Anda di halaman 1dari 26

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Asyari, M.ED

Oleh :
Nuri Iza Muharomah
T20191070

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan
penyetahuannya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran” dapat diselesaikan dengan usaha maksimal. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berkat beliau kita khususnya penulis
dapat berda pada zaman yang terang benderang yakni ad-dinul islam tidak lagi berada pada
zaman yang kelam.
Tugas makalah ini berisi materi prinsip kesiapan, motivasi, persepsi, tujuan, perbedaan
individual, transfer dan retensi, belajar kognitif dan belajar afektif. Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Strategi Pembelajaran. Kami berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Jember,
2. Ibu DR. HJ. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
3. Bapak Diambang Fajar Ahwa, M.Pd.I selaku ketua prodi Pendidikan Agama Islam
4. Bapak asyari, M.ED. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenunya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun demi sekempurnaan makalah ini sangat dibutuhkan.
Penulis berharap semoga makalah ini membawa manfaat dan keberkahan bagi semua yang
membutuhkan.

Banyuwangi, 30 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Pengertian prinsip belajar......................................................................................................2
2.2 Prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran...............................................................................4
2.3 Implikasi prinsip belajar......................................................................................................14
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................21
3.2 Saran....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar
bukan hanya mengingat tapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami, hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat
dihayati oleh orang yang sedang belajar dan juga dan dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi
guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud pengertian prinsip belajar?
2. Apa saja prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran?
3. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip belajar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian prinsip belajar
2. Untuk mengetahu prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran
3. Untuk mengetahui implikasi prinsip-prinsip belajar

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Prinsip Belajar
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti dasar (pendirian, tindakan) atau
sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama. Kata prinsip berasal dari bahasa inggris
yaitu principle yang berarti asas atau dasar. Menurut Syah Djalinus, kata prinsip mempunya
maksud sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak, bertindak dan sebagainya.
Menurut Dardiri, kata prinsip (prinsip dasar) yaitu pernyataan kebenaran universal yang
kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya, artinya kebenaran universal yang tidak
membutuhkan lagi hal-hal lain untuk membuktikan kebenarannya. Pengertian belajar sesuai
pendapat tokoh berbeda-beda, namun esensinya sama. Menurut Wingkel, belajar adalah
suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dengan lingkungan.
Menurut pandangan Skinner dalam Dimyati, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar pada
responsnya menurun dalam belajar ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons pembelajar respons si pembelajar, konsekuensi yang bersifat
menguatkan respons tersebut. Menurut Walra, Rochmat, belajar adalah merupakan aktivitas
atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang
bersifat permanen. Perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan,
perilaku, atau kepribadian. Mungkin juga dapat bersifat pengurangan atau reduksi
pengetahuan, perilaku, atau kepribadian yang tidak dikehendaki.
Prinsip belajar adalah konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang harus
diterapkan di dalam proses belajar mengajar ini mengandung maksud bahwa pendidik akan
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila Anda dapat menerapkan cara mengajar
sesuai dengan prinsip-prinsip belajar. Juga mempunyai anak supaya dapat mengontrol sendiri
apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar.
Dimyati mendefinisikan beberapa pedoman yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi anak didik yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya, maupun bagi pendidik dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Jadi,

2
prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi,
dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antardidik dan
pendidik yang dinamis dan terarah.1

Prinsip-Prinsip Belajar Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu


mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong
terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses
panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat
singkat. Meskipun demikian indikator terjadinya perubahan ke arah perkembangan pada
peserta didik dapat dicermati melalui instrumen-instrumen pembelajaran yang dapat
digunakan guru. Oleh karena itu, seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus mengarah
pada upaya mencapai perkembangan potensi-potensi anak tersebut.
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya
peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan belajar. Davies
dalam Aunurrahman, mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar
bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorang
pun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok
umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah- langkah pembelajaran, memungkinkan
murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar
terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang

1
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: KENCANA, 2009), hlm. 61-62

3
sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam
pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan
dalam perencanaan proses pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran
akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.2

2.2 Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran


1) Prinsip Kesiapan (Readiness)
Kesiapan belajar merupakan kondisi fisik-psikis (jasmani-mental) individu yang
memungkinkan subjek dapat melakukan proses belajar. Menurut Bruner, kesiapan terdiri
atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat
mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi.
Kesiapan belajar ini juga menyangkut kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis,
intelegensi, latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi, dan
faktor-faktor yang memungkinkan seorang dapat belajar. Proses belajar sangat
dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar.
Bila beberapa taraf persiapan belajar telah dilalui oleh peserta didik maka yang
bersangkutan akan siap untuk melaksanakan suatu tugas khusus. Peserta didik yang
belum siap melaksanakan suatu tugas dalam belajar, akan mengalami kesulitan, tidak
mau belajar, bahkan malah putus asa. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang
bertumpu pada konsep kesiapan di antaranya:
a. individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas yang diberikan kepadanya
sesuai dengan kesiapan (kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang
pengalamannya).
b. kesiapan belajar harus dikaji lebih dahulu untuk memperoleh gambaran kesiapan
belajar peserta didik dengan jalan menguji kesiapan atau kemampuan;
c. jika individu kurang siap melaksanakan suatu tugas belajar, maka akan menghambat
proses pengaitan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang dimilikinya;
d. kesiapan belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan untuk menerima suatu yang
baru dalam membentuk dan mengembangkan kemampuan lebih matang,
2
Ismail Makki, dan Aflahah, Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2019),
hlm. 18-19

4
e. bahan dan tugas-tugas belajar akan sangat baik kalau divariasi sesuai dengan faktor
kesiapan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik yang akan belajar.3
2) Prinsip Motivasi
Motivasi dalam kegiatan pembelajaran menurut Winkel dalam Sumampouw
memaparkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dari diri anak
didik yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat didefenisikan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik. Hal tersebut memberikan
dampak pada kegiatan belajar peserta didik dan memberikan arahan pada setiap kegiatan
belajar peserta didik schingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Didalam kegiatan
belajar motivasi merupakan faktor yang sangat penting. Motivasi memberi dorongan
yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi merupakan
pengarah untuk kegiatan belajar kepada tujuan yang jelas yang diharapkan dapat tercapai.
Nashar dalam Hamdu memaparkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki peserta
didik dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi
belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Peserta didik yang bermotivasi tinggi
dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar tinggi pula, artinya semakin
tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin
tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
Terdapat beberapa aspek yang perlu di perhatikan terkait prinsip motivasi dalam
pembelajaran pendidikan jasmani seperti pendidik hedaknnya mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang menarik dan berusaha menarik perhatian peserta didikserta sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang memotivasi dan
memberikan pengalaman yang berharga baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik.4
Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan peserta didik
untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar-mengajar. Salah satu tugas belajar guru di
sekolah adalah membangkitkan motivasi belajar itu kepada peserta didik, terutama
motivasi untuk memperkaya diri sendiri sebagai sasaran utama, sehingga secara
berangsur- didik mampu mengembangkan sifat kepribadian yang mencirikannya sebagai
orang yang selalu memperluas angsur peserta ingin memperdalam pengetahuan dan
cakrawala mental. Sosok ini dalam belajarnya selalu mengejar "sasaran belajar" dan
3
Sutiah, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 14-15
4
Hasmyati dkk, Effective Learning Models In Physical Education Teaching, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 21

5
bukan sekedar "sasaran prestise"; dengan kata lain ia menggali ilmu karena merasa
tertarik dan kemajuan dalam belajar memberikan kepuasan kepadanya.
Baginya, belajar dan studi bukan sekedar sarana untuk memperoleh sesuatu yang
lain; seperti penghargaan dan bukan sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan. Bagi
guru, memotivasi diri apalagi memotivasi peserta didik, bukanlah pekerjaan mudah.
Dalam hal ini guru memerlukan dua hal penting, yaitu kemauan dan kemampuan untuk
memotivasi. Kemauan dapat diatasi dengan memberikan motivasi terhadap diri sendiri,
sementara kemampuan bisa didapat dari berbagai training atau pelatihan, Diklat dan
sebagainya.
Ada dan tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati melalui tingkah
lakunya. Apabila peserta didik yang bersangkutan akan melakukan hal-hal di antaranya:
(1) bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu
yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
(2) Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan
tersebut;
(3) Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.5
3) Prinsip Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks, yang menyebabkan orang
dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua
proses belajar dimulai dengan persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus
atau suatu pola stimulus dari lingkungannya. Persepsi bersifat relatif, selektif, dan teratur.
Karena itu, sejak dini perlu ditanamkan kepada peserta didik untuk memiliki persepsi
yang baik dan akurat mengenai apa yang dipelajari. Untuk membentuk persepsi akurat
mengenai stimulus yang diterima, serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan,
perlu dilakukan latihan-latihan dalam bentuk dan kondisi atau situasi yang bermacam-
macam. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mengenali pola stimulus tersebut,
meskipun disajikan dalam bentuk baru.6
4) Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada
saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh
5
Sutiah, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 15-16
6
Sutiah, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 17

6
seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Tujuan
seyogyanya mewadahi kemampuan yang harus dicapai. Dalam menetapkan tujuan
seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat Pelajar akan dapat
menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya. Tujuan guru dan
murid seyogianya sesuai Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang
dicanangkannya dan yang dapat ia capai. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan
kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan
merasa rendah diri atau prestasinya menurun. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka
memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan
tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
5) Prinsip Perbedaan Individual
Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik akan
dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk memahami karakteristik siswa
dengan baik. Hal ini dikarenakan dari hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa
keberagaman faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta
kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan
dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari.
Pengenalan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang
sangat mendasar dan penting untuk dilakukan oleh setiap guru agar proses pembelajaran
menyentuh kepentingan siswa, minat-minat mereka, kemampuan serta berbagai
karakteristik lain yang terdapat pada siswa, dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang yang dilakukan dapat diharapkan.
Pengenalan terhadap siswa mengandung arti bahwa guru harus dapat memahami
dan menghargai keunikan cara belajar siswa dan kebutuhan-kebutuhan perkembangan
mereka. Upaya-upaya mengenal dan memahami siswa merupakan kegiatan yang
berlangsung secara terus-menerus, karena kebutuhan siswa tidak bersifat menetap, akan
tetapi mengalami perubahan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Bahkan
seringkali perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa berlangsung dengan cepat

7
sehingga guru tidak jarang mengalami kesulitan untuk dapat mengenal dan
memahaminya secara cermat.
Terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh
setiap pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Orang-orang yang visual, yang ditandai suka mencoret- coret ketika berbicara di
telepon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta dari pada mendengar
penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka
mendengarkan ceramah atau seminar dari pada membaca buku, lebih suka berbicara
dari pada menulis.
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak
atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk
duduk dan diam.
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain
dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar.
Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya.
Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai faktor
dalam diri individu berkembang melalui cara-cara yang bervariasi dan oleh karena itu
menghasilkan dinamika karakteristik individual yang bervariasi pula. Karakteristik
individual yang berbeda sehingga tiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani
mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual
itu oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh masing- masing
individu.
Perbedaan individual tersebut membawa implikasi Imperatif terhadap setiap
layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik
Menyamaratakan layanan pendidikan terhadap individu yang memiliki karakteristik dan
bervariasi tersebut. berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan kodrat
kemanusiaannya sehingga akan berakibat diperolehnya hasil yang kurang memuaskan.
Secara lebih spesifik berkenaan dengan implikasi atau penerapan prinsip-prinsip
perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru sebagai berikut:

8
a. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dir ya
untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhkan.
b. Para siswa harus terus didorong untuk mampu memahami potensi dirinya dan untuk
selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
c. Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan, dan metode yang selaras
dengan minat, tujuan dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para
peserta didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman
masa lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
d. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-
siswa yang lain.
e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana
para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya
sehingga berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
f. Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan mereka memiliki keleluasaan
untuk lebih cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih
sungguh-sungguh.7
6) Prinsip Transfer dan Retensi
Prinsip Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari
dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian,
transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang
baru dipelajari. Atau aplikasi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, respon lain
dari satu situasi kepada situasi yang lain. Terdapat beberapa bentuk transfer, yaitu
transfer positif, transfer negatif dan transfer nol. Transfer positif terjadi apabila
pengalaman sebelumnya dapat membantu dalam unjuk kerja dalam tugas-tugas baru.
Transfer negatif terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya menghambat
unjuk kerja dalam tugas-tugas baru dan transfer nol terjadi apabila pengalaman yang
diperoleh sebelumnya tidak memberikan pengaruh.

7
Ismail Makki, dan Aflahah, Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2019),
hlm. 37-40

9
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah individu
mempelajari sesuatu. Dengan retensi, membuat apa yang dipelajari individu tertinggal
lebih lama dalam struktur kognitifnya dapat diingat kembali apabila diperlukan. Untuk
meningkatkan retensi belajar, Thomburg dan Chauham mengemukakan beberapa prinsip
yang harus diperhatikan, yaitu:
1) isi pembelajaran yang bermakna akan lebih mudah diingat,
2) benda yang jelas dan kongkrit akan lebih mudah diingat dibandingkan yang abstrak,
3) retensi akan lebih baik untuk isi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau kata-kata
yang memiliki kekuatan asosiatif,
4) berikan resitasi, untuk meningkatkan aktifitas peserta didik,
5) susun konsep yang jelas, dan
6) berikan latihan pengulangan terutama pembelajaran keterampilan motorik.
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi retensi belajar, yaitu apa yang
dipelajari di permulaan (original learning), belajar melebihi penguasaan (over learning)
dan pengulangan dengan interval waktu (spaced review).8
7) Prinsip Belajar Afektif
Prinsip afektif tidak kalah jauh penting untuk diperhatikan ketika kita berbicara
aspek afektif, maka kita akan berbicara mengenai nilai, emosi, dorongan, minat, dan
sikap dari peserta didik dalam proses pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa
terkadang terdapat didik yang boleh dikatakan unggul dalam aspek kognitif namun
memiliki penilaian yang rendah dalam aspek afektif. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses belajar afektif:
a. Cara peserta didik menyesuaikan diri dan memberikan reaksi terhadap situasi belajar
akan memberikan dampak dan pengeruh terhadap proses belajar afektif.
b. Nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat
sepanjang hayat. Nilai, sikap, dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat
pada keseluruhan proses perkembangan. Maka dari itu orang tua dan guru TK
memiliki tugas yang berat pada umumnya, karena nilai-nilai yang diajarkan pada
tingkat tersebut akan terus diingat dan akan terus melekat.

8
Asnawan, Cakrawala Pendididikan Islam (suatu pendekatan emansipatoris modern), (Yogyakarta: Absolute
Media, 2012), hlm. 133

10
c. Melalui pengalaman, aspek afektif pada peserta didik akan lebih mudah dibentuk.
Selain itu peserta didik dapat dibantu untuk mengembangkan aspek afektifnya dengan
cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan, dan emosi.
8) Prinsip Belajar Kognitif
Prinsip Belajar Kognitif pada proses pembelajaran, aspek kognitif tentunya
mempunyai pengaruh yang besar terhadap aspek lainnya. Maka dari itu aspek kognitif
terkadang menjadi penilaian utama dalam pembelajaran. Pada dasarnya, belajar kognitif
mencakup pembentukan konsep, penemuan masalah, memecahkan masalah.Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mengimplementasikan prinsip belajar kognitif ini ialah
sebagai berikut:
a. Pendidik harus lebih memusatkan perhatian kepada aspek-aspek lingkungan yang
relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi. Hal ini juga dijelaskan pada bagian
sebelumnya terkait pentingnya pendidik memahami kondisi lingkungan yang relevan
dalam hal ini adalah lingkungan dari peserta didik secara asosiasi antar-unsur, dan
keterampilan umum.
b. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan
individu yang ada.
c. Pengalaman belajar peserta didik harus diorganisasikan ke dalam satuan ataupun unit-
unit yang sesuai.
d. Dalam pemecahan masalah para peserta didik harus dibantu untuk mendefinisikan,
dan membatasi lingkup masalah, sesuai, menemukan informasi yang menasirkan dan
menganalisis masalah tersebut.
e. Agar terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran, pendidik
kiranya dapat lebih memberikan perhatian pada proses mental daripada terhadap hasil
belajar.
Terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan prinsip
belajar koginitif ini seperti pendidik seharusnya mempertimbangkan latar belakang dan
lingkungan peserta didik dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Pendidik
dianjurkan untuk mengaitkan materi yang di pelajari dengan hal-hal yang pernah, sedang,
dan akan di alami peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidik juga

11
dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan suatu permasalahan.9
Selain itu, Prinsip-prinsip belajar relatif berlaku umum berkaitan dengan:

1. Perhatian dan motivasi,


2. Keaktifan,
3. Keterlibatan langsung,
4. Pengulangan,
5. Tantangan,
6. Balikan dan penguatan, serta
7. Perbedaan individual.

1. Perhatian dan Motivasi


Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perharian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah
tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi dapat merupakan tujuan pembelajaran.

2. Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John
Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan
siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Belajar menunjukkan
adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekadar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses belajar mengajar anak
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Dalam setiap proses belajar siswa
selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan
psikis.

9
Hasmyati dkk, Effective Learning Models In Physical Education Teaching, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 27-
28

12
3. Keterlibatan Langsung
Belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara
langsung dalam hal ini tidak sekadar mengamati secara langsung melainkan harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi
juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.

4. Pengulangan
Dengan mengadakan pengulangan, maka daya ingatan akan berkembang.
Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar
peluang timbulnya respons benar. Pada teori psikologi conditioning, respons akan timbul
saja tetapi oleh stimulus yang dikondisikan.

5. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode
eksperimen, inkuiri, diskoferi juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara
lebih giat dan sungguh-sungguh.

6. Balikan dan Penguatan


Jika pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada
operant conditioningyang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar ini adalah
law of effect-nya Thorndike. Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif.
Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut
tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat.

7. Perbedaan Individual

13
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Penggunaan metode instruksional.
Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi sisode atau strategi
belajar mengajar yang bervariasi. memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang
kurang pandai. Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa.

2.3 Implikasi Prinsip Belajar


Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa tampak dalam setiap kegiatan perilaku
mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa sebagai subjek utama dalam
kegiatan pembelajaran dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya
prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan Motivasi Siswa
Dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rang- sangan yang
mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih indranya
untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran,
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
motivasi. Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa
motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan
secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar
mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui
tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian/dorongan dari
orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis
lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan
motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk
aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa

14
berwujud perilaku-perilaku, seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya
tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi
siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan Langsung
Hal apa pun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. Implikasi prinsip
ini dituntut pada para siswa agar tidak segan segan mengerjakan segala tugas belajar yang
diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan,
siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan
siswa.
4) Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah
kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu
macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam
melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan
implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal
latihan, menghafal nama-nama Latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya
peristiwa sejarah.
5) Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan
tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia
akan belajar dan mengingat lebih baik. Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan
untuk memperoleh, memproses dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan
pembelajaran, Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya
kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses,
dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar

15
terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang
merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini di antaranya melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencaritahu pemecahan suatu
masalah.
6) Balikan dan Penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah
yang dikerjakan itu benar atau salah? Apakah tugas yang dikumpulkan nilainya bagus
atau tidak? Dengan demikian, siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil
(knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri.
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh
balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk
memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di
antaranya dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima
kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orangtua
karena hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan) nya sendiri dan
untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar. Kesadaran bahwa dirinya
berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran
belajar bagi dirinya sendiri.

Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Guru

Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya
prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran
terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini.

1) Perhatian dan Motivasi

Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku, sebagai berikut:

 Guru menggunakan metode secara bervariasi.

16
 Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan.
Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.
 Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).

Adapun implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku yang di
antaranya adalah:

 Memilih bahan ajar sesuai minat siswa


 Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
 Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada siswa.
 Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang memberikan respons
terhadap pertanyaan yang diberikan.
 Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.

2) Keaktifan

Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti


mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu
menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam
kondisi yang ada. Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan
menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya.
Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat
melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

 Menggunakan multimetode dan multimedia.


 Memberikan tugas secara individual dan kelompok.
 Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok
kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang).
 Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas.
 Mengadakan tanya jawab dan diskusi.

3) Keterlibatan Langsung

17
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional dan intelektual dalam
kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi
pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman, di
antaranya:

 Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual


dan kelompok kecil.
 Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi.
 Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
 Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktikkan gerakan psikomotorik yang
dicontohkan.
 Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau
luar sekolah.
 Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan
pembelajaran.

Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah kemampuan
guru untuk bertindak sebagai pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu
mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.

4) Pengulangan

Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan
pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dan yang tidak
membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan
pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikit pun. Selain
itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan
latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan, di antaranya:

 Merancang pelaksanaan pengulangan.


 Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan.
 Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang.

18
 Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan.
 Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.

5) Tantangan

Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus
memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam
kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan
alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang
merupakan implikasi prinsip tantangan, antaranya:

 Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan


kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4
orang).
 Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi
dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.
 Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.
 Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, handout, modul, digital content, dan
yang lain) yang memperhatikan kebutuhan untuk mendapatkan tantangan di
dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail
tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
 Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi
sendiri.
 Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-
masalah yang disajikan dalam topik diskusi.

6) Balikan dan Penguatan

Balikan dan penguatan harus sering dilakukan oleh guru. Balikan dapat diberikan secara
lisan maupun tertulis, baik secara individual atau- pun kelompok klasikal. Guru sebagai
penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan
balikan dan penguatan diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru
hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan
bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang di antaranya:

19
 Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah
dijawab siswa secara benar ataupun salah.
 Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu
yang telah ditentukan.
 Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping
pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran.
 Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai
skor dan catatan-catatan bagi pebelajar.
 Mengumumkan atau mengonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa
berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.
 Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang
menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
 Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyele- saikan tugas.

7) Perbedaan Individual

Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 dalam satu kelas, berarti
menghadapi 30 jenis keunikan atau karakteristik. Selain karakteristik/keunikan kelas, guru
harus menghadapi 30 siswa yang berbeda karakteristiknya satu dengan lainnya.
Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai
karakteristik mereka orang per-orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru
berwujud perilaku-perilaku yang di antaranya:

 Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani


kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
 Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pembelajaran.
 Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan
pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
 Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.10

10
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: KENCANA, 2017), hlm. 94-
104

20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti dasar (pendirian, tindakan) atau
sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama. Kata prinsip berasal dari bahasa inggris
yaitu principle yang berarti asas atau dasar. Prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir,
landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan
tumbuhnya proses belajar antardidik dan pendidik yang dinamis dan terarah.
Prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yaitu prinsip kesiapan, prinsip motivasi,
prinsip persepsi, prinsip tujuan, prinsip perbedaan individual, prinsip transfer dan retensi,
prinsip belajar afektif dan prinsip kognitif. Prinsip-prinsip belajar relatif berlaku umum
berkaitan dengan, Perhatian dan motivasi, Keaktifan, Keterlibatan langsung, Pengulangan,
Tantangan, Balikan dan penguatan, serta Perbedaan individual.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa tampak dalam setiap kegiatan perilaku
mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa sebagai subjek utama dalam
kegiatan pembelajaran dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya
prinsip-prinsip belajar.

3.2 Saran
Di dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, agar dalam penulisan selanjutnya lebih baik, penulis
berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Rianto, Yatim.Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik


dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: KENCANA, 2009.
Makki, Ismail dan Aflahah.Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran.Pamekasan: Duta
Media Publishing, 2019.
Hasmyati dkk.Effective Learning Models In Physical Education Teaching.Yogyakarta:
Deepublish, 2018.
Asnawan.Cakrawala Pendididikan Islam (suatu pendekatan emansipatoris
modern.Yogyakarta: Absolute Media, 2012.
Rusman.Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:
KENCANA, 2017.
Sutiah.Teori Belajar dan Pembelajaran.Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016.

23

Anda mungkin juga menyukai