Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Memahami Filsafat Manusia: Jiwa Dan Kepribadian Dalam Perspektif Islam


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran dan keberkahan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., yang
telah menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Dengan rendah hati dan penuh rasa hormat, saya sangat berbahagia dapat menyampaikan
makalah ini kepada para pembaca yang budiman. Makalah ini membahas tentang konsep jiwa
dan kepribadian dalam perspektif Islam, serta bagaimana konsep tersebut dapat membantu dalam
pemahaman dan penanganan masalah psikologis, serta upaya pengembangan diri yang seimbang
dalam konteks masyarakat modern.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep-konsep tersebut, sekaligus menggali potensi aplikatifnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berlandaskan pada ajaran Islam yang kaya akan hikmah dan pedoman, diharapkan
makalah ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembaca dalam menjalani
kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.
Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
3. Tujuan Penelitian..................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
4. Kepribadian dalam lingkup Sosial........................................................................................7
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Jiwa Dan Kepribadian Manusia Dalam
Perspektif Islam...........................................................................................................................8
6. Aplikasi Konsep Jiwa Dan Kepribadian Dalam Perspektif................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
7. Kesimpulan.........................................................................................................................12
Daftar Pustaka................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perilaku manusia merujuk pada segala aktivitas, tindakan, dan sikap yang dapat
diamati dari segi biologis dan organis. Dalam studi modern tentang perilaku manusia,
pendekatan yang umum digunakan meliputi fungsional struktural dan interaksionis.
Fungsional strukturalisme, yang dikembangkan oleh tokoh seperti August Comte, Emile
Durkheim, dan Herbert Spencer, menganggap masyarakat sebagai entitas yang lebih
nyata daripada individu. Mereka percaya bahwa struktur masyarakat mempengaruhi
kesadaran dan perilaku individu. Masyarakat dipandang sebagai satu kesatuan organisme
mekanis yang dibentuk oleh sistem yang disepakati bersama, di mana makna, proses
konstruksi, harapan, dan tujuan dapat ditemukan. Emile Durkheim membangun
pemikiran Comte secara praktis, sementara Talcott Parsons menyempurnakan pendekatan
tersebut secara metodologis.

fungsional strukturalisme, yang dijelaskan oleh pemikiran Durkheim,


mengemukakan bahwa masyarakat sebagai suatu fenomena sosial adalah entitas yang
lebih konkret dan signifikan daripada individu. Menurut perspektif ini, struktur
masyarakat memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesadaran psikologis dan perilaku
individu. Masyarakat dipandang sebagai suatu kesatuan organisme mekanis yang
terbentuk melalui sistem yang disepakati bersama oleh anggotanya. Melalui sistem ini,
makna, proses konstruksi, harapan, dan tujuan dapat terbentuk dan dipahami. Dengan
kata lain, fungsional strukturalisme menekankan pentingnya struktur sosial dalam
membentuk dan memengaruhi perilaku manusia serta menyediakan kerangka kerja untuk
memahami dinamika masyarakat secara keseluruhan.

Dalam konteks fungsional strukturalisme, hubungan antara struktur sosial dan


perilaku manusia juga dapat dikaitkan dengan konsep jiwa dan kepribadian dalam
perspektif Islam. Perspektif ini memandang bahwa jiwa dan kepribadian seseorang tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti
lingkungan sosial dan struktur masyarakat.

Dalam Islam, jiwa (ruh) dipandang sebagai aspek spiritual yang menggerakkan
individu dan memberikan kehidupan padanya. Kepribadian, di sisi lain, merupakan hasil
dari interaksi kompleks antara jiwa individu dengan lingkungan sosialnya. Dengan
demikian, struktur sosial yang terbentuk dalam masyarakat memiliki peran penting dalam
membentuk kepribadian seseorang.

Konsep kesatuan dalam masyarakat yang dijelaskan dalam fungsional


strukturalisme dapat dipahami dalam perspektif Islam sebagai manifestasi dari kesatuan
umat manusia yang dikehendaki oleh Tuhan. Dalam lingkungan sosial yang terstruktur
dengan baik, individu dapat menemukan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama dan
memperkuat spiritualitasnya. Sebaliknya, ketidakseimbangan dalam struktur sosial dapat
menyebabkan konflik internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi jiwa dan
kepribadian individu.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap struktur sosial dan interaksi antarindividu
dalam masyarakat, sebagaimana dijelaskan dalam fungsional strukturalisme, dapat
menjadi penting dalam memahami dinamika jiwa dan kepribadian manusia dalam
perspektif Islam. Hal ini menekankan pentingnya memperhatikan faktor eksternal dan
lingkungan sosial dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian yang seimbang
dan sesuai dengan nilai-nilai agama.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep jiwa dan kepribadian dipahami dalam perspektif Islam, dan
bagaimana konsep ini berkaitan dengan pengaruh lingkungan sosial dan struktur
masyarakat terhadap individu?
b. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan jiwa
dan kepribadian manusia dalam perspektif Islam, serta bagaimana interaksi antara
faktor-faktor ini memengaruhi perkembangan individu?
c. Bagaimana aplikasi konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam dapat
membantu dalam pemahaman dan penanganan masalah psikologis serta upaya
pengembangan diri yang seimbang dalam konteks masyarakat modern?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis dan memahami konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif
Islam serta keterkaitannya dengan lingkungan sosial dan struktur masyarakat dalam
membentuk individu.
b. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pembentukan jiwa dan kepribadian manusia dalam perspektif Islam, serta menggali
interaksi antara faktor-faktor tersebut dalam perkembangan individu.
c. Untuk menyelidiki bagaimana aplikasi konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif
Islam dapat memberikan wawasan dalam penanganan masalah psikologis dan upaya
pengembangan diri yang seimbang dalam konteks masyarakat modern, dengan
demikian menghasilkan rekomendasi untuk pendekatan terapeutik dan pembangunan
individu yang lebih holistik dan berbasis nilai-nilai Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

4. Kepribadian dalam lingkup Sosial

Dalam perspektif Islam, konsep jiwa dan kepribadian memegang peran sentral
dalam pemahaman tentang hakikat manusia dan tujuan hidupnya. Jiwa (ruh) dipandang
sebagai aspek spiritual yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yang menggerakkan,
memberikan kehidupan, dan memberikan identitas kepada individu. Kepribadian, di sisi
lain, merupakan hasil dari interaksi kompleks antara jiwa individu dengan lingkungan
sosialnya. Dalam ajaran Islam, lingkungan sosial dan struktur masyarakat memiliki
pengaruh yang kuat terhadap pembentukan jiwa dan kepribadian individu.
ingkungan sosial memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai, norma,
dan sikap yang dianut oleh individu. Dalam masyarakat yang dipenuhi dengan nilai-nilai
yang sesuai dengan ajaran Islam, individu cenderung mengembangkan kepribadian yang
sejalan dengan ajaran agama. Sebaliknya, lingkungan yang terbebani oleh
ketidaksesuaian dengan nilai-nilai Islam atau terpapar pada norma-norma yang
bertentangan dengan ajaran agama dapat mengarah pada konflik internal dan pencarian
identitas yang tidak stabil.
Struktur masyarakat juga memengaruhi pembentukan jiwa dan kepribadian
individu. Struktur sosial yang adil, inklusif, dan mendukung pertumbuhan spiritual dapat
memberikan lingkungan yang kondusif bagi individu untuk mengembangkan jiwa dan
kepribadian yang sehat. Sebaliknya, struktur sosial yang tidak adil, eksklusif, atau
menghasilkan ketidaksetaraan dapat menciptakan hambatan bagi individu dalam
mengekspresikan diri dan mencapai potensi spiritualnya.
Ajaran Islam menekankan pentingnya memperbaiki lingkungan sosial dan
memperbaiki struktur masyarakat agar sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan,
kesetaraan, dan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam Islam. Melalui upaya ini, individu
dapat hidup dalam lingkungan yang mendukung pertumbuhan jiwa dan kepribadian yang
seimbang sesuai dengan prinsip-prinsip agama. Oleh karena itu, pemahaman tentang
konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam tidak hanya memperkuat keterkaitan
antara individu dan Tuhan, tetapi juga mengakui hubungan yang erat antara individu dan
lingkungan sosial serta struktur masyarakat dalam proses pembentukan identitas dan
moralitas manusia.
Struktur dapat diartikan sebagai susunan atau organisasi yang terdiri dari berbagai
komponen yang membentuk sebuah keseluruhan yang relatif stabil dan tetap. Struktur
juga merupakan pola unsur-unsur yang bersifat permanen, stabil, dan abadi dalam suatu
organisasi. Dalam konteks kepribadian, struktur merujuk pada bagian-bagian komponen
dari sebuah individu yang bersifat stabil dan abadi (Hasanah, M. (2015)
Kepribadian, yang merupakan bagian dari jiwa manusia, merupakan faktor yang
memungkinkan individu untuk menjadi kesatuan yang utuh. Pemahaman tentang
kepribadian dipengaruhi oleh paradigma atau kerangka teoritis yang digunakan dalam
pengembangan konsep tersebut. Salah satu paradigma yang umum digunakan adalah
paradigma psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud.
Sigmund Freud menggambarkan kepribadian manusia dalam tiga sistem, yaitu id,
ego, dan superego. Id merupakan bagian dari kepribadian yang ada sejak lahir dan
mencakup insting, impuls, dan dorongan-dorongan lainnya yang berasal dari
ketidaksadaran. Id beroperasi berdasarkan keinginan untuk memperoleh kenikmatan
semata tanpa memperhatikan pertimbangan moral.
Ego bertindak sebagai mediator antara keinginan-keinginan yang ada dalam id
dengan realitas luar. Ego membantu mewujudkan keinginan-keinginan id ke dalam
tindakan yang sesuai dengan kenyataan dan situasi yang ada.
Superego merupakan bagian dari kepribadian yang memiliki unsur moral dan
keadilan. Fungsi superego adalah mengarahkan individu ke arah kesempurnaan moral
dan keadilan dengan menjadi pengawas terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
ego. Superego memberikan kode moral bagi individu dan menilai apakah tindakan-
tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar moral yang telah ditetapkan (Hamali, S.
(2018).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Jiwa Dan Kepribadian Manusia Dalam


Perspektif Islam

Proses penciptaan manusia menurut ajaran Islam diterangkan dalam Al-Qur'an,


dimulai dari penciptaan dari unsur tanah, kemudian berkembang menjadi makhluk hidup
yang kompleks. Dalam perjalanan hidupnya, manusia mengalami beragam fase, mulai
dari kelemahan, kekuatan, kemudian kembali ke kelemahan serta penuaan. Proses ini
menunjukkan bahwa kepribadian manusia dapat mengalami perubahan, dipengaruhi oleh
berbagai faktor, dan terbentuk melalui proses yang panjang. Kepribadian manusia, dalam
konteks ini, dipahami sebagai bagian integral dari jiwa yang memungkinkan individu
untuk membentuk eksistensinya sebagai satu kesatuan yang utuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian


manusia dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi sifat bawaan dan kapasitas fitrah yang dimiliki individu sejak lahir, sedangkan
faktor eksternal meliputi pengaruh lingkungan dan pengalaman hidup individu. Pengaruh
lingkungan, baik itu keluarga, sosial, maupun pendidikan, memiliki peran penting dalam
membentuk perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh individu.

Kepribadian seseorang terbentuk melalui interaksi kompleks antara faktor bawaan


dan lingkungan. faktor internal, seperti insting biologis dan kebutuhan psikologis, serta
faktor eksternal, seperti lingkungan keluarga dan pendidikan, secara simultan
mempengaruhi perilaku manusia. Pendapat-pendapat tersebut juga sejalan dengan
pandangan Suryabrata (2002), yang menegaskan bahwa kepribadian manusia tumbuh
dari dua kekuatan, yaitu faktor internal dan eksternal. Seiring dengan itu, konsep
nativisme, empirisme, dan konvergensi juga memberikan sudut pandang yang beragam
terhadap peran faktor internal dan eksternal dalam membentuk kepribadian manusia.

Secara keseluruhan, pemahaman tentang kompleksitas pembentukan kepribadian


manusia menekankan pentingnya memperhatikan peran faktor internal dan eksternal serta
interaksi antara keduanya dalam membentuk eksistensi manusia sebagai individu yang
unik dan kompleks. Perubahan dalam perilaku manusia menjadi indikator dari
perkembangan kepribadian yang terjadi sepanjang perjalanan hidup individu, yang
meliputi variasi, organisasi, serta luasnya arena aktivitas yang dijalani, serta koordinasi
tingkah laku yang semakin matang.

Perkembangan kepribadian manusia juga mencerminkan adanya dinamika yang


kompleks dalam interaksi antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal, seperti
predisposisi genetik dan fitrah bawaan, dapat memberikan landasan bagi potensi
individu, namun pengaruh lingkungan eksternal turut memainkan peran penting dalam
mengaktualisasikan potensi tersebut. Lingkungan sosial, keluarga, dan pendidikan
memberikan pengalaman-pengalaman yang membentuk sikap, nilai, dan pola perilaku
individu. Oleh karena itu, seseorang mungkin memiliki potensi tertentu secara bawaan,
namun bagaimana potensi tersebut diwujudkan dan dikembangkan dapat sangat
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dalam lingkungan sekitarnya.

Selain itu, penting untuk diakui bahwa pembentukan kepribadian tidaklah statis,
melainkan merupakan proses yang dinamis dan terus-menerus selama sepanjang
kehidupan individu. Setiap pengalaman, interaksi, dan pembelajaran yang dialami
individu dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan evolusi
kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan dan lingkungan sosial yang mendukung
pertumbuhan yang sehat dan positif menjadi kunci dalam membentuk kepribadian yang
kokoh dan berdaya. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas
faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia menjadi landasan penting dalam upaya-
upaya untuk memperkuat dan membina pribadi yang berkualitas dan berintegritas.

6. Aplikasi Konsep Jiwa Dan Kepribadian Dalam Perspektif

Dalam perspektif Islam, konsep jiwa dan kepribadian memberikan landasan yang
kuat bagi pemahaman tentang perilaku manusia serta upaya pengembangan diri yang
seimbang dalam konteks masyarakat modern. Konsep jiwa dalam Islam dipahami sebagai
ruh atau aspek spiritual yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yang menggerakkan
dan memberikan identitas pada individu. Kepribadian, sebagai bagian integral dari jiwa,
dipandang sebagai hasil dari interaksi kompleks antara jiwa individu dengan lingkungan
sosial dan struktur masyarakat. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT. menggambarkan proses
penciptaan manusia yang panjang, yang menunjukkan bahwa kepribadian manusia dapat
berubah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, pemahaman yang
mendalam tentang konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam dapat
memberikan landasan yang kokoh dalam pemahaman serta penanganan masalah
psikologis.

Dalam konteks ini, aplikasi konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam
dapat memberikan pandangan yang holistik dan berkelanjutan terhadap masalah
psikologis yang dihadapi oleh individu. Islam mengajarkan bahwa keberadaan manusia
tidak terbatas pada dimensi fisik semata, melainkan juga melibatkan dimensi spiritual dan
emosional. Dengan memahami hubungan antara jiwa dan kepribadian, serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya, individu dapat lebih baik memahami akar penyebab dari
masalah psikologis yang dialaminya. Selain itu, konsep kepribadian dalam Islam, yang
dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan etika agama, dapat menjadi landasan untuk
pengembangan diri yang seimbang dan harmonis.

Dalam praktiknya, aplikasi konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam
dapat diimplementasikan melalui berbagai metode, seperti terapi berbasis nilai-nilai
Islam, meditasi dan dzikir untuk meningkatkan keberkahan spiritual, serta pendekatan
holistik yang memperhatikan aspek fisik, mental, dan spiritual dalam pengembangan diri.
Selain itu, prinsip-prinsip Islam yang menekankan pentingnya hubungan yang sehat
dengan Allah SWT. dan sesama manusia dapat membantu individu untuk menemukan
kedamaian batin dan kebahagiaan yang abadi. Dengan demikian, aplikasi konsep jiwa
dan kepribadian dalam perspektif Islam dapat membantu dalam pemahaman,
penanganan, dan pengembangan diri yang seimbang dalam menghadapi berbagai
tantangan dan dinamika masyarakat modern yang kompleks.
BAB III

PENUTUP

7. Kesimpulan

Pemahaman tentang konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam


memberikan landasan yang kuat bagi pemahaman, penanganan, dan pengembangan diri
yang seimbang dalam konteks masyarakat modern. Konsep jiwa dalam Islam, sebagai
aspek spiritual yang dianugerahkan oleh Allah SWT. kepada manusia, menjadi titik pusat
dalam memahami hakikat dan tujuan kehidupan manusia. Kepribadian, yang merupakan
hasil dari interaksi kompleks antara jiwa individu dengan lingkungan sosial dan struktur
masyarakat, memainkan peran penting dalam menentukan perilaku dan sikap individu.

Aplikasi konsep jiwa dan kepribadian dalam perspektif Islam memberikan


pandangan yang holistik terhadap masalah psikologis yang dihadapi oleh individu.
Dengan memahami hubungan yang erat antara jiwa dan kepribadian, serta pengaruh
lingkungan dan faktor internal lainnya, individu dapat lebih baik memahami akar
penyebab dari masalah psikologis yang mereka alami. Pendekatan yang berbasis nilai-
nilai Islam juga dapat memberikan pedoman moral yang kuat dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam kehidupan.

Selain itu, aplikasi konsep ini juga membuka pintu untuk pengembangan diri yang
lebih seimbang dan harmonis. Prinsip-prinsip Islam, yang menekankan pentingnya
hubungan yang sehat dengan Allah SWT. dan sesama manusia, menjadi landasan untuk
mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan yang abadi. Melalui metode-metode seperti
terapi berbasis nilai-nilai Islam, meditasi, dan pendekatan holistik, individu dapat
mengembangkan potensi spiritual dan memperbaiki kualitas hidupnya secara
menyeluruh.
Daftar Pustaka

Hamali, S. (2018). Kepribadian Dalam Teori Sigmound Freud Dan Nafsiologi Dalam Islam. Al-
Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 13(2), Article 2. https://doi.org/10.24042/ajsla.v13i2.3844

Hasanah, M. (2015). DINAMIKA KEPRIBADIAN MENURUT PSIKOLOGI ISLAMI. Ummul


Qura, 6(2), Article 2.

Suryabrata, Sumadi 2002. Psikologi Kepribadian. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Adnan Achiruddin Saleh.2018. Pengantar Psikologi: Aksara Timur

Mushodiq, M. A. M., & Saputra, A. A. (2021). Dinamika Kepribadian Amarah, Lamawah, dan
Mutmainnah serta Relevansinya dengan Struktur Kepribadian Sigmund Freud. Bulletin of
Counseling and Psychotherapy, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.51214/bocp.v3i1.49

Nuryamin, N. (2017). Kedudukan Manusia di Dunia (Perspektif Filsafat Pendidikan Islam). Al-
TA’DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 10(1), Article 1.
https://doi.org/10.31332/atdb.v10i1.556

Rahmi, N. (2016). Manusia Dalam Prespektif Psikologi Pendidikan Islam. Dewantara; Jurnal
Ilmiah Kajian Pendidikan, 2, 206–214.

Anda mungkin juga menyukai