Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

GEJALA KEJIWAAN MANUSIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Muzzamilah Zamil, M.pd.

Disusun Oleh:

1. Gita Aryani
2. Muhammad Zaini Ramadhan
3. Nia Raraswati

INSTITUT MADANI NUSANTARA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021-2022

1
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan
kesehatan sehingga penulis dapat melaksanakan suatu proses perkuliahan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Makalah berjudul Gejala Kejiwaan Manusia ini penulis susun sebagai pelengkap presentasi pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan Agama Islam. Makalah ini sangat sederhana dan masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, untuk membantu kesempurnaan makalah  ini, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak. Selain itu atas kekurangan-kekurangan yang ada di dalam makalah ini
maka kami juga memohon maaf yang sebesar- besarnya.

 Sukabumi, 29 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II...................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Dan Hakikat Kejiwaan Manusia....................................................... 2
B. Macam-macam gejala Kejiwaan ........................................................................ 4

BAB III..................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 12

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan sifat dan perilaku, serta kepribadian seperti emosi, adaptasi dan
minatnya terhadap sesuatu.Pembentukan kejiwaan dimulai sejak seseorang terlahir ke dunia. Tiap-tiap
individu telah membawa bibit-bibit sifat dalam diri yang sepanjang proses kehidupannya akan
senantiasa berkembang menjadi kejiwaan tertentu. Selama proses itu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Diantaranya, pengalaman dan cara menghadapinya sesuai tingkat kesadaran atau
usia, periode dalam menghadapi suatu masalah, kondisi mental dan fisik dan bentuk tekanan yang
diterima. Bibit sifat dan faktor yang mempengaruhinya akan menyatu membentuk sifat dan mental
yang kuat, akhlak serta jiwa yang dapat dipelajarinya berdasarkan ilmu psikologi.
Pembahasan tentang kejiwaan dan motivasi manusia tidak hanya dilakukan oleh teori-teori psikologi
umum,tetapi juga menjadi pembahasan penting dalam kancah ilmu pengetahuan umat Islam.(Dan &
Manusia, ‫ت‬.‫)د‬
Pentingnya psikologi dalam pendidikan, dalam psikologi kepatuhan yang datang dari luar merupakan
isyarat adanya konflik antara otoritarianisme dan demokrasi. Dalam pendidikan, kepatuhan sebaiknya
terjadi secara timbale-balik diantara semua pihak yang terlibat didalam, baik anak didik, pendidik,
kurikulum maupun fasilitas pendidikan, semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan perlu
mengarahkan perhatian kepada sifat dan hakikat anak didik, sehingga pelayanan pengajaran
membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara wajar dan efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sifat Dan Hakikat Kejiwaan Manusia?
2. Apa saja Bentuk-bentuk gejala Kejiwaan manusia dalam pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat dan hakikat kejiwaan manusia
2. Untuk mengetahui Apa saja Bentuk-bentuk gejala Kejiwaan manusia dalam pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Hakikat Kejiwaan Manusia


Di dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa jiwa adalah ruh yang ada di kehidupan
batin manuisa, atau keseutuhan yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan -angan, dan
sebagainya.Di dalam bahasa Arab, jiwa diartikan sebagai Nafs, yang di dalam Al Qur‟an
merupakan salah satu lafadz mustaraq (lafadz yang memilki banyak makna).
An-Nafs menunjukan arti keluarnya angin lembut bagaimanapun adanya. Al-nafs juga diartikan
darah, karena seseorang apabila kehilangan darah maka ia kehilangan jiwanya, atau hati (qalb) dan
sanubari yang ada padanya ada rahasia yang tersembunyi. Juga berarti ruh. Dalam buku
Komaruddin mengutip kitab al-Mu‟jam alfalsafi, kata al-nafs diartikan dengan merunjuk kepada
tiga versi menurut: Aristoteles, dengan “permulaan kehidupan (vegetative)”, “kelompok spiritual”
“(ar-Ruhiyyun) mengartikannya sebagai subtansi ruh”, dan Descarates mengartikan sebagai
“subtansi berfikir”. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwasannya jiwa kadangkala
diartikan sebagai sesuatu yang berbentuk fisik yang materil melekat pada diri manusia, tampak dan
tidak tersembunyi, tetapi pada waktu lain ia mengandung arti sebagai sesuatu yang berbentuk non-
materil, yang mengalir pada diri fisik manusia sebagai substansi ruh, ataupun substansi berfikir.
(Maryam, ‫ت‬.‫)د‬
Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa Jasmani dan
nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang
secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak
kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Menurut Aristoteles yaitu jiwa adalah hal yang
memberikan kehidupan bagi manusia dan menggambarkan tentang kualitas kehidupan manusia.
(Hutahaean, ‫ت‬.‫)د‬
Paracelsus (1493-1541), seorang ahli mistik, menunjukan bahwa dalam tubuh manusia terdapat
magnet yang sama halnya dengan bintang-bintang dapat mempengaruhi tubuh manusia melalui
pemancaran yang menembus angkasa. Dalam hubungan itu, Van Helmont (1577-1644)
menggemukakan doktrin animal magnetism, yaitu “cairan yang bersifat magnetis dalam tubuh
manusia dapat dipancarkan untuk mempengaruhi badan, bahkan jiwa orang lain.
Parah ahli ilmu filsafat kuno, seperti plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM), telah
memikirkan hakikat jiwa dan gejalagejalanya. Uraian oleh para filsuf abad pertengahan umumnya
berkisar seputar ketubuhan dan kejiwaan. Berbagai pandangan mengenai ketubuhan dan kijiwaan
dapat digolongkan dalam dua hal,
yaitu.

2
a. Pandangan bahwa antara ketubuhan dan kejiwaan pada hakikatnya dapat berdiri sendiri,
meskipun disadari bahwa antara kejiwaan dan ketubuhan merupakan suatu kesatuan.
b. Pandangan bahwa antara ketubuhan dan kejiwaan (antara aspek psikis dan fisik) tidak dapat
dibedakan karena merupakan suatu kesatuan. Jiwa menggambar kan kita dalam wujud kita,
dengan kata lain jika kita tidak memiliki jiwa maka kita bukan lagi mahluk hidup melainkan
sudah menjadi benda sama seperti benda-benda lain yang tidak memiliki jiwa,dan juga sehat
atau tidaknya kita disandarkan pada kondisijiwa yang dimilikinya. Jika jiwa kita sakit maka kita
adalah kita yang sakit pula, jika jiwa kita rusak maka kita akan menjadi rusak pula, dan jika jiwa
kita mati maka kita akan menjadi mati juga.

Suatu keadaan menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam.
Keadaan ini ada dua jenis. Yang Pertama, alamia dan bertolak dari watak. Misalnya pada orang yang
gampang sekali marah karena hal yang paling kecil, atau yang takut menghadapi insiden yang paling
sepele. Pada orang yang terkesiap berdebar-debar disebabkan suara yang amat lemah yang menerpa
gendang telinganya, atau ketakutan lantaran mendengar suatu berita. Yang kedua, tercipta melalui
kebiasaan dan latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan,
namun kemudian melalui praktik terus-manerus, menjadi karakter.(Iii, ‫ت‬.‫)د‬
Seseorang harus menggunakan keutamaan jiwa berpikirnya, yang dengan jiwa ini dia menjadi
manusia, dan menelaah kekurangan yang ada dalam jiwanya, dan berupaya memperbaikinya dengan
segala kemampunnya. Karena inilah kebaikan-kebaikan yang tidak ditutup-tutupi.
Jiwa ini juga membutuhkan makanan yang sesuai dengannya, dan yang dapat memperbaiki
kekurangannya, sebagaimana jiwa binatang membutuhkan makanan yang cocok dengannya.
Makanan jiwa berpikir ini berupa ilmu pengetahuan, mendapatkan obyek-obyek pikiran,
membuktikan kebeneran pendapat, menerima kebenaran, bagaimana dan dari siapa pun datangnya,
serta menolak kebohongan dan kepalsuan, dari mana pun datangnya.
B. Macam-macam gejala Kejiwaan
Ada beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang mendasar yang banyak muncul dalam bidang
pendidikan. Menurut Sugianto beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang mendasar Diantaranya
memori, berfikir, inteligensi serta emosi. Bentuk-bentuk gejala jiwa tersebut sangat mendasari dan
mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik perilaku seorang pendidik atau guru maupun perilaku
peserta didik atau siswa. Oleh karena itu penjelasan tentang bentuk-bentuk gejala jiwa yang cukup
mendasar dan banyak terkait dalam bidang pendidikan akan dijelaskan dalam pokok bahasan ini.
1. Memori
a. Pengertian Memori
Aktifitas kita setiap hari senantiasa berkaitan dengan aktifitas hari sebelumnya.
Berbagai informasi yang kita terima senantiasa bertambah setiap hari. Dalam
3
upaya untuk memunculkan kembali informasi yang sudah diterima senantiasa terkait
dengan kerja memori dalam otak. Memori merupakan aktifitas yang berhubungan
dengan masa lalu. Para ahli pada umumnya memandang memori dalam tiga tahapan
atau proses, yaitu memasukkan pesan dalam ingatan, menyimpan pesan yang sudah
masuk (storage), memunculkan kembali informasi tersebut (retrieval). Dengan
demikian memori sering didefinisikan sebagai kemampuan untuk memasukkan,
menyimpan dan memunculkan kembali informasi yang kita terima. Kemampuan
untuk memasukkan informasi sering disebut dengan mencaman, encoding, learning.
Kemampuan menyimpan informasi disebut juga dengan storage, Kemampuan untuk
memunculkan kembali disebut juga dengan retrieval, Terkait dengan upaya upaya
memunculkan kembali informasi yang sudah diterima dibedakan menjadi recall dan
recognize. Recall merupakan upaya memunculkan kembali informasi yang sudah
diterima tanpa diberikan stimulus yang membantu, misalnya siswa mengerjakan soal-
soal essay atau menjawab pertanyaan isian. Sedangkan recall merupakan upaya
memunculkan kembali informasi yang sudah diterima dengan diminta mengenali
informasi yang tersedia, misalnya mengerjakan soal pilihan ganda, benar salah maupun
menjodohkan.
.
b. Macam-macam Memori
Terkait dengan rentang waktu informasi bertahan dalam otak kita, memori
dibedakan menjadi memori jangka pendek., memori kerja dan memori jangka panjang
Memori Jangka Pendek
1) Memori jangka pendek disebut juga immediate memory dan short term
memory. Informasi dalam memori ini bertahan hanya beberapa detik, rentang
waktu informasi bertahan dalam memori ini sekitar 15-30 detik. Contoh memori
ini adalah ketika menghafalkan nomor telepon atau nomor plat motor, setelah
kita berhasil menghafalkan nomor tersebut dan menggunakannya maka
informasi tersebut cenderung dilupakan atau hilang. Meskipun demikian jika
informasi tersebut sangat berarti atau cenderung diulang maka kemungkinan
besar informasi tersebut bisa masuk memori kerja maupun memori jangka
panjang.Kapasitas memori jangka pendek berkisar antara 7 digit (7 2
digit).Ratarata orang mampu menghafalkan nomor telepon antara 5 hingga 9
digit, dan akan mengalami kesulitan jika menghafalkan lebih dari 9 digit.
Dengan demikian kemampuan otak kita cukup sulit untuk menyimpan
informasi yang terlalu panjang (lebih dari 9 digit). Salah satu upaya untuk

4
mempermudah proses penyimpanan informasi adalah dengan menggolong-
golongkan
digit yang terlalu panjang, misalnya digit 574768463 digolongkan menjadi 574
768 463, 9 digit angka tersebut karena digolongkan bisa dikatakan menjadi 3
digit.
2) Memori Kerja atau working memory dapat menyimpan informasi dari
beberapa menit hingga beberapa jam dan memberi waktu yang cukup untuk
secara sadar memproses, melakukan refleksi, dan melaksanakan suatu
kegiatan berfikir Informasi yang masuk dalam memori kerja juga
memungkinkan masuk ke memori jangka panjang jika informasi tersebut
bermakna dan sering diulang. Contoh memori ini adalah apabila siswa
melakukan belajar dengan cara kebut semalam. Informasi yang masuk dalam
memori ini dapat bertahan cukup lama, namun karena informasi tersebutkadang
tidak berarti bagi siswa, maka cenderung hilang apabila sudah tidak digunakan
lagi.
3) Memori jangka panjang atau long term memory merupakan kemampuan
untuk menyimpan informasi cenderung menetap/permanent. Informasi dalam
memori ini dapat bertahan dalam beberapa bulan, tahun bahkan seumur
hidup. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penyimpanan informasi
jangka panjang adalah :
a) Informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup
b) Informasi yang berhubungan dengan membangkitkan emosi
c) Informasi yang masuk akal dan berarti
2. Intelegensi
a. Pengertian Inteligensi
Pengertian inteligensi digunakan dalam pengertian yang luas dan bervariasi.
Para psikolog mendefinisikan inteligensi berdasar orientasi teoritis yang
dikembangkan, sehingga melahirkan pengertian inteligensi yang berbeda satu sama lain.
Secara garis berbagai konsep atau definisi operasional mengenai inteligensi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
1) Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan Tyler mengkaitkan inteligensi
dengan pengetahuan penalaran ,kemampuan berbuat secara efektif dalam
menghadapi situasi baru dan kemampuan mendapatkan dan memanfaatkan
informasi secara tepat. Wechsler memberikan pengertian inteligensi sebagai
kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan
bertujuan, berfikir secara rasional dan kemampuan menghadapi lingkungan
5
secara efektif. Sorenson menyatakan bahwa seorang yang inteligensinya
tinggi akan cepat mengerti atau memahami situasi yang dihadapi serta
memiliki kecepatan dalam berpikir. Ketiga teori tersebut menekankan
inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami dan bertindak dengan tepat
pada situasi yang dihadapi, dengan demikian inteligensi lebih terkait dengan
kemampuan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang dihadapi.
2) Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan
untuk belajar dari pengalaman. Kedua teori tersebut menekankan inteligensi
sebagai kemampuan belajar . Semakin tinggi inteligensi seseorang semakin
mudah untuk dilatih dan belajar dari pengalaman.
3) Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir abstrak inteligensi sebagai
kemampuan individu untuk berfikir abstrak. Berpikir abstrak ini diartikan
sebagai kemampuan untuk memahami simbol-simbol verbal, numerikal dan
matematika. Terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan
seseorang untuk berfikir abstrak. menyatakan inteligensi sebagai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang memiliki karakteristik : 1)
memiliki kesulitan, 2)
kompleks, 3 ) Abstrak, 4) ekonomis, 5) terarah pada tujuan dan 6) mempunyai
nilai sosial, 7) mempunya nilai sosial dan 8) berasal dari sumbernya. Kesimpulan
dari ketiga teori tersebut diatas menekankan inteligensi sebagai kemampuan
untuk memahami dan berfikir tentang ide-ide, simbol-simbol atau hal-hal tertentu
yang bersifat abstrak.
Meskipun adanya perbedaan definisi tentang inteligensi, namun para ahli sepakat
dalam memandang inteligensi sebagai kemampuan umum seseorang. Kemampuan
umum tersebut sering disebut juga dengan general factor (g factor). Dalam pandangan
ini hasil tes inteligensi menunjukkan secara umum kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri, belajar atau berfikir abstrak dan tidak dapat menunjukkan bidang
khusus atau kemampuan khusus apa yang cenderung dikuasai. Untuk melengkapi hasil
tes inteligensi dalam melihat kemampuan khusus seseorang biasanya digunakan tes
bakat. Pada akhir abad 20 muncul teori baru yang memandang inteligensi tidak sebagai
faktor umum atau general faktor. Penelitian Gardner selama lima belas tahun
menunjukkan setiap manusia memiliki berbagai cara untuk menjadi cerdas. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia mengembangkan berbagai macam ketrampilan
penting untuk cara hidupnya. Seorang pedagang, pelaut, penari, olah ragawan, dokter,
guru dll menggunakan caranya masing-masing untuk menyelesaikan masalah dan
mengembangkan kemampuan dirinya untuk menciptakan produk-produk tertentu.
6
b. Peran Interligensi dalam keberhasilan Belajar
Beberapa penelitian mencoba untuk melihat seberapa besar peran inteligensi
dalam kehidupan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Heller, Monks, dan Passow
menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan tinggi belum tentu memiliki
kehidupan yang sukses dan menyenangkan. 100 anak yang memiliki IQ tinggi di
California diteliti sejak tahun 1920 hingga sekarang. Diantara mereka ada yang
menjadi orang terkenal di Amerika Serikat, diantaranya senator, sebagian
menerima hadiah nobel untuk Iptek, menjadi bintang film terkenal, sutradara
tersohor, novelis dsb. Namun ada juga diantara mereka yang menjadi yang menjadi
pembersih kantor, tukang sapu jalan, dan pekerja kasar lainnya Dengan demikian
orang-orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi tidak selamanya akan berhasil
dalam hidupnya.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Harjito dkk., (1993) pada siswa SMA yang
memperoleh prestasi belajar rendah atau yang mempunyai permasalahan kesukaran
belajar di sekolah. Hasilnya menunjukkan tidak selamanya siswa yang memiliki prestasi
belajar rendah dan memiliki kesukaran belajar berasal dari siswa yang memiliki
inteligensi rendah. Kenyataan menunjukkan beberapa siswa yang memiliki IQ diatas
rata-rata memiliki prestasi belajar yang rendah dan beberapa memiliki permasalahan
dalam belajar
Banyak para ahli yang meneliti korelasi antara inteligensi dengan prestasi belajar dan
seberapa besar pengaruh inteligensi pada prestasi belajar. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada korelasi atau hubungan yang positif antara inteligensi
dengan prestasi belajar.
3. Emosi
a. Pengertian Emosi
Emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahanperubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar.
Emosi memberi warna pada perilaku manusia sehari-hari, dengan emosi manusia
bisa merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat, dsb.
b. Peran Emosi dalam proses Pembelajaran
Emosi membantu berperan dalam membantu mempercepat dan memperlambat proses
pembelajaran. Emosi juga membantu proses pembelajaran lebih bermakna dan
menyenangkan. Berbagai penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara emosi dan
struktur otak manusia. Goleman dkk menyatakan bahwa tanpa keterlibatan emosi,
kegiatan saraf otak kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran dalam
ingatan. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan dan negative atau tidak
7
menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan
akan berpengaruh pula dalam proses dan hasil belajar. Ketika otak menerima
ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil. Otak
dibajak secara emosional menjadi bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat
bertahan hidup.
Otak tidak dapat mengakses secara maksimal. Fenomena tersebut dikenal dengan
downshifting. Fenomena seperti muncul pada saat kondisi emosi marah, sedih,
ketakutan, dan suasana emosi lain yang membuat kita tertekan dan terancam. Ketika kita
belajar dalam kondisi demikian maka kemampuan belajarnya menjadi kurang
maksimal karena adanya hambatan emosi. Hal ini dirasakan pada saat belajar karena
dipaksa oleh guru atau orang tua, padahal kita sendiri tidak menyukai pelajaran
tersebut. Maka biasanya yang kita lakukan hanyalah bertahan agar tidak mendapat
amarah atau hukuman dari guru atau orang tua, meskipun sangat itu kita sudah
berusaha belajar.
Sebaliknya dengan tekanan positif atau suportif, otak akan terlibat secara emosional
dan memungkinkan sel-sel saraf bekerja maksimal. Fenomena ini dikenal dengan
eustress. Pada kondisi ini otak terlibat secara emosional, dan memungkinkan sel-sel
saraf bekerja secara maksimal. Fenomena seperti ini muncul pada kondisi senang dan
semangat dalam belajar, dan kondisi demikian akan membuat kita maksimal dalam
belajar. Dalam kondisi senang kita akan belajar lebih lama dan lebih giat. Hasil
belajar akan menjadi maksimal. Dengan demikian suasana emosional positif perlu
dibangun dalam proses pembelajaran.Suasana emosional juga mempengaruhi memori
atau ikatan dalam menerima dan memunculkan kembali informasi yang sudah
dipelajari. (M.pd, ‫ت‬.‫)د‬

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan sifat dan perilaku, serta kepribadian seperti emosi, adaptasi dan
minatnya terhadap sesuatu. Pembentukan kejiwaan dimulai sejak seseorang terlahir ke dunia. .
Berbagai pandangan mengenai ketubuhan dan kijiwaan dapat digolongkan dalam dua hal, yaitu
Pandangan bahwa antara ketubuhan dan kejiwaan pada hakikatnya dapat berdiri sendiri,
meskipun disadari bahwa antara kejiwaan dan ketubuhan merupakan suatu kesatuan dan Pandangan
bahwa antara ketubuhan dan kejiwaan (antara aspek psikis dan fisik) tidak dapat dibedakan karena
merupakan suatu kesatuan.
Ada beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang mendasar yang banyak muncul dalam bidang
pendidikan. Diantaranya adalah memori yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memasukkan, menyimpan dan memunculkan kembali informasi yang kita terima. Kemudian
intelegensi, banyak ahli yang mendefinisikan tentang inteligensi, antara lain inteligensi sebagai
keseluruhan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada kondisi dan masalah baru, kemampuan untuk
belajar, kemampuan untuk berfikir abstrak. Dan yang terakhir adalah emosi, diartikan sebagai
tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot
menegang, jantung berdebar. Emosi memberi warna pada perilaku manusia sehari-hari, dengan
emosi manusia bisa merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat, dsb.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah mini researh ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dan, A. K., & Manusia, M. (‫ت‬.‫)د‬. DALAM KONSEPSI ISLAM Ratnawati STAIN Curup-Bengkulu. 1(01),
41–62.

Hutahaean, E. S. H. (‫ت‬.‫)د‬. Kondisi jiwa dan kondisi hidup manusia. kndisi jiwa dan hidup manusia, 2(100),
70–74.

Iii, B. A. B. (‫ت‬.‫)د‬. Alex Sobur, Psikologi Umum, dalam Lintasan Sejarah , cet ke I (Pustaka setia Bandung,
2003), p. 73. 1 30. 30–45.

M.pd, S. (‫ت‬.‫)د‬. BAB II BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN. BENTUK-BENTUK


GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN, 2–16(0274), 1–21.

Maryam, S. (‫ت‬.‫)د‬. No Title. LANDASAN TEORITIS EKSISTENSI JIWA, 2, 33–51.

10

Anda mungkin juga menyukai