Kelas :X.MIA.2
M.Pelajaran :Budaya Melayu Riau
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………….………...2
BAB I……………………………………………………………………………….3
Pendahuluan………………………………………………………………………...3
BAB II……………………………………………………………………………...6
ISI…………………………………………………………………………………..6
2.1 Pengertian………………………………………………………………..6
2.2 Teori-teori………………………………………………………………..7
2.3 Pantang Larang/Mitos……………………………………………………7
BAB III…………………………………………………………………….……….9
Penutup……………………………………………………………………………..9
3.1 Kritik………………………………………………………………..……9
3.2 Saran……………………………………………………………………..9
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….10
3
1
BAB I
Pendahuluan
Pada dasarnya budaya asli Indonesia, terbukti memiliki filsafah yang pro
lingkungan up seperti, adat hidup menjaga adat, tahu menjaga laut dan selat, tau
menjaga tanah adat, tau menjaga ulat dana semut.Masyarakat melayu yang ada
di provinsi riau juga mempunyai nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan
lingkungan hidup.Untuk menghindari punahnya nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat melayu yang terdapat dalam petatah petitih, syair, tunjuk ajar,
norma, perilaku, dan sikap dalam menjaga lingkungan maka diangkatlah pokok
permasalahan bagaimana penerapan kearifan lokal masyarakat melayu dalam
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup dalam memanfaaatkan alam.
5
1
6
1
BAB II
Isi
2.1 Pengertian
Meminta izin kepala adat untuk sebelum pergi membuka ladang atau
lahan pertanian. Agar tidak terjadi eksploitasi terhadap alam.
Larangan menebang kayu dari pohon yang dilindungi untuk dijadikan
lahan pertanian atau pembukaan ladang.
Memanfaatkan lahan sesuai aturan dan sesuai yang dibutuhkan saja.
Denda apabila melanggar aturan yang sudah dibuat seperti larangan
memotong kayu yang hanya digunakan untuk keperluan komersil.
Larangan menangkap ikan disungai menggunakan alat-alat yang
dapat memusnahkan populasi ikan disungai.
7
1
2.2 Teori-teori
bahwa hutan, sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang
dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia,
karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta
dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bagi
generasi sekarang maupun gencrass mendatang
bahwa hutan, sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan
sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh karena
itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya
dukungnya secara bijaksana, terbuka. profesional, serta bertanggung-gugat.
bahwa pengurusan hutan yang berkelanjutan dan berwawasan mendunia.
harus menampung dinamika aspirasi dan peran serta masyarakat, adat dan
budaya, serta tata nilai masyarakat yang berdasarkan pada norma hukum
nasional.
bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8)
sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan dan pengurusan hutan,
dan tuntutan perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti:
Pengelolaan hutan dalam adat dan kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat
terdapat kegiatan yang dilarang untuk dilakukan karena dapat merusak fungsi
hutan yaitu sebagai sumber air yang dapat menyebabkan kelestarian lingkungan
terganggu . Pernyataan tersebut sesuai dengan hal-hal yang diterapkan oleh
masyarakat hutan larangan adat Rumbio dalam melindungi dan menjaga hutan
8
1
adat tersebut. Terdapat kearifan lokal dalam bentuk larangan yang ditaati oleh
masyarakat adat.larangan-larangan tersebut diantaranya:
Larangan-larangan ini sudah ada sejak dahulu, sehingga tidak ada yang
dapat untuk menghilangkan satu atau beberapa warisan kearifan lokal ini.
Menurut Datuk Ulak Simano (2013), dengan adanya larangan-larangan ini
akan dapal membuat masyarakat dapat menjaga dan melindungi hutan
demi kehidupan di masa yang akan datang. Adanya larangan ini juga akan
memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya. Istilah adat Rumbio
adalah adat sabonou adat, bajalan luruih bakato bonou, merupakan ajaran
untuk menaati kearifan lokal yang sejak dahulu sudah ada dan hendaknya
setiap bertindak haruslah tindakan yang lurus, dalam berkata haruslah yang
benar. Masyarakat hutan larangan adat juga sangat menerapkan tangan
mencencang, bahu memikul, yang artinya setiap tindakan yang kita lakukan,
kita harus siap juga menerima resikonya. Istilah adat tersebut sesuai dengan
yang dikatakan oleh Francis,kearifan lokal ini lebih tepat disebut dengan
tradisi-tradisi yang ada di masyarakat yang mana setiap aksi atau tindakan
yang biasa dilakukan disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada di
masyarakat itu sendiri.
9
1
BAB III
Penutup
3.1 Kritik
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut
penulis harapkan kritik serta sarannya yang mengenai pembahasan makalah
10
1
Daftar Pustaka
Ranggi. (2020, juni 14). Hutan Larangan. Retrieved juli 31, 2022, from
RiauPos.com: https://riaupos.jawapos.com/seni-budaya/14/06/2020/233227/hutan-
larangan.html
11