Psikologi Islam
Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
Hafilludin
Kholila
Nurul Huda Vi’inningrum
Muhammad Irfan Faruqi
2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................2
A. Latar Belakang...............................................................................2
B. Rumusan Masalah..........................................................................3
C. Tujuan............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4
Kesimpulan...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
1. Struktur Psikis Jiwa Manusia Menurut Islam
2. Formulasi Struktur Psikis manusia dengan Pendekatan Filsafat
3. Formulasi Struktur Psikis Manusia dengan Pendekatan Tasawuf
4. Formulasi Struktur Psikis Manusia Menurut Islam dengan Pendekatan
tafsir Tematik
C. Tujuan
1. Mengetahui Struktur Psikis Jiwa Manusia Menurut Islam
2. Memahami Formulasi Struktur Psikis manusia dengan Pendekatan Filsafat
3. Memahami Formulasi Struktur Psikis Manusia dengan Pendekatan
Tasawuf
4. Memahami Formulasi Struktur Psikis Manusia Menurut Islam dengan
Pendekatan tafsir Tematik
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bericara struktur manusia tidak bisa lepas dengan substansi manusia, pada
umumnya terbagi menjadi dua substansi yakni manusia atas jasad dan ruh.
Masing-masing berlawanan tapi saling membutuhkan satu sama lain. Karena
saling membutuhkan antara keduanya dan kedua natur yang berbeda maka
perantara keduanya disebut nafs.
Pengertian dari manusia itu sendiri menurut Islam dalam Al-Qur’an ada
beberapa kata untuk merujuk kepada arti manusia yang insan, basyar, dan bani
Adam. Kata basyar terampil dari akar kata yang pada mulanya berarti
“penampakan sesuatu yang baik dan indah”. Dari akar kata yang sama, lahirnya
kata basyarah yang berarti kulit. Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti
jinak, harmonis dan tampak.
1. Subtansi Jasmani
Jasad (jisim) aldah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme
fisik. Organisme manusia lebih sempurna dibanding dengan makhluk lain. Setiap
makhluk mempunyai sumber unsur yang sama yakni tanah, api, air, dan angin.
Empat sumber tersebut akan hidup jika diberi energi kehiupan yang bersifat fisik
4
yang disebut dengan nyawa. Ruh bersifat substansi (jauhar) sedangkan nyawa
merupakan sesuatu yang baru (‘aradl) yang juga dimiliki hewan.
2. Substansi Ruhani
Fitrah ruh tidak dibatasi dengan ruang dan waktu. Dapat keluar
masuktubuh manusia dan hidup sebelum tubuh manusia ada. Ketika manusia
sudah dalam kandungan umur empat bulan malaikat akan meniupkan tuh dalam
jasad manusia, setelah itu ruh berubah menjadi nafs (gabungan antara tuh dan
jasad).
3. Substansi Nafsani
Natur nafsani antara baik dan buruk, halus dan kasar, dan mengejar. Selain
itu, nafsani terikat dan tidak antara ruang dan waktu. Ia subsansi antara abadi dan
temporer. Substansi nafs emmeiliki potensi gharizah yang dikaitkan dengan
potensi jasad dan ruh maka dapat dibagi menjadi tiga bagian 1) al-Qalb yang
berhubungan dengan rasa dan emosi; 2) al-aql yang berhubungan denagn cipta
5
dan kognisi; dan 3) daya al-nafs yang berhubungan dengan karsa dan konasi; yang
dijelaskan sebagai berikut;
a. Kalbu
Menurut sufi, kalbu merupakan sesuatu yang bersifat halus dan rabbani
yang mampu mencapai hakikat sesuatu. Kalbu memperoleh pengetahuan (al-
ma’rifah) melalui daya cita-rasa (al-zawqiyyah). Kalbu mendapat puncak
pengetahuan apabila manusia telah mensucikan dirinya dan
mengahsilakn ilham (bisikan suci dari Allah Swt.) dan kasyf (terbuka dinding
yang mengahalangi kalbu).
b. Akal
6
c. Nafsu
Nafsu adalah daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-
ghadabiyah dan al-syahwatiyah. al-Ghadab adalah suatu daya yang berpotensi
untuk menghindari diri dari segala yang membahayakan, menurut psikoanalisa al-
ghadab berarti defense (pertahanan, pembelaan, dan penjagaan). al-
Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksikan diri dari segala
yang menyenangkan.
4. Dinamika Kepribadian
1. Kepribadian Ammarah
7
2. Kepribadian Lawwamah
3. Kepribadian Mutmainnah
8
daya. Sedangkan persamaan dengan al-ajsam bahwa keduanya sama-sama
memiliki keterikatan kepada sesuatu diluar dirinya dalam mengaktualisasikan
daya-daya. Jadi dapat dijelaskan bahwa esensi manusia sebagai representasi dari
al-uqul dan al-aql. Karena al-aql tidak dapat berhubungan langsung dengan badan,
maka ia memerlukan penghubung.
Komposisi jiwa manusia terdiri dari tiga tingkatan jiwa yaitu jiwa tumbuh-
tumbuhan (al-nafs al-nabatiyyah), jiwa hewan/binatang (al-nafs al-hayawaniyah),
dan jiwa rasional (al-nafs al-natiqah). Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga
daya : daya makan (al-gaziyah, nutrition), daya tumbuh (al-munmiyah, growth)
dan daya berkembang (al-muwallidah, reproduction). Jiwa binatang mempunyai
dua daya, yaitu daya penggerak dan daya menangkap. Daya penggerak terdiri atas
daya pendorong dan daya berbuat. Pendorong merupakan kemauan, sedangkan
daya berbuat adalah daya kemampuan. Al-Ghazali menyebut yang pertama
sebagai iradah (kemauan) dan yang kedua adalah qudrah (kemampuan berbuat).
Informasi yang diterima oleh alat indera diteruskan kepada daya tangkap
dari dalam untuk diproses disimpan dan direproduksi kembali. Informasi tersebut
akan melalui lima proses dalam lima tahapan dari presepsi dalam tersebut, yaitu
al-hiss al-musytarak (indera bersama), al-khayaliyah (representasi), al-wahmiyah
(estimasi), al-zakirah (mengingat), dan mutakhaliyyah (imajinasi). Jiwa rasional
(al-nafs al-natiqah), adalah jiwa yang lebih tinggi, dan telah memiliki dua daya,
yaitu daya praktis yang mempunyai fungsi untuk mengontrol hawa nafsu, dan
daya teoritis berfungsi untuk menyempurnakan substansinya yang bersifat
immateri dan abstrak.
Akal teoritis (al-alimah) dan akal praktis (al-amilah) bukanlah dua akal yang
terpisah, melainkan dua sisi dari akal yang sama. Sisi menghadap ke badan adalah
akal praktis sedangkan sisi yang menghadap ke akal aktif adalah akal teoritis.
Akal pada diri manusia memiliki empat tingkatan kemampuan.
9
C. Formulasi struktur psikis manusia dengan pendekatan tasawuf
Terdapat Para ahli tasawuf membagi perkembangan jiwa menjadi tiga tingkatan:
٥٣ يمٞ َّح ٞ ُس َأَل َّما َر ۢةُ بِٱلس ُّٓو ِء ِإاَّل َما َر ِح َم َرب ۚ ِّٓي ِإ َّن َربِّي َغف
ِ ور ر َ ۞ َو َمٓا ُأبَرُِّئ ن َۡف ِس ۚ ٓي ِإ َّن ٱلنَّ ۡف
“dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)
Tingkat ketiga adalah jiwa ketuhanan yang telah masuk dalam kepribadian
manusia, disebut jiwa ketuhanan (nafs muthmainnah) berdasar pada surat
al-Fajr (89) ayat 27-30.
“(27) Hai jiwa yang tenang (28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya (29) Maka masuklah ke dalam jama´ah
hamba-hamba-Ku (30) masuklah ke dalam surga-Ku
10
Tingkatan jiwa ini hampir sama dengan konsep psikoanalisanya Freud yaitu
Id, Ego, dan Superego. Fazlurrahman menjelaskan terkait dengan tingkatan-
tingkatan jiwa bahwa sebaiknya dipahami sebagai keadaan-keadaan, aspek-aspek,
watak-watak, atau kecenderungan pribadi manusia yang bersifat psikis (yang
berbeda dengan Phisik), yang tidak dipahami sebagai sebuah substansi yang
terpisah. Maka nafs (jiwa) sebaiknya dipahami sebagai totalitas daya-daya ruhani
berikut interaksinya dan aktualisasinya dalam kehidupan manusia.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi Islami menggunakan secara optimal daya nalar yang objektif ilmiah
dengan metodologi yang tepat, di samping merujuk kepada petunjuk Allah mengenai
manusia yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits, serta pandangan ulama-ulama
yang telah teruji. Maka, landasan Psikologi Islami adalah ayat-ayat qurani dan ayat-
ayat nafsani, atau secara lebih luas, yaitu asas-asas keagamaan dan temuan-
temuan ilmu pengetehuan di bidang kemanusiaan.
Struktur psikis manusia menurut islam mencangkup:Al-nafsu,Al-aqlu,Al-qalbu,Al-
ruh dan Al-fitrah,dan penjabaran perkonteksnya dibagi menjadi 3 yaitu: Dimensi Jasmani,
Dimensi Ruhani,Dimensi Nafsani.Menurut pendapat ahli filsafat yaitu Al-Ghazali
mengatakan bahwa eksistensi manusia terdiri dari Al- nafs,Al-ruh,Al-jism.
Sedangkan menurut ahli tasawuf membagi perkembangan jiwa manusia di bagi
menjadi 3 tingkatan:
Manusia cenderung untuk memenuhi naluri rendahnya saja(hayawaniyah)
Manusia yang mulai menyadari kesalahannya dan disini telah terjadi
kebangkitan rohani dalam diri manusia(nafs lawwamah).
Jiwa ketuhanan yang telah masuk dalam kepribadian manusia(nafs
muthmainnah).
12
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Razi, Fakhruddin. 2000. Ruh dan Jiwa: Tinjauan Filosofis dalam Perspektif
Islam. Bandung: Risalah Gusti.
Fazlurrahman, The Qoranic Foundation and Strukture of Muslem Society (ter.
Juniarso Ridwan, dkk,), (Bandung: Risalah, 1983), 363
https://www.academia.edu/13987016/Konsep_Manusia_dalam_Pandangan_Tasawuf
Diakses pada: Minggu, 21 Juni 2020
13