Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

BELAJAR DAN OTAK

Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu Rika Dwi Agustiningsih, M.Psi., Psikolog.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Azizah Farah Azzahra (190207011)
Julaeni (190207031)
Jesika Angelina (190207030)
Nurriska Khairunisya (190207044)
Putri Aghnya Hanifa (190207046)
Sufia Dwi Ambarini (190207056)
Vivi Fuji Lestari (190207060)

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Belajar dan Otak” ini.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah senantiasa bersedia berpartisipasi. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Belajar dan Otak” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca terutama kepada
penyusun sendiri.

Bandung, 19 Maret 2021

Penyusun Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1

A. Latar Belakang……………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………...2

C. Tujuan…………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3

A. Contoh Kasus Loved One………………………………………………..3

B. Blok Bangunan Dasar Sistem Saraf Manusia……………………………5

C. Struktur dan Fungsi Otak………………………………………………...9

D. Perkembangan Otak……………………………………………………..15

E. Dasar Fisiologis Belajar…………………………………………………26

F. Implikasi Pendidikan dari Penelitian Otak………………………………28

BAB III PENUTUP……………………………………………………………...32

A. Kesimpulan………………………………………………………………32

B. Saran……………………………………………………………………..32

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan


pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia


mengendalikan semua fungsi tubuh jika otak sehat maka akan mendorong
kesehatan tubuh serta akan menunjang kesehatan mental, sebaliknya jika otak
mengalami gangguan, maka kesehatan tubuh dan mental bisa ikut terganggu.

Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan


dan pemikiran manusia, oleh karena itu terdapat kaitan era tantara otak dan
pemikiran manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan
psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan,
emosi, ingatan, pembelajaran motoric dan segala bentuk pembelajaran
lainnya.Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal
dan eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata,
telinga, kulit, dan lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang
dikenal dengan system saraf keseluruhan.

Pada pembahasan “Belajar dan Otak” kita akan melihat dasar-dasar


biologis dari pemikiran dan pembelajaran. Mulai dari mengetahui blok
bangunan dasar dari sistem saraf manusia, kemudian memeriksa berbagai
bagian otak dan fungsi yang tampaknya dimiliki masing-masing, lalu melacak
perkembangan otak dari waktu ke waktu, dan melihat keyakinan para ahli teori
tentang dasar fisiologis pembelajaran. Juga mempertimbangkan implikasi

1
pendidikan apa yang dapat ditarik dari pengetahuan dan penelitian terkini
tentang otak.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa Contoh Kasus Loved One ?
2. Apa itu Blok Bangunan Dasar Sistem Saraf Manusia ?
3. Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Otak ?
4. Bagaimana Perkembangan Otak ?
5. Seperti apakah Dasar Fisiologis Belajar ?
6. Seperti apakah Implikasi Pendidikan dari Penelitian Otak ?

C. Tujuan
1. Mengetahui seperti apa Contoh Kasus Loved One.
2. Mengetahui apa itu Blok Bangunan Dasar Sistem Saraf Manusia.
3. Mengetahui bagaimana Struktur dan Fungsi Otak.
4. Mengetahui bagimana perkembangan otak.
5. Mengetahui seperti apa Dasar Fisiologis Belajar.
6. Mengetahui seperti apa Implikasi Pendidikan dan Penelitian Otak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus Loved One

Sebagai seorang anak, Loved One dalam banyak hal cukup normal: Dia
berprestasi di sekolah.

Seseorang di keluarga saya memiliki otak yang rusak; untuk melindungi


privasinya, saya menghabiskan waktu setelah jam sekolah bermain permainan
"anak laki-laki" dengan teman-temannya, dan sering bepergian ke tempat yang
dekat dan jauh dengan orang tua dan saudara kandungnya. Orang-orang
memanggilnya Loved, orang yang mengenalnya menggambarkannya sebagai
orang yang cerdas, manis, dan sensitif. Tapi meski begitu, mungkin ada celah
kecil di otaknya. Untuk satu hal, dia kesulitan menunda kepuasan: Dia selalu
menginginkan sesuatu sekarang, sekarang, dan sekarang. Dan dia membuat
banyak pilihan yang buruk dalam pengambilan keputusan hariannya misalnya,
meninggalkan kura-kura peliharaan tanpa pengawasan di tempat tidurnya
(menyebabkan jatuh yang fatal) dan menghancurkan mainan yang tidak
diinginkan di teras belakang menggunakan palu yang meninggalkan bekas besar
di teras itu sendiri.

Ketika Loved One berusia 17 tahun, ada yang tidak beres. Meskipun jam
malam dan konsekuensi signifikan karena mengabaikannya, dia akan tetap
berada di luar sampai larut pagi; kadang-kadang dia tidak kembali ke rumah
sampai tengah hari berikutnya. Dia menjadi semakin bermusuhan dan
menantang, dan orang tuanya menganggapnya tidak mungkin untuk diajak
berunding. Dia sering menolak bangun dari tempat tidur untuk pergi ke sekolah.
Nilainya anjlok, dan pada bulan Desember di tahun terakhirnya jelaslah bahwa
dia tidak akan memiliki cukup nilai untuk lulus dengan kelas SMA-nya. Pada
bulan Januari, perilakunya yang tidak terkendali membawanya ke pusat
penahanan remaja. Sambil menunggu persidangan, dia menjadi semakin lesu

3
sampai akhirnya dia hampir tidak bisa bergerak: Dia tidak mau makan dan
sepertinya tidak bisa berjalan atau berbicara.

Ketika, pada hari persidangannya, Loved One telah didiagnosis


memiliki gangguan bipolar, suatu kondisi yang ditandai dengan periode
kegembiraan dan aktivitas intens (mania) diikuti oleh periode kesedihan yang
dalam dan kelesuan (depresi). Khususnya selama periode manik, Loved One
mengalami psikosis: Pemikirannya terganggu sampai-sampai dia tidak bisa
berfungsi secara normal. Dia tampaknya tidak dapat bernalar, membuat
keputusan yang tepat, atau mengendalikan impulsnya. Selain itu, dia sering
mengalami halusinasi pendengaran, mendengar suara-suara yang tidak ada.
Gejala psikotik seperti itu sering terlihat pada penyakit mental serius lainnya,
seperti skizofrenia.

Obat memberikan keajaiban bagi Loved One: Obat menenangkannya,


menjernihkan pikirannya, mengembalikan kendali impulsnya, dan
membantunya dengan tepat menafsirkan dan menanggapi peristiwa dalam
kehidupan sehari-harinya. Pengobatan telah memungkinkannya untuk
memperoleh diploma kesetaraan lulusan (GED) dan mendapatkan gelar B di
kelas sesekali di perguruan tinggi setempat. Tetapi seperti banyak orang dengan
penyakit mental, Loved One tidak selalu bertahan dalam pengobatannya. Ketika
dia tidak melakukannya, otaknya menjadi kacau dan perilakunya membawanya
ke penjara dan, jika dia beruntung, kembali ke rumah sakit. Loved One biasanya
sangat sedikit mengingat apa yang dia lakukan atau apa yang terjadi padanya
ketika dia psikotik.

Otak manusia adalah mekanisme yang sangat kompleks, dan para


peneliti memiliki jalan panjang untuk memahami cara kerjanya dan mengapa ia
tidak selalu bekerja sebagaimana mestinya. Namun mereka telah membuat
kemajuan besar dalam beberapa dekade terakhir, dan pengetahuan mereka
tentang anatomi dan fisiologi otak tumbuh pesat setiap tahun.

4
B. Blok Bangunan Dasar Sistem Saraf Manusia

Sistem saraf manusia memiliki dua komponen utama. Itu sistem syaraf
pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, adalah pusat
koordinasi: Pusat koordinasi menghubungkan apa yang kita rasakan (misalnya,
apa yang kita lihat, dengar, cium, rasakan, dan rasakan) dengan apa yang kita
lakukan (misalnya, bagaimana kita menggerakkan lengan dan kaki kita).

Sistem saraf perifer adalah sistem utusan: Ini membawa informasi dari
sel reseptor - sel yang dikhususkan untuk mendeteksi jenis rangsangan tertentu
dari lingkungan (misalnya, cahaya, suara, bahan kimia, panas, tekanan) —ke
sistem saraf pusat, dan membawa arah kembali ke berbagai bagian tubuh (otot,
organ, dll.) bagaimana menanggapi rangsangan itu.

Sel saraf, atau neuron, menyediakan sarana yang digunakan sistem saraf
untuk mengirimkan dan mengoordinasikan informasi. Anehnya,
bagaimanapun, neuron tidak menyentuh satu sama lain secara langsung; mereka
mengirim pesan kimiawi ke tetangga mereka melalui ruang kecil yang dikenal
sebagai sinapsis. Selanjutnya, neuron bergantung pada sel lain, yang dikenal
sebagai sel glial, untuk struktur dan dukungan. Mari kita lihat secara singkat
sifat dari masing-masing elemen kunci dari sistem saraf ini.

1. Neuron

Neuron dalam tubuh manusia memainkan salah satu dari tiga peran.
Neuron sensorik membawa informasi yang masuk dari sel reseptor. Mereka
menyampaikan informasi ini kepada interneuron, yang mengintegrasikan
dan menafsirkan masukan dari berbagai lokasi. "Keputusan" yang
dihasilkan dikirim ke neuron motorik, yang mengirimkan pesan tentang
bagaimana berperilaku dan menanggapi bagian tubuh yang sesuai.

Terkadang mungkin disebut dengan istilah neuron reseptor, neuron


pengatur, dan neuron efektor digunakan untuk neuron sensorik, interneuron,
dan neuron motorik.

5
Seperti yang diduga, neuron sensorik dan neuron motorik terletak di
sistem saraf tepi. Sebagian besar interneuron (tentang seratus miliar di
antaranya) ditemukan di sistem saraf pusat, terutama di otak (CS Goodman
& Tessier-Lavigne, 1997; DJ Siegel, 1999). Karena neuron berwarna keabu-
abuan kecoklatan, kadang-kadang secara kolektif disebut sebagai materi
abu-abu.

Neuron bervariasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi semuanya


memiliki beberapa fitur yang sama.

a. Pertama, seperti semua sel, mereka memiliki badan sel, atau soma, yang
berisi inti sel dan bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan
sel.
b. Kedua, mereka memiliki sejumlah struktur mirip cabang, yang dikenal
sebagai dendrit, yang menerima pesan dari neuron lain.
c. Ketiga, mereka juga memiliki file akson, struktur panjang seperti lengan
yang mengirimkan informasi ke neuron tambahan (kadang-kadang,
neuron memiliki lebih dari satu akson).
d. Keempat, ujung akson bisa bercabang berkali-kali, dan ujung cabang
kecilnya memiliki tombol terminal, yang mengandung zat kimia
tertentu.

6
e. Kelima,untuk beberapa (tetapi tidak semua) neuron, banyak akson
ditutupi dengan zat lemak putih yang dikenal sebagai selubung mielin.

Ketika dendrit neuron dirangsang oleh sel lain (baik sel reseptor atau
neuron lain), dendrit menjadi bermuatan listrik. Dalam beberapa kasus,
muatannya sangat kecil sehingga neuron “mengabaikannya”. Tetapi ketika
biaya mencapai tingkat tertentu (dikenal sebagai ambang eksitasi), neuron
menyala, mengirimkan impuls listrik di sepanjang aksonnya ke tombol
terminal. Jika akson memiliki selubung mielin, impuls bergerak cukup
cepat: Pesan listrik melompat dari satu celah di mielin ke celah berikutnya,
hampir seolah-olah sedang bermain lompat katak. Jika akson tidak memiliki
selubung mielin, impuls bergerak lebih lambat.

2. Sinapsis

Ujung percabangan dari akson neuron menjangkau — tetapi tidak


terlalu menyentuh — dendrit (dalam beberapa kasus, soma) neuron lain.
Sedangkan transmisi informasi dalam neuron adalah listrik, transmisi
informasi dari satu neuron ke neuron lainnya bersifat kimiawi. Ketika
impuls listrik bergerak ke bawah akson neuron, itu memberi sinyal pada
tombol terminal untuk melepaskan bahan kimia yang dikenal sebagai
neurotransmiter. Bahan kimia ini berjalan melintasi sinapsis dan
merangsang dendrit atau soma neuron tetangga.

Neuron yang berbeda mengkhususkan diri pada jenis


neurotransmiter yang berbeda. Mungkin dalam bacaan banyak yang
menceritakan tentang kesehatan, kebugaran, atau topik terkait. Sebagian
besar orang pernah melihat referensi dopamin, epinefrin, norepinefrin,
serotonin, asam amino, atau peptida. Semua ini adalah neurotransmiter, dan
masing-masing dapat memainkan peran unik dalam sistem saraf. Misalnya,
dopamin adalah neurotransmitter kunci di lobus frontal korteks, yang,
seperti yang akan segera Anda temukan, secara aktif terlibat dalam
kesadaran, perencanaan, dan penghambatan perilaku dan gagasan yang

7
tidak relevan (Goldman-Rakic, 1992; MI Posner & Rothbart, 2007).
Beberapa bukti menunjukkan bahwa skizofrenia dan gangguan kejiwaan
serius lainnya terkadang merupakan hasil dari tingkat dopamin yang
abnormal (Barch, 2003; Clarke, Dalley, Crofts, Robbins, & Roberts, 2004;
E. Walker, Shapiro, Esterberg, 2010).

Setiap neuron tunggal mungkin memiliki koneksi sinaptik dengan


ratusan atau ribuan neuron lain (CS Goodman & Tessier-Lavigne, 1997;
Lichtman, 2001; Mareschal et al., 2007). Beberapa neurotransmiter
meningkatkan tingkat aktivitas listrik di neuron yang dirangsang, sedangkan
yang lain menghambat (yaitu, menurunkan) tingkat aktivitas listrik. Apakah
sebuah neuron tertentu aktif, kemudian, adalah hasil dari seberapa banyak
neuron itu "didorong" dan "dikecilkan" oleh banyak tetangganya.

3. Sel Glial

Hanya sekitar 10% sel di otak yang merupakan neuron. Neuron yang
menyertainya mungkin satu hingga lima triliun sel glial (juga dikenal
sebagai neuroglia), yang berwarna keputihan dan dengan demikian secara
kolektif dikenal sebagai materi putih. Semua ruang yang tampaknya kosong
antara neuron yang ada pada Gambar berikut tidak kosong sama sekali, dan
itu penuh dengan sel glial dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Sel glial tampaknya melayani berbagai fungsi khusus (Koob, 2009;


Oberheim et al., 2009). Beberapa "ahli gizi" yang mengontrol aliran darah
ke neuron, "dokter" yang cenderung mengatasi pasien yang mengalami
infeksi dan cedera, atau "petugas pembersih" yang membersihkan sampah
yang tidak diinginkan di otak. Yang lain menyediakan selubung mielin.
Lapisan akson itu meningkatkan efisiensi banyak neuron. Dan banyak dari
mereka tampaknya memainkan peran langsung dan kritis dalam
pembelajaran dan ingatan.

Di otak manusianeuron, sinapsis, dan sel glial memungkinkan kita


untuk bertahan hidup (misalnya, dengan bernapas dan tidur), untuk

8
mengidentifikasi rangsangan yang kita temui (misalnya, mengenali teman
atau hewan peliharaan keluarga. ), untuk merasakan emosi (misalnya,
menjadi takut ketika kita menghadapi bahaya), dan untuk terlibat dalam
banyak proses berpikir secara sadar (misalnya, membaca, menulis,
memecahkan masalah matematika) yang memang bersifat manusiawi.

C. Struktur dan Fungsi Otak


Dalam beberapa kasus, neuron sensorik terhubung langsung dengan neuron
motorik di sumsum tulang belakang, memungkinkan respons otomatis, atau
refleks, yang tidak melibatkan pikiran sama sekali. Misalnya, jika Anda
menyentuh sesuatu yang sangat panas, neuron sensorik bergerak dari ujung jari
ke lengan dan ke dalam sumsum tulang belakang memberi tahu neuron motorik
yang berjalan kembali ke lengan dan otot tangan kita untuk segera menarik jari-
jari kita. Meskipun otak kita pasti merasakan panas yang kita alami, sumsum
tulang belakang kita memungkinkan untuk melepaskan diri dari bahaya
sebelum otak Anda mempertimbangkan situasi sama sekali.
1. Metode dalam Penelitian Otak
a. Belajar dengan hewan. Beberapa peneliti mengambil kebebasan dengan
hewan (misalnya, tikus laboratorium) yang tidak akan pernah mereka
bawa dengan manusia. Misalnya, mereka mungkin mengeluarkan
bagian tertentu dari otak hewan, memasukkan jarum kecil ke lokasi
tertentu dan secara elektrik merangsangnya, meningkatkan kadar
hormon tertentu, atau menyuntikkan bahan kimia yang memblokir
neurotransmiter tertentu. Mereka kemudian mengamati perubahan pada
perilaku hewan dan berasumsi bahwa perubahan ini mencerminkan
fungsi yang dilayani oleh struktur otak, hormon, atau neurotransmiter
tertentu.
b. Studi postmortem. Beberapa orang mungkin, selama hidup, setuju untuk
menyumbangkan otak mereka untuk studi ilmiah setelah kematian
mereka. Orang lain mungkin menyumbangkan otak anggota keluarga

9
yang baru saja meninggal untuk siapa mereka adalah kerabat terdekat
yang sah. Dengan memeriksa otak anak-anak dan orang dewasa dari
berbagai usia, para peneliti dapat menentukan struktur otak manusia
yang khas dan bagaimana anatomi otak dapat berubah seiring
perkembangan.

c. Studi kasus orang dengan cedera otak dan kondisi patologis lainnya.
Para peneliti membuat catatan rinci tentang apa yang membuat orang
cedera otak atau patologi tertentu (misalnya, skizofrenia, disleksia)
dapat dan tidak dapat melakukannya. Setelah kematian, mereka
memeriksa otak individu untuk mengidentifikasi area kelainan
(misalnya, lokasi cedera tertentu, struktur otak abnormal). Jika
ketiadaan kemampuan tertentu secara konsisten dikaitkan dengan
kelainan otak tertentu, peneliti menyimpulkan bahwa area otak yang
terpengaruh memainkan peran kunci dalam kemampuan yang hilang
tersebut.

d. Rekaman listrik. Peneliti menempatkan elektroda di lokasi strategis di


kulit kepala seseorang dan mencatat pola aktivitas listrik di otak.
Rekaman yang dihasilkan, yang dikenal sebagai file
electroencephalograph (EEG), cenderung menunjukkan pola
gelombang otak yang berbeda untuk aktivitas yang berbeda (misalnya,
untuk tidur versus terjaga). Seringkali peneliti mengumpulkan data EEG
saat orang melakukan tugas tertentu, menghasilkan potensi terkait acara
(ERP) yang memberikan beberapa indikasi tentang sifat aktivitas otak
yang terjadi selama tugas-tugas tersebut.

e. Neuroimaging. Menggunakan berbagai kemajuan teknologi terkini, para


peneliti mengambil gambar aliran darah atau laju metabolisme di
berbagai bagian otak saat orang melakukan tugas tertentu. Teknik umum
adalah positron emission tomography (PET), single-photo emission
computerized tomography (SPECT), computerized axial tomography
(CAT), magnetic resonance imaging (MRI), dan pencitraan resonansi

10
magnetik fungsional (fMRI). Agaknya, area dengan aliran darah atau
tingkat metabolisme yang lebih tinggi mencerminkan area otak yang
berkontribusi secara signifikan untuk tugas yang dimaksud.
2. Bagian Otak

Otak manusia mencakup sejumlah struktur berbeda yang memiliki


fungsi agak berbeda. , struktur ini terdiri dari tiga komponen utama
otak, yang muncul di berbagai titik di sepanjang perjalanan evolusi kita.
Itu otak belakang, terletak di bagian bawah otak tempat sumsum
tulang belakang memasuki tengkorak, muncul pertama kali dalam
evolusi dan muncul pertama kali dalam perkembangan prenatal.
beberapa struktur yang lebih kecil (misalnya, medula, pons, dan otak
kecil), otak belakang terlibat dalam banyak proses fisiologis dasar yang
membuat kita tetap hidup (bernapas, menelan, tidur, mengatur detak
jantung). Otak kecil, di bagian belakang bawah otak, secara aktif
terlibat dalam keseimbangan dan perilaku motorik yang kompleks
(misalnya berjalan, mengendarai sepeda, bermain bola raket).

Perkembangan evolusioner dan prenatal adalah otak tengah,


yang memainkan peran pendukung dalam penglihatan dan
pendengaran (misalnya, membantu mengontrol dan
mengkoordinasikan gerakan mata). Mungkin bagian terpenting dari
otak tengah adalah formasi retikuler ( juga disebut sistem pengaktifan
retikuler, atau RAS), yang meluas ke otak belakang juga. Formasi
retikuler adalah pemain kunci dalam perhatian dan kesadaran;

11
misalnya, ia mengingatkan kita pada rangsangan yang berpotensi
penting yang dihadapi oleh reseptor tubuh.

otak depan, terletak di bagian depan dan atas otak. Otak depan
adalah tempat aktivitas mental paling kompleks terjadi pada spesies
primata, terutama manusia. Beristirahat di atas, seperti rambut palsu
yang tebal dan menggumpal, adalah korteks serebral —Sering disebut
korteks —Yang dibagi menjadi dua bagian ( belahan) itu, di
permukaan.

a. Lobus depan. Terletak di bagian depan dan atas korteks, lobus


frontal adalah tempat sebagian besar pemikiran sadar kita
tampaknya terjadi. Lobus frontal sebagian besar bertanggung jawab
atas berbagai macam aktivitas manusia yang kompleks, termasuk
bahasa, perhatian berkelanjutan, perencanaan, penalaran,
pemecahan masalah, pengaturan diri, gerakan tubuh yang
dikendalikan dengan sengaja, dan interpretasi perilaku orang lain.

b. Lobus parietal. Terletak di bagian belakang atas korteks, lobus


parietal menerima dan menafsirkan informasi somatosensori —
yaitu, informasi tentang suhu, tekanan, tekstur, dan nyeri. Lobus ini
juga terlibat aktif dalam memperhatikan, memproses bunyi kata,
dan memikirkan karakteristik spasial objek dan peristiwa.
c. Lobus oksipital. Terletak di bagian paling belakang otak, lobus
oksipital memiliki tanggung jawab besar untuk menafsirkan dan
mengingat informasi visual.

12
d. Lobus temporal. Di samping, di belakang telinga, terdapat lobus
temporal, yang menafsirkan dan mengingat informasi pendengaran
yang kompleks (misalnya, pidato, musik). Lobus temporal juga
tampaknya penting dalam memori untuk informasi dalam jangka
panjang (sesuatu yang nanti akan kita sebut ingatan jangka
panjang), terutama untuk konsep dan pengetahuan dunia umum.

Di bawah korteks ada beberapa bagian lain dari otak depan.


Berikut adalah beberapa yang sangat penting:

a. Sistem limbik. Berhubungan erat dengan korteks adalah


sekumpulan struktur, yang secara kolektif dikenal sebagai sistem
limbik, yang penting untuk pembelajaran, ingatan, emosi, dan
motivasi. Sebuah struktur kecil yang dikenal sebagai hipokampus
(Bahasa Yunani untuk "kuda laut", yang mirip dengan longgar)
sangat erat terlibat dalam perhatian dan pembelajaran. secara sadar
(bukannya tidak sadar) belajar dan mengingat. Struktur lain, file
amigdala, menonjol dalam emosi (terutama yang tidak
menyenangkan seperti ketakutan, stres, kemarahan, dan depresi)
dan dalam reaksi emosional otomatis (misalnya, agresi).
Selanjutnya, amigdala memungkinkan kita untuk mengasosiasikan
emosi tertentu dengan rangsangan atau ingatan tertentu.

b. Talamus, yang terletak di tengah-tengah otak, berfungsi sebagai


"operator telepon" yang menerima informasi yang masuk dari
berbagai neuron sensorik dan mengirimkannya ke area korteks yang
sesuai. berperan dalam gairah, perhatian, dan ketakutan.
c. Hipotalamus. Terletak di bawah talamus, hipotalamus mengatur
banyak aktivitas yang berkaitan dengan kelangsungan hidup,
seperti bernapas, mengatur suhu tubuh, rasa lapar dan haus, kawin,
berkelahi, dan melarikan diri dari bahaya.

13
3. Belahan Kiri dan Kanan
Belahan kiri dan kanan memiliki spesialisasi yang berbeda.
Anehnya, belahan kiri sebagian besar bertanggung jawab untuk mengontrol
sisi kanan tubuh, dan sebaliknya. belahan kiri tampaknya bertanggung
jawab atas bahasa, dengan dua area tertentu, yang dikenal sebagai area
Broca dan area Wernicke, yang masing-masing menjadi pemain utama
dalam produksi ucapan dan pemahaman bahasa. Keterampilan membaca
dan berhitung matematis juga tampaknya sangat bergantung pada belahan
kiri. belahan kanan lebih dominan dalam pemrosesan visual dan spasial,
seperti menempatkan objek di ruang angkasa, mengamati bentuk,
memperkirakan dan membandingkan kuantitas, menggambar dan melukis,
memanipulasi gambar visual secara mental, mengenali wajah dan ekspresi
wajah, serta menafsirkan gerak tubuh. Kedua belahan disatukan oleh
kumpulan neuron (the Corpus callosum) yang memungkinkan komunikasi
terus-menerus bolak-balik, sehingga belahan otak biasanya berkolaborasi
dalam tugas sehari-hari. Belahan kiri menangani dasar-dasar seperti
sintaksis dan arti kata, tetapi tampaknya menafsirkan apa yang didengar dan
dibaca secara harfiah. Belahan kanan lebih mampu mempertimbangkan
berbagai makna dan mempertimbangkan konteks; oleh karena itu, ini lebih
mungkin untuk mendeteksi sarkasme, ironi, metafora, dan permainan kata.
4. Keterkaitan Struktur Otak
struktur otak, banyak aspek fungsi sehari-hari misalnya, perhatian,
pembelajaran, memori, dan keterampilan motorik ditangani di banyak
tempat. , kedua belahan biasanya bekerja sama untuk memahami dan
menanggapi dunia. setiap neuron cenderung memiliki ratusan sinapsis (atau
lebih) dengan neuron lain. informasi berjalan melalui otak, pesan pergi ke
segala arah — tidak hanya dari "ke bawah" dalam sistem pemrosesan (yaitu,
pada titik di mana informasi sensorik pertama kali mencapai otak) ke yang
lebih tinggi (yaitu, pada titik di mana informasi berada disintesis dan
ditafsirkan atau di mana perilaku dapat dipilih dan dikendalikan) tetapi juga

14
dalam arah yang berlawanan dan di seluruh area yang menangani modalitas
sensorik dan fungsi motorik yang sangat berbeda.

D. Perkembangan Otak

1. Perkembangan Prenatal

Perkembangan Otak Janin Trimester I

Perkembangan otak janin pada fase ini dimulai sejak 16 hari setelah pembuahan.
Lempengan saraf yang menjadi dasar otak dan sumsum tulang mulai terbentuk.
Nah, di lempengan inilah tabung-tabung saraf akan terbentuk.

Pada usia kehamilan 6-7 minggu, tabung saraf yang menutup terbentuk menjadi
tiga bagian otak yaitu otak depan, tengah, dan belakang. Calon sumsum tulang
belakang berada di belakang otak belakang. Setelah itu, bagian-bagian otak mulai
terbentuk, dari otak besar, otak kecil, batang otak, kelenjar hipofisis, dan
hipotalamus. Sistem saraf bayi juga mulai bekerja. Pada tahap ini, tubuh janin
terlihat melengkung.

• Akhir trimester awal, janin sudah mulai melakukan pergerakan. Namun, ibu
mungkin belum dapat merasakannya karena ukuran janin yang belum terlalu besar.

• Perkembangan Otak Janin Trimester II

Pada trimester ini bayi mulai belajar pernapasan. Ini ditandai dengan kontraksi pada
diafragma dan otot dada. Pada usia 21 minggu, refleks menelannya sudah dapat
membuat bayi menelan air ketuban.

Pertengahan trimester kedua, Ibu sudah mulai bisa merasakan tendangan bayi.
Pertumbuhan mielin yang menyelubungi saraf juga terjadi pada masa ini. Adanya

15
mielin membantu mempercepat komunikasi antarsel saraf. Pertumbuhan mielin
akan terus terjadi hingga buah hati berusia satu tahun.

• Sistem saraf mulai berkembang di akhir trimester kedua. Pada usia ini
perkembangan batang otak yang mengatur pernapasan, tekanan darah, dan denyut
jantung juga semakin matang.

• Perkembangan Otak Janin Trimester III

Perkembangan otak bayi semakin pesat pada trimester ketiga. Perkembangannya


dari segi bentuk sangat signifikan. Ukuran otak bisa berkembang hingga 3 kali lipat.
Tentunya tidak hanya bentuknya yang berkembang; pada saat bersamaan fungsi
otak juga ikut meningkat. Pertumbuhan neuron juga sangat pesat pada masa ini.

• Permukaan otak yang halus pun semakin berubah membentuk lekukan-


lekukan. Otak kecil yang berperan dalam kontrol motorik adalah bagian yang
perkembangannya paling pesat. Ukurannya bisa mencapai 30 kali lipat dibanding
usia kehamilan 16 minggu.

• Perkembangan Otak Setelah Kelahiran

Perkembangan bayi sangat pesat pada trimester akhir kehamilan. Ibu sebaiknya
memastikan kecukupan asupan nutrisi harian ibu untuk mendukung perkembangan
otak bayi pada masa ini. Selain itu, sebaiknya ibu perhatikan juga perkembangan
otak bayi setelah kelahirannya. Pada dasarnya otak bayi akan benar-benar berfungsi
ketika bayi telah lahir.

16
2. Perkembangan Bayi dan Anak Usia Dini
a. Sinaptogenesis dan diferensiasi

Sinaptogenesis

Sinaptogenesis adalah tahap akhir berlanjut seumur hidup kita. Neuron teru-
menerus membentuk sinapsis baru, dan mennyingkirkan sinapsis lama. Pada
sebagian besar manusia usia lanjut, proses sinaptogenesis dan pembentukan
cvabang dendrit baru akan melambat(well dan coleman, 1981; jacobs dan eib,1993)
sinaptogenesis yaitu terbentuknya hubungan antar sel saraf, serta mielinisasi yang
berperan dalam hubungan dan komunikasi antar sel saraf.

Pada saat bayi masih berada dalam kandungan, proses perkembangan struktur otak
yang terjadi yaitu migrasi (hingga bayi lahir berusia 6 bulan), diferensiasi dan
sinaptogenesis (terjadi hingga bayi lahir dan berusia sekitar 4 tahun), serta
mielinisasi (hingga anak berusia 4-5 tahun). Proses pematangan otak bukan hanya
semata-mata proses biologis, namun sangat dipengaruhi oleh kualitas pengalaman
interaksi dengan lingkungan pengasuhan.

Sinaptogenesis, merupakan penghubung antara sel-sel saraf. Semakin banyak


sinaps antara sel-sel saraf, maka akan semakin kompleks pula kemampuan
menerima, mengolah, menimpan dan menjawab rangsang yang diterima oleh sel-
sel saraf. Secara umum, jumlah sinaps meningkat pesat antara usia 2-4 bulan. Suatu
penelitian berupa analisis kurva metabolisme glukosa otak menunjukkan bahwa
proliferasi sinaptogenesis di korteks serebri terjadi sejak bayi dilahirkan hingga
anak berusia 4 tahun. Antara usia 4 tahun hingga 9-10 tahun, jumlah sinaps sangat
berlebih sehingga terlihat aktivitas metabolisme glukosa otak yang lebih tinggi
dibandingkan dewasa. Sinaps-sinaps yang tidak mendapat rangsangan secara
bertahap akan berdegenerasi.

17
Sinaptogenesis di bagian otak dengan fungsi penglihatan berlangsung cepat di usia
3-4 bulan, pada fungsi pendengaran hampir 80% telah berkembang di usia 3 bulan,
namun belum mencapai 100% di usia 1 tahun, dilaporkan bahwa bagian otak untuk
fungsi pendengaran ini mencapai fungsi seperti orang dewasa.

Untuk fungsi bahasa, area otak khususnya di bagian kiri (lobus temporalis
posterior) akan mempertahankan sinaps-sinaps sedangkan bagian yang kanan
sinapsnya akan berkurang. Namun bila terjadi kerusakan pada lobus kiri, sinaps di
lobus kanan akan dipertahankan agar dapat mengambil alih fungsi lobus kiri yang
rusak; namun hal ini berlaku hanya pada kasus-kasus yang terjadi pada usia kurang
dari 8 tahun.

sel-sel yang telah berdiferensiasi menjadi neuron dan glia, akan bergerak menuju
lokasi akhirnya di dlam otak. Sel-sel yang berbeda berasal dari lokasi yang berbeda
dan pada waktu yang berbeda pula. Tiap sel tersebut harus bermigrasi dalam jarak
yang cukup yang jauh dengan mengikuti jalur kimiawi yang spesifik untuk
mencapai lokasi akhirnya (marin dan rubenstein,2001). Sebagian sel bergerak
radikal dari bagian dalam otak menuju bagian luar; sebagian bergerak melingkar
pada permukaan otak; dan sebagian bergerak melingkar lalu bergerak radikal
(nadarajah dan parnavelas, 2001). Zat kimia dari famili imunoglobulin dan
chemokines, adalah zat kimia yang memandu perpindahan neuron

Neuron melakuakn diferensiasi secara bertahap, membentuk akson dan dendrit


yang merupakan ciri khusus neuron. Akson tumbuh lebih dulu, terkadang saat
neuron sedang berpindah. Pada kasus-kasus tersebut, neuron berpindah sambil
menarik aksonnya yang sedang bertumbuh, seperti buntuk yang ditarik kesana-
kemari(gilmour, knaut, maischein, dan nusslein-volhard, 2004), neuron tersebut
tetap mempertahankan bagian ujungnya pada atau didekat targetnya. Pada kasus
yang berbeda, pertumbuahan akson harus mengarah ketargetnya, sehinnga akson
tersebut mencari jalan dengan menembus rangkaian sel dan serat yang menghutan.

18
Setelah akson mencapai target, maka dendrit mulai terbentuk dengan pertumbuhan
yang lambat pada awalnya

b. Pemangkasan Sinaptik

pemangkasan sinaptik adalah proses alami yang terjadi di otak antara anak usia dini
dan dewasa. Selama pemangkasan sinaptik, otak menghilangkan sinapsis ekstra.
Sinapsis adalah struktur otak yang memungkinkan neuron untuk mengirimkan
sinyal listrik atau kimia untuk neuron lain.

pemangkasan Synaptic dianggap cara otak menghapus koneksi di otak yang tidak
lagi diperlukan. Para peneliti baru-baru ini belajar bahwa otak lebih “plastik” dan
moldable daripada yang diperkirakan sebelumnya. pemangkasan sinaptik adalah
cara tubuh kita mempertahankan fungsi otak lebih efisien seiring bertambahnya
usia dan mempelajari informasi baru yang kompleks.

c. Mielinisasi

Perkembangan otak anak terjadi melalui pematangan sel otak, yaitu proses
mielinisasi dan pembentukan sinaps. Mielinisasi merupakan pembentukan
selubung myelin pada serabut sel otak.

Setelah itu, terjadi pembentukan sinaps atau percabangan serabut yang menjadi
penghubung setiap sel otak. Kedua proses ini sangat memengaruhi perkembangan
otak anak. Sebab, semakin banyak percabangan (sinaps), hubungan pada tiap sel

19
otak juga akan semakin baik. Alhasil, fungsi otak dalam menjalankan berbagai
fungsi juga lebih terkoordinasi.

Mielenisasi merupakan proses penting lainnya dalam tahapan perkembangan otak,


karena mielin sangat penting untuk kecepatan hantaran rangsangan melalui sel-sel
saraf. Sebagian besar proses mielinisasi ini selesai pada saat usia anak mencapai 10
tahun.

3. Perkembangan Anak-anak Menengah, Remaja, dan Dewasa

Khususnya di korteks, pemangkasan sinaptik berlanjut hingga masa


kanak-kanak tengah dan tahun-tahun remaja, dan mielinisasi berlanjut
hingga usia dua puluhan atau lebih (Bauer et al., 2007; Merzenich, 2001;
Steinberg, 2009).

Beberapa bagian otak terutama lobus frontal dan temporal,


hipokampus, amigdala, dan corpus callosum, yang kesemuanya memainkan
peran kunci dalam berpikir dan belajar, ukurannya meningkat secara
signifikan dari masa kanak-kanak hingga remaja akhir atau dewasa (Giedd
et al., 1999a; Lenroot & Giedd, 2007; Sowell & Jernigan, 1998; EF Walker,
2002).

Lobus frontal menunjukkan bukti pematangan yang cukup selama


masa remaja akhir dan awal masa dewasa, memungkinkan peningkatan
fasilitas di bidang seperti perhatian, perencanaan, dan kontrol impuls (Luna
& Sweeney, 2004; Sowell, Thompson, Holmes, Jernigan, & Toga, 1999;
Steinberg, 2009).

Pada saat masa pubertas datang, perubahan pada tingkat hormon


orang muda (misalnya, estrogen, dan testosteron), mereka dapat
mempengaruhi pematangan struktur otak yang berkelanjutan dan mungkin
juga mempengaruhi produksi dan efektivitas neurotransmiter (Bauer et al.,
2007; Kolb, Gibb, & Robinson, 2003; EF Walker, 2002).

20
Tingkat beberapa neurotransmitter berubah saat pubertas; misalnya,
serotonin menurun dan dopamin meningkat di beberapa area korteks (E.F.
Walker, 2002). Jika hormon atau neurotransmitter tertentu terlalu tinggi atau
rendah secara abnormal pada saat ini, fungsi otak dapat menjadi sangat
kacau.

Ingat bagaimana gejala Loved One yang ringan di tahun-tahun


awalnya, meningkat di sekolah menengah. Dalam kebanyakan kasus,
gangguan bipolar dan skizofrenia tidak muncul sampai masa remaja atau
awal masa dewasa. Gangguan semacam itu tampaknya disebabkan
setidaknya sebagian, oleh struktur otak yang abnormal atau tingkat
neurotransmitter mengalami kelainan yang tidak muncul, atau setidaknya
tidak berpengaruh banyak, sampai setelah pubertas (Benes, 2007; NR
Carlson, 1999; Giedd et al., 1999b; Jacobsen et al., 1997a, 1997b).

Faktor yang mempengaruhi perkembangan otak

a. Faktor Genetik

Faktor genetik tentu memainkan peran penting dalam


perkembangan otak, memandu proses seperti migrasi sel,
synaptogenesis, dan mielinisasi. Untuk sebagian besar, faktor keturunan
memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan dengan baik ketika otak
terus tumbuh dan menyusun ulang dirinya sendiri. Namun kadang-
kadang, instruksi genetik yang salah dapat menyebabkan kecacatan
seperti disleksia, skizofrenia, dan down sindrom (Byrnes, 2001; H.M.
Conklin & Lacono, 2002; Koo, Blaser, Harwood-Nash, Becker, &
Murphy, 1992).

b. Faktor Lingkungan

21
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan
otak. Salah satu faktor pentingnya adalah nutrisi, baik sebelum dan
sesudah lahir yang dapat mempengaruhi produksi dan mielinisasi
neuron dan pertumbuhan sel glial (D. Benton, 2008; Byrnes, 2001;
Sigman & Whaley, 1998). Tingkat racun lingkungan yang tinggi seperti
merkuri, pestisida, dan sebagainya juga dapat memberikan dampak yang
signifikan pada perkembangan otak, terutama selama periode prenatal
dan dalam beberapa tahun pertama setelah lahir (Hubbs-Tait, Nation,
Krebs, Schettler, & Bellinger, 2005; Koger, Schettler, & Weiss, 2005).

Kemudian pada saat calon ibu mengonsumsi alkohol dalam


jumlah besar selama masa kehamilan, anak-anak mereka cenderung
akan memiliki sindrom alkohol janin yang sering berkembang, yang
dimana hal ini merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
fitur wajah yang khas, koordinasi motorik yang buruk, sistem bahasa
yang tertunda (termasuk adanya keterlambatan pada kemampuan
berbicara), dan bahkan cacat secara intelektual (Dorris, 1989).

Pada faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan ini, pengalaman


orang-orang juga mampu membawa perbedaan atau perubahan.
Misalnya, lingkungan keluarga dimana tempat anak-anak tinggal
mungkin adakalanya dalam keadaan keluarga yang hangat (harmonis)
serta saling mengasuh bahkan mengasihi, atau bahkan tak jarang pula
dalam keadaan didikan yang keras dan kasar, dalam hal itulah yang
dapat mempengaruhi bagaimana cara berpikir dan sistem struktur otak
bekerja (Ayoub & Rappolt-Schlichtmann, 2007; Repetti, Taylor, &
Saxbe, 2007). Selain itu, latihan fisik secara teratur tampaknya dapat
merangsang pertumbuhan neuron (G.D. Cohen, 2005; Pereira et al.,
2007). Adapun kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru, bisa
dengan cara membaca, memainkan alat musik, atau bahkan bermain
sulap yang mana hal ini dapat menghasilkan perbedaan nyata dalam
ukuran, pengaturan, atau fungsi dari struktur otak yang relevan (Castro-

22
Caldas et al., 1999; Draganski et al. 2004; Elbert, Pantev, Wienbruch,
Rockstroh, & Taub, 1995; K.L. Hyde et al., 2009). Sampai-sampai
dalam hal ini otak dapat menyesuaikan diri dengan sedemikian rupa
dalam keadaan dan pengalaman yang berbeda, dan hal ini dapat disebut
dengan plastisitas.

4. Sejauh Mana Periode Kritis dalam Perkembangan Otak?

Meskipun otak manusia cukup dapat beradaptasi dengan keadaan


yang berubah, otak tidak selalu dapat bangkit kembali ketika lingkungan
menawarkan terlalu sedikit rangsangan atau secara konsisten menyajikan
jenis rangsangan yang salah. Ada 3 periode kritis dalam aspek
perkembangan otak tertentu — rentang usia yang terbatas di mana jenis
rangsangan lingkungan tertentu memiliki dampak terbesar dan mungkin
satu-satunya. Misalnya, pertimbangkan temuan menarik ini: Ketika musisi
yang ulung memainkan alat musik mereka, mereka yang memulai pelatihan
musik mereka sebelum usia 10 tahun menunjukkan aktivasi yang lebih besar
di bagian tertentu dari otak mereka daripada mereka yang memulai
pelatihan mereka pada usia yang lebih tua (Elbert et al. , 1995).

Para peneliti secara konsisten menemukan bukti untuk periode kritis


dalam pengembangan persepsi visual (Bruer, 1999; Hubel, Wiesel, &
Levay, 1977; Levay, Wiesel, & Hubel, 1980). Misalnya, ketika anak-anak
lahir dengan katarak yang menghalangi penglihatan normal, pembedahan
dini sangat penting.

Para peneliti telah menemukan bukti yang meyakinkan bahwa


mungkin ada periode kritis dalam mempelajari bahasa juga. Anak-anak
yang memiliki sedikit atau tidak ada eksposur ke bahasa di tahun-tahun awal
sering mengalami kesulitan mempelajari bahasa di kemudian hari, bahkan
dengan pengajaran bahasa intensif (Curtiss, 1977; Newport, 1990).

Bukti tambahan untuk periode kritis dalam perkembangan bahasa


berasal dari orang-orang yang mempelajari bahasa kedua. Biasanya, orang

23
belajar bagaimana mengucapkan bahasa kedua dengan sempurna hanya jika
mereka mempelajarinya sebelum pertengahan masa remaja atau, bahkan
lebih baik, di prasekolah atau tahun-tahun awal sekolah dasar (Bialystok,
1994a; Flege, Munro, & MacKay, 1995; MSC Thomas & Johnson, 2008 ).
Pengaruh usia pada pembelajaran bahasa sangat terlihat ketika bahasa kedua
secara fonetik dan sintaksis sangat berbeda dari yang pertama (Bialystok,
1994a; Doupe & Kuhl, 1999; Strozer, 1994).

Periode kritis ada untuk kemampuan dasar tertentu seperti persepsi


visual dan bahasa. Bahkan dalam domain ini, bagaimanapun, jendela
peluang tetap terbuka untuk periode waktu yang berbeda untuk aspek yang
berbeda dari kemampuan tersebut. Misalnya, ada kerangka waktu yang
berbeda untuk pengembangan penglihatan warna, persepsi gerak, dan
persepsi kedalaman, dan kerangka waktu yang berbeda untuk diskriminasi
suara, pengucapan, dan akuisisi struktur sintaksis (Bruer, 1999; Neville &
Bruer, 2001; MSC Thomas & Johnson, 2008).

Plastisitas Pengalaman-Ekspentan Versus Pengalaman-Tergantung

Beberapa stimulasi sejak dini untuk membentuk perkembangan


otak. Untuk keterampilan yang telah dimiliki manusia selama ribuan tahun
— persepsi visual, bahasa, dan sebagainya. Dan meskipun dilengkapi
dengan apa yang diperlukan untuk membedakan di antara banyak suara
ucapan yang berbeda, ia dengan cepat belajar untuk mengabaikan perbedaan
halus yang tidak relevan untuk memahami bahasa aslinya, membuka jalan
bagi diskriminasi yang lebih efisien di antara suara yang adalah penting
untuk pemahaman bahasa. Sangat mungkin, fenomena sinaptogenesis,
diferensiasi, dan pemangkasan sinaptik menyediakan mekanisme di mana
otak awalnya mengatur dirinya sendiri untuk mengakomodasi berbagai
macam lingkungan dan kemudian mulai membidik lingkungan tertentu di
mana ia benar-benar menemukan dirinya (Bruer & Greenough, 2001; PK
Kuhl, Conboy Padden, Nelson, & Pruitt, 2005; MSC Thomas & Johnson,
2008). Meskipun zeroing-in seperti itu jelas meningkatkan kemampuan otak

24
untuk menangani secara efisien dengan situasi umum sehari-hari (misalnya,
memahami dan berbicara dalam bahasa asli seseorang), hal itu dapat
mengganggu kemampuan otak untuk mengesampingkan cara berpikirnya
yang biasa untuk melakukan sesuatu yang sangat penting. berbeda di
kemudian hari (misalnya, mempelajari bahasa kedua).

Banyak domain konten dan bidang keterampilan lainnya —


misalnya, membaca, mengemudikan mobil, psikologi, bola raket — adalah
tambahan baru-baru ini pada budaya manusia (dan tidak satu pun dari ini
muncul di semua budaya. Domain dan keterampilan yang unik untuk
budaya dan kelompok sosial tertentu adalah tergantung pengalaman:
Mereka muncul hanya ketika kondisi lingkungan memeliharanya, dan
mereka mungkin muncul pada hampir semua usia. Faktanya, dengan
memperkuat sinapsis lemah dan membentuk sinapsis baru, manusia dan
hewan lain mempertahankan plastisitas yang bergantung pada pengalaman
selama masa hidup (Greenough et al., 1987; Maguire et al., 2000;
Merzenich, 2001; CA Nelson et al. , 2006).

Periode kritis ada untuk kemampuan dasar tertentu seperti persepsi


visual dan bahasa. Bahkan dalam domain ini, bagaimanapun, jendela
peluang tetap terbuka untuk periode waktu yang berbeda untuk aspek yang
berbeda dari kemampuan tersebut. Misalnya, ada kerangka waktu yang
berbeda untuk pengembangan penglihatan warna, persepsi gerak, dan
persepsi kedalaman, dan kerangka waktu yang berbeda untuk diskriminasi
suara, pengucapan, dan akuisisi struktur sintaksis (Bruer, 1999; Neville &
Bruer, 2001; MSC Thomas & Johnson, 2008).

5. Sejauh Mana Otak “Dipersiapkan” untuk Mengetahui atau


Mempelajari Sesuatu?

Mari kita lihat sekali lagi, salah satunya mengenai bahasa. Berbicara
dan memahami bahasa adalah pekerjaan yang luar biasa. Anak-anak tidak

25
hanya harus menguasai gerakan motorik halus yang terlibat dalam
menghasilkan berbagai konsonan dan vokal, tetapi juga puluhan ribu arti
kata berikut struktur sintaksis yang begitu banyak dan beragam, sehingga
bahkan ahli bahasa pun mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan
membuat katalog semua bahasa. Tentang bagaimana anak-anak dapat
menguasai bahasa secara cepat tetaplah merupakan suatu misteri besar
dalam masa perkembangan anak. Banyak psikolog percaya bahwa
meskipun anak-anak jelas tidak terlahir dengan mengetahui bahasa tertentu,
mereka terlahir dengan beberapa kecenderungan yang membantu mereka
mempelajari bahasa apa pun yang mereka dengar dan diucapkan di sekitar
mereka. Contohnya Dimulai pada usia yang sangat dini, bayi dapat
mendeteksi perbedaan halus di antara cara bicara yang sangat mirip
terdengar. Mereka dapat membagi aliran suara yang stabil menjadi segmen-
segmen kecil (Misalnya Suku kata) dan identifikasi pola umum yang
mereka dengar. Mereka tampaknya memiliki beberapa konsep bawaan
(Misalnya pada warna, seperti merah, merah jambu, dan kuning) yang
membuat mereka cenderung mengategorikan pengalamannya secara
tertentu. Dan mungkin mereka juga memiliki Tata Bahasa Universal, yakni
seperangkat parameter yang mempengaruhi mereka untuk membentuk jenis
struktur tata bahasa tertentu tetapi tidak yang lain (Chomsky, 2006; Gopnik,
1997; Lightfoot, 1999; O’Grady, 1997; Pinker, 2007).

Beberapa ahli teori telah menyarankan bahwa manusia mungkin


telah dipersiapkan sebelumnya sehubungan dengan domain lain juga.
Pertimbangkan temuan berikut dari penelitian dengan bayi:

a. Pada usia 24 jam, bayi memiliki kemampuan untuk membedakan antara


objek yang dekat dengan mereka VS objek yang lebih jauh (A. Slater,
Mattock, & Brown, 1990). Seolah-olah mereka dapat menilai jarak jauh
sebelum mereka memiliki banyak kesempatan untuk mempelajari jarak.
b. Sedangkan pada bayi usia 1 atau 2 hari, mungkin meniru ekspresi wajah
orang dewasa, seperti mengerucutkan bibir, membuka mulut, atau

26
menjulurkan lidah (T. F. Field, Woodson, Greenberg, & Cohen, 1982;
Meltzoff & Moore, 1977; Reissland, 1988). Seolah-olah mereka sudah
menghubungkan hal-hal tertentu yang mereka lihat dengan apa yang
dilakukan orang lain dengan hal-hal tertentu yang dapat mereka lakukan
sendiri. Faktanya, bukti muncul bahwa beberapa spesies primata
(mungkin termasuk manusia) memiliki neuron tertentu yang bekerja
baik ketika mereka melakukan tindakan tertentu sendiri atau ketika
mereka melihat orang lain melakukannya (Lacoboni & Woods, 1999;
Murata dkk., 1997; Wicker et al., 2003). Neuron semacam itu, yang
dikenal sebagai neuron cermin, mungkin menjelaskan mengapa bayi
dapat meniru orang lain di awal kehidupan. Beberapa neuron yang sama
terlibat saat mereka mengamati perilaku orang lain dan saat mereka
terlibat dalam perilaku itu sendiri.
c. Pada usia 3 atau 4 bulan, bayi menunjukkan tanda-tanda terkejut. Saat
satu benda padat melewati benda padat lainnya, saat benda tampak
tergantung di udara, atau ketika sebuah objek tampak bergerak cepat dari
satu tempat ke tempat lain tanpa melintasi ruang yang menghalangi
untuk sampai ke sana (Baillargeon, 1994; Spelke, 1994; Spelke,
Breinlinger, Macomber, & Jacobson, 1992). Jadi seolah-olah tampaknya
bayi tersebut sudah mengetahui bahwa objek adalah entitas substantif
dengan batas-batas tertentu, bahwa objek akan jatuh kecuali ada sesuatu
yang menahannya, dan bahwa pergerakan objek melintasi ruang terus
menerus dan dapat diprediksi.

Temuan tersebut menyarankan beberapa ahli teori (Baillargeon,


2004; M. Cole & Hatano, 2007; Spelke, 2000) bahwa bayi memiliki
pengetahuan inti yang tertanam secara biologis tentang dunia fisik.
Pengetahuan semacam ini akan memiliki keuntungan evolusioner, tentu saja
akan memberi bayi permulaan dalam belajar tentang lingkungan mereka dan
bukti bahwa itu telah diamati pada spesies lain juga (Spelke, 2000).

27
Namun demikian, sejauh mana otak manusia tertanam dengan
pengetahuan tertentu atau mungkin dengan kecenderungan untuk
memperoleh pengetahuan itu adalah masalah yang belum terselesaikan, dan
kemungkinan besar akan tetap demikian untuk beberapa waktu.

E. Dasar Fisiologis Belajar

Dalam sudut pandang fisiologis, pembelajaran terjadi, bahwa banyak


ahli teori percaya bahwa dasar pembelajaran terletak pada perubahan
interkoneksi antar neuron, khususnya dalam penguatan atau pelemahan sinapsis
yang ada atau pembentukan sinapsis baru (e.g., Lichtman, 2001; Merzenich,
2001; MI Posner & Rothbart, 2007 ; Trachtenberg et al., 2002). Fenomena
kedua, sampai saat ini, sudah menjadi “pengetahuan” umum bahwa semua
neuron yang dimiliki seseorang diproduksi dalam beberapa minggu pertama
periode prenatal. Namun, beberapa peneliti telah menemukan bahwa
neurogenesis (pembentukan neuron baru) berlanjut sepanjang umur di bagian
tertentu hipokampus dan mungkin juga di daerah tertentu di lobus frontal dan
parietal. Pengalaman belajar baru meningkatkan tingkat kelangsungan hidup
dan pematangan neuron muda; tanpa pengalaman seperti itu, neuron-neuron ini
perlahan-lahan mati (Gould, Beylin, Tanapat, Reeves, & Shors, 1999; Leuner
et al., 2004; CA Nelson et al., 2006; Sapolsky, 1999).

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti mulai berspekulasi


bahwa sel glial berbentuk bintang tertentu dikenal sebagai astrosit sama
pentingnya dengan neuron (bahkan mungkin lebih penting) dalam pembelajaran
dan memori. Pada manusia, astrosit jauh melebihi jumlah neuron, memiliki
koneksi yang dimediasi secara kimiawi yang tak terhitung banyaknya dengan
satu sama lain dan dengan neuron, tampaknya memiliki kendali yang cukup
besar atas apa yang dilakukan dan tidak dilakukan neuron dan seberapa banyak
neuron berkomunikasi satu sama lain. Otak normal menghasilkan banyak

28
astrosit baru sepanjang umur (Koob, 2009; Oberheim et al., 2009; Verkhratsky
& Butt, 2007).

Secara fisiologis, sebagian besar informasi dan keterampilan yang baru


diperoleh membutuhkan waktu untuk "menguat" di korteks (konsolidasi) ( JLC
Lee, Everitt, & Thomas, 2004; JD Payne & Kensinger, 2010; Rasch & Born,
2008). Misalnya, seseorang yang mengalami cedera kepala yang serius seperti
dalam kecelakaan mobil, seringkali tidak dapat mengingat hal-hal yang terjadi
beberapa detik, menit, hari, atau bulan sebelum cedera tersebut, sedangkan
ingatan akan peristiwa masa lalu sebagian besar tetap utuh. Amnesia seperti itu
sangat umum terjadi ketika orang tersebut tidak sadarkan diri untuk waktu yang
singkat setelah cedera, mungkin karena individu tersebut tidak lagi dapat
memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi (Barbizet, 1970; DJ Siegel, 1999;
Squire, 1987).

Pembelajaran terjadi di banyak tempat. Lobus frontal aktif ketika kita


harus memperhatikan dan memikirkan tentang informasi dan peristiwa baru,
dan semua lobus korteks mungkin aktif pada tingkat yang lebih besar atau lebih
kecil dalam menafsirkan masukan baru dalam terang pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya (Byrnes, 2001 ; Cacioppo et al., 2007; Huey, Krueger, &
Grafman, 2006). Hipokampus kecil berbentuk kuda laut menjadi sebuah sentral
dalam proses pembelajaran, mengikat informasi yang diterimanya dari berbagai
bagian otak untuk menciptakan lalu mengkonsolidasikan ingatan baru (Bauer,
2002; Bauer, Wiebe, Carver, Waters, & Nelson, 2003; Davachi & Dobbins,
2008; Squire & Alvarez, 1998). Dan hipokampus dalam sistem limbik yaitu
amigdala, mungkin berperan penting dalam preverbal.

Kemudian ketika para peneliti menjabarkan bagaimana dan di mana


pembelajaran terjadi, bahwa pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi otak
tidak mulai memberi tahu tentang pembelajaran, dan juga tentang cara membina
dan meningkatkannya dengan baik dalam pengaturan pendidikan. Sehingga
pada penelitian tentang otak tidak memberi tahu mengenai praktik pendidikan
yang tepat dan efektif.

29
F. Implikasi Pendidikan dari Penelitian Otak

Pada kemajuan baru-baru ini dalam penelitian otak, beberapa individu


yang kurang informasi telah menarik kesimpulan yang tidak beralasan tentang
implikasi pendidikannya. Misalnya, tentang "membangun otak yang lebih
baik", merancang "kurikulum berbasis otak", atau "mengajar ke otak kanan".
Pernyataan tersebut sering kali menjadikan kesalahpahaman mengenai cara
kerja otak. Meskipun banyak dari apa yang telah dipelajari para peneliti tentang
fungsi otak masih sedikit tentatif dan kontroversial, berikut beberapa
kesimpulan :

a. Beberapa yang kehilangan sinapsis tidak bisa dihindari dan diinginkan.

Dalam upaya untuk melestarikan sebanyak mungkin sinapsis awal


tersebut, telah disarankan agar bayi dan anak-anak dibenamkan dalam
lingkungan yang kaya stimulasi yang membuat mereka memulai awal yang
kuat di bidang akademik, atletik, dan seni. Namun pemangkasan sinaptik
tidak bisa dihindari, karena sinapsis harus bersaing untuk mendapatkan
terbatasnya pasokan faktor trofik yang menjamin kelangsungan hidupnya.
Selain itu, pemangkasan sering kali menguntungkan daripada merugikan,
karena pemangkasan menghilangkan sinapsis yang tidak berguna dan
dengan demikian meningkatkan efisiensi otak. Urutan sinaptogenesis dan
pemangkasan sinaptik adalah sarana utama yang memastikan plastisitas dan
kemampuan beradaptasi dalam fungsi manusia.

b. Banyak lingkungan yang memelihara perkembangan otak normal.

Dalam domain di mana perkembangan bergantung pada jenis


stimulasi tertentu pada usia tertentu (domain yang ditandai oleh periode
kritis), stimulasi yang diperlukan ditemukan dalam pengalaman yang
ditemui anak-anak di hampir semua budaya. Misalnya, untuk memperoleh
penglihatan binokular yang normal, anak-anak membutuhkan masukan
visual yang teratur dan seimbang untuk kedua mata, dan untuk memperoleh

30
fasilitas normal dengan bahasa anak-anak membutuhkan paparan bahasa
yang berkelanjutan, baik lisan atau tulisan (Bruer, 1999; McCall & Plemons,
2001; Newport, 1990). Pengalaman seperti itu dapat ditemukan tidak hanya
di lingkungan penitipan anak dan prasekolah yang “memperkaya” tetapi juga
di lingkungan berpenghasilan rendah, dalam kota dan bahkan di kelompok
suku terpencil di negara berkembang.

Masa kritis adalah masa prenatal, terutama beberapa bulan pertama


setelah pembuahan, ketika nutrisi yang memadai dan perlindungan dari
bahaya lingkungan (debu timbal, merkuri, alkohol, dll.) sangat penting jika
otak ingin memulai dengan baik. Dampak merugikan dari gizi buruk dan
kerusakan lingkungan selama periode ini tampaknya tidak dapat diubah.

c. Tahun-tahun awal penting untuk belajar, begitu pula tahun-tahun berikutnya.

Meskipun lingkungan yang kompleks tampaknya tidak penting bagi


perkembangan neurologis, anak-anak seringkali menjadi lebih baik
keuntungan kognitifnya, misalnya mereka memiliki lebih banyak
pengetahuan dan keterampilan, dan mereka memperoleh nilai yang lebih
tinggi pada tes kecerdasan, dalam memperkaya program prasekolah daripada
yang mereka buat tanpa program semacam itu (NICHD Early Child Care
Research Network, 2002; Nisbett, 2009; Schweinhart et al. 2005; Zigler,
2003). Namun, keuntungan yang diperoleh di tahun-tahun awal cenderung
berkurang seiring waktu, dan mungkin hilang, kecuali anak-anak terus
mendapatkan pengalaman yang merangsang selama tahun-tahun sekolah
(Bronfenbrenner, 1999; Brooks-Gunn, 2003; Farran, 2001; Raudenbush,
2009). Pengasuhan pembelajaran dan pertumbuhan kognitif harus menjadi
usaha jangka panjang.

d. Tidak ada yang namanya mengajar ke "otak kiri" atau ke "otak kanan".

Beberapa penulis telah menyarankan bahwa banyak orang dewasa


dan anak-anak berspesialisasi dalam satu belahan atau lainnya, sampai pada
titik sebagian besar menjadi pemikir dan pembelajar "otak kiri" atau "otak

31
kanan", dan karena itu mereka mendesak pendidik untuk mengakomodasi
preferensi belahan otak setiap siswa. Namun seperti yang telah kita lihat,
kedua belahan bekerja dalam kolaborasi yang erat dalam hampir semua tugas
berpikir dan belajar.

e. Dalam domain perkembangan yang dicirikan oleh periode kritis, jendela


peluang sering kali tetap terbuka.

Dalam konsep masa kritis memberitahukan kapan waktu terbaik


untuk mengembangkan kemampuan tertentu, namun tidak selalu
memberitahukan waktu satu-satunya. Kadang-kadang, karena berbagai
alasan, anak-anak hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali terpapar
stimulasi yang sesuai selama waktu yang optimal; misalnya, anak-anak
mungkin tidak mendapatkan operasi katarak yang diperlukan sampai
keluarga mereka mampu membelinya, dan anak-anak yang sejak lahir tuli
mungkin tidak menemukan bahasa yang benar-benar mereka pahami
(misalnya, Bahasa Isyarat Amerika) sampai mereka mencapai usia sekolah.
Daripada mengkhawatirkan apa yang seharusnya tidak terjadi, peneliti dan
pendidik dapat lebih baik melayani kaum muda yang telah melewatkan
pengalaman kritis dengan merancang dan menerapkan intervensi yang
memungkinkan individu tersebut untuk membuat setidaknya beberapa dari
dasar yang hilang (Bruer, 1999).

f. Penelitian otak dapat membantu kita menyempurnakan teori pembelajaran


dan kognisi, tetapi tidak dapat memberi tahu kita banyak tentang apa yang
harus diajarkan atau cara terbaik untuk mengajarkannya.

Ketika para psikolog, pada gilirannya, menyempurnakan teori


pembelajaran dan kognisi mereka, mereka secara bertahap dapat memahami
dengan lebih baik jenis metode pembelajaran dan intervensi terapeutik yang
paling mungkin untuk mendorong pembelajaran dan perilaku yang efektif.

Penelitian otak tidak mungkin memberi tahukan informasi dan


keterampilan apa yang paling penting untuk dimiliki individu; hal-hal seperti

32
itu sering kali bersifat spesifik budaya, dan keputusan tentang bagaimana
memprioritaskannya sarat nilai (L. Bloom & Tinker, 2001; Chalmers, 1996;
H. Gardner, 2000). Dan sampai saat ini, penelitian otak hanya menghasilkan
sedikit petunjuk yang tidak jelas tentang bagaimana cara membantu pelajar
memperoleh informasi dan keterampilan yang penting (Bandura, 2006; D.
Kuhn & Franklin, 2006; Varma et al., 2008).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pesan berjalan melalui sistem saraf manusia melalui:

1. Transmisi listrik yang berjalan melalui neuron individu dan


2. Transmisi kimiawi yang melintasi sinapsis antar neuron. Sinapsis di
sumsum tulang belakang bertanggung jawab atas beberapa refleks dasar,
tetapi pada umumnya otak adalah pusat koordinasi dan pengambilan
keputusan untuk tubuh.

Dengan menggunakan metode penelitian yang semakin banyak, para


ilmuwan telah belajar banyak tentang cara kerja otak. Pada manusia, bagian
otak terbesar dan paling baru berevolusi, otak depan mendominasi dalam
kesadaran, pemikiran, pembelajaran, dan banyak aktivitas mental manusia

33
yang berbeda di mana orang terlibat. Bahkan tugas kecil yang tampaknya
sederhana (misalnya, mengenali dan memahami kata tertentu) biasanya
melibatkan banyak bagian otak di kedua belahan otak yang bekerja sama.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, demi kelancaran kami dalam menulis
makalah selanjutnya dan agar dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ormrod, J. E. (2012). Human Learning, 6th ed. Pearson Education.

34

Anda mungkin juga menyukai