Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lily Handayani

NIM : 7183540003
Kelas : Reguler-B Ilmu Ekonomi
Semester :7

UTS KEUANGAN DAERAH

1. Jelaskan ruang lingkup pengeloaan keuangan daerah !


Jawab :

Menurut Yani (2009:357) ruang lingkup keuangan daerah meliputi:


1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan
membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah;
4. Pengeluaran daerah;
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

2. Jelaskan bagaimana implementasi kebijakan desentralisasi di Indonesia !


Jawab :
Pelaksanaan kebijakan desentralisasi di Indonesia belum sesuai dengan
harapan, paling tidak ditunjukkan 6 (enam) hal, yaitu desentralisasi yang hanya
menguntungkan elit serta penguasa lokal, desentralisasi merupakan sebuah gurita
neoliberal, desentralisasi pelayanan publik yang kurang berkarakter, desentralisasi
tanpa efisiensi kelembagaan, desentralisasi menyuburkan korupsi di daerah, dan
desentralisasi fiskal yang semu. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan beberapa
perbaikan.
Pertama, stigma negatif atas implementasi desentralisasi dan otonomi
harus dijawab dengan semangat pendalaman desentralisasi melalui penyegaran
kembali nilai-nilai dasar desentralisasi, yakni kesejahteraan publik. Desentralisasi
yang mensejahterakan rakyat perlu dikembangkan dengan diawali adanya
transformasi pemikiran bahwa implementasi desentralisasi lebih dari sekadar hak
politik, tetapi juga kewajiban politik daerah atas ukuran kesejahteraan masyarakat.
Artinya, ukuran untuk mengaudit mutu desentralisasi harus dikembangkan dalam
dimensi pemerintahan yang bertanggung jawab, sebagai ukuran bekerjanya rezim
desentralisasi yang mensejahterakan rakyat.
Kedua, desentralisasi jangan ditafsirkanatau dikaburkan sebuah bentuk
perluasan kekuasaan dari struktur politik borjuasi yang selama ini memang menjadi
struktur kekuasaan yang masih bertahan sebagai warisan dari Orde Baru.
Persoalan-persoalan yang harus dimunculkan dalam desentralisasi seperti
serangkaian pajak daerah akan memperkuat investasi, pilihan kebijakan yang harus
didasarkan pada pilihan rasional, perwujudan good governance, dan lain-lain, tidak
lain merupakan esensi dari desentralisasi itu sendiri.
Ketiga, desentralisasi public services (pelayanan publik) harus memiliki
karakteristik generally cannot choose customer, roles limited by legislation, politics
institutionalizes conflict, complex accountability, very open to security, action must
be justified, and objectives-outputs difficult to state/measure. Dengan karakteristik
tersebut, pelayanan publik memerlukan pula organisasi yang berbeda dengan
organisasi yang dapat memilih konsumennya secara selektif. Setiap terjadi
kenaikan harga atas suatu public services harus dibicarakan atau harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari pihak legislatif. Terdapat jenis public service
seperti penyediaan air bersih, listrik, infrastruktur dan sebagainya tidak
sepenuhnya dapat diserahkan berdasarkan mekanisme pasar pasar.
Keempat, penyelenggaraan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah
di Indonesia harus meningkatkan transparansi informasi serta tidak memunculkan
peluang dominasi kontrol oleh elit lokal, agar dapat menghasilkan informasi yang
tidak utuh (asymmetric information), dan pada gilirannya, ini pun akan berdampak
pada efisiensi kelembagaan (institution efficiency).
Kelima, salah satu cara untuk meminimalkan korupsi di daerah adalah
selain dicantumkan prosedur administrasi dalam pertanggung jawaban anggota
Dewan, juga perlu ada prosedur politik yang melibatkan masyarakat dalam
mengawasi proyeksi dan pelaksanaan APBD. Misalnya, dengan adanya rapat
terbuka atau laporan rutin ke masyarakat melalui media massa.
Keenam, pemerintah harus memberikan kewenangan fiskal yang lebih luas
dan alokasi yang lebih besar kepada daerah. Hal ini bisa tercapai melalui
perumusan sistem perimbangan keuangan yang berkeadilan melalui perubahan
Undang Undang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah. Selain itu, Menteri
Keuangan harus menetapkan desentralisasi fiskal sebagai prioritas reformasi sector
keuangan. Desentralisasi fiskal yang menyeluruh dan berkeadilan harus dijadikan
instrumen penggunaan belanja Negara dalam mensejahterakan rakyat. Dalam
kaitan ini, Menteri Keuangan perlu menertibkan dana-dana liar yang mengucur ke
daerah yang tidak sesuai dengan azas perimbangan keuangan, karena akan hanya
akan dijadikan ajang garapan para calo anggaran antara elit DPR, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah; serta merumuskan sistem perimbangan keuangan yang
berkeadilan dengan mengajukan perubahan UU perimbangan Keuangan Pusat
Daerah dengan memberikan kewenangan fiskal yang lebih luas dan alokasi yang
lebih besar.

3. Jelaskan mengapa hubungan fiskal antar pemerintahan harus dipandang dan


diperlakukan sebagai sebuah sistem yang komprehensif?
Jawab :
Desentralisasi fiskal harus dilihat sebagai suatu sistem yang komprehensif
dikarenakan hal tersebut merupakan salah satu aturan yang harus dipenuhi dalam
mengimplementasikan desentralisasi fiskal, agar penyerahan wewenang baik
penerimaan atau pengeluaran desentralisasi dapat berjalan dengan baik. Contoh
aturan yang lain adalah :
Menentukan penyerahan tanggung jawab pengeluaran kepada pemerintah
daerah, baru kemudian penyerahan tanggung jawab penerimaan ditentukan,
menyederhanakan sistim, sistem administrasi pemerintah daerah sering tidak
mampu menangani pengaturan fiskal antar pemerintah yang rumit. Begitu pula
sistem pemerintah pusat diperlukan untuk memantau dan mengevaluasi
pengaturan fiskal antarpemerintah, harus ada pelopor bagi desentralisasi fiskal.
Agar program desentralisasi fiskal berhasil, harus ada pelopor yang memahami
kerugian dan keuntungan dari pelaksanaan program tersebut.

4. Jelaskan konsep perencanaan daerah dalam perpektif mikro dan makro serta
berikan contohnya !
Jawab :
Perencanaan pembangunan makro adalah perencanaan pembangunan nasional
dalam skala makro atau menyeluruh. Dalam perencanaan makro ini dikaji berapa
pesat pertumbuhan ekonomi dapat dan akan direncanakan, berapa besar
tabungan masyarakat dan pemerintah akan tumbuh, bagaimana proyeksinya, dan
hal-hal lainnya secara makro dan menyeluruh. Kajian ini dilakukan untuk
menentukan tujuan dan sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu
rencana, dengan memperhitungkan berbagai variabel ekonomi mikro.
Perencanaan makro ini dilakukan dengan melihat dan memperhitungkan secara
cermat keterkaitannya dengan perencanaan sektoral dan regional.
Contoh perencanaan makro : pembangunan fasilitas pelayanan publik

Perencanaan mikro adalah perencanaan skala rinci dalam perencanaan tahunan,


yang merupakan penjabaran rencana-rencana baik makro, sektoral, maupun
regional ke dalam susunan proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan dengan berbagai
dokumen perencanaan dan penganggarannya. Secara operasional perencanaan
mikro ini antara lain tergambar dalam Daftar Isian Proyek (DIP), Petunjuk
Operasional (PO), dan rancangan kegiatan. Perencanaan ini merupakan unsur yang
sangat penting, karena pada dasarnya pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan, baik untuk PJP II maupun yang tertulis dalam Repelita VI,
seluruhnya diandalkan pada implementasi dari rencana-rencana di tingkat mikro.
Efektivitas dan efisiensi yang menjadi masalah nasional sehari-hari dapat ditelusuri
penanganannya dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana di tingkat mikro.

Contoh perencanaan mikro : pembangunan pasar tradisional di suatu daerah

5. Jelaskan prinsip value for money dalam performance based budgeting


(penganggaran berbasis kinerja) serta berikan contohnya!
Jawab :

Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada


konsep value formoney (ekonomis, efisiensi dan efektivitas) dan prinsip good
corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil
keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan,
sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan.

1. Prinsip Value for money, Dalam kaitan dengan penganggaran prinsip ini
digunakan untuk menilai apakah RS telah mendapatkan manfaat maksimal
dari belanja yang dilakukan serta pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.
Pencapaian value for money sering digambarkan dalam bentuk tiga E, yaitu:
 Ekonomis, yaitu meminimalkan biaya sumber daya untuk suatu kegiatan
(mengerjakan sesuatu dengan biaya rendah);
 Efisien, yaitu melaksanakan tugas dengan usaha yang optimal (melakukan
sesuatu dengan benar);
 Efektif, yaitu sejauh mana sasaran dicapai (melakukan hal yang benar).
2. Prinsip Good Corporate Governance. Prinsip ini telah diadopsi oleh hampir
semua perusahaan atau pemerintahan yang mengaku menjalakan
manajemen atau administrasi publik yang modern. bentuk-bentuk
prinsip God Corporate Governance ini adalah:
 Participation, adanya partisipasi dari semua pihak yang ada didalam RS.
 Rule of law, dalam kaitan dengan sistem penganggaran prinsip ini
merupakan pusat dari proses penyusunan anggaran. Anggaran
ditetapkan dengan Undang-Undang begitu juga aturan-aturan
pelaksanaan semua harus mengacu pada Undang-undang.
 Transparency, prinsip ini berlaku di berbagai fungsi dan tanggungjawab
pengelolaan keuangan RS, termasuk dalam proses perencanaan,
kebijakan keuangan, pencatatan, audit keuangan dan jika perlu pelibatan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan pengelolaan keuangan.
 Responsiveness, sistem penganggaran harus mampu menampung semua
kebutuhan perusahaan (termasuk pihak-pihak yang berkepentingan)
dalam waktu yang masuk akal.
 Consensus orientation, penganggaran harus mengakomodir segala
kepentingan yang ada didalam perusahaan (atau jika perlu pihah-pihak
berkepentingan/ masyarakat luas) atau juga dikenal dengan istilah
anggaran partisipatif.
 Equity and inclusiveness, kesamaan dan pengikutsertaan jika diterapkan
dalam sistem penganggaran maka semua keputusan dalam bidang
keuangan dibuat demi kepentingan seluruh pihak yang ada didalam RS
bukan hanya sebagian golongan.
 Effectiveness and efficiency, anggaran berbasis kinerja merupakan
cerminan kedua prinsip tersebut. Efektivitas adalah melakukan hal yang
benar dan efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan benar. Keputusan
anggaran harus memilih hal-hal yang benar untuk dibiayai oleh RS dan
mengelola pengeluaran dana-dana dan sumber daya tersebut untuk
memastikan bahwa hal tersebut dilaksanakan dengan benar.
 Accountability, akuntabilitas merupakan inti dari proses anggaran.
Akuntabilitas membuat pejabat yang mendapat tugas melaksanakan dan
mempertangggungjawabkan anggaran harus dapat mengungkapkan
bagaimana dana RS akan digunakan. Audit program dan keuangan akan
dapat menentukan apakah pejabat bersangkutan akuntabel dalam
pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya.

Anda mungkin juga menyukai