;

2. Masyarakat diperbolehkan mengambil buah-buahan yang terdapat di hutan larangan tetapi


batang kayu buah-buahan dilarang ditebangi/ dikurangi dahannya;

3. Pelanggaran terhadap larangan tersebut di atas ditetapkan denda dengan memotong seekor
kambing, lembu atau kerbau;

2
Rohana Sufia dkk, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 4 Bulan April Tahun
2016 hal. 726—731.
3
Prawiladilagadi dalam Rohana Sufia dkk, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1
Nomor: 4 Bulan April Tahun 2016 hal. 726—731.
4. Istilah adat yang digunakan dalam pelanggaran terhadap larangan adalah tibo diporiuk tidak
dikempeskan, tiba dimato tidak dipicingkan. Manfaat keberadaan hutan ini adalah terjaga habitat
berbagai flora dan fauna., lestarinya sumber mata air serta munculnya kemitraan/ pemberdayaan
masyarakat tentang edukasi lingkungan.4

Hal ini menjadi perhatian tentang keberadaan desa ini dimana mata pencaharian masyarakat
tersebut sebgai petani dimana jika keseimbangan mereka dirusak maka akan mengakibatkan
terganggunya mata pencaharian mereka. Hal ini harus dipertahankan agar tidak memusnahkan
bukan hanya untuk mereka dalam aspek mata pencahariannya namun juga untuk masa
depan/generasi yang mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

4
Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Riau 2014, Profil Kearifan Lokal, hal.17
 Adi Tiara Putri dan Ledy Diana, Jurnal Hukum : Kearifan Lokal Masyarakat Melayu
Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Kuantan Singingi
Vol. 1 No.1, Mei 2017

 Rohana Sufia dkk, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1
Nomor: 4 Bulan April Tahun 2016

 Prawiladilagadi dalam Rohana Sufia dkk, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume: 1 Nomor: 4 Bulan April Tahun 2016

 Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Riau 2014, Profil Kearifan Lokal

Anda mungkin juga menyukai