Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Indigenous Knowledge, Partisipasi dan Kemitraan dalam Pengelolaan


SDA dan Lingkungan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan SDA

Dosen Mata Kuliah


Trisnani Alif, S.Si., M.Sc

Disusun Oleh:
1. Alfi Nurwahidah (1093.05.1.1.18.455)
2. Sri Wahyuni (1093.05.1.1.18.399)

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BILLFATH LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, makalah ini dapat
terselesaikan. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan Dosen pengajar PSDA.

Makalah ini masih belum sempurna disebabkan karena terbatasnya kemampuan


pengetahuan baik teori maupun praktek. Dengan demikian saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan
penulisan makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan saya
guna tercapainya sebuah makalah yang baik. Semoga Allah SWT tetap menyertai kita
sekalian, dengan harapan pula agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Lamongan, 06 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL MAKALAH ............................................................................................


KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Indigenous Knowledge .......................................................... 3


B. Partisipasi Masyarakat ............................................................................ 5
C. Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat (Co-management) .... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri atas berbagai
subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan geografi dengan
corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup yang berlainan. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan
adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan suatu kearifan yang
berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya,
aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya.
Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam
masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman
dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungannya yang diketahui sebagai
kearifan lokal suatu masyarakat, dan melalui kearifan lokal ini masyarakat mampu
bertahan menghadapi berbagai krisis yang menimpanya. Banyak kearifan lokal yang
sampai sekarang terus menjadi panutan masyarakat salah satunya seperti yang ada di
Jawa (Pranoto Mongso, Nyabuk Gunung, dan Menganggap Suatu Tempat Keramat).
Sistem kearifan lokal (Indigenous Knowledge) mendorong masyarakat ikut
berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Partisipasi
tersebut dapat berupa perilaku melestarikan lingkungan dengan cara mengkonservasi
lingkungan, menjaa lingkungan, dan mentaati aturan yang berlaku.
Dalam hal ini, pemerintah harus bekerjasama dengan masyarakat untuk
mengelola sumberdaya alam dan lingkungan. Kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat lokal ini dapat dilakukan dengan cara pendekatan co-management.
Masyarakat lokal akan dilibatkan dalam setiap tahapan pembangunan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Indigenous Knowledge dalam Pengelolaan SDA dan Lingkungan?
2. Apa pengertian partisipasi dalam Pengelolaan SDA dan Lingkungan?
3. Bagaimana kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat (Co-management)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Indigenous Knowledge
2. Untuk mengetahui contoh Indigenous Knowledge
3. Untuk mengetahui pengertian partisipasi
4. Untuk mengetahui kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat (Co-
management)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal (Indigenous Knowledge)


Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan
lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda.
Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-
beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan
berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun
sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal
yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan
ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Praktek-Praktek Kearifan Lokal
Dalam menjaga keseimbangan dengan lingkungannya masyarakat melakukan
norma-norma, nilai-nilai atau aturan-aturan yang telah berlaku turun temurun yang
merupakan kearifan lokal setempat. Beberapa contoh kearifan lokal yang ada di Jawa
adalah sebagai berikut:
1. Pranoto Mongso
Pranoto mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para tani pedesaan
yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan dipakai sebagai patokan untuk
mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan tradisional maka pranoto
mongso ini memberikan arahan kepada petani untuk bercocok tanam
mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak
memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana
mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. Melalui perhitungan
pranoto mongso maka alam dapat menjaga keseimbangannya.
2. Nyabuk Gunung.
Nyabuk gunung merupakan cara bercocok tanam dengan membuat teras
sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Cara ini banyak dilakukan di
lereng bukit sumbing dan sindoro. Cara ini merupakan suatu bentuk
konservasi lahan dalam bercocok tanam karena menurut garis kontur. Hal ini

3
berbeda dengan yang banyak dilakukan di Dieng yang bercocok tanam
dengan membuat teras yang memotong kontur sehingga mempermudah
terjadinya longsor.
3. Menganggap Suatu Tempat Keramat Khususnya Pada Pohon Besar
Menganggap suatu tempat keramat berarti akan membuat orang tidak
merusak tempat tersebut, tetapi memeliharanya dan tidak berbuat
sembarangan di tempat tersebut, karena merasa takut kalau akan berbuat
sesuatu nanti akan menerima akibatnya. Misal untuk pohon beringin besar,
hal ini sebenarnya merupakan bentuk konservasi juga karena dengan
memelihara pohon tersebut berarti menjaga sumber air, dimana beringin
akarnya sangat banyak dan biasanya didekat pohon tersebut ada sumber air.
Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Masyarakat setempat yang menerapkan cara hidup tradisional di daerah
pedesaan, yang nyaris tak tersentuh teknologi umumnya dikenal sebagai masyarakat
tradisional. Masyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik
lingkungan di sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di
Indonesia, dan telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis,
sehingga mengenal berbagai cara memanfaatkan sumberdaya alam secara
berkelanjutan. Masyarakat pedusunan memiliki keunikan khusus seperti
kesederhanaan, ikatan emosional tingi, kesenian rakyat dan loyalitas pada pimpinan
kultural.
Prinsip-prinsip konservasi dalam pengelolaan sumberdaya alam secara
tradisional sebagai berikut :
1) Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) Hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat tradisional lebih condong
memandang dirinya sebagai bagian dari alam itu sendiri
2) Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan atau jenis
sumberdaya alam tertentu sebagai hak kepemilikan bersama (communal
property resource). Rasa memiliki ini mengikat semua warga untuk menjaga
dan mengamankan sumberdaya bersama ini dari pihak luar.
3) Sistem pengetahuan masyarakat setempat (local knowledge system) yang
memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah-

4
masalah yang mereka hadapi dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang
terbatas.
4) Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan
hemat (input) energi sesuai dengan kondisi alam setempat
5) Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan
sumberdaya milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat
sendiri maupun oleh masyarakat luar (pendatang). Dalam hal ini masyarakat
tradisional sudah memiliki pranata dan hukum adat yang mengatur semua
aspek kehidupan bermasyarakat dalam satu kesatuan sosial tertentu.
6) Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya milik
bersama yang dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebihan di dalam
masyarakat tradisional. Tidak adanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan
mencegah pencurian atau penggunaan sumberdaya di luar aturan adat yang
berlaku.

B. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan SDA dan Lingkungan


Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan. karena dapat dikatakan kunci sukses dalam pengelolaan sumber
daya alam yang ada ditentukan dari besar kecilnya partisipasi masyarakat.
Masyarakat yang memahami lebih dalam mengenai kelestarian lingkungan akan ada
gerak berupa perilaku melestarikan lingkungan dengan cara mengkonservasi
lingkungan, menjaga lingkungan, dan menaati aturan yang berlaku.
Roger et al. (2008) dalam Nurhaeni et al. (2011) menjelaskan bahwa partisipasi
masyarakat meningkatkan keberlanjutan, ketika masyarakat terlibat dalam
pengambilan keputusan, masyarakat merasa memiliki dan termotivasi untuk
mempertahankannya, namun memakan waktu, sumber daya, logistik dan
organisasinya merepotkan.
Jenis partisipasi yang disumbangkan oleh masyarakat dapat berupa:
1. Partisipasi buah pikiran/ide, yaitu menyumbangkan buah pikiran pengalaman,
pengetahuan dalam pertemuan pertemuan seperti ajang sono atau rapat yang
dilakukan secara berkala.

5
2. Partisipasi tenaga, dalam berbagai kegiatan yang tujuannya untuk perbaikan atau
pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya.
3. Partisipasi harta benda, yang diberikan oleh seseorang dalam suatu kegiatan
untuk perbaikan atau pembangunan desa pertolongan bagi orang lain dan
sebagainya.

C. Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat (Co-management)


Kemitraan (Co-management) dalam masyarakat Indonesia merupakan hal yang
tidak asing karena dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal gotong royong,
partisipasi masyarakat dan sebagainya. Dalam manajemen modern baik dalam
pengembangan sumberdaya manusia maupun pengembangan kelembagaan
kemitraan merupakan salah satu strategi yang biasa ditempuh untuk mendukung
keberhasilan implementasi manajemen modern. Kemitraan tidak sekedar
diterjemahkan sebagai sebuah kerjasama, akan tetapi memiliki pola strategis dalam
mewujudkan keberhasilan sesuatu dalam perspektif administrasi public.
Proses kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dan/atau masyarakat dapat
dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode sebagai berikut:
1. Teknik penalaran strategis dalam penetapan kebijakan melalui pengkajian
pilihan-pilihan strategis (prior option review). Metode ini bertujuan untuk
menentukan apakah fungsi-fungsi atau jenis-jenis urusan pelayanan umum
tertentu yang selama ini dibiayai dan diselenggarakan oleg pemerintah masih
diperlukan atau tidak, dan apakah dengan demikian penyelenggaraan
pelayanan umum tersebut perlu dipertahankan atau sebaliknya dialihkan saja
kepada pihak swasta/masyarakat. Selanjutnya hasil dari Prior Option Review
(POR) yaitu model-model kerjasama sebagai berikut:
a. Kebijakan penghapusan
b. Swastanisasi
c. Kemitraan
d. Kontrak kerja/karya
e. Marketing testing
f. Program efisiensi internal

6
2. Teknik analisis barang publik dan barang privat (public and private goods).
Model ini memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap suatu fungsi
pemerintahan atau jenis layanan tertentu, serta menentukan kebijakan model
kelembagaan atau pola kerjasama yang terbaik untuk menyelenggarakan fungsi
pemerintahan atau jenis layanan tersebut. Dengan teknik analisis ini akan
diperoleh gambaran tentang banyak sedikitnya peranan pemerintah terhadap
penyelenggaraan fungsi pemerintahan atau jenis layanan tertentu. Semakin
kecil intervensi pemerintah dibutuhkan dalam suatu layanan tertentu, maka
semakin besar peluang kerjasama/kemitraan antara sektor publik dengan
swasta.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. . Beberapa contoh
kearifan lokal yang ada di Jawa yaitu: Pranoto Mongso, Nyabuk Gunung dan
Menganggap Suatu Tempat Keramat Khususnya Pada Pohon Besar. Masyarakat
lokal telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, sehingga
mengenal berbagai cara memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan. Jenis partisipasi yang disumbangkan oleh masyarakat dapat berupa:
Partisipasi buah pikiran/ide, partisipasi tenaga dan partisipasi harta benda.
Kemitraan merupakan salah satu strategi yang biasa ditempuh untuk mendukung
keberhasilan implementasi manajemen modern. Kemitraan tidak sekedar
diterjemahkan sebagai sebuah kerjasama, akan tetapi memiliki pola strategis dalam
mewujudkan keberhasilan sesuatu dalam perspektif administrasi public.

8
DAFTAR PUSTAKA

Erni Mulyanie., 2016. “Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan Konservasi


Hutan di Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya”. Jurnal Geografi. Vol 4
No 1.
Jose Maria Da Conceicao Freitas, 2014. “Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat Lokal
dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Pantai Utara Kota Surabaya”. Vol. 2, No.
2, September 2014, 103-220.
Suhartini., 2009 “Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan”. Proceeding of Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA.

Anda mungkin juga menyukai