Anda di halaman 1dari 10

1

Makalah Budaya Melayu Riau


Kearifan lokal melayu dalam permanfaatan alam

Disusun oleh : Kelompok 4


- Ardelia Sioni Trinita - Elsi Anggreani - Syaili Kurdi Syahputra
- Bening Diva Elvina - Nelysa Rianti Putri
- Citra Lestari - M.Farel Harianto
- Chindy Puji Afrianti - Wijaya Wahyu Agung

Kelas :X.MIA.2
M.Pelajaran :Budaya Melayu Riau

SMAN 001 Tebing Tinggi


Tahun Ajaran 2022/2023
2
1

Daftar Isi

DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………….………...2

BAB I……………………………………………………………………………….3

Pendahuluan………………………………………………………………………...3

1.1 Latar Belakang………………………………………….……………..…3


1.2Rumusan Masalah……………………..…..………………….………..…4
1.3Manfaat Penelitian……………………….………………..……...……….4
1.4Tujuan Penelitian………………………………………..………………...5

BAB II……………………………………………………………………………...6

ISI…………………………………………………………………………………..6

2.1 Pengertian………………………………………………………………..6
2.2 Teori-teori………………………………………………………………..7
2.3 Pantang Larang/Mitos……………………………………………………7

BAB III…………………………………………………………………….……….9

Penutup……………………………………………………………………………..9

3.1 Kritik………………………………………………………………..……9
3.2 Saran……………………………………………………………………..9

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….10

3
1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengelolaan sumber daya alam, pada dasarnya memiliki tujuan untuk


meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat (social-beings) secara
berkelanjutan, terutama pada masyarakat lokal yang bermukim di wilayah
terdapatnya sumber daya alam, Dalam pengelolaan sumber daya alam secara
langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap lingkungan hidup.
Misalnya ketika dalam pengelolaan sumber daya alam lingkungan tentu ada yang
menghasilkan limbah yang berdampak terhadap lingkungan. Dan persoalan
lingkungan ini dari hari ke hari makin komplek. Salah satu wilayah dindonesia
yang persoalan lingkungan nya semakin komplen terkait dengan pengelolaan
sumber daya alam yaitu provinsi riau. Riau yang terdiri dari 10 kota dan
kabupaten (kuantan singing Indra giri hulu, indra giri hilir, pelelawan, siak,
Kampar. rokan hulu, rokan hilir, kapulauan meranti, kota pekanbaru, kota dumal)
dimana hampir semua wilayah di riau mengalami persoalan terkait dengan
lingkungan hidup. Akan tetapi, nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam
masyarakat terancam terdegradasi. Hal ini diakibatkan oleh norma dan etika
terhadap lingkungan hidup yang diwariskan dari nenek moyang terancam oleh
gaya hidup materalshedonis yang konsumtif dan mengejar kesenangan sesaat
semata. Fenomena ini sangat terlihat di in society, with oriented professionals
bisnis dan kurang perduli lingkungan.Pada masa sekarang Ini, kebudayaan asing
akan semain gencar mempengaruhi budaya lokal Indonesia.
4
1

Pada dasarnya budaya asli Indonesia, terbukti memiliki filsafah yang pro
lingkungan up seperti, adat hidup menjaga adat, tahu menjaga laut dan selat, tau
menjaga tanah adat, tau menjaga ulat dana semut.Masyarakat melayu yang ada
di provinsi riau juga mempunyai nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan
lingkungan hidup.Untuk menghindari punahnya nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat melayu yang terdapat dalam petatah petitih, syair, tunjuk ajar,
norma, perilaku, dan sikap dalam menjaga lingkungan maka diangkatlah pokok
permasalahan bagaimana penerapan kearifan lokal masyarakat melayu dalam
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup dalam memanfaaatkan alam.

1.2 Rumusan Masalah

 Pengertian Kearifan Lokal?


 Bagaimana orang melayu mempertahankan kearifan lokal dalam
memanfaatkan alam?

1.3 Manfaat penelitian


Manfaat kearifan lokal dalam memanfaatkan alam yaitu, menggunakan
SDA dengan sebijak-bijaknya dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan nya, karena disana lah tempat mereka mencari penghidupan
dan bisa bertahan hidup dan juga untuk mengembangkan sumber daya
alam.

5
1

1.4 Tujuan penelitian


Untuk mengetahui apa-apa saja kearifan lokal melayu dalam
memanfaatkan alam dan kita juga dapat menegtahui cara-cara
memanfaatkan alam yang tersedia. Kita juga sebagai anak-anak mudah
dapat melestarikan kearifan lokal yang sudah memudar dengan seiringan
perkembangan zaman.

6
1

BAB II
Isi

2.1 Pengertian

 Pengertian kearifan lokal

Kearifan lokal adalah berupa prinsip-prinsip dan cara tertentu yang


dianut, dipahami, dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam
berinteraksi dan berinterelasi dengan lingkungannya dan diformulasikan
dalam bentuk sistem nilai dan norma adat. Kearifan lokal juga biasanya
diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi melalui cerita dari
mulut ke mulut. Kearifan lokal merupakan sarana dalam mengolah dan
mempertahanan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.

 Cara orang melayu melestarikan kearifan lokal dalam memanfaatkan


alam

 Meminta izin kepala adat untuk sebelum pergi membuka ladang atau
lahan pertanian. Agar tidak terjadi eksploitasi terhadap alam.
 Larangan menebang kayu dari pohon yang dilindungi untuk dijadikan
lahan pertanian atau pembukaan ladang.
 Memanfaatkan lahan sesuai aturan dan sesuai yang dibutuhkan saja.
 Denda apabila melanggar aturan yang sudah dibuat seperti larangan
 memotong kayu yang hanya digunakan untuk keperluan komersil.
 Larangan menangkap ikan disungai menggunakan alat-alat yang
dapat memusnahkan populasi ikan disungai.

7
1

2.2 Teori-teori

Dalam pemanfaatan alam melayu Riau didasari oleh perundangan-undangan


Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan

 bahwa hutan, sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang
dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia,
karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta
dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bagi
generasi sekarang maupun gencrass mendatang
 bahwa hutan, sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan
sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh karena
itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya
dukungnya secara bijaksana, terbuka. profesional, serta bertanggung-gugat.
 bahwa pengurusan hutan yang berkelanjutan dan berwawasan mendunia.
harus menampung dinamika aspirasi dan peran serta masyarakat, adat dan
budaya, serta tata nilai masyarakat yang berdasarkan pada norma hukum
nasional.
 bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8)
sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan dan pengurusan hutan,
dan tuntutan perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti:

2.3 Pantang Larang/Mitos

Pengelolaan hutan dalam adat dan kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat
terdapat kegiatan yang dilarang untuk dilakukan karena dapat merusak fungsi
hutan yaitu sebagai sumber air yang dapat menyebabkan kelestarian lingkungan
terganggu . Pernyataan tersebut sesuai dengan hal-hal yang diterapkan oleh
masyarakat hutan larangan adat Rumbio dalam melindungi dan menjaga hutan

8
1

adat tersebut. Terdapat kearifan lokal dalam bentuk larangan yang ditaati oleh
masyarakat adat.larangan-larangan tersebut diantaranya:

 Tidak boleh menebang pohon


 Tidak boleh memanfaatkan hasil hutan tanpa seizin ninik mamak
 Tidak boleh memasuki hutan larangan adat Rumbio tanpa seizin ninik
mamak
 Tidak boleh berburu fauna hutan larangan adat Rumbio
 Tidak boleh berbuat yang tidak baik di dalam hutan larangan adat
Rumbio
 Tidak boleh berkata-kata yang tidak baik di dalam hutan

Larangan-larangan ini sudah ada sejak dahulu, sehingga tidak ada yang
dapat untuk menghilangkan satu atau beberapa warisan kearifan lokal ini.
Menurut Datuk Ulak Simano (2013), dengan adanya larangan-larangan ini
akan dapal membuat masyarakat dapat menjaga dan melindungi hutan
demi kehidupan di masa yang akan datang. Adanya larangan ini juga akan
memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya. Istilah adat Rumbio
adalah adat sabonou adat, bajalan luruih bakato bonou, merupakan ajaran
untuk menaati kearifan lokal yang sejak dahulu sudah ada dan hendaknya
setiap bertindak haruslah tindakan yang lurus, dalam berkata haruslah yang
benar. Masyarakat hutan larangan adat juga sangat menerapkan tangan
mencencang, bahu memikul, yang artinya setiap tindakan yang kita lakukan,
kita harus siap juga menerima resikonya. Istilah adat tersebut sesuai dengan
yang dikatakan oleh Francis,kearifan lokal ini lebih tepat disebut dengan
tradisi-tradisi yang ada di masyarakat yang mana setiap aksi atau tindakan
yang biasa dilakukan disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada di
masyarakat itu sendiri.

9
1

BAB III
Penutup

3.1 Kritik

Banyak diantaranya masyarakat Melayu yang masih melanggar


peraturan-peraturan seperti merusak lingkungan dan membuang sampah
sembarangan,seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lingkungan
hutan melayu agar tidak dicemari sesuka hati dan di perketatkan lagi sanksi-
sanksi terhadap pelaku pencemaran hutan Melayu

3.2 Saran

Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut
penulis harapkan kritik serta sarannya yang mengenai pembahasan makalah

10
1

Daftar Pustaka

Ranggi. (2020, juni 14). Hutan Larangan. Retrieved juli 31, 2022, from
RiauPos.com: https://riaupos.jawapos.com/seni-budaya/14/06/2020/233227/hutan-
larangan.html

Taufik Ikram jamil, d. H. (2019). Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru,


Riau, Indonesia: PT.Narawita Swarna Persada.

Nur. (2019, februari 24). ALAM DALAM PANDANGAN BUDAYA MELAYU


RIAU.docx. Retrieved juli 31, 2022, from CourseHero.com:
https://www.coursehero.com/file/48071024/ALAM-DALAM-PANDANGAN-
BUDAYA-MELAYU-RIAUdocx/

11

Anda mungkin juga menyukai