Anda di halaman 1dari 18

Laporan Penelitian

Sarah Kezia | XII IPS 1/25


Sosiologi
“MELESTARIKAN HUTAN ALA
MASYARAKAT DESA CIOMAS”
Daftar Isi

Daftar Isi
BAB I “Pendahuluan”__________________________________________________2-4
1.1 Latar Belakang Masalah______________________________________________3
1.2 Rumusan Masalah__________________________________________________3
1.3 Hipotesa__________________________________________________________3
1.4 Tujuan____________________________________________________________3
1.4.1 Tujuan umum____________________________________________________3
1.4.2 Tujuan khusus ___________________________________________________3
1.5 Metode ___________________________________________________________3
1.6 Manfaat___________________________________________________________4
1.6.1 Manfaat bagi penulis _____________________________________________4
1.6.2 Manfaat bagi pembaca____________________________________________4
BAB II “Landasan Teori”_______________________________________________5-10
2.1 Pengertian Kearifan Lokal__________________________________________5-7
2.2 Pengertian Pemberdayaan____________________________________________7
2.3 Pengertian Komunitas______________________________________________7-8
2.4 Pengertian Globalisasi_____________________________________________8-9
2.5 Hubungan antara Kearifan Lokal dengan Pemberdayaan Komunitas terhadap
Pengaruh Globalisasi _________________________________________________9-10
BAB III “Uraian dan Pengembangan Teori”__________________________________11
3.1 Upaya masyarakat Desa Ciomas dalam memberdayakan tradisi nyepuh_______11
3.2 Cara mencegah masuknya arus globalisasi ke dalam kearifan lokal masyarakat
Desa Ciomas__________________________________________________________11
BAB IV “Penutup”_____________________________________________________12
4.1 Kesimpulan_______________________________________________________12
4.2 Saran____________________________________________________________12

1|Page
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan
penelitian mengenai “Kearifan lokal masyarakat Desa Ciomas”. Laporan
ini disusun untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat Desa Ciomas dan
untuk memenuhi tugas ujian praktek mata pelajaran Sosiologi.
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada Yth:
1. Ibu Juju selaku guru dan pembimbing mata pelajaran Sosiologi
2. Orang tua saya yang telah membantu baik moril maupun materil
3. Teman-teman yang telah mendukung dalam pengerjaan laporan
penelitian
Harapan saya semoga laporan penelitian ini bermanfaat untuk
memperluas ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Dan
saya menyadari masih banyak kekurangan dari laporan penelitian ini, baik
dari segi penyusunan, bahasan, penulisannya. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
saya untuk lebih baik di masa yang akan datang.

1|Page
BAB I “Pendahuluan”

1.1 Latar Belakang Masalah

Hutan adalah sebuah tempat di mana terdapat sekumpulan flora dan fauna
bermukim. Dari sanalah berton-ton oksigen diproduksi untuk kebutuhan manusia tiap
harinya. Pepohonan tersebut mampu menetralkan polutan yang dihasilkan kendaraan
bermotor (CO2 dan H2O) melalui O2 yang mereka hasilkan. Indonesia merupakan
salah satu negara yang menjadi paru-paru dunia, karena Indonesia memiliki banyak
pemasok oksigen (hutan). Udara yang sejuk dan segar, dapat kita rasakan setiap pagi
dengan penuh kedamaian di tanah air kita tercinta ini. Banyak orang yang sering
melakukan kegiatan lari pagi untuk menghirup udara segar dan berolahraga guna
menyehatkan badan. Sayangnya pada era globalisasi ini , hal tersebut sudah tidak dapat
kita rasakan lagi. Kehidupan dan gaya hidup modern membuat manusia menjadi tidak
lagi peka terhadap lingkungannya. Segalanya selalu tentang bergegas dan mengejar.
Kendaraan bermotor dengan berbagai jenis dan merk kini semakin menyesaki jalanan
sebagai upaya untuk berlomba dengan waktu. Dan tentu saja konsekuensi logis dari
keadaan ini adalah bahwa oksigen disekitar menjadi tak lagi nyaman untuk dihirup,
suhu menjadi lebih panas dari sebelumnya, dan keadaan kian terasa bising. Hal ini
diperparah dengan maraknya penebangan hutan secara liar.

Dengan kondisi lingkungan tersebut, maka dibutuhkan pemberdayaan dari


pemerintah untuk melestarikan hutan-hutan yang ada di Indonesia. Sebagai tindakan
yang patut kita contoh, berasal dari sebuah komunitas yang berada di Desa Ciomas.
Mereka memiliki suatu kearifan lokal untuk melestarikan hutan yang disebut tradisi
nyepuh. Tradisi ini dapat diperkuat dengan program menanam 1000 pohon yang
merealisasikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 yang
berbunyi:
“a. bahwa sumber daya alam nabati yang jenisnya beraneka ragam dan mempunyai
peranan penting bagi kehidupan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa; oleh karena itu
perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi, dan seimbang bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat;
b. bahwa sistem pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan perlu
ditumbuhkembangkan dalam pembangunan pertanian secara menyeluruh dan terpadu;

2|Page
c. bahwa pertanian maju, efisien, dan tangguh mempunyai peranan yang penting dalam
pencapaian tujuan pembangunan nasional, yaitu terciptanya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. bahwa sistem budidaya tanaman yang merupakan bagian dari pertanian perlu
dikembangkan sejalan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia untuk
mewujudkan pertanian maju, efisien, dan tangguh;
e. bahwa peraturan perundang-undangan yang saat ini masih berlaku, baik yang
merupakan produk hukum warisan pemerintah kolonial maupun produk hukum
nasional, sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan hukum dan kepentingan nasional sehingga perlu dicabut;
f. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas dipandang perlu menetapkan
ketentuan tentang sistem budidaya tanaman dalam suatu Undang-undang.”
Dengan alasan inilah, maka penulis melakukan penelitian tentang salah satu
kearifan lokal dalam hal menjaga kelestarian hutan yang dimiliki oleh masyarakat di
Desa Ciomas, Ciamis, Jawa Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana upaya masyarakat Desa Ciomas dalam memberdayakan tradisi nyepuh?
Bagaimana cara mencegah masuknya arus globalisasi ke dalam budaya nyepuh
masyarakat Desa Ciomas?

1.3 Hipotesa
Memudarnya pemberdayaan tradisi nyepuh menjadi kemungkinan yang dapat
terjadi di tengah derasnya arus globalisasi

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Untuk memperluas ilmu pengetahuan

Untuk mengetahui kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Ciomas

Untuk mengetahui pengaruh arus globalisasi terhadap kearifan lokal

1.4.2 Tujuan khusus

Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosoilogi

masyarakat Desa Ciomas

1.5 Metode

3|Page
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, kajian dilakukan dengan mencari
referensi di internet dan disajikan dalam bentuk deskripsi.

1.6 Manfaat
1.6.1 Manfaat bagi penulis
Memberikan pengalaman
1.6.2 Manfaat bagi pembaca
Memperluas ilmu pengetahuan

4|Page
BAB II “Landasan Teori”

2.1 Pengertian Kearifan Lokal

Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang


dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat.
Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman
mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan
melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan
waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.

Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Ciomas

Desa Ciomas yang secara geografis berada di Kaki gunung Sawal (1764 mdpl)
ini memiliki satu adat budaya yang begitu sistematis dan terprogram yang berkaitan
dengan pelestarian hutan.

Masyarakat di Desa ini memiliki satu kearifan lokal yang disebut tradisi
nyepuh. Tradisi ini sesungguhnya merupakan puncak dari rangkaian kegiatan
ngamumule (melestarikan) adat karuhun (leluhur). Dan upacara Nyepuh sendiri
merupakan manifestasi kearifan lokal yang tidak saja harus dilestarikan, tapi juga
diangkat dalam lingkup berbangsa dan bernegara. Sebab di dalamnya terdapat banyak
nilai dan layak dipahami sebagai keteladanan. Bukti dari tradisi tersebut adalah dengan
masih menetapkannya Leuweung Larangan (hutan larangan) di kawasan Gunung
Sawal sebagai tempat yang harus betul-betul dijaga kelestariannya.

Di samping itu, ada pula beberapa tahapan dalam adat masyarakat Ciomas yang
mengedepankan pola-pola sistematis dan bertahap dalam hal pelestarian hutan di
lingkungan mereka. Tahapan adat itu terbagi dalam tiga tahap yang begitu sistematis
dan penuh perhitungan. Inilah tahap-tahap dalam adat Masyarakat Ciomas dalam hal
menjaga lingkungan hutan agar tetap lestari:

1. Kabarataan

5|Page
Kabarataan adalah sebuah adat yang mengedepankan pada analisis yang
mendalam terhadap kerusakan-kerusakan hutan yang terdapat dalam tata wilayah
mereka. Dalam adat Kabarataan ini meliputi menghitung berbagai kerusakan hutan,
menetapkan waktu pemulihan kerusakan tersebut (Tata Wayah) dan juga rancangan
kerja tentang apa-apa saja yang harus dilakukan untuk memulihkan kerusakan (Tata
Lampah). Tidak hanya itu, dalam adat Kabarataan ini juga diadakan upacara
penanaman pohon panayogian atau penanda yang disebut dengan nama Ki Pasang,
mengingat pohon yang di tanam adalah dua jenis pohon yang sama dan berdampingan.
Dalam prosesi adat menanam pohon panayogian biasanya dilakukan pada akhir
menjelang rangkaian adat Kabarataan berakhir. Yang membuat saya terkesan adalah,
untuk pohon yang di tanam dalam Panayogian ini masyarakat adat mewajibkan untuk
hanya menanam jenis pohon yang tumbuh di wilayah itu dan sama sekali tidak
dibolehkan untuk menanam pohon yang berasal dari luar daerah tersebut. Hal itu tentu
saja dilakukan bukan dengan tanpa alasan sama sekali.

Tujuan utama dari penanaman pohon yang harus dari wilayah tersebut dengan
perhitungan bahwa adaftasi sebuah tanaman dengan tanah dan lingkungan baru
adakalanya memakan proses yang tidak selamanya berjalan mulus. Jika pohon yang
ditanam merupakan tanaman asli dari wilayah tersebut maka diharapkan proses
adaptasi dan pertumbuhan dari sang pohon yang baru di tanam bisa lebih mudah
dilalui.

2. Kadewaan
Untuk tahapan berikutnya setelah prosesi adat Kabarataan berakhir maka
dilanjutkan dengan tahapan selanjutnya yakni melaksanakan adat Kadewaan.
Kadewaan sendiri pada prinsipnya adalah awal dimulainya proses pemulihan hutan
dan lingkungan termasuk mata air, sungai, dan aneka tumbuhan di sekitar wilayah
tersebut yang pada saat adat Kabarataan dianggap sudah waktunya dipulihkan dari
kerusakan-kerusakan. Maka, jika dalam adat Kabarataan adalah berupa analisis
yang mendalam untuk mendeteksi kerusakan-kerusakan lingkungan berikut dengan
pola-pola apa saja yang akan diambil dalam upaya penyembuhan lingkungan yang
rusak tersebut, maka dalam adat Kadewaan ini adalah upaya pelaksanaan dari
pemulihan itu sendiri. Dalam Kadewaan ini, masyarakat diwajibkan untuk
menanam pohon di tempat-tempat yang dianggap telah rusak. Dan seperti pada adat
Kabarataan, pohon-pohon yang ditanam di sini pun harus berasal dari jenis pohon
yang ada di wilayah tersebut.

6|Page
3. Karatuan

Untuk tahapan terakhir dari rangkaian adat ini adalah pelaksanaan adat
karatuan. Adat Karatuan adalah sebuah proses berkesinambungan antara terus
memulihkan lingkungan dan juga menjaga keberlangsungan pemulihan itu sendiri
hingga tercapai sebuah tata lingkungan yang benar-benar subur, bersahabat dan tentu
saja bisa diambil manfaatnya oleh penduduk setempat. Maka dari itu, dalam adat
karatuan ini sifatnya jangka panjang dan oleh karenanya waktu yang ditetapkan pun
adakalanya hingga ratusan tahun.

2.2 Pengertian Pemberdayaan

Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi


dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan
kebebasan bertindak.

Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, menjadi salah satu
lokasi sasaran kegiatan pelaksanaan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan –
Masyarakat) Mandiri sejak tahun 2010. Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu
yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara
ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin serta sasaran dari kegiatan
tersebut. Program Pinjaman Bergulir adalah salah satu bentuk program pemberdayaan
ekonomi dari beberapa program dari PNPM-Mandiri yang ada di Desa Kotabatu.
Pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir bertujuan untuk menyediakan akses layanan
keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar dengan
kegiatan yang menghasilkan pendapatan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber
pinjaman yang lainnya, untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan kegiatan yang
mendukung tumbuhnya ekonomi serta usaha mikro disamping itu membelajarkan
mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

Program Pinjaman Bergulir tersebut sudah berjalan sejak tahun 2010 sampai
sekarang. Salah satu prinsip dasar PNPM-Mandiri adalah partisipasi. Pengertian prinsip
partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan
program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan
dan pelestarian kegiatan.Secara umum, PNPM-Mandiri merupakan program yang

7|Page
memiliki prinsip bottom up, dimana kegiatan tersebut bertumpu pada masyarakat dan
membutuhkan partisipasi masyarakat.

2.3 Pengertian Komunitas

Menurut George Hillery Jr, komunitas adalah sekumpulan orang yang hidup di
satu wilayah dan memiliki ikatan untuk melakukan iinteraksi satu sama lain

Menurut Vanina Delobelle, komunitas adalah sarana berkumpulnya orang-orang


yang memiliki kesamaan minat

Salah satu contoh komunitas yang berada di Desa Ciomas adalah


Komunitas Karinding Buhun Ciomas yang dibangun dengan cara swadaya dan gotong
royong. Masyarakat setempat yang berharap dengan adanya sebuah wadah dan tempat
berkumpul mampu meningkatkan sumber daya manusia yang lebih baik lagi,
disamping membantu pemerintah mempermudah menjalankan program-programnya
juga sebagai sentral komunikasi dengan jaringan lain seperti dengan Komunitas Anak
Ibu khususnya Pasukan Multi-Talektok, dengan Saung Hieum Buta Daor, Cibeureum,
juga Bebegig Sukamantri. Selain itu, komunitas ini mencoba mencari warna lain
dengan tidak meninggalkan warna buhun karindingnya. Mumu Najmudin (37) salah
satu pengurus padepokan mengatakan,"Karinding Ciomas berusaha mempertahankan
warna dan keaslian karinding buhun sebagai upaya kami mempertahankan kearifan
lokal, adapun penggabungan warna seperti misalnya dengan Inyo Rake merupakan
inovasi baru yang diharapkan mampu memberikan gagasan baru seperti yang diusung
oleh multi-talektok, tetapi kami tetap akan kembali pada jalur buhun kami."

Kegiatan komunitas ini, selain berupaya mempererat tali silaturahmi dengan


cara ngariung, ngaliwet, diskusi, show karinding (karena interior padepokan tersebut
di-set layaknya sebuah panggung konser tradisional), juga bergerak di bidang
pertanian, perikanan dan perkebunan, berkreasi pernik-pernik cindramata tradisi yang
dijual, yang paling utama misi mereka adalah sebagai jayabaya menjaga keseimbangan
ekosistem alam dengan cara kampanye pelestarian hutan lindung dan konservasi,
mendata pohon-pohon di gunung sawal dan menjaganya, melakukan penghijauan,
merawat sumber-sumber air, dan yang lebih hebat menerapkan hukum adat bagi
siapapun yang melanggar merusak ekosistem gunung sawal. "Ceuk aing ge, hejokeun
gunung....!!!!" begitu teriak mereka.

8|Page
2.4 Pengertian Globalisasi

Menurut Laurence E. Rothenberg, globalisasi adalah percepatan dan


intensifikasi interaksi dan integrase antara orang-orang, perusahaan, dan pemerintah
dari negara yang berbeda

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga mengalami


dampak dari pesatnya pengaruh globalisasi. Pengaruh globalisasi terhadap budaya
nasional meliputi berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalambidang politik,
ekonomi, ideologi, sosial dan lain- lain secara cepat maupun lambat mempengaruhi
prinsip dan identitas kebudayaan nasional Indonesia. Pengaruh positif globalisasi
terhadap budaya berpolitik adalah tumbuhnya kesadaran untuk menjalankan
pemerintahan secara terbuka dan demokratis sebagaimana yang telah dijalankan oleh
negara-negara demokratis di seluruh dunia. Pada sektor ekonomi, dengan terbukanya
pasar internasional, budaya bersaing secara positif sudah mulai mempengaruhi pola
pikir masyarakat dunia usaha di Indonesia. Budaya tersebut memotivasi para pelaku
usaha untuk menciptakan produk barang dan jasa yang kompetitif di tingkat dunia.
Pada bidang sosial, globalisasi menularkan budaya berpikir global, etos kerja
dan disiplin yang tinggi serta semangat untuk maju yang pada akhirnya mencipatkan
identitas bangsa yang lebih positif di tingkat dunia. Selain pengaruh positif, globalisasi
juga memberi pengaruh negatif pada budaya nasional Indonesia. Pada bidang politik,
globalisasi yang didukung faham demokasi dan liberalisme lambat laun mengikis nilai-
nilai budaya luhur dalam ideologi Pancasila. Budaya voting yang mengabaikan
semangat musyawarah untuk mufakat adalah contoh nyata dari pengaruh
negatif globalisasi dari faham demokrasi. Pada bidang ekonomi, budaya cinta produk
dalam negeri yang digalakkan sejak Orde Baru sudah terkikis dengan maraknya produk
luar negeri (misalnya CocaCola, Pizza Hut, Apple,dan Dolce and Gabbana). Pada
bidang sosial, sebagian besar mayarakat Indonesia, terutama generasi muda, mulai lupa
dengan identitas diri bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan begitu mudahnya mereka
meniru budaya dan gaya hidup negara lain, misalnya K-Pop, Rap, Hip-Hop,Punk,
Harajuku, Capoeira,dan lain-lain. Ditengah krisis budaya dan identitas nasional ini,
muncullah organisasi-organisasi militan yang membawa semangat keagamaan dan
nasionalisme. Organisasi-organisasi tersebut (FPI, FBR, Hisbut Tahrir, dan lain-lain)
secara umum bertujuan ‘menjaga kemurnian ajaran agama’ dan mengedepankan

9|Page
kearifan lokal dari budaya nasional yang mulai luntur di kalangan masyarakat
Indonesia.

2.5 Hubungan antara Kearifan Lokal dengan Pemberdayaan Komunitas terhadap


Pengaruh Globalisasi
Kearifan lokal merupakan modal utama suatu negara dalam usaha mendorong
pengembangan dan pembangunan, sehingga kearifan lokalnya dapat dijadikan sebagai
sebuah identitas bagi negara tersebut. Kearifan lokal merupakan identitas bangsa
Indonesia yang menjadi filosofi dan pandangan hidup dalam berbagai bidang
kehidupan.Gencarnya arus globalisasi membuat suatu negara harus ditopang oleh
identitas nasional yang kuat. Berdasarkan hal tersebut,maka dibutuhkan adanya
komunitas-komunitas yang diberdayakan untuk tetap menjaga dan melestarikan
kearifan lokal. Sama halnya dengan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa
Ciomas dalam melestarikan hutan, yaitu tradisi nyepuh. Untuk menjaga/melestarikan
hutan, maka dibutuhkan masyarakat yang diberdayakan sebagai suatu komunitas untuk
tetap menjaga tradisi tersebut secara terus-menerus.

10 | P a g e
BAB III “Uraian dan
Pengembangan Teori”

3.1 Upaya masyarakat Desa Ciomas dalam memberdayakan


tradisi nyepuh

Langkah pertama dalam pengembangan dan


pemberdayaan masyarakat Desa Ciomas adalah dengan
menciptakan kesadaran dan keyakinan semua pihak. Setelah
itu, langkah yang tidak kalah penting adalah melakukan
pengorganisasian masyarakat. Melalui pengorganisasian ini,
masyarakat dapat mengembangkan kapasitasnya sekaligus
menampung semua keinginan yang ada. Contohnya terlihat
dari kegiatan kelompok wanita tani yang aktif melakukan
kegiatan bertani dan memberdayakan wanita untuk
bercocok tanam secara mandiri. Jadi untuk melestarikan
tradisi nyepuh, tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja
melainkan dengan mengerahkan seluruh lapisan masyarakat
yang berada di Desa Ciomas.

3.2 Cara mencegah masuknya arus globalisasi ke dalam


budaya nyepuh masyarakat Desa Ciomas

Kita tidak bisa memungkiri bahwa kemajuan yang


dicapai oleh bangsa Barat merupakan hasil dari sikap dan
perilaku disiplin senantiasa mereka terapkan. Kemajuan lain
yang bisa kita tiru adalah proses otomatisasi di dalam
teknologi. Kita banyak menyaksikan barang-barang dengan
teknologi tinggi, seperti televisi, mobil, telepon, internet,
dan lain sebagainya. Pudarnya jadi diri bangsa merupakan
sebuah risiko yang harus kita hindarkan dari efek
globalisasi. Atas dasar itu maka sangatlah perlu bagi kita
untuk melakukan tindakan preventif. Sama halnya dengan
masyarakat Desa Ciomas yang harus mencegah masuknya

11 | P a g e
arus globalisasi. Maka diharapkan setiap anggota masyarakat Desa Ciomas
mempunyai kemampuan untuk menyaring secara selektif berbagai unsur
kebudayaan asing yang masuk. Cara lainnya dapat dilakukan dengan menanamkan/
mengajarkan tradisi nyepuh kepada anak sejak dini dan secara terus-menerus,
sehingga kelak masyarakat Desa Ciomas terus menjalankan tradisi nyepuh tanpa
terpengaruh oleh arus globalisasi.

12 | P a g e
BAB IV “Penutup”
4.1 Kesimpulan
Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Ciomas (tradisi nyepuh)
berkaitan erat dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Namun
seiring perkembangan waktu kedudukan kearifan lokal semakin terpinggirkan.
Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat merusak keseimbangan alam dan
lingkungan. Oleh sebab itu dibutuhkan berbagai upaya untuk melestarikan
tradisi nyepuh guna mengelola sumberdaya alam dan lingkungan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah melalui meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menyaring berbagai teknologi yang masuk,
sehingga menjaga keseimbangan alam dan lingkungan yang disesuaikan dengan
tradisi nyepuh. Kemudian dapat dilakukan dengan mengubah pola pikir
masyarakat dari pola pikir mekanik ke pola pikir holistik untuk tidak
mengekploitasi alam. Kemudian dengan menyadarkan masyarakat akan
pentingnya mengelola sumberdaya alam dan lingkungan yang dimiliki Desa
Ciomas dan melestarikan tradisi nyepuh yang sebenarnya memliki keunikan
tersendiri dan mengandung nilai-nilai kepercayaan dan norma yang diyakini
oleh masyarakat Desa Ciomas.
4.2 Saran
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis menyarankan agar
masyarakat Indonesia tetap menjaga kearifan-kearifan lokal yang ada. Terutama
untuk kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Ciomas, karena tradisi
tersebut sangat berfungsi dalam menjaga keseimbangan alam. Sehingga tradisi
nyepuh ini dapat dijadikan pelajaran atau contoh kepada pemerintah dan
masyarakat Indonesia untuk menjaga hutan-hutan yang ada. Ingatlah bahwa
hutan adalah paru-paru dunia dan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh
manusia. Oleh karena itu, marilah kita lestarikan hutan yang ada di Indonesia.

13 | P a g e
LAMPIRAN

http://www.diciamis.com/menengok-tradisi-nyepuh-warga-ciomas.php#.VqoVvlJHGSo

http://ekoabimanyu.blogspot.co.id/2008/10/tradisi-nyepuh-2.html

http://kabarbhumi.blogspot.co.id/2015_06_01_archive.html

14 | P a g e
Peta Lokasi Desa Ciomas

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://arsipbudayanusantara.blogspot.co.id/2014/07/kearifan-lokal-masyarakat-
ciomas-dalam.html 19/1

http://www.diciamis.com/menengok-tradisi-nyepuh-warga-
ciomas.php#.VplLylJHGSp20/1

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/59077/Fajar%20Bagus
%20Ekanda%20Saputro.pdf?sequence=1 19/1

http://karindingbuhunciomas.blogspot.co.id/p/padepokan.html 20/1

http://www.bidiknusantara.com/2014/10/desa-ciomas-rahayu-kelola-pnpm-
mandiri_7.html 21/1

http://kknm.unpad.ac.id/ciomas/ 22/1

http://kabupatenbogor.metropolitan.id/2016/01/takut-dikorupsi-desa-ciomas-siapkan-
pokja/ 22/1

Buku paket sosiologi kelas XII

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai