Anda di halaman 1dari 18

GEJALA JIWA

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Psikologi Pendidikan”

Dosen Pembimbing:

Ir. Amna Emda, M.Pd.

oleh:

Muhammad Rafdi (190208023)

M. Riski Asyifa (190208019)

Muhammad Asyiqin (190208029)

PRODI PENDIDKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta ilmu pengetahuan
yang tidak terhingga. sehingga makalah ini yang berjudul “Gejala Jiwa” sanggup
kami selesaikan tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna, baik itu dari segi bahasanya maupun dari segi tata
cara penyusunan kalimatnya. Oleh sebab itu, kami berharap adanya masukan ataupun
kritikan terhadap makalah yang telah kami realisasikan ini agar kedepannya dapat
kami memperbaikinya kembali dengan benar dan tepat. Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Amna Emda, M.Pd. Selaku dosen
pembimbing mata kuliah ilmu pendidikan.

Banda Aceh, 30 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Pengertian Gejala Jiwa


B. Bentuk Bentuk Gejala Jiwa

BAB III: PENUTUP............................................................................................10


A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan
tanpa mengenal ras, budaya, anak-anak, dewasa, miskin ataupun kaya, gangguan jiwa
merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang
berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan
perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa
disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa
akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak
ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan
seseorang yakni. Faktor Keturunan, Jika di dalam silsilah keluarga tersebut
mempunyai riwayat ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut
bisa dan sangat mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada
hubungan darah dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa
mengalami ganguan jiwa tersebut. Faktor Lingkungan, Faktor lingkungan di sini
juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis ganguan jiwa tersebut, contoh di
dalam sebuah lingkungan ada seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga
miliki sebuah aib dan dalam lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan
sengaja mengucilkan dan mengejek orang tersebut, maka orang terbebut akan
mengalami beban pikiran yang berat sehingga menyebabkan depresi yang
mengakibatkan ganguan jiwa.
Didalam makalah ini, akan dibahas tentang apa itu gejala jiwa, bagaimana cara
mengatasi gejala-gejala jiwa tersebut dan mengapa gejala jiwa itu terjadi,
permasalahan ini sangatlah serius untuk dikaji dikarenakan untuk menciptakan
generasi anak bangsa yang baik dan bisa menjadi kader-kader penerus bangsa. Oleh

1
karena itu, dengan adanya pembahasan tentang materi gejala jiwa ini diharapkan
kepada pembaca dan pemakalah agar dapat memahami bagaimana bentuk-bentuk
gejala jiwa dan ketika kita melihat seseorang yang mengalami gejala jiwa, maka kita
bisa mengatasi atau mencegahnya, dikarenakan kita sudah mengetahui bagaimana
faktor-faktor terjadinya gejala tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Menurut Plato (400 SM), menyatakan bahwa jiwa manusia itu terbagi atas dua
bagian, yaitu jiwa rohaniah dan badaniah. Jiwa rohaniah tidak pernah akan mati dan
berasal dari dunia abadi, sedangkan jiwa badniah adalah gugur bersama-sama dengan
raga manusia. Jiwa yang badaniah itu dibagi lagi yaitu kemauan dan nafsu. Kemauan
adalah jiwa nyang berusaha untuk mengamati rasio kecerdasan, sedangkan nafsu
merupakan jiwa yang senantiasa melawan ketentuan-ketentuan dari rasio kecerdasan
manusia
Menurut Aristoteles (384-323 SM), menyatakan bahwa ilmu jiwa adalah ilmu
yang mempelajari tentang gejala-gejala hidup, sehingga tiap-tiap makhluk yang hidup
mempunyai jiwa. Baik itu manusia maupun hewan dan tumbuhan, akan mengalami
gejala kejiwaan. Dalam pendapat Aristoteles terdapat tiga macam jiwa yang
bertingkat-tingkat tarafnya, pertama taraf paling rendah yang dimiliki oleh jiwa
tumbuh-tumbuhan yang disebutnya vegetatif. Kedua, jiwa yang dimiliki oleh hewan,
yang disebut jiwa sensitiv. Ketiga, jiwa yang dimiliki oleh manusia, yang disebut
dengan jiwa intelektif yang mempunyai taraf kehidupan tertinggi.
Menurut Descrates (1596-1650), menyatakan bahwa manusia itu terdiri atas dua
macam zat yang berbeda secara hakiki, yaitu Res Cogitans (zat yang dapat berfikir),
dan Res Extensa (zat yang mempunyai wawasan luas). Jiwa manusia terdiri dari zat
roh, sedangkan badannya terdiri atas zat materi. Kedua zat yang terpisah itu akan
terhubung dengan sebuah kelenjar otak, jiwa manusia ini berpokok pada kesadaran
manusia atau pikirannya yang bebas, sedangkan raga-raganya tunduk kepada nafsu-
nafsunya. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai gejala-
gejala pemikiran kesadaran manusia. Terlepas dari badannya, raga manusia terdiri
atas materi yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan yang lain.

3
psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses mental dan perilaku pada
manusia. Perilaku manusia akan lebih mudah dipahami jika kita juga memahami
proses mental yang mendasari perilaku tersebut. Dan salah satunya yang dipelajari
oleh psikologi ini ialah gejala jiwa. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, bisa
disimpulkan bahwa gejala jiwa ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan
yang terdapat pada manusia, karena pada manusia itu memiliki suatu kecerdasan,
pemikiran yang luas, sehingga dengan adanya pembelajarn pada gejala jiwa ini kita
dapat mengetahui penyebab-penyebab dari gangguan kejiwaan pada manusia dan
yang berdampak pada kecerdasan atau pemikiran manusia itu sendiri.
Bila dikaitkan dengan pendidikan juga akan lebih mudah memahami perilaku
siswa jika kita memahami proses mental yang mendasari perilaku siswa tersebut
Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses mental tersebut, maka dalam bab
ini akan dijelaskan beberapa akfivitas atau proses mental yang umum terjadi pada
manusia, khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Proses mental
juga sering disebut dengan gejala jiwa.

B. BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA

Bentuk-bentuk dari gejala jiwa yang terdapat pada manusia terbagi atas:
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegensi, emosi, motivasi.
1. Pengamatan

Pengamatan merupakan proses dimana seseorang akan mengenal segala


sesuatu yang berada di sekitarnya dengan menggunakan alat panca indera yang
dimiliki oleh manusia ataupun hewan. Pengamatan ini biasa kita sebut dengan
observasi terhadap suatu fenomena atau peristiwa. Namun, proses pengamatan
antara manusia dengan hewan memiliki perbedaan, diantara perbedaan yang
paling umum adalah manusia sendiri memiliki akal, sedangkan hewan tidak
memiliki akal sehingga berbuat seperti yang dikatakan oleh instingnya.

4
Menurut Sumadi (1990), menyatakan bahwa aspek pengaturan pengamatan
dapat dibedakan menjadi:

a. Pengaturan menurut sudut pandang ruang. Menurut sudut pandang ini arah
suatu ruangan akan berpengaruh pada hasil pengamatan. Misalnya atas-
bawah, samping kanan-samping kiri, jauh-dekat.
b. Pengaturan menurut sudut pandang waktu. Menurut sudut pandang ini
kapan suatu stimulus diamati akan mempengaruhi hasil pengamatan.
c. Pengaturan menurut sudut pandang Gestalt. Menurut sudut pandang gestalt,
manusia cenderung mengamati suatu stimulus sebagai suatu kesatuan yang
utuh dibandingkan melihat sesuatu yang detail. Misalnya melihat suatu
bangunan, dilihat sebagai suatu bangunan rumah yang utuh yang bagus,
bukan melihat sesuatu yang detail seperti gentengnya, pintunya, dinding.
d. Pengaturan menurut sudut pandang arti. Dalam sudut pandang ini stimulus
yang diamati dilukiskan berdasar artinya bagi kita. Misalnya jika dilihat
dari bangunan fisik, bangunan rumah dan tempat ibadah memiliki
bangunan fisik yang sama, tetapi memiliki arti yang berbeda.

Proses pengamatan sendiri dapat meliputi: harus ada perhatian yang


ditujukan kepada perangsang, ada perangsang yang mengenai alat indera kita
kemudian ada alat indera yang menangkap perangsang, ada urat syaraf yang
membawa perangsang ke otak, dan ada otak yang menyadarinya.

2. Tanggapan

Tanggapan adalah gambaran ingatan yang merupakan hasil dari


pengamatan. Jadi, ketika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya
meninggalkan kesan-kesannya maka peristiwa yang akan terjadi selanjutnya
dinamakan dengan tanggapan. Tanggapan sendiri terdapat dua jenis, yaitu
tanggapan laten dan tanggapan aktual. Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi,
belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar, atau tidak

5
kita sadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali. Sedangkan tanggapan
yang disebut “aktual” adalah apabila tanggapan tersebut kita sadari. Perbedaan
antara pengamatan dan tanggapan terdiri atas:
a. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedangkan pada tanggapan
tidak terikat pada waktu dan tempat
b. Objek sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak
mendetail dan kabur.
c. Pengamatan memerlukan perangsang, sedangkan pada tanggapan tidak
perlu ada perangsang.
d. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan pada tanggapan bersifat
immaginer.
3. Fantasi
Fantasi merupakan daya jiwa yang membentuk atau menciptakan
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Terdapat
dua jenis fantasi, yaitu fantasi mencipta dan fantasi tuntunan atau terpimpin.
Fantasi mencipta terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri tanpa bantuan orang
lain atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Fantasi macam
ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan para
ilmuwan. Sedangkan, fantasi tuntunan atau terpimpin adalah Fantasi yang
terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain.  Misalnya, Ketika
kita sedang membaca buku,  kita akan mengikuti fantasi dari pengarang buku
itu dalam ceritanya. Adapun beberapa hal yang dapat mempengaruhi fantasi
seseorang yaitu:

a. Terdapat suau perasaan atau keinginan tentang masa depan


b. Terdapat waktu yang lebih sehingga digunakan untuk berhayal
c. Terdapat rasa tidak percaya diri terhadap sesuatu yang diinginkannya
d. Kelemahan yang terdapat seorang individu

6
4. Daya Ingat

Daya ingat merupakan kapasitas yang berhubungan dengan aktiftas


mengingat suatu kejadian yang berhubungan dengan masa lalu. Para ahli pada
umumnya memandang memori atau daya ingat dalam tiga tahapan atau proses,
yaitu memasukkan pesan dalam ingatan, menyimpan pesan yang sudah masuk
(storage), dan memunculkan kembali informasi tersebut (retrieval). Terkait
dengan upaya upaya memunculkan kembali informasi yang sudah diterima
dibedakan menjadi recall dan recognize. Recall merupakan upaya
memunculkan kembali informasi yang sudah diterima tanpa diberikan stimulus
yang membantu, misalnya siswa mengerjakan soal-soal essay atau menjawab
pertanyaan isian. Sedangkan recognize merupakan upaya memunculkan
kembali informasi yang sudah diterima dengan diminta mengenali informasi
yang tersedia, misalnya mengerjakan soal pilihan ganda. Macam-macam daya
ingat atau memori terbagi atas daya ingat jangka pendek, memori kerja, dan
daya ingat jangka panjang.

a. Daya ingat jangka pendek


Memori jangka pendek disebut juga immediate memory dan short term
memory. Informasi dalam memori ini bertahan hanya beberapa detik, rentang
waktu informasi bertahan dalam memori ini sekitar 15-30 detik. Meskipun
demikian, jika informasi tersebut sangat berarti atau cenderung diulang maka
kemungkinan besar informasi tersebut bisa masuk memori kerja maupun
memori jangka panjang.
b. Memori kerja
Memori kerja atau working memory dapat menyimpan informasi dari
beberapa menit hingga beberapa jam dan memberi waktu yang cukup untuk
secara sadar memproses, melakukan refleksi, dan melaksanakan suatu kegiatan
berfikir. Contoh memori ini adalah apabila siswa melakukan belajar dengan
cara kebut semalam. Informasi yang masuk dalam memori ini dapat bertahan

7
cukup lama, namun karena informasi tersebut kadang tidak berarti bagi siswa,
maka cenderung hilang apabila sudah tidak digunakan lagi.
c. Daya ingat jangka panjang
Daya ingat jangka panjang merupakan kemampuan untuk menyimpan
informasi yang cenderung menetap/permanent. Informasi dalam memori ini
dapat bertahan dalam beberapa bulan, tahun bahkan seumur hidup. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap penyimpanan informasi jangka panjang
adalah:
1. Informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup
2. Informasi yang berhubungan dengan membangkitkan emosi
3. Informasi yang masuk akal dan berarti

5. Berfikir
Proses menerima, menyimpan dan mengolah kembali informasi biasa
disebut sebagai berfikir. Berfikir ialah media untuk menambah
pembendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-
orang disekitarnya dan lingkungan alam semesta.
Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan
pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang
dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan,
mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa,
bagaimana, dimana dan lain sebagainya.
Hal-hal yang berhubungan dengan berfikir pengertian, keputusan dan
kesimpulan.
a. Pengertian, ialah hasil proses berpikir yang merangkum sebagian dari
kenyataan yang dinyatakan dalam suatu perkataan. Pengertian itu dibagi
menjadi pengertian konkrit yang bermakna dapat dilihat, diaraba dan
sebagainya. Contohnya kursi, meja pisau. Sedangkan pengetian abstrak

8
yang bermakna tidak berwujud, tidak berbentuk dan sebagainya.
Contohnya jujur, indah, cantik dan lain-lain.
b. Keputusan, merupakan pendapat baru atau tindakan pemutuasan dari
pengertian-pengertian yang telah ada. Contohnya kopi adalah minuman
yang berwarna hitam. Jadi keputusannya yaitu kopi itu hitam.
c. Kesimpulan, ialah keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang
lain. Jadi, kesimpulan adalah keputusan yang spesifik. Kesimpulan dibagi 3
yaitu :
1) Kesimpulan induksi, kesimpuan yang diambil dan dimulai dari
kenyataan-kenyataan yang khusus dan tiba pada kaidah-kaidah yang
umum.
2) Kesimpulan deduksi, ialah kesimpulan yang diambil, dimulai dari
kenyataan atau kaidah-kaidah yang umum menuju kenyataan-
kenyataan yang khusus.
3) Kesimpulan analogi, kesimpulan yang diambil dengan cara
membandingkan hal-hal yang baru dengan hal-hal yang lama yang
telah diketahui. Kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.
6. Intelegensi
Inteligensi ialah kesanggupan rohani untuk menyesuaikan diri kepada
situasi yang baru dengan menggunakan berfikir menurut tujuannya. Seseorang
dapat dikatakan berbuat intelligen kalau dalam situasi tertentu, ia dapat
berbuat dengan cara-cara yang tepat. Menurut Kurnia (2007) istilah
intelegensi merupakan salah satu faktor menetukan cepat atau lambatnya
sesorang dalam memecahkan suatu masalah. Intelegensi dalam bahasa latin
berarti menghubungkan atau menyatukan antara yang satu dengan yang lain.
Definisi intelegensi dari ahli diartikan bahwa kesanggupan jiwa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat tehadap keadaan yang baru.
Dari pengertian dan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
intelegensi menitik beratkan kepada penyesuaian terhadap persoalan yang

9
dihadapi oleh individu. Sehingga bagi yang memiliki intelegensi tinggi, maka
mereka akan lebih cepat dan tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi
bila dibandingkan dengan mereka yang kurang cerdas. Disamping itu bahwa
orang dikatakan cerdas jika mereka mampu memberikan tanggapan yang tepat
dan sesuai dengan ransangan yang diterimannya.
Faktor yang memengaruhi intelegensi adalah faktor pembawaan, faktor
kematangan, faktor pembentukan dan faktor minat.
a. Pembawaan yang dimaksud disini yaitu sifat yang dibawa oleh seseorang
sejak lahir. Pembawaan dapat memengaruhi seseorang dalam memecahkan
masalah meskipun seseorang dengan lainnya melakukan aktivitas yang
sama dan latihan yang sama. Namun cara seseorang dalam memecahkan
masalahnya akan terlihat berbeda.
b. Faktor kematangan, kematangan bisa didapat dari pengalaman dan hasil
upaya nya dari belajar. Kematangan intelegensia sangat penting dalam hal
pemecahan dan kecermatan penyelesaian masalah.
c. Faktor pembentukan, salah satu hal yang bisa berkaitan dengan intelegensi
lainnya adalah pembentukan seseorang, karena dengan adanya
pembentukan ini akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat
menilai tingkatan intelegensi yang dimilikinya. Misalnya saja sebuah
pembentukan yang dilakukan dengan sengaja, biasanya dalam hal ini
adalah peran dari sekolah, sedangkan pembentukan yang dilakukan secara
tidak sengaja biasanya dilakukan di alam sekitar.
d. Faktor minat, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan pada perbuatan itu.
7. Emosi
Emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar
(Kartono, 1987). Emosi memberi warna pada perilaku manusia sehari-hari,

10
dengan emosi manusia bisa merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman,
takut, semangat, dan sebagainya.
Jenis-jenis Emosi (perasaan) adalah sebagai berikut:
a. Perasaan-perasaan jasmaniyah: jenis perasaan ini sering pula disebut
perasaan tingkat rendah yang terbagi sebagai berikut:
1) Perasaan sensoris: yaitu perasaan yang berhubungan dengan
stimulus terhadap indra, misalnya: dingin, hangat, pahit, asam dan
sebagainya.
2) Perasaan vital: yaitu perasaan yang berhubungan dengan kondisi
jasmani pada umumnya, misalnya lelah, lesu, lemah, segar, sehat
dan sebagainya.
b. Perasaan-perasaan rohaniah: sering pula disebut sebagai perasaan luhur
(tingkat tinggi), yang terdiri dari:
1) Perasaan intelektual: yaitu perasaan yang berhubungan dengan
kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah, misalnya:
senang atau puas ketika berhasil (perasaan intelektual positif),
kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).
2) Perasaan kesusilaan (etis): yaitu perasaan yang berhubungan
dengan baik-buruk atau norma, misalnya: puas ketika mampu
melakukan hal yang baik, atau menyesal ketika melakukan hal
yang tidak baik.
3) Perasaan estetis (keindahan); yaitu perasaan yang berhubungan
dengan penghayatan dan apresiasi tentang sesuatu yang indah tau
tidak indah. Perasaan ini timbul jika seseorang mengamati sesuatu
yang indah atau yang jelek. Yang indah menimbulkan perasaan
positif, yang jelek menimbulkan perasaan yang negatif.
4) Perasaan sosial (kemasyarakatan): yaitu perasaan yang cenderung
untuk mengikatkan diri dengan orang-orang lain, misalnya:

11
perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong,
rasa simpati atau setia kawan dan sebagainya.
5) Perasaan harga diri: yaitu perasaan yang berhubungan dengan
penghargaan diri seseorang, misalnya: rasa senang, puas, dan
bangga akibat adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain
atau sebaliknya.
6) Perasaan ketuhanan (religius): yaitu perasaan yang berkaitan
dengan kekuasaan dan eksistensi dari Tuhan. Manusia merupakan
satu-satunya yang dianugrahkan perasaan ini oleh Tuhan.
Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan
mulia. Menurut pandangan filsafat ketuhanan (theologi) menusia disebut
“homo divinans” yaitu manusia senantiasa memilki kepercayaan terhadap
Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.
8. Motivasi
Menurut Baron (1990) motivasi adalah proses yang memberi semangat,
arah dan kegigihan berperilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi terarah dan bertahan lama. Kekuatan yang
memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan
internal yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku.
Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi bisa jadi timbul dari ransangan
luar, seperti pemberian hadiah jika seseorang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi entrinsik. Tapi tidak
jarang juga motivasi timbul dari dalam subjek diri peserta didik seperti peserta
didik gemar membaca karena ia ingin mengetahui sesuatu. Ini merupakan
motivasi intrinsik.
Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain:
1. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
2. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar.

12
3. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar
senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.

13
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa segala bentuk perilaku dan


tingkah laku yang dilakukan oleh manusia itu dipengaruhi oleh setiap gejala jiwa
yang terdapat pada diri manusia itu sendiri. Gejala jiwa ini merupakan suatu ilmu
yang mempelajari tentang kejiwaan yang terdapat pada manusia, karena pada
manusia itu memiliki suatu kecerdasan, pemikiran yang luas, sehingga dengan adanya
pembelajaran pada gejala jiwa ini kita dapat mengetahui penyebab-penyebab dari
gangguan kejiwaan pada manusia dan yang berdampak pada kecerdasan atau
pemikiran manusia itu sendiri. Di dalam pendidikan, setiap bentuk dari perubahan
tingkah laku manusia ini akan mempengaruhi peserta didik dalam mencapai tujuan
dari pendidikan. Bentuk-bentuk dari gejala jiwa itu dapat dikelompokkan menjadi:
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegensi, emosi, motivasi.
Pengamatan merupakan proses dimana seseorang akan mengenal segala sesuatu
yang berada di sekitarnya dengan menggunakan alat panca indera yang dimiliki oleh
manusia ataupun hewan. Tanggapan adalah gambaran ingatan yang merupakan hasil
dari pengamatan. Fantasi merupakan daya jiwa yang membentuk atau menciptakan
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Fantasi
merupakan daya jiwa yang membentuk atau menciptakan tanggapan-tanggapan baru
dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Berfikir ialah media untuk menambah
pembendaharaan/khazanah otak manusia. Inteligensi ialah kesanggupan rohani
untuk menyesuaikan diri kepada situasi yang baru dengan menggunakan berfikir
menurut tujuannya. Emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai
dengan perubahan-perubahan dalam tubuh. Dan motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah dan kegigihan berperilaku.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai