(Makalah ini Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ekologi dan Dinamika
Pembangunan"
Disusun oleh :
Rakhmi Aisysh El Mawaddah ( P2F122006 )
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Ir. Anis Tatik Maryani, MP
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tetap pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Kearifan Lokal di Pulai Lombok”.
Pada kesenpatan ini kami megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Ekologi dan Dinamika Pembangunan yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terus membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh kaerena itu, keterbtasan wakyu dan kemampuan kami, maka kririk dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada semuanya.
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 5
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di
Indonesia merupakanbagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kenyataan bahwa
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keaneka- ragaman dan
tidak bisa lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuandan kedaerahan. Proses pembangunan
yang sedang berlangsung menimbulkanperubahan dan pergeseran sistem nilai budaya
sehingga mental manusiapun terkenapengaruhnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi menimbulkan perubahankondisi kehidupan manusia. Maka dari itu diperlukan
sebuah peranan budaya lokaluntuk mendukung ketahanan budaya nasional itu sendiri.
Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat sudah ada di dalam kehidupan
masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah hingga saat ini, kearifan
lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan
lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah
nenek moyang atau budaya setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang terbangun secara
alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di
sekitarnya, perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan
berkembang secara turun-temurun. Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai
sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-
suku bangsa yang tinggal di daerah itu. Dalam pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan
oleh adanya kemajuan teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau
kebudayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap
sesuatu yang sudah ketinggalan di abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan
seringkali tidak melibatkan masyarakat.
B. Rumusan Masah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalahnya antara lain:
1. Apakah definisi system kearifan lokal itu?
2. Bagaimanakah cirri-ciri system kearifan lokal itu?
3. Bagaimana jenis-jenis kearifan lokal di Indonesia ini?
4. Seperti apa sistem kearifan likal di Pulau Lombok?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Penggunaan ruang dalam masyarakat Baduy secara umum dibagi kedalam tiga zona,
yaitu: Zona Bawah sebagai pemukiman, Zona Tengah digunakan untuk bercocok tanam dan
Zona Atas digunakan sebagai hutan belantara dan tempat pemujaan (Syarif Muis, 2010)
2. Sistem Perladangan Masyarakat Baduy
Menurut orang baduy atau orang Kanekes, sistem berladang mereka adalah dengan
tidak melakukan perubahan besar-besaran terhadap alam, tetapi mengikuti alam yang ada.
Sistem pengairan tidak menggunakan irigasi tetapi mengandalkan air hujan, karena dalam
kepercayaan mereka ada larangan penggunaan air sungai untuk keperluan penanaman
tanaman diladang. (Syarif Muis, 2010)
6
Fungsi kearifan lokal, yaitu;
1. Pelestarian alam,seperti bercocok tanam.
2. Pengembangan pengetahuan.
3. Mengembangkan SDM.
7
berhubungan dengan istilah “epe-aik” yang menjadi sumber dari segala sumber hidup dan
kehidupan komunitas masyarakat sasak.
Berdasarkan aturan adat budaya ini, maka muncul budaya tradisional masyarakat
sasak yang tidak lepas dari pola trinitaris dasar yakni : pertama, “epe-aik” sebagai pemilik
yang maha kuasa atas segala asal kejadian alam dan manusia. Kedua, “gumi-paer” sebagai
tanah tempat berpijak di situ langit dijunjung, karena di “gumi-paer” ini masyarakat sasak
dilahirkan. Diberi kehidupan dan selanjutnya diwafatkan. Ketiga, “budi-kaye” yang
merupakan kekayaan pribadi dari kesadaran akan “budi-daye” Sang Hyang Sukseme yang
menurunkan “akal-budi” pada setiap diri manusia untuk mendapatkan kemuliaan hidup yang
akan dibawa sampai meninggal dunia. Ketiga hal inilah yang akan mewarnai setiap
pandangan, ucapan dan perbuatan masyarakat sasak menjadi adab budaya yang tidak hanya
diukur dengan hasil karya secara material namun yang lebih penting adalah nilai-nilai yang
diperoleh selama hidup yang tercermin dari pelaksanaan adat istiadat mereka. Barangkali hal
inilah yang perlu digali lebih luas dan mendalam, tentang pemahaman akan kearifan local
terpadu yang dimiliki oleh masyarakat sasak dalam hidup bermasyarakat tanpa konflik yang
melibatkan kearifan budaya local dapat bersinergi, harmonis dan menguntungkan manusia
dan lingkungnnya.
8
BABA III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang
mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari
kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budaya
lokal.
Pada masyarakat sasak, kearifan local merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dengan agama dan adat budaya. Karenanya denyut nadi kehidupan masyarakat sasak
memerlukan cara-cara yang arif lagi bijaksana. Hal inilah yang perlu digali lebih luas dan
mendalam, tentang pemahaman akan kearifan local terpadu yang dimiliki oleh masyarakat
sasak dalam hidup bermasyarakat tanpa konflik yang melibatkan kearifan budaya local dapat
bersinergi, harmonis dan menguntungkan manusia dan lingkungnnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Johan Iskandar, “Mitigasi Bencana Lewat Kearifan Lokal”, Kompas, 6 Oktober 2009.
Ending. “System Kearifan Lokal”. http://www.deptan.go.id/dpi/detailadaptasi3.php. (diakses
tanggal 1 November 2013).
10