Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DESENTRALISASI DAN PEMBANGUNAN

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023
1. Pendahuluan
Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah,
dimana tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat diserahkan kepada pemerintah daerah. Tugas tersebut
dilaksanakan pemerintah daerah dengan tetap berpedoman pada perundang -undangan yaitu
Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang No.
33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pusat sebagai
perubahan dari Undang Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang Undang No. 25 Tahun
1999. Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan otonomi, daerah dituntut untuk lebih inovatif
dan kreatif dalam merumuskan kebijakan pemerintah dan pengelolaannya khususnya di
bidang keuangan. Atas dasar pemikiran tersebut, satuan kerja pengelola pendapatan daerah
harus mampu mengoptimalkan partisipasinya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan pembiayaan lainnya untuk kelangsungan pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan (Rahmayati, 2016). Dalam mengelola pemerintahannya, daerah memerlukan
penilaian untuk melihat apakah pengelolaan keuangan sudah dilakukan secara efisien dan
efektif dengan cara menilai kinerja pengelolaan keuangan daerah.

Penilaian kinerja tersebut dilakukan dengan analisis rasio keuangan terhadap


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah ditetapkan dan
dilaksanakannya. Penggunaan analisis rasio laporan keuangan sebagai alat analisis keuangan
secara luas telah ditetapkan pada lembaga organisasi yang bersifat komersial. Adapun
manfaat dari analisis rasio laporan keuangan pemerintah daerah adalah dapat diketahui
bagaimana kinerja pemerintah daerah yang bersangkutan dan juga dapat dipergunakan
sebagai acuan agar dapat lebih meningkatkan kinerja dan juga pendapatan daerahnya pada
periode-periode selanjutnya (Kurniati, 2012 dalam Rahmawati dan Putra, 2016). Anggaran
sebagai instrumen kebijakan pemerintah harus dapat menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja
keuangan Pemerintah Daerah adalah potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dalam
menggali, mengelola dan memanfaatkan sumbersumber keuangan asli daerahnya guna
mendukung berjalannya sistem pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan
pembangunan daerahnya dengan tidak bergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat
(Rahmawati dan Putra, 2016).
Pengukuran kinerja keuangan penting dilakukan untuk dapat menilai akuntabilitas
pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah dan dituangkan dalam bentuk
laporan keuangan yang bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
realisasi anggaran serta kinerja keuangan pemerintah daerah yang berguna dalam
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas pelaporan atas sumber daya
yang dikelola pemerintah (Sijabat, et al. 2015).

1. Pembahasan
a. Tujuan Desentralisasi dan Pembangunan
Tujuan Desentralisasi:
1. Meningkatkan partisipasi publik: Desentralisasi bertujuan untuk memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pembangunan. Dengan
mendekatkan pusat kekuasaan ke tingkat lokal, desentralisasi memungkinkan
warga negara untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas: Desentralisasi bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyediaan layanan publik.
Dengan memindahkan kekuasaan dan tanggung jawab ke tingkat lokal,
desentralisasi dapat mengurangi birokrasi dan memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih cepat dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
3. Mengurangi kesenjangan pembangunan: Salah satu tujuan utama desentralisasi
adalah mengurangi kesenjangan pembangunan antara wilayah yang maju dan
tertinggal. Dengan memberikan otonomi kepada pemerintah lokal, desentralisasi
memungkinkan penyesuaian program pembangunan yang lebih spesifik sesuai
dengan kebutuhan lokal, sehingga membantu dalam mengatasi kesenjangan
pembangunan yang ada.
4. Meningkatkan akuntabilitas: Desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas pemerintah. Dengan memberikan kekuasaan kepada pemerintah
lokal, desentralisasi memungkinkan pemantauan yang lebih dekat oleh
masyarakat terhadap pelaksanaan program pembangunan dan penggunaan
sumber daya publik. Hal ini dapat membantu dalam mengurangi tingkat korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan.
Tujuan Pembangunan:
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat: Tujuan utama pembangunan adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini meliputi
peningkatan pendapatan, akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan,
perumahan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi, serta peningkatan kualitas hidup
secara umum.
2. Pengurangan kemiskinan: Pembangunan bertujuan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di masyarakat. Ini melibatkan menciptakan peluang ekonomi,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan akses terhadap sumber daya dan
layanan dasar, serta memperluas jaringan perlindungan sosial bagi mereka yang
rentan terhadap kemiskinan.
3. Peningkatan kesetaraan: Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan
dalam masyarakat. Ini mencakup kesetaraan akses terhadap pendidikan, layanan
kesehatan, pekerjaan, serta hak-hak dan peluang bagi semua warga negara, tanpa
memandang jenis kelamin, usia, suku, agama, atau latar belakang sosial-ekonomi
mereka.
4. Keberlanjutan lingkungan: Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan untuk
menjaga dan melindungi lingkungan alam agar dapat dinikmati oleh generasi
saat ini dan masa depan. Hal ini mencakup perlindungan sumber daya alam,
pengelolaan limbah yang baik, pemulihan ekosistem, dan pengurangan dampak
negatif terhadap lingkungan.
5. Peningkatan akses terhadap pendidikan dan pengetahuan: Pembangunan
bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan
pengetahuan bagi semua individu. Ini melibatkan penyediaan pendidikan dasar
yang universal, peningkatan akses ke pendidikan tinggi dan pelatihan vokasional,
serta pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Secara umum, desentralisasi bertujuan untuk memberikan kekuasaan kepada


tingkat lokal agar dapat mengatur pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan konteks
lokal. Sementara pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan dengan cara mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesetaraan,
menjaga lingkungan, dan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan pengetahuan.

b. Perencanaan Desentralisasi

Perencanaan desentralisasi adalah proses merencanakan dan mempersiapkan


langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan desentralisasi secara
efektif. Ini melibatkan penentuan tujuan, strategi, kebijakan, dan langkah-langkah
operasional yang akan diambil untuk mencapai desentralisasi yang sukses. ahap awal
dalam perencanaan desentralisasi adalah menetapkan tujuan yang jelas dan terukur.
Tujuan ini harus sesuai dengan visi dan arah kebijakan desentralisasi yang diinginkan,
seperti peningkatan partisipasi publik, peningkatan efisiensi pelayanan publik, atau
pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Penting untuk menganalisis situasi saat ini, termasuk kekuatan, kelemahan,


peluang, dan ancaman yang terkait dengan desentralisasi. Analisis ini melibatkan
peninjauan kapasitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah, struktur kelembagaan,
regulasi, sumber daya manusia, dan keuangan yang ada. Perencanaan desentralisasi
melibatkan pengembangan kebijakan dan regulasi yang mendukung implementasi
desentralisasi. Ini termasuk menentukan batasan kekuasaan, alokasi sumber daya,
mekanisme koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta peningkatan kapasitas
pemerintah daerah dalam mengelola otonomi yang diberikan.

Identifikasi dan pemberdayaan pihak-pihak terkait: Penting untuk


mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam proses desentralisasi, termasuk
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, masyarakat sipil, dan
sektor swasta. Pihak-pihak ini perlu dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan
desentralisasi untuk memastikan partisipasi yang luas dan pemahaman yang baik tentang
tujuan dan manfaat desentralisasi. Perencanaan desentralisasi juga harus memperhatikan
pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola tanggung jawab baru yang
diberikan kepada mereka. Ini melibatkan pelatihan, peningkatan kompetensi, dan transfer
pengetahuan untuk memastikan bahwa pemerintah daerah memiliki kemampuan yang
cukup untuk mengelola sumber daya dan memberikan pelayanan publik secara efektif.

Penting untuk memasukkan mekanisme pemantauan dan evaluasi dalam


perencanaan desentralisasi. Ini akan memungkinkan pemantauan terhadap kemajuan
implementasi desentralisasi, identifikasi hambatan, serta peningkatan dan perbaikan
berkelanjutan dalam proses desentralisasi. Perencanaan desentralisasi harus
mempertimbangkan konteks lokal, keberlanjutan, partisipasi publik, dan koordinasi
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan perencanaan yang baik,
implementasi desentralisasi dapat dilakukan secara efektif, memungkinkan pemerintah
daerah untuk mengambil peran yang lebih besar dalam pembangunan lokal.

c. Desentralisasi di Indonesia

Desentralisasi di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan sejak


diperkenalkan pada tahun 1999. Desentralisasi di Indonesia bertujuan untuk memberikan
otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola urusan lokal.
Melalui undang-undang otonomi daerah, kekuasaan dan tanggung jawab dalam berbagai
sektor seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, perekonomian, dan pelayanan publik
dialihkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Desentralisasi di Indonesia juga melibatkan pembentukan daerah otonom baru.


Sejak diperkenalkannya desentralisasi, sejumlah provinsi dan kabupaten/kota baru telah
dibentuk. Tujuan pembentukan daerah otonom baru adalah untuk memberikan
pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat dan mengakomodasi kebutuhan dan
aspirasi lokal. Salah satu inisiatif penting dalam desentralisasi di Indonesia adalah
alokasi dana desa. Melalui kebijakan tersebut, pemerintah pusat mengalokasikan dana
secara langsung kepada desa-desa untuk membiayai pembangunan lokal, pemberdayaan
masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan desa. Dana desa bertujuan untuk memperkuat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan mengurangi kesenjangan antarwilayah.

Desentralisasi juga berfokus pada peningkatan kapasitas pemerintah daerah


dalam mengelola otonomi yang diberikan. Melalui pelatihan, pendampingan, dan transfer
pengetahuan, pemerintah daerah diberdayakan untuk mengelola sumber daya,
mengambil keputusan strategis, dan memberikan pelayanan publik yang efektif.
Desentralisasi di Indonesia juga berdampak pada pembangunan infrastruktur dan
perekonomian lokal. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki
keleluasaan untuk merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek infrastruktur yang
mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Salah satu aspek penting dari desentralisasi di Indonesia adalah pemberdayaan


masyarakat. Desentralisasi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pembangunan
melalui mekanisme seperti musyawarah desa dan partisipasi dalam perencanaan
pembangunan lokal. Meskipun desentralisasi di Indonesia telah memberikan manfaat
signifikan, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Beberapa tantangan tersebut termasuk
kesenjangan antarwilayah yang masih ada, ketimpangan kapasitas pemerintah daerah,
dan koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah
terus berupaya untuk mengatasi tantangan ini melalui kebijakan dan reformasi yang
berkelanjutan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi desentralisasi di Indonesia.

d. Evolusi Perencanaan Desentralisasi

Evolusi perencanaan desentralisasi mengacu pada perkembangan dan perubahan


dalam pendekatan perencanaan yang digunakan untuk menerapkan dan mengelola
desentralisasi. Pada tahap awal, perencanaan desentralisasi lebih berfokus pada
pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah. Pemerintah
pusat dan daerah berfokus pada pengembangan kebijakan dan peraturan untuk
memindahkan kekuasaan dan sumber daya ke tingkat lokal. Perencanaan awal ini lebih
menekankan pada peralihan administratif dan pembentukan struktur kelembagaan baru.

Seiring dengan berjalannya waktu, perencanaan desentralisasi mengalami evolusi


menuju peningkatan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pemerintah menyadari pentingnya kerjasama dan sinergi dalam melaksanakan
desentralisasi yang efektif. Oleh karena itu, mekanisme koordinasi antara kedua
tingkatan pemerintahan diperkuat melalui perencanaan yang lebih terintegrasi dan
kolaboratif. Salah satu perubahan penting dalam evolusi perencanaan desentralisasi
adalah peningkatan partisipasi publik. Awalnya, perencanaan desentralisasi lebih
didominasi oleh pemangku kepentingan pemerintah. Namun, dengan semakin meluasnya
konsep Good Governance, partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan non-
pemerintah menjadi lebih penting dalam perencanaan desentralisasi. Partisipasi publik ini
memastikan bahwa kepentingan masyarakat dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan dan pelaksanaan program pembangunan.

Evolusi perencanaan desentralisasi juga mencakup pendekatan yang lebih


berbasis bukti. Hal ini berarti bahwa perencanaan desentralisasi didasarkan pada data dan
informasi yang akurat, termasuk analisis situasi, penilaian kebutuhan, dan evaluasi
dampak. Pendekatan berbasis bukti ini membantu dalam pengambilan keputusan yang
lebih tepat, alokasi sumber daya yang efisien, dan pemantauan yang lebih baik terhadap
implementasi desentralisasi. Perencanaan desentralisasi juga semakin mengakui
pentingnya peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola otonomi yang
diberikan. Ini termasuk pelatihan, pendampingan, dan transfer pengetahuan untuk
memperkuat kemampuan pemerintah daerah dalam perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan program, dan pemantauan. Peningkatan kapasitas ini mendukung efektivitas
desentralisasi dan pemberdayaan pemerintah daerah.

Evolusi perencanaan desentralisasi terus berlanjut seiring dengan pengalaman dan


pembelajaran dari implementasi desentralisasi di berbagai negara. Perubahan dalam
pendekatan perencanaan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,
partisipasi, dan akuntabilitas dalam menerapkan desentralisasi.

e. Struktur dan Fungsi Utama Desentralisasi

Struktur dan fungsi utama desentralisasi mencakup pembagian kekuasaan dan


tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berikut ini adalah
penjelasan lebih rinci tentang struktur dan fungsi utama desentralisasi:

 Struktur Desentralisasi:
 Pemerintah Pusat: Pemerintah pusat adalah tingkat pemerintahan yang memiliki
kekuasaan dan tanggung jawab atas kebijakan nasional, urusan luar negeri,
pertahanan, dan kebijakan sektor-sektor lain yang mempengaruhi seluruh negara.
 Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah terdiri dari pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota. Pemerintah daerah memiliki otonomi dalam mengelola
urusan lokal, termasuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur, perekonomian, dan
pelayanan publik.
 Fungsi Utama Desentralisasi:
 Delegasi Kekuasaan: Fungsi utama desentralisasi adalah delegasi kekuasaan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah pusat memindahkan
kekuasaan dan tanggung jawab tertentu kepada pemerintah daerah untuk
mengelola urusan lokal sesuai dengan kebutuhan dan konteks setempat.
 Pengambilan Keputusan: Desentralisasi memungkinkan pemerintah daerah untuk
mengambil keputusan secara mandiri dalam hal perencanaan, penganggaran,
kebijakan, dan pelaksanaan program pembangunan. Pemerintah daerah memiliki
kewenangan dalam menentukan prioritas pembangunan dan mengalokasikan
sumber daya secara efisien.
 Pelayanan Publik: Desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik
dengan mendekatkan pemerintahan ke masyarakat. Pemerintah daerah memiliki
tanggung jawab dalam menyediakan layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, perumahan, air bersih, sanitasi, dan keamanan di tingkat lokal.
 Pembangunan Ekonomi: Salah satu fungsi desentralisasi adalah memfasilitasi
pembangunan ekonomi di tingkat lokal. Pemerintah daerah dapat merumuskan
kebijakan dan program yang mendukung pertumbuhan ekonomi, investasi,
penciptaan lapangan kerja, pengembangan sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah, serta meningkatkan daya saing wilayah mereka.
 Partisipasi Publik: Desentralisasi mendorong partisipasi publik dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pembangunan. Melalui
mekanisme partisipatif seperti musyawarah desa atau forum konsultasi
masyarakat, masyarakat dapat terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan program pembangunan di tingkat lokal.
 Koordinasi Antara Tingkat Pemerintahan: Desentralisasi juga mencakup fungsi
koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Koordinasi ini
penting untuk memastikan sinergi kebijakan dan program pembangunan, alokasi
sumber daya yang adil, dan pemecahan masalah yang melibatkan kedua tingkat
pemerintahan.

Melalui struktur dan fungsi utama ini, desentralisasi bertujuan untuk memberikan
pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat, meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik, serta mendorong partisipasi publik dalam pengambilan keputusan
pembangunan.

f. Desentralisasi Pasca Reformasi di Indonesia

Desentralisasi pasca reformasi di Indonesia merujuk pada perubahan signifikan


dalam sistem pemerintahan yang dilakukan setelah masa reformasi pada tahun 1998.
Berikut adalah penjelasan tentang desentralisasi pasca reformasi di Indonesia:

1. Undang-Undang Otonomi Daerah: Salah satu tonggak penting dalam


desentralisasi pasca reformasi adalah pengesahan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini menjadi landasan
hukum untuk memberikan otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah
dalam mengelola urusan lokal.

2. Pemekaran Daerah: Desentralisasi pasca reformasi di Indonesia juga melibatkan


pemekaran daerah, yaitu pembentukan daerah otonom baru. Proses pemekaran
daerah bertujuan untuk memberikan pemerintahan yang lebih dekat dengan
masyarakat, memperkuat identitas lokal, dan meningkatkan pelayanan publik di
wilayah yang lebih terjangkau.

3. Transfer Kekuasaan dan Tanggung Jawab: Desentralisasi pasca reformasi


melibatkan transfer kekuasaan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengelola
urusan lokal seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, perekonomian, dan
pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

4. Alokasi Dana Desa: Salah satu inisiatif penting dalam desentralisasi pasca
reformasi adalah alokasi dana desa. Pemerintah pusat mengalokasikan dana secara
langsung kepada desa-desa untuk membiayai pembangunan lokal, pemberdayaan
masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan desa. Dana desa bertujuan untuk
memperkuat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan mengurangi
kesenjangan antarwilayah.

5. Pemberdayaan Masyarakat: Desentralisasi pasca reformasi di Indonesia juga


berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Masyarakat didorong untuk aktif
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program
pembangunan melalui mekanisme seperti musyawarah desa, forum konsultasi,
dan partisipasi dalam perencanaan pembangunan lokal.

6. Peningkatan Akuntabilitas: Desentralisasi pasca reformasi juga bertujuan untuk


meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Dengan pemerintah daerah yang
memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih besar, penting untuk
memastikan transparansi, partisipasi, dan pemantauan yang efektif oleh
masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan dan penggunaan sumber
daya publik.

Desentralisasi pasca reformasi di Indonesia memiliki tujuan yang sama dengan


desentralisasi pada umumnya, yaitu memberikan otonomi yang lebih besar kepada
pemerintah daerah, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan pelayanan
publik, dan mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Daptar Pustaka
Arham, M. A. (2014). Kebijakan Desentralisasi Fiskal, Pergeseran Sektoral, dan Ketimpangan Antar
kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. 14(2), 145-
167. https://doi.org/10.21002/jepi.v14i2.437
Ashar, S. (2021). Pendaftaran Murid Baru Segera Dibuka, KK non-Jakarta Tidak Bisa Daftar
Sekolah Negeri. Kontan. https://newssetup.kontan.co.id/news/pendaftaran-murid-baru-segera-
dibuka-kk-non-jakarta-tidak-bisa-daftar-sekolah-negeri?page=all
Azura, N. K. (2021, Oktober, 07). Kemenkes Koordinasi ke Kemendikbud untuk Penggunaan
PeduliLindungi di Sekolah. Kumparan News. https://kumparan.com/kumparannews/kemenkes-
koordinasi-ke-kemendikbud-untuk-penggunaan-pedulilindungi-di-sekolah-1wftYte7gHj/full
Cheema, G. S., & Rondinelli, D. A., (2007). Decentralizing Governance Emerging Concepts and
Practices. Brookings Institution Press
Faguet, J. P. & Poschl, C. (2015). Is Decentralization Good for Development?. Oxford University
Press
Muluk, M. R. K. (2009). Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. ITS Press.
Nuradhawati, R. (2019). Dinamika Sentralisasi dan Desentralisasi di Indonesia. Jurnal Academia
Praja. 2(1), 152-170.
Pasichnyi, M., Kaneva, T., Ruban, M., & Nepytaliuk, A. (2019). The Impact of fiscal
decentralization on economic development. Investment Management and Financial Innovation.
16(3). 29-39.

Anda mungkin juga menyukai