Anda di halaman 1dari 38

RINGKASAN MATERI KULIAH

MATA KULIAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Nama : I Gede Indra Apriana Yudistia

Npm : 202133122013

Kelas : F1 Akuntansi
SUB CPMK 1
Karakteristik Lingkungan Sektor Publik
A. Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publik merupakan aktivitas akuntansi yang dilakukan terhadap
kejadian dan transaksi keuangan organisasi sektor publik. Akuntansi sektor publik
digunakan untuk transparansi kepada publik untuk dapat memenuhi hak-hak publik dan
sektor publik yang dimaksud dalam akuntansi ini terdiri dari juga membutuhkan akuntansi
jenis ini. Sektor publik adalah gabungan dari berbagai macam organisasi yang lebih
kompleks mulai dari lembaga pemerintah di daerah dan pusat dan lembaga non pemerintah,
badan usaha milik negara, rumah sakit dan lembaga pendidikan
Karena organisasi sektor publik yang paling utama adalah pemerintahan, maka
akuntansi sektor publik juga dapat dinyatakan sebagai aktivitas akuntansi yang diterapkan
pada pemerintahan, baik pemerintahan pusat, maupun pemerintahan daerah. Penerapan
mekanisme akuntansi pada organisasi pemerintahan bukan berarti bahwa akuntansi
organisasi komersial sepenuhnya diterapkan pada organisasi pemerintah. Karena perbedaan
sifat, tujuan, lingkungan, dan standar akuntansi, maka penerapan akuntansi pada organisasi
pemerintahan berbeda dibandingkan penerapan akuntansi pada organisasi perusahaan.

B. Sifat dan karakteristik akuntansi sektor publik


Akuntansi sektor publik biasanya digunakan oleh lembaga pemerintah daerah dan pusat
dimana karakteristik akuntansi sektor publik ini berfokus pada dua hal yaitu:
1. Fokus pada sifat lembaga dimana fokus pada sifat akuntansi ini adalah khusus
organisasi non profit yang tidak menghasilkan laba seperti lembaga pemerintahan.
2. Fokus pada tujuan lembaga dimana fokus untuk sektor publik hanya menyediakan
informasi pelayanan pada publik. Pelayanan untuk publik ini dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat.

C. Value for money


Value for money adalah suatu konsep penilaian kinerja, khususnya dalam organisasi
sektor publik, yang dilakukan berdasarkan tingkat keberhasilan suatu program kerja,
dengan mengacu kepada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Dengan adanya konsep value for money, akan didapatkan berbagai informasi berupa
indikator mengenai anggaran atau dana yang dibelanjakan menghasilkan nilai tertentu bagi
masyarakatnya.

1
Selain penilaian kinerja finansial, dalam konsep value for money terdapat pula
penilaian yang sifatnya non finansial, yaitu penilaian pada kualitas pelayanan dengan
memperhatikan kualitas yang konsisten, yang dapat memenuhi ekspektasi pelanggan. Bisa
pula diartikan bahwa value for money adalah sebuah rangkaian indikator yang unsur-
unsurnya merupakan satu kesatuan dari input, output, dan outcome. Value for money
menghendaki organisasi menjadi dapat memenuhi prinsip ekonomi, efisiensi dan
efektivitas tersebut secara bersama-sama.
D. Persamaan dan perbedaan sektor publik dan sektor swasta
Perbedaan antara sektor publik dan sektor swasta mencakup tujuan organisasi,
sumber pembiayaan, pola pertanggungjawaban, struktur organisasi, karakteristik anggaran,
dan sistem akuntansi. Secara umum, sektor publik memiliki tujuan non-profit untuk
memberikan pelayanan publik, dibiayai oleh pajak dan pendapatan negara, dan
bertanggungjawab kepada masyarakat. Di sisi lain, sektor swasta memiliki tujuan profit
motive, mendapatkan pendanaan dari sumber internal seperti laba ditahan dan eksternal
seperti utang bank, dan bertanggungjawab kepada pemegang saham.
Meskipun berbeda, keduanya memiliki persamaan dalam penggunaan sumber daya,
menghadapi masalah kelangkaan sumber daya, membutuhkan informasi manajemen yang
handal, menghasilkan produk serupa, dan tunduk pada peraturan perundangan. Namun,
perbedaan substansial terdapat dalam pendekatan pertanggungjawaban, struktur organisasi,
dan sistem akuntansi, mencerminkan perbedaan mendasar dalam sifat dan tujuan kedua
sektor tersebut.
E. Tujuan akuntansi sektor publik
Tujuan utama akuntansi sektor publik adalah meningkatkan akuntabilitas dengan
menyediakan informasi yang berguna bagi manajer sektor publik. Informasi ini digunakan
dalam melaporkan kegiatan dan pertanggungjawaban di berbagai tingkatan organisasi, baik
bidang, divisi, maupun sumber daya yang berada di bawah naungannya. Hal ini membantu
mewujudkan transparansi dalam pelaporan kegiatan pemerintahan dan penggunaan
anggaran publik. Selain itu, memiliki tujuan dalam pengendalian manajemen. Informasi
akuntansi digunakan untuk mengelola lembaga atau organisasi secara tepat, cepat, efisien,
dan ekonomis. Di Indonesia, akuntansi sektor publik bertujuan menciptakan kondisi yang
transparan, efisien, akuntabel, efektif, dan ekonomis. Transparansi diwujudkan melalui
pelaporan terbuka, sedangkan efektivitas, efisiensi, dan ekonomis mengacu pada
optimalisasi kinerja dengan penghematan waktu dan biaya.

2
F. Menganalisis perkembangan akuntansi sektor publik
Pada awalnya, sektor publik dominan sebagai pengelola strategi pembangunan,
tetapi pada 1970-an, kritik radikal menyuarakan ketidakpercayaan terhadap efisiensi sektor
publik. Pada 1980-an, negara maju merespons dengan reformasi NPM, mengadopsi praktik
manajemen sektor swasta, termasuk akuntansi berbasis akrual. Meskipun beberapa negara
mengalami ketidakpuasan terhadap sektor publik, negara seperti Korea Selatan dan
Malaysia menunjukkan bahwa sektor publik dapat memberikan kontribusi positif.
Akuntansi sektor publik memegang peran vital dalam menciptakan good governance,
mendukung transparansi, dan meningkatkan akuntabilitas. Reformasi terus berkembang
seiring tuntutan meningkat akan transparansi dan efisiensi dalam sektor publik.
G. Akuntansi sektor publik dan good governance
Good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Untuk mewujudkan good governance
diperlukan reformasi kelembagaan (institutional reform) dan reformasi manajemen publik
(public management reform). Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh
alat-alat pemerintahan di daerah baik struktur maupun infrastrukturnya. Kunci reformasi
kelembagaan tersebut adalah pemberdayaan masing-masing elemen di daerah, yaitu
masyarakat umum sebagai “stakeholder,” pemerintah daerah sebagai eksekutif, dan DPRD
sebagai “shareholder”
H. Menjelaskan akuntabilitas publik
Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan informasi
(disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa
menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Terwujudnya
akuntabilitas merupakan tujuan utama dan reformasi sektor publik. tuntutan akuntabilitas
publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada
pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban vertikal. Tuntutan yang
kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat
menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.

3
SUB CPMK 2
Ruang Lingkup Akuntansi Manajemen Sektor Publik
A. Akuntansi sebagai alat perencanaan organisasi
Dalam konteks perencanaan organisasi, akuntansi manajemen berfungsi sebagai
penyedia informasi historis dan prospektif, mendukung pengembangan sistem
perencanaan, penetapan tujuan, dan pemilihan alat pemantauan pencapaian tujuan. Proses
perencanaan melibatkan aspek perilaku, seperti partisipasi dalam pengembangan sistem
perencanaan. Perencanaan organisasi menjadi krusial untuk mengantisipasi masa depan,
dengan sistem perencanaan yang kompleks bergantung pada tingkat ketidakpastian dan
kestabilan lingkungan. Organisasi sektor publik, terpengaruh oleh lingkungan heterogen
dengan dominasi faktor politik dan ekonomi, memerlukan sistem perencanaan yang
canggih. Akuntansi digunakan untuk membuat prediksi dan estimasi mengenai kejadian
ekonomi masa depan, terutama dalam menghadapi ketidakpastian dan turbulensi yang
semakin tinggi, dipengaruhi oleh pesatnya teknologi informasi dalam sektor publik.
Akuntansi sebagai alat perencanaan dapat dibedakan berdasarkan sifat, kuantitas, dan
saluran formal atau informal dalam konteks organisasi sektor publik.
B. Akuntansi sebagai alat pengendalian organisasi
Pola pengendalian dalam setiap organisasi bervariasi sesuai dengan jenis dan
karakteristiknya. Organisasi bisnis, yang memiliki orientasi pada perolehan laba, cenderung
menggunakan mekanisme negosiasi sebagai alat pengendalian. Sebaliknya, organisasi
sektor publik, yang tidak mengejar laba dan dipengaruhi oleh faktor politik, lebih
mengandalkan peraturan birokrasi sebagai alat pengendalian. Dalam konteks pengukuran
kinerja, terutama dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (value for money), akuntansi
manajemen memiliki peran utama dengan mengkuantifikasi kinerja secara moneter.
Informasi akuntansi menjadi fungsi utama dalam pengendalian organisasi,
memberikan informasi kuantitatif terutama dalam bentuk ukuran keuangan. Akuntansi
memfasilitasi pengintegrasian informasi dari berbagai unit organisasi, menciptakan
gambaran kinerja organisasi secara menyeluruh. Dalam peranannya sebagai alat
pengendalian, akuntansi dapat dibedakan menjadi pengendalian keuangan, yang terfokus
pada arus keuangan, dan pengendalian organisasi, yang memerlukan informasi lebih
kompleks melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan politik. Contohnya, dalam investasi
publik, pengendalian keuangan memerlukan informasi aliran kas dan profitabilitas,
sementara pengendalian organisasi membutuhkan informasi.

4
C. Proses perencanaan dan pengendalian manajerial organisasi sektor publik
Perencanaan dan pengendalian adalah dua aspek yang harus dipertimbangkan
secara bersamaan dalam manajemen organisasi. Pengendalian tanpa perencanaan
kehilangan makna karena tidak ada penilaian terhadap pencapaian rencana organisasi.
Menurut Jones and Pendlebury (1996), proses perencanaan dan pengendalian manajerial
pada organisasi sektor publik melibatkan lima tahap, yaitu perencanaan tujuan dan sasaran
dasar, perencanaan operasional, penganggaran, pengendalian dan pengukuran, serta
pelaporan, analisis, dan umpan balik.
Langkah awal perencanaan adalah menetapkan tujuan dasar yang memberikan arah
jelas bagi organisasi. Perencanaan operasional kemudian memberikan rincian kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Penganggaran membantu alokasi dan
distribusi sumber daya secara efisien dan efektif. Pengendalian dan pengukuran berperan
dalam memonitor dan mendeteksi potensi kecurangan selama pelaksanaan kegiatan
organisasi. Dengan memadukan perencanaan dan pengendalian, organisasi dapat mencapai
tujuan secara efektif.

D. Peran akuntansi manajemen sektor publik


Akuntansi manajemen di sektor publik memiliki peran fundamental dalam
membantu manajer dan pimpinan dengan informasi yang diperlukan untuk fungsi
perencanaan dan pengendalian organisasi. Akuntansi manajemen sector publik mencakup
berbagai aspek, mulai dari perencanaan strategik, pemberian informasi biaya, penilaian
investasi, penganggaran, penentuan biaya pelayanan, hingga penilaian kinerja. Dalam
perencanaan strategik, akuntansi manajemen memberikan informasi terkait biaya program
dan aktivitas untuk menentukan anggaran yang dibutuhkan. Dalam penilaian investasi,
faktor seperti tingkat diskonto, inflasi, risiko, dan sumber pendanaan dievaluasi.
Penganggaran dan penentuan biaya pelayanan melibatkan alokasi sumber daya secara
efisien dan efektif. Akuntansi manajemen juga digunakan dalam penilaian kinerja dengan
pembuatan indicator kinerja kunci dan satuan ukur untuk setiap aktivitas.

SUB CPMK 3
Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik
A. Sistem pengendalian manajemen sektor publik
Sistem pengendalian manajemen sektor publik adalah kerangka kerja yang
digunakan oleh entitas pemerintah untuk mengawasi dan mengelola kinerja organisasinya.

5
Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa tujuan organisasi publik tercapai dengan
efisien, efektif, dan akuntabel. Sistem pengendalian manajemen sektor publik dapat
mencakup berbagai instrumen dan prosedur, termasuk perencanaan strategis, anggaran,
pelaporan keuangan, serta audit internal dan eksternal.
B. Tipe pengendalian manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pengendalian preventif (preventive control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen
terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan stratejik yang dijabarkan dalam
bentuk program-program.
2. Pengendalian operasional (operational control). Dalam tahap ini pengendalian
manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetap kan
melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan
dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi
kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
C. Struktur pengendalian manajemen
Struktur pengendalian manajemen merupakan kerangka kerja yang digunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan dan mengawasi proses pengendalian manajemen. Struktur
ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pusat pertanggung jawaban, kompensasi, dan
jejaring informasi.
1. Pusat pertanggung jawaban mencakup unit organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer pusat pertanggung jawaban. Dalam sektor publik, contohnya adalah
pemerintah daerah dengan pusat pertanggung jawaban seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, dan sebagainya. Pusat pertanggung jawaban dibentuk untuk mencapai
tujuan organisasi dan dinilai berdasarkan efisiensi dan efektivitas dalam menghasilkan
output.
2. Kompensasi merupakan mekanisme distribusi penghargaan kepada personel dalam
organisasi, sering kali menggunakan pendekatan berbasis kinerja. Sistem kompensasi
ini bertujuan untuk memberikan insentif kepada anggota organisasi agar mencapai
tujuan secara optimal.
3. Jejaring informasi, sebagai komponen ketiga, berfungsi menghubungkan berbagai
bagian atau pusat pertanggung jawaban dalam organisasi. Dalam era teknologi
informasi, jaringan ini sangat penting, khususnya dalam sektor publik, di mana konsep
e-government meningkatkan kualitas komunikasi internal dan eksternal. Dengan

6
jaringan informasi yang baik, organisasi dapat berkomunikasi secara efektif dan
meningkatkan kualitas pelayanan public.
D. Proses pengendalian manajemen sektor publik
Sistem Pengendalian Manajemen terdiri atas dua bagian:
1. Struktur pengendalian manajemen. Dalam struktur pengendalian manajemen terdiri
dari tiga komponen, yaitu: struktur organisasi, jejaring informasi dan sistem kompenasi.
Struktur pengendalian diperlukan untuk menjamin agar proses pengendalian manjemen
dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
2. Proses pengendalian manajemen. Proses pengendalian manajemen merupakan tahap-
tahap yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuan organisasi yang hendak dicapai.
Tahap dalam proses tersebut merupakan siklus yang mengalir secara berurutan yang
kemudian kembali pada tahap awal.

SUB CPMK 4
Penganggaran Sektor Publik
A. Konsep anggaran sektor publik
Anggaran sektor publik adalah rencana kegiatan dan keuangan periodik (biasanya
dalam periode tahunan) yang berisi program, kegiatan dan jumlah dana yang diperoleh
(penerimaan/pendapatan) dan dibutuhkan (pengeluaran/ belanja) dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publk adalah instrument
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai dengan uang publik. Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan
dengan perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan keuangan. Pada sektor swasta,
anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik. Namun,
sebaliknya sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk
dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Pemerintah daerah perlu memiliki komitmen
bahwa anggaran daerah adalah perwujudan amanat rakyat kepada pihak eksekutif dan
legislatif dalam rangka mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai strategi
yang telah ditetapkan.
B. Pentingnya anggaran sektor publik
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu:
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan ekonomi
nasional, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

7
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang tidak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembagalembaga publik yang ada.
C. Fungsi anggaran sektor publik
Menurut Mardiasmo (2009), anggaran sektor publik memiliki delapan fungsi
krusial. Pertama, sebagai alat perencanaan, anggaran digunakan untuk merumuskan tujuan,
sasaran kebijakan, merencanakan program, dan mengalokasikan dana. Kedua, sebagai alat
pengendalian, anggaran membantu menghindari pemborosan, memberikan informasi
tentang kondisi keuangan, dan memonitor pelaksanaan program. Fungsi ketiga adalah
sebagai alat kebijakan fiskal, digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan. Keempat, sebagai alat politik, anggaran mencerminkan komitmen eksekutif
dan kesepakatan legislatif, memerlukan keterampilan politik dalam penyusunannya. Fungsi
kelima adalah sebagai alat koordinasi dan komunikasi, mendeteksi inkonsistensi antarunit
kerja dan berkomunikasi antarunit kerja. Fungsi keenam adalah sebagai alat penilaian
kinerja, memastikan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan. Ketujuh,
sebagai alat motivasi, anggaran dapat memotivasi manajer dan stafnya dengan menetapkan
target yang dapat dicapai. Terakhir, fungsi kedelapan adalah sebagai alat menciptakan ruang
publik, melibatkan masyarakat dalam proses penganggaran dan memberikan suara kepada
kelompok yang kurang terorganisir.
D. Jenis-jenis anggaran sektor publik
Mardiasmo (2009) menyebutkan anggaran sektor publik dibagi menjadi 2 yakni:
1. Anggaran Operasional. Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan
kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang
dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin. Belanja runtin
atau biasa disebut dengan recurrent expenditure merupakan pengeluaran yang
manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah asset atau
kekayaan bagi pemerintah.
2. Anggaran Modal. Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan
pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kenderaan, perabot dan
sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan
pinjaman. Belanja modal atau biasa disebut dengan belanja Investasi merupakan luaran

8
yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset
atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya
operasional dan pemeliharaannya.
E. Prinsip-prinsip anggaran sektor publik
Prinsip-prinsip dalam anggaran sektor publik menurut Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin
(2007) Terdiri dari 8 yakni:
1. Otorisasi Oleh Legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif
terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.
3. Keutuhan Anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun
dalam dana umum (general fund).
4. Nondiscretionary Appropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
5. Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multitahunan.
6. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan
inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan
dan overestimate pengeluaran.
7. Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan
8. Diketahui Publik. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas
F. Proses penyusunan anggaran sektor publik
1. Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation)
Tahap persiapan anggaran ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapat yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran
pengeluaran, terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat.
2. Tahap Ratifikasi Anggaran (Budget Ratification)
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill tetapi juga
harus mempunyai political skill, salesmanship dan coalition building yang memadai.

9
3. Tahap Pelaksanaan Anggaran (Budget Implementation)
Sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan publik dalam hal ini
bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal
untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat
diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran (Budget Reporting and Evaluation) Tahap
terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan,
ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran.
Sedangkan, tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak
akan menemui banyak masalah.
G. Prinsip-prnsip pokok dalam siklus anggaran
Prinsip-prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai dengan baik
oleh penyelenggara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan mekanisme
penganggaran relatif tidak berbeda antara sektor swasta dengan sektor publik. Siklus
anggaran (budget cycle) pada sektor publik adalah masa atau jangka waktu mulai saat
anggaran (APBN) disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang.

SUB CPMK 5
Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
A. Perkembangan anggaran sektor publik
Perkembangan anggaran sektor publik telah mengalami transformasi signifikan
seiring dengan evolusi tuntutan masyarakat, perubahan politik, dan perkembangan
ekonomi. Awalnya, anggaran hanya dipandang sebagai alat pencatatan belanja pemerintah,
namun seiring waktu, peranannya berkembang menjadi instrumen manajemen yang
mendukung perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja pemerintah. Proses
penyusunan anggaran semakin melibatkan partisipasi publik, mencerminkan prinsip
akuntabilitas dan transparansi. Dengan adopsi teknologi informasi dan konsep e-
government, pengelolaan anggaran semakin efisien dan akurat. Anggaran sektor publik kini
tidak hanya difokuskan pada aspek keuangan semata, tetapi juga sebagai alat kebijakan
fiskal, motivasi, dan penilaian kinerja. Perkembangan ini mencerminkan upaya untuk

10
mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara holistik.
B. Anggaran tradisional
Pendekatan penyusunan anggaran tradisional mempunyai beberapa karakterisitik
menurut Haryanto dkk. (2007: 71-72), yaitu: (1) Incrementalism, (2) Struktur dan susunan
anggaran yang bersifat line-item, (3) Cenderung sentralistis, (4) Bersifat spesifikasi, (5)
Tahunan, (6) Menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan
ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk
setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan
informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai
informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan
pegawasan hanyalah lingkar kepatuhan penggunaan anggaran.
C. Anggaran publik dengan pendekatan NPM
Anggaran dengan pendekatan NPM sangat menekankan pada konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output. Perubahan dan sistem anggaran tradisional
menuju sistem anggaran dengan pendekatan NPM merupakan bagian penting dari
reformasi anggaran (budgeting reform). Reformasi anggaran sektor publik dilakukan untuk
menjadikan anggaran lebih berorientasi pada kepentingan publik dan menekankan value
for money. Beberapa jenis anggaran dengan pendekatan NPM, seperli ZBB, PPBS, dan
Anggaran Kinerja perlu dikaji lebih mendalam sebelum diaplikasikan, karena pada masing-
masing jenis anggaran tersebut memiliki Kelebihan dan kelemahan. Penerapan sistem
anggaran juga perlu mempertimbangkan aspek sosial, kultural, dan kesiapan teknologi
yang dimiliki oleh pemerintah.
D. Perubahan pendekatan anggaran
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki
karakteristik umum sebagai berikut: 1. Komprehensif/komparatif 2. Terintegrasi dan lintas
departemen 3. Proses pengambilan keputusan yang rasional 4. Berjangka panjang 5.
Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas 6. Analisis total cost dan benefit, termasuk
opportunity cost 7. Berorientasi output, dan outcome (value for money), bukan sekedar
input. 8. Adanya pengawasan kinerja. Perubahan pendekatan anggaran. Perubahan dalam
pendekatan penyusunan anggaran harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan yang baik.

11
E. Anggaran kinerja
Pendekatan anggaran kinerja disusun untuk coba mengatasi berbagai kelemahan
yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh
tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran pelayan publik. Pendekatan kinerja juga mengutamakan mekanisme
penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional
dalam proses pembuatan keputusan. Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran
kinerja. Oleh karena anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian
kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan
ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa
adanya arahan dan campurtangan, pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka
dan cenderung boros (over-spending).
F. Zero-base budgeting (ZBB)
Konsep Zero Based Budgeting (ZBB) dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
yang ada pada sistem anggaran tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan
konsep Zero Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item karena
anggaran diasumsikan mulai dari nol (zerobase). Penyusunan anggaran yang bersifat
incrementalism mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan
anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat inflasi atau jumlah
penduduk atau factor lainnya. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk
menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat
ini.
G. Planing, program dan budgeting system (PPSB)
Planning, programming, and budgeting system (PPBS) merupakan teknik
penganggaran yang didasarkan pada sistem yang berorientasi riil output dan tujuan dengan
penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Model ini
dikembangkan dengan asumsi bahwa pembuatan keputusan didasarkan pada perhitungan
atau pendekatan ilmiah dari model manajemen keuangan yang ada (cost and benefit
analysis). PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik.
Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya,
sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya.

12
SUB CPMK 6
Analisis Investasi Publik
A. Program investasi publik
Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Kesalahan dalam melakukan
pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran tahun berjalan,
juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya. Investasi publik memiliki kaitan
yang erat dengan penganggaran modal atau investasi. Penganggaran modal atau investasi
merupakan proses untuk menganalisis proyekproyek dan memutuskan apakah proyek
tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal atau investasi. Untuk memberikan
mekanisme dalam mengatur proyek investasi publik secara lebih efisien dan efektif, maka
perlu dilakukan analisis investasi secara mendalam. Analisis investasi berhubungan erat
dengan penganggaran fungsional, alokasi sumber daya, dan praktik manajemen keuangan
sektor publik. Selain itu, program investasi publik merupakan bentuk dari dual budgeting,
yaitu pemisahan anggaran modal atau investasi dari anggaran rutin.
B. Penentuan kebutuhan investasi publik
Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Penentuan kebutuhan investasi publik
terkait dengan dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas dan peningkatan kualitas investasi.
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi, diantarantya:
1. Investasi Penggantian
Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat
barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pembelian
barang modal baru untuk menggantinya. Penilaian investasi publik perlu
mempertimbangkan umur teknis dan umur ekonomis dari barang modal akan dibeli.
2. Investasi Penambah Kapasitas
Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh
produktivitas barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur
berdasarkan rasio antara input dengan output yang dihasilkan.
3. Investasi Baru
Investasi juga dapat berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis
investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial-budaya,
dan aspek distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.

13
C. Aspek kelayakan investasi
Seluruh aspek harus dipertimbangakn dan dievaluasi dalam setiap tahap perencanaan
anggaran dan siklus pelaksanaan, karena aspek-aspek tersebut satu sama lain saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
1. Aspek Teknis. Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang
harus dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
2. Aspek Sosial dan Budaya. Aspek sosial-budaya ini menyangkut pertimbangan
pendistribusian pelayanan secara adil dan merata, sehingga mampu memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek sosial budaya mencakup juga aspek legal
dan lingkungan. Suatu proyek investasi yang akan dilakukan harus mempertimbangkan
aspek legalitas dan dampak lingkungan yang merugikan.
3. Aspek Ekonomi dan . Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis
apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap
pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar
dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan.
4. Aspek Distribusi. Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan
dengan masalah distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu
diketahui siapa yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari
proyek investasi; dari mana mendapatkan modal untuk melaksanakan proyek, apakah
dari publik revenue atau oleh individu; apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak;
apakah proyek dijalankan oleh publik agencies atau oleh individu.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi publik
1. Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari
suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus
ditolak. Perhitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam
analisis investasi.
2. Tingkat Inflasi
Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi
tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan
(expected future returns) sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi.

14
3. Risiko dan Ketidakpastian
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian
ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan
kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor
tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah
sangat parah dapat mengarah pada kategori default country.
4. Capital Rationing
Capital rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan
dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Dalam keadaan seperti ini terdapat
beberapa alternatif investasi yang dapat dilakukan, akan tetapi tidak tersedia cukup
dana untuk membiayai investasi-investasi yang diajukan. Oleh karena itu harus
dilakukan perangkingan investasi.
Pada organisasi sektor publik, selain memperhatikan faktor-faktor di atas penilaian
investasi publik juga harus memperhatikan tingkat utang pemerintah, yaitu jumlah yang
harus dibayarkan pemerintah sehubungan dengan perolehan sumber pembiayaan diluar
pajak, seperti utang luar negeri dan obligasi pemerintah yaitu berupa bunga dan pokok
utang. Sedangkan yang terakhir adalah social time preference rate dengan merefleksikan
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini
untuk kepentingan konsumsi di masa depan.
E. Teknik dasar penilaian investasi publik
Dalam penilaian investasi sektor publik, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan,
yakni:
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan, di mana alternatif investasi
dievaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Keterkaitan antar proyek juga perlu
dipertimbangkan.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan dengan
memasukkan analisis biaya-manfaat sosial.
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah, walaupun ada kesulitan jika manfaat dan
biaya tidak dapat diukur secara langsung dalam bentuk uang.
4. Memilih proyek dengan manfaat terbesar dan efektivitas biaya tertinggi dengan
menggunakan teknik evaluasi seperti Net Present Value, Net Present Benefits, Analisis
Payback Period, Analisis Biaya-Manfaat, dan Analisis Efektivitas Biaya. Meskipun
terdapat kelemahan pada beberapa metode, analisis ini memastikan penentuan proyek
yang memadai dan transparan dalam konteks sektor publik.

15
SUB CPMK 7
Penentuan Harga Pelayanan Publik (Charging for Services)
A. Pelayanan publik yang dapat dijual
Pelayanan publik yg dibebani tarif pelayanan langsung meliputi: 1. Penyediaan air bersih
2. Transportasi publik 3. Jasa pos & telekomunikasi 4. Energi & listrik 5. Perumahan 6.
Rekreasi/wisata 7. Pendidikan 8. Irigasi 9. Pemadam kebakaran 10. Kesehatan 11.
Pengelolaan limbah/sampah 12. Jalan tol.
B. Argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan
1. Kesulitan Administrasi dan Peningkatan Biaya
Penentuan tarif pelayanan memerlukan sistem administrasi yang handal, yang dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Kesulitan administrasi dan biaya tambahan
dapat timbul karena kebutuhan untuk sistem pencatatan dan pengukuran yang akurat.
2. Tidak Mampu Dibayar oleh Orang Miskin
Argumen ini menyoroti ketidakmampuan orang miskin untuk membayar pelayanan
dasar yang seharusnya mereka dapatkan secara adil. Kesenjangan ekonomi dan
pendapatan yang besar dapat mengakibatkan ketidaksetaraan dalam aksesibilitas
layanan, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan transportasi umum.
3. Perbedaan Prioritas dan Pilihan Individu
Menyatakan bahwa kebutuhan dasar yang penting bagi satu individu mungkin tidak
memiliki prioritas yang sama bagi individu lain. Hal ini menciptakan tantangan dalam
menentukan secara obyektif kebutuhan dasar, dan pemberlakuan tarif mungkin tidak
sesuai dengan pilihan individual. Memberikan layanan gratis atau subsidi dapat menjadi
alternatif, tetapi harus mempertimbangkan berbagai pilihan dan kebutuhan individu.
4. Potensi Inefisiensi dan Korupsi
Ada kekhawatiran bahwa sistem subsidi atau pelayanan gratis dapat menyebabkan
inefisiensi dan korupsi. Subsidi yang seharusnya menguntungkan yang miskin dapat
disalahgunakan atau dikorupsi oleh birokrasi, dan dalam beberapa kasus, yang miskin
mungkin justru mensubsidi yang kaya.
5. Pentingnya Distribusi Pendapatan
Menyatakan bahwa jika perhatian utama adalah pada golongan miskin, pendekatan
yang lebih baik adalah melalui distribusi pendapatan, seperti transfer lumpsum. Namun,
di negara berkembang, pelaksanaan pendekatan ini mungkin sulit dilakukan.

16
C. Prinsip dan praktik pembebanan
Prinsip dan praktek pembebanan sebagian barang dan jasa yang disediakan
pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan
terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. namun batasan
identifikasi barang privat dan public kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar tiap
pelayanan. Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit
dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas
pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis
biasanya kualitasnya kurang memuaskan. Kesalahan penetapan tarif pelayanan publik
merupakan penyebab utama defisit anggaran di negara berkembang (devas, 1989),
pelayanan gratis mengakibatkan insentif yang rendah sehingga kualitas menjadi sangat
rendah dan tidak memuaskan.
D. Kegunaan pembebanan dalam praktik
Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda tiap negara, antara hjasa yang
disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik negara,
dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for servicesmerupakan alah satu sumber
penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit
diperbandingkan, terutama antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang
disediakan oleh perusahaan milik negara. Pada kasusu perusahaan negara, hanya net defisit
atausurplus yang muncul dalam rekening pemerintah.
Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyedia barang publik seperti
pertahanan, kesehatan publik dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis, dalam
arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat yaitu jasa untuk
mkepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik sebesar harga
pemulihan biaya totalnya (full cost recovery price). Untuk barang campuran (mixed/merit
good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan, sanitasi disediakan melalui
pajak dan sebagian dari tarif.
E. Penetapan harga pelayanan: berapa harga yang harus dibebankan
Jika pemerintah tidak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya, maka
pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar atau dengan kata lain
berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan. Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa
beban (Charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (Full
cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut terdapat beberapa
kesulitan, seperti:

17
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan.
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,
setidaknya harus memperhitungkan:
1. Operasi biaya variabel (variable operating cost)
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan.
3. Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan pelayanan
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan.
F. Permasalahan marginal cost pricing
Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain :
1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu, dalam
praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walau hal
ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Selain itu, masalah pengukuran dan
pengumpulan data biaya membuat marginal cost sulit diimplementasikan.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run
MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost). Dalam kasus
penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal consumermemerlukan pabrik
baru. Tidak mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian.
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital costtidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya yang
terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan yang
dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternative sumber daya tersebut.
Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss)
yang berasal dari penaikan harga di atas marginal cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan hanya mereka yang menerima
manfaat yang membayar, semua konsumen membayar sama tanpa memandang
perbedaan biaya dalam menyediakan pelayanan tersebut, dan eksternalitas konsumsi,
seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum dan mandi dapat secara
signifikan merubah “efisiensi harga” yang ditentukan oleh marginal cost. Serta,
pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk jasa
seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga.

18
G. Kompleksitas strategi harga
1. Two-part tariffs : banyak kepentingan public (seperti listrik) dipungut dengantwo-part
tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur
dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2. Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang
berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi.
4. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk
menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas pelayanan
publik mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik untuk membayar.
5. Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga
diatas marginal cost, seperti tarif parkir mobil dan biaya perijinan atau license fee.
H. Taksiran biaya
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan seperti Opportunity cost untuk staf, perlengkapan; Opportunity cost of
capital; Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost); Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu; dan
Cadangan inflasi. Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat
agar dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang
tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor
publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga
di sektor publik. Digunakan MC pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang
jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu
mengidentifikasi skala subsidi publik.

19
SUB CPMK 8
Pengukuran Kinerja Sektor Publik
A. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publik digunakan untuk menilai prestasi manajer dan
unit organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai
Akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik. Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan alat pengendalian organisasi,
karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment systems.
B. Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja
Dalam konteks organisasi sektor publik, pendekatan terbaik dalam mengukur kinerja
melibatkan integrasi informasi keuangan dan non-keuangan.
1. Informasi Keuangan. Pengukuran kinerja dengan informasi keuangan memberikan
pandangan tentang efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan.
Mengukur dan menganalisis varians kinerja aktual dengan yang dianggarkan dapat
membantu dalam menilai pencapaian tujuan keuangan dan efisiensi dalam penggunaan
anggaran. Namun, fokus eksklusif pada aspek keuangan sering kali tidak memberikan
gambaran lengkap tentang kinerja organisasi.
2. Informasi Non-Keuangan (Balance Scorecard). Pendekatan ini diperkuat dengan
informasi non-keuangan, terutama melalui penerapan Balance Scorecard. Balance
Scorecard menyediakan pandangan menyeluruh tentang kinerja, termasuk perspektif
pelanggan, proses internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Dengan menambah
dimensi ini, organisasi dapat memahami dampak kebijakan dan inisiatif mereka pada
kepuasan pelanggan, efisiensi operasional, dan kapasitas organisasi untuk beradaptasi.
C. Peranan indikator kinerja dalam pengukuran kinerja
Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan. Indikator tersebut dapat dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan organisasi
dan indikator kinerja kunci. Mardiasmo (2009:125) Indikator kinerja kunci merupakan
sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat
finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis.
Indikator ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

20
D. Indikator kinerja dan pengukuran value for money
Value For money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga indikator utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
1. Ekonomi. Pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang di nyatakan
dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik
dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
2. Efisiensi. Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan
output input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. c.
3. Efektivitas. Tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Ketiga hal
tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat
bahwa tiga elemen saja belum cukup.
Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau
kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social
opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan
kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality).
Artinya, penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok
tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata
E. Pengukuran value for money
Kriteria pokok yang menjadi dasar dalam pelaksanaan manajemen publik saat ini
mencakup aspek ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban terkait
pelaksanaan prinsip "value for money," yang mencerminkan keekonomisan dan kecermatan
dalam pengadaan serta alokasi sumber daya. Konsep ini mengarah pada penggunaan
sumber daya yang ekonomis, di mana pengeluaran diminimalkan, dan hasilnya
dimaksimalkan, atau disebut sebagai "maximizing benefits and minimizing costs."
Efektivitas juga menjadi kriteria penting, menandakan pencapaian tujuan dan
sasaran yang diinginkan. Agar penilaian kinerja organisasi dapat dilakukan secara objektif,
diperlukan indikator kinerja. Kinerja yang dianggap ideal harus terkait dengan efisiensi
biaya dan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan sendiri berhubungan dengan sejauh mana
pelayanan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan awal, konsisten dalam

21
pelaksanaannya, dan mampu memenuhi atau melebihi harapan publik. Kepuasan
masyarakat menjadi parameter yang signifikan dalam menilai kualitas pelayanan, dan dapat
diukur dari seberapa rendah tingkat keluhan atau komplain yang diterima dari masyarakat.
F. Pengembangan indikator value for money
Pengembangan indikator value for money yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu indikator
alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi) dan indikator kualitas pelayanan (efektivitas).
1. Indikator alokasi biaya mengacu pada efisiensi dan ekonomi dalam penggunaan sumber
daya keuangan dan non-keuangan. Evaluasi alokasi biaya membantu menilai sejauh
mana suatu organisasi mampu mengelola dan mengalokasikan sumber daya dengan
cerdas untuk mencapai hasil optimal.
2. Indikator kualitas pelayanan menyoroti efektivitas pelaksanaan program dan layanan
publik. Fokus pada kualitas pelayanan membantu mengukur sejauh mana organisasi
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Evaluasi efektivitas pelayanan
memperhitungkan dampak positif yang diberikan kepada masyarakat dan sejauh mana
kebutuhan mereka terpenuhi.
G. Langkah-langkah pengukuran value for money
Pengukuran value for money dalam konteks organisasi sektor publik melibatkan tiga aspek
kunci, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Langkah-langkah pengukuran value for
money, diantaranya
1. Pengukuran ekonomi dilakukan dengan membandingkan realisasi anggaran dengan
target anggaran, dihitung sebagai rasio ekonomis. Hasil perhitungan kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan tabel standar, yang membantu menilai sejauh mana
organisasi mencapai output sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
2. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan. Rasio efisiensi dihitung dan diklasifikasikan
berdasarkan tingkat efisiensi yang dicapai oleh organisasi. Dalam konteks ini, efisiensi
dinyatakan secara relatif, mempertimbangkan perbandingan keluaran dan masukan.
3. Pengukuran efektivitas mengukur sejauh mana organisasi mencapai tujuannya.
Efektivitas diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan dengan target
pendapatan yang ditetapkan. Klasifikasi efektivitas membantu dalam menentukan
apakah organisasi berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

22
SUB CPMK 9
Teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik
A. Teori akuntansi sektor publik
Teori akuntansi sektor publik mendasarkan diri pada konsep entitas, menganggap
perusahaan atau organisasi sebagai entitas terpisah dan mandiri dari pemiliknya. Akuntansi
dalam konteks sektor publik hadir untuk memastikan pertanggungjawaban dan
akuntabilitas entitas terhadap para pemangku kepentingan. Fungsi utama akuntansi
melibatkan proses identifikasi, pengakuan, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan
transaksi atau kejadian ekonomi untuk memberikan informasi yang mendukung
pengambilan keputusan.
Teknik-teknik akuntansi pada sektor publik mencakup pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan. Pengakuan melibatkan proses identifikasi apakah suatu transaksi atau
kejadian ekonomi dapat diakui berdasarkan kriteria tertentu. Pengukuran menentukan
apakah kejadian tersebut dapat diukur dengan ukuran moneter. Pengungkapan melibatkan
pencatatan jurnal hingga penyusunan laporan keuangan. Akuntansi sektor publik
menyesuaikan teknik-tekniknya dengan karakteristik unik organisasi publik. Melibatkan
proses pertanggungjawaban, pengawasan, perencanaan, penganggaran, dan evaluasi
kinerja, akuntansi sektor publik berperan penting sebagai alat untuk menjaga keuangan dan
mencapai tujuan organisasi di sektor publik.
B. Perlunya sistem akuntansi sektor publik
Sistem akuntansi sektor publik adalah fondasi penting dalam menjaga integritas,
transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan entitas publik. Dengan
memuat fungsi-fungsi kunci seperti pencatatan, pelaporan, dan evaluasi keuangan, sistem
ini memastikan bahwa dana publik dikelola dengan cermat dan sesuai dengan norma
keuangan yang berlaku. Pertanggungjawaban para pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah dan lembaga-lembaga publik, dapat dipertahankan melalui informasi keuangan
yang akurat dan terkini. Selain itu, sistem ini mendukung perencanaan dan penganggaran
yang efektif, memastikan penggunaan sumber daya yang optimal. Dengan keterbukaan
yang tinggi, masyarakat dan pemangku kepentingan dapat memahami dan memantau cara
dana publik digunakan. Selain itu, sistem akuntansi sektor publik membantu dalam
mematuhi peraturan dan hukum keuangan, menjaga agar operasional organisasi berjalan
sesuai norma yang berlaku.

23
C. Standar akuntansi sektor publik
Standar akuntansi sektor publik adalah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan organisasi sektor publik.
Standar Akuntansi entitas Publik diatur dalam PP Republik Indonesia No. 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditegaskan dalam 8 pasal. SAP dijabarkan
dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP). Pernyataan tersebut harus
digunakan oleh lembaga pemerintahan sebagai pedoman dalam pembuatan laporan
keuangan. Ada 2 dasar penerapan akuntansi sektor publik yaitu:
1. SAP berbasis Akrual. SAP berbasis akrual adalah SAP yang memandang penerimaan,
beban, aktiva, kewajiban dan ekuitas dalam laporan akuntansi berbasis akrual, juga
menyetujui bahwa penerimaan, belanja, dan pengeluaran biaya dalam implementasi
penarapan anggaran sesuai dengan dasar yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
2. SAP berbasis Kas. Dasar akuntansi yang dipakai pada laporan akuntansi entitas publik
yaitu menggunakan dasar kas dalam penetapan pendapatan, belanja, serta pembiayaan
pada Laporan Realisasi Anggaran dan menggunakan dasar akrual untuk mengakui
aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam Laporan Posisi Keuangan.
D. Teknik-teknik akuntansi sektor publik
Menurut Yuesti dkk (2020:36) penyusunan laporan akuntansi sektor publik
memiliki beberapa teknik yang dapat diadopsi, antara lain: (1) Akuntansi Dana, (2)
Akuntansi Anggaran, (3) Akuntansi Komitmen, (4) Akuntansi Akrual, dan (5) Akuntansi
Kas. Berdasarkan dari teknik penyusunan akuntansi tersebut diatas, tidak berbentuk
mutually exsclusive. Artinya, dapat memilih salah satu dari pemakaian teknik akuntansi.
Jadi, suatu entitas publik bisa memakai metode akuntansi yang berbeda, atau dapat
memakai teknik-teknik tersebut secara bersama-sama. Akuntansi komitmen, akuntansi kas,
dan akuntansi akrual memiliki teknik yang tidak sama karena terdapat perbedaan saat
mengakui pendapatan dan biaya. Contohnya pada saat mengakui pendapatan, metode
pencatatannya berdampak terhadap dua hal, yaitu pada saat pengiriman barang dan faktur
diterbitkan, dan juga saat terjadi pengiriman barang dan faktur dibayar.
E. Basis dan sistem pencatatan akuntansi keuangan sektor publik
Basis akuntansi menjadi pijakan penting dalam melakukan pencatatan, Basis
akuntansi menentukan asumsi-asumsi yang dipakai dalam melakukan pencataten dan
pelaporan. Basis akuntansi yang dipilih juga akan memengaruhi arsitektur standar
akuntansi yang dibargun, baik kerangka konseptual maupun pernyataan pernyataannya,
terkalt dengan kapan sebuah transaksi diakui dan seberapa besar nilainya. Pelaporan

24
keuangan juga menjadi proses yang akan terpengaruh oleh pemilihan basis akuntansi,
terutama bentukbentuk laporan yang digunakan dan informasi atau unsur yang harus
dilaporkan. Dalam praktik akuntansi sektor publik, terdapat empat macam basis akuntansi
yang biasa digunakan, antara lain: basis kas, basis akrual, basis kas modifikasi, dan basis
akrual modifikasi.
Akuntansi keuangan sektor publik merupakan salah satu jenis akuntansi yang di
dalamnya tentu terdapat juga proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi di organisasi sektor publik. Proses
selanjutnya setelah pengidentifikasian dan pengukuran adalah pencatatan. Sementara itu,
sistem pencatatan di dalam akuntansi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem pencatatan
single entry, double entry dan triple entry.

SUB CPMK 10
Laporan Keuangan Sektor Publik
A. Tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik
Sujarweni (2015) mengatakan bahwa tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor
publik adalah:
1. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship). Laporan keuangan
digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak
otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan hokum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability and retrospective reporting).
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik,
untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk
mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada, serta
memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang
diterima dan menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization information).
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan daar perencanaan kebijakan dan
aktivitas di masa yang akan datang dan untuk memberikan informasi pendukung
mengenai otorisasi penggunaan dana.

25
4. Kelangsungan Organisasi (viability). Laporan keuangan berfungsi untuk membantu
pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan
menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5. Hubungan Masyarakat (public relation). Laporan keuangan berfungsi untuk
memberikan kesempatan kepada organisasi, untuk mengemukakan pernyataan atas
prestasi yang telah dicapai kepada pemilik yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat
serta sebagai alat komunikasi dengan public dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber Fakta dan Gambaran (source of facts and figures). Laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi kepada kelompok kepentingan yang ingin mengetahui
organisasi secara lebih mendalam.
B. Tujuan laporan keuangan menurut SFAC no. 4
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial
Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statement of Financial
Accounting Concepts No.4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi
nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness organizations)
(Sujarweni, 2015). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon
pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber
daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan
oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya menilai kinerja manajer organisasi
nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang
mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran
secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumber kekayaan bersih
organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi
secara bersama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.

26
6. Memberikan informasi mengenai bagaimana oganisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali
utang, dan mengenai factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interprestasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan
C. Pemakai laporan keuangan sektor publik dan kepentingannya
Pemakai laporan keuangan sektor publik dapat diidentifikasi dengan memahami
siapa saja yang menjadi stakeholder atau pemangku kepentingan dalam organisasi tersebut.
Drebin et al. (1981) mengidentifikasi sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan sektor
publik, termasuk pembayar pajak, pemberi dana bantuan, investor, pengguna jasa,
karyawan, pemasok, dewan legislatif, manajemen, pemilih, dan badan pengawas. Setiap
kelompok memiliki kebutuhan informasi yang berbeda sesuai perannya dalam organisasi.
Pemakai laporan keuangan dapat pula diklasifikasikan oleh Anthony menjadi lima
kelompok, yaitu lembaga pemerintah, investor dan kreditor, pemberi sumber daya, badan
pengawas, dan konstituen. Informasi keuangan sektor publik menjadi dasar bagi pembuat
kebijakan, pengawas, dan masyarakat umum untuk memahami kinerja organisasi,
memastikan akuntabilitas, dan mendukung pengambilan keputusan. Secara internal,
laporan keuangan juga berperan sebagai alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial.

D. Hak dan kebutuhan pemakai laporan keuangan


Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :
1. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu :
a. Mengetahui kebijakan pemerintah
b. Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah
c. Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
2. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi
penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi
perdebatan publik.
3. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listen to).

27
E. Perbedaan laporan keuangan sektor publik dan sektor swasta
Adapun perbedaan dari laporan keuangan sektor publik dengan laporan keuangan sektor
swasta, yaitu:
1. Laporan Keuangan Sektor Publik:
a. Fokus finansial dan politik
b. Kinerja diukur secara finansial dan nonfinansial
c. Pertanggungjawaban kepada parlemen dan masyarakat luas
d. Berfokus pada organisasi
e. Melihat ke masa depan secara detail
f. Aturan pelaporan ditentukan oleh departemen keuangan
g. Laporan diperiksa oleh treasury
h. Cash accounting
2. Laporan Keuangan Sektor Swasta:
a. Fokus finansial
b. Sebagian besar kinerja diukur secara finansial
c. Pertanggungjawaban kepada pemegang saham dan kreditur
d. Berfokus pada organisasi secara keseluruhan
e. Aturan pelaporan ditentukan oleh undang-undang, standar akuntansi, pasar modal,
dan praktik akuntansi
f. Laporan keuangan diperiksa oleh auditor independen
g. Accrual Accounting
Laporan keuangan lembaga pemerintah tidak berfokus pada organisasi secara
keseluruhan, akan tetapi berfokus pada unit kerja pemerintah sebagai suatu bagian
organisasi. Unit-unit kerja pemerintah tersebut merupakan entitas akuntansi (accounting
entity) dan entitas anggaran (budgetary entitas) yang otonom. Laporan keuangan
pemerintah lebih berorientasi pada jangka panjang karena terkait dengan konsep politik dan
kenegaraan. Pada sektor swasta fokus jangka Panjang secara detail tidak dapat dilakukan
karena dibatasi oleh adanya ketidakpastian pasar.
Laporan keuangan pada sektor swasta perlu diaudit oleh auditor independen untuk
memberikan jaminan kualitas bahwa laporan keuangan yang dibuat manajemen tersebut
terbebas dari salah saji yang material dan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum. Laporan keuangan sektor publik juga perlu di audit, namun
pengauditan untuk sektor publik tersebut lebih luas, tidak sekedar audit keuangan dan
kepatuhan saja, akan tetapi harus dilakukan juga audit value for money. Dewan legislatif

28
dapat menunjuk auditor independen, seperti Badan Pemeriksa Keuangan atau Kantor
akuntan publik untuk mengaudit pemerintah.
F. Luas pengungkapan (disclosure) yang diperlukan
Pengungkapan informasi dalam Laporan keuangan dilakukan untuk melindungi hak
pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat terpisahnya pihak manajemen yang
mengelola perusahaan dan pemegang saham yang memiliki modal. Informasi dalam
Laporan Keuangan harus disajikan dengan memadai untuk memungkinkan dilakukannya
sebuah prediksi kondisi keuangan, arus kas, dan profitabilitas perusahaan di masa depan.
Informasi yang akan diungkapan dalam laporan keuangan tentunya harus disesuaikan
dengan kepentingan pengguna Laporan Keuangan. Hendriksen (1992) mengungkapkan
bahwa terdapat tiga konsep yang umum dalam pengungkapan yaitu:
1. Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure) adalah pengungkapan informasi oleh
perusahaan dengan tujuan memenuhi kewajiban dalam menyampaikan informasi.
Informasi yang diungkapkan sesuai dengan stadar minimum yang diwajibkan. terutama
informasi yang menurut lembaga terkait wajib disajikan. Pengungkapan jenis ini
banyak dilakukan oleh perusahaan.
2. Pengungkapan yang wajar (fair disclosure) adalah pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan menyajikan sejumlah informasi yang menurut perusahaan dapat
memuaskan pengguna Laporan Keuangan yang potensial. Informasi minimum yang
diwajibkan dan informasi tambahan lainnya untuk menghasilkan penyajian Laporan
Keuangan yang wajar.
3. Pengungkapan yang lengkap (full disclosure) adalah pengungkapan yang menyajikan
semua informasi yang relevan. Informasi yang diungkapkan adalah informasi minimum
yang diwajibkan ditambah dengan informasi lain yang diungkapkan secara suka rela.
Full disclosure dapat membantu mengurangi terjadinya informasi asimetris, namun
seringkali dinilai berlebihan.

SUB CPMK 11
Urgensi Pengembangan Akuntansi Keuangan Sektor Publik
A. Pengembangan akuntansi keuangan sektor publik pada tingkat internasional
Pengembangan akuntansi keuangan sektor publik pada tingkat internasional
mencerminkan upaya untuk menyelaraskan praktik akuntansi di berbagai negara dan
meningkatkan transparansi serta akuntabilitas di sektor publik global. Organisasi
internasional, seperti International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB),

29
telah memainkan peran kunci dalam mengembangkan standar akuntansi keuangan sektor
publik yang dapat diadopsi secara luas. IPSASB mengeluarkan standar yang mencakup
berbagai aspek akuntansi keuangan sektor publik, mulai dari pengukuran aset dan
kewajiban hingga penyajian laporan keuangan. Proses pengembangan standar tersebut
melibatkan kolaborasi antara para ahli akuntansi keuangan, pemerintah, dan pemangku
kepentingan lainnya dari berbagai negara.
Pengembangan akuntansi keuangan sektor publik secara internasional terletak pada
keseimbangan praktik akuntansi di seluruh dunia. Hal ini memfasilitasi pembandingan
kinerja antar-negara, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan publik, dan
memberikan keyakinan kepada investor, kreditor, dan masyarakat umum terkait tata kelola
keuangan pemerintah. Selain itu, pengembangan ini juga mendukung negara-negara
berkembang dalam memperkuat kapasitas mereka dalam mengelola keuangan sektor publik
secara efisien dan efektif. Upaya internasional seperti ini menciptakan landasan yang kuat
untuk memajukan akuntansi keuangan sektor publik ke tingkat yang lebih tinggi,
mencerminkan komitmen global terhadap praktik akuntansi yang lebih baik dalam
mengelola sumber daya publik.
B. Perkembangan dan pengembangan akuntansi keuangan sektor publik di indonesia
Perkembangan dan pengembangan akuntansi keuangan sektor publik di Indonesia
telah mengalami kemajuan signifikan, terutama seiring dengan era reformasi pemerintahan
dan implementasi otonomi daerah. Otonomi daerah menjadi landasan utama untuk
memperkuat manajemen keuangan pemerintah daerah, memungkinkan entitas daerah untuk
mengelola keuangannya secara lebih mandiri dan efisien. Globalisasi yang merajalela dan
tuntutan untuk memiliki daya saing di tingkat internasional juga mendorong pemerintah
daerah di Indonesia untuk mengembangkan sistem akuntansi keuangan yang lebih baik.
Keberhasilan penerapan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sangat tergantung pada
keefektifan sistem akuntansi yang mendukung transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.
Pemerintah Indonesia terus melakukan reformasi pengelolaan keuangan melalui
pembuatan peraturan perundang-undangan, penataan kelembagaan, penyempurnaan
sistem, dan peningkatan profesionalisme sumber daya manusia di industri keuangan. Upaya
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas akuntansi keuangan sektor publik dan
memastikan bahwa setiap entitas daerah memiliki tata kelola keuangan yang baik, sesuai
dengan prinsip-prinsip good governance. Sistem akuntansi yang kuat juga terkait dengan
kemampuan pemerintah daerah dalam menangani tantangan ekonomi, seperti yang terjadi

30
dalam situasi resesi. Penyusunan anggaran, pengelolaan dana publik, dan pelaporan
keuangan yang akurat menjadi kunci untuk merespons perubahan kondisi ekonomi.
Perkembangan ini mencakup peningkatan kapasitas dan penerapan prinsip tata kelola yang
baik dalam pengelolaan keuangan daerah. Langkah-langkah ini membantu mewujudkan
tujuan good governance, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan ekonomi dan daya
saing pemerintah daerah di tingkat nasional maupun global.
C. Urgensi dan arah pengembangan akuntansi keuangan sektor publik di indonesia
Urgensi pengembangan akuntansi keuangan sektor publik di Indonesia sangatlah
penting seiring dengan tuntutan akan tata kelola keuangan yang baik dan efisien. Pertama,
melalui sistem akuntansi yang ditingkatkan, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan sektor publik dapat diperkuat, membuka akses informasi bagi masyarakat dan
pemangku kepentingan untuk mengawasi penggunaan dana publik. Kedua, pengembangan
ini mendukung efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah, mencegah
pemborosan, dan meningkatkan pencapaian tujuan pembangunan. Ketiga, dalam era
globalisasi, sistem akuntansi berkualitas tinggi akan meningkatkan daya saing Indonesia di
arena internasional, menarik investasi, dan mendukung pembangunan ekonomi.
Arah pengembangan sektor ini harus mencakup penyesuaian dengan standar
internasional, pemberdayaan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan partisipasi aktif masyarakat dalam
pengawasan. Dengan mengadopsi teknologi informasi terkini, pemerintah dapat
menyederhanakan proses akuntansi, meningkatkan akurasi data, dan memastikan
keamanan informasi keuangan. Sementara itu, peningkatan kapasitas SDM akan
memastikan bahwa para profesional di bidang akuntansi dapat mengikuti perkembangan
regulasi dan teknologi. Partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam pengawasan
pengelolaan keuangan akan menciptakan iklim akuntabilitas yang lebih kuat, mendukung
upaya pencegahan korupsi, dan membangun kepercayaan publik. Dengan mengutamakan
urgensi dan arah pengembangan ini, Indonesia dapat mengoptimalkan peran akuntansi
keuangan sektor publik untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

31
SUB CPMK 12
Value For Money Audit
A. Karakteristik value for money audit
Value for Money (VFM) audit dalam sektor publik memiliki karakteristik khusus
yang melibatkan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Selain fokus pada financial dan
compliance audit, VFM audit juga mencakup performance audit, yang merupakan
perluasan dari audit keuangan. Performance audit mencakup audit ekonomi untuk menilai
penggunaan sumber daya secara efisien, audit efisiensi untuk mengevaluasi efektivitas
proses operasional, dan audit efektivitas untuk mengukur pencapaian hasil yang diinginkan.
Audit kinerja atau VFM audit adalah suatu proses sistematis yang bertujuan untuk
memberikan penilaian independen terhadap ekonomi, efisiensi, dan efektivitas operasi
entitas atau fungsi yang diaudit. Ini melibatkan pemeriksaan tindakan dan kejadian
ekonomi yang mencerminkan kinerja organisasi sektor publik. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan akuntabilitas lembaga sektor publik dan memperbaiki kinerja pemerintah.
Value for Money audit juga berbeda dari audit konvensional dalam hal laporan audit.
Sementara audit konvensional memberikan pendapat auditor tentang kewajaran laporan
keuangan, VFM audit tidak hanya menyampaikan kesimpulan, tetapi juga memberikan
rekomendasi perbaikan. Hasil audit ini dikomunikasikan kepada para pemangku
kepentingan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas lembaga
sektor publik.
B. Audit ekonomi dan efisiensi
Audit ekonomi dan efisiensi memegang peranan penting dalam menilai efektivitas
dan efisiensi penggunaan sumber daya suatu entitas. Ekonomi mengacu pada pencapaian
tujuan dengan biaya terendah, sementara efisiensi berkaitan dengan rasio terbaik antara
output dan biaya (input). Dalam konteks ini, audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya secara ekonomis dan efisien. Auditor fokus pada evaluasi apakah
organisasi mampu mengelola sumber daya, seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan
kantor, secara optimal. Tujuan kedua adalah mengidentifikasi penyebab praktik-praktik
yang tidak efisien, termasuk masalah dalam manajemen sistem informasi, prosedur
administrasi, dan struktur organisasi. Ukuran audit dalam audit ekonomi dan efisiensi
biasanya disesuaikan dengan spesifikasi organisasi yang bersangkutan.
Auditor menggunakan ukuran tersebut untuk mengukur kinerja manajer,
membandingkan output dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja periode

32
sebelumnya, atau dengan unit organisasi lainnya. Prosedur audit melibatkan perencanaan
audit, peninjauan sistem akuntansi dan pengendalian intern, pengujian sistem akuntansi dan
pengendalian intern, pelaksanaan audit, dan penyampaian laporan. Dengan demikian, audit
ekonomi dan efisiensi berkontribusi pada perbaikan proses, efisiensi operasional, dan
pengelolaan sumber daya yang optimal di suatu entitas.
C. Audit efektivitas
Efektivitas adalah ukuran sejauh mana suatu kegiatan atau program mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam konteks audit efektivitas atau audit program, auditor
bertujuan untuk mengevaluasi beberapa aspek, diantaranya
1. Menilai tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan dari suatu program atau
kegiatan. Hal ini mencakup mengidentifikasi sejauh mana tujuan telah tercapai.
2. Efektivitas membahas kesesuaian hasil dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Auditor memeriksa apakah hasil yang dicapai oleh entitas yang di-audit
sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Menilai apakah entitas yang di-audit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
mungkin memberikan hasil yang sama dengan biaya yang lebih rendah. Ini melibatkan
evaluasi keputusan dan strategi yang diambil oleh entitas untuk mencapai tujuan dengan
efisien.
Efektivitas khususnya dalam konteks pengukuran dampak suatu output terhadap
pengguna jasa atau konsumen, sering kali sulit diukur secara langsung. Oleh karena itu,
auditor dapat menggunakan proksi untuk mengukur dampak atau pengaruh, melakukan
evaluasi oleh konsumen, atau menekankan evaluasi pada proses pelaksanaan program
ketimbang hasilnya. Semua ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang holistik tentang
sejauh mana suatu program mencapai efektivitasnya.

SUB CPMK 13
Proses Audit Kinerja
A. Struktur audit kinerja
Pada dasarnya,struktur audit baik audit keuangan,audit ketaatan,audit
manajemen,audit program, dan audit jenis lainnya secara umum adalah sama. Hal yang
membedakan antara satu macam audit dengan audit lainnya terletak pada tugas-tugas
spesifikasinya (spesifik tasks) pada masing-masing tahapan audit yang menggambarkan
kebutuhan dan masing-masing audit. Secara umum, struktur audit terdiri atas:
1. Tahap-tahap audit

33
2. Elemen masing-masing tahap audit
3. Tujuan masing-masing elemen, dan
4. Tugas-tugas tertentu yang diperlukan untuk mencapai setiap tujuan.
B. Tahapan pengenalan dan perencanaan
Dalam perencanaan dan analisis investasi, harus mempertimbangkan beberapa
aspek yang secara bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh
akibat adanya suatu investasi tertentu. Seluruh aspek harus dipertimbangakn dan dievaluasi
dalam setiap tahap perencanaan anggaran dan siklus pelaksanaan, karena aspek-aspek
tersebut satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Tahap pengenalan
dan perencanaan terdiri dari dua elemen yaitu:
1. Survei pendahuluan (Preliminary survey)
Pada tahap survei pendahuluan auditor akan berupaya untuk memperoleh gambaran
yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama berkaitan dengan
struktur dan operasi organisasi, lingkungan manajemen, kebijakan, standar prosedur
kerja. Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan
membantu auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara detail,
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk hal-hal sifatnya material, mendesain tugas
secara efisien dan menghindari kesalahan.
2. Review sistem pengendalian (control system review)
Pada audit keuangan, auditor memulai pekerjaan dengan melakukan review dan
evaluasi terhadap sistem pengendalian intern (SPI) terutama yang berkaitan dengan
prosedur akuntansinya. Sedangkan pada audit kinerja, auditor harus menelaah sistem
pengendalian manajemen atau sistem pengendalian administratif dengan tujuan untuk
menemukan kelemahan pengendalian yang signifikan agar menjadi perhatian
manajemen dn memperhatikan luas, sifat dan waktu pekerjaan pemeriksaan berikutnya.
C. Tahapan audit
Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen yaitu: 1) Telaah hasil-hasil
program (program results review) 2) Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency
review) 3) Telaah kepatuhan (compliance review). Secara lebih rinci, komponen audit
terdiri dari :
1. Identifikasi lingkungan manajemen
2. Perencanaan dan tujuan
3. Struktur organisasi
4. Kebijakan dan praktik

34
5. Sistem dan prosedur
6. Pengendalian dan metode pengendalian
7. Sumber daya manusia dan lingkungan fisik
8. Praktik pengelolaan staf (staffing practices)
9. Analisis fiskal
10. Area khusus investigasi (special areas of investigation)
D. Tahapan pelaporan
Ada tiga langkah utama yang sangat penting dalam mengembangkan laporan audit secara
tertulis, yaitu:
1. Persiapan (preparation). Pada thap persiapan auditor mulai mengebangkan temuan-
temuan audit menggabungkan temuan-temuan tersebut menjadi sebuah laporan yang
koheren dan logis, serta menyimpan bukti-bukti pendukung dan dokumentasi yang
diperlukan.
2. Penelaah (review). Merupakan tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang
dilakukan oleh staf audit, review dan komentar atas laporan diberikan oleh pihak
manajemen atau audit.
3. Pengiriman (transmission). Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen
agar dapat dikirim ke lembaga yang memberikan tugas yang mengaudit dan kepala
auditee.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan audit kinerja yaitu:
1. Laporan kerja harus ditulis secara objektif
2. Auditor tidak boleh terlalu overstate
3. Informasi yang disajikan harus disertai bukti yang kompeten
4. Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan pengakuan
terhadap kinerja yang baik maupun yang buruk
5. Auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen
untuk memperbaiki kinerjanya
E. Tahapan penindaklanjutan (follow up)
Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan antara lain:
1. Dasar pelaksanaan follow-up. Dasar untuk melakukan follow-up adalah perencanaan
yang dilakukan oleh pihak manajemen
2. Pelaksanaan review follow-up. Perencanaan manajemen untuk memberikan dasar
untuk review follow-up. Berdasarkan prosedur, hal pertama yang harus diputuskan

35
dalam penjadwalan follow-up, yang mana hal ini sangat tergantung pada kompleksitas
rekomendasi dan tingkat kesulitan implementasi.
3. Batasan follow-up. Pelaksanaan follow-up sebaiknya tidak terbatas pada penilaian
pelaksanaan dan dampak rekomendasi yang diusulkan oleh auditor, namun sebaliknya
juga dihindari dari terjadinya follow-up yang overload. Kegiatan follow-up yang
dilakukan mampu menjelaskan peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses
audit dilaksanakan pada proses tertentu.
4. Implementasi rekomendasi. Pada audit kinerja, auditor secara formal memberikan
rekomendasi-rekomendasi yang didasarkan pada temuan-temuan selama proses audit.
a. Implementasi oleh unit kerja
b. Implementasi oleh eksekutif
c. Peranan auditor dan pengimplentasian rekomendasi audit
d. Peranan legislatif dalam mengimplementasikan rekomendasi audit
e. Pemeriksaan kembali secara periodik

36
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, W. (2007). Akuntansi Sektor Publik. Malang: Bayumedia Publishing.


Anik, Y., Sandrya, D., Asri, P. (2020). Akuntansi Sektor Publik. Badung: CV. Noah Aletheia.
Costari, N., & Belinda, P. A. (2021). Pentingnya Implementasi Akuntansi Sektor Publik Dalam
Suatu Instansi Pemerintahan. Jamanta: Jurnal Mahasiswa Akuntansi Unita, 1(1), 58-
77.
Djafar, M. A., Manossoh, H., & Pinatik, S. (2023). EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR
AKUNTANSI PENGELUARAN KAS BELANJA LANGSUNG PADA BADAN
PERENCANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KOTA
MANADO DIMASA PANDEMI COVID-19. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 11(02), 181-189.
Djazari, M. (2009). Value for money Audit Untuk Menilai Kinerja Lembaga Sektor
Publik. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 8(1).
Erawan, P. A., SANTOSA, M. S. W. A., Budiartha, D. K. B., & WAHYUDI, P. T. A. (2018).
Peranan Value for Money Untuk Mengukur Kinerja Pemerintahan Kabupaten
Buleleng. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika, 8(3).
Hantono, Lakharis, I., Sri, A. H., dkk. (2020). Akuntansi Sektor Publik. Bandung: CV. MEDIA
SAINS INDONESIA
Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin. (2007). Akuntansi Sektor Publik. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Inayati, N. I. (2018). Implementasi Pengukuran Kinerja Pada Organisasi Sektor Publik. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Kontemporer, 4(1).
Jamaluddin, M. (2019). Akuntansi Sektor Publik. Gowa: CV. Berkah Utami.
Prastiwi, D., & Fitrayati, D. (2013). Analisis Penentuan Tarif Layanan Bus Kota Berdasarkan
Marginal Cost Pricing (Studi Pada Perum Damri Kota Surabaya). AKRUAL: Jurnal
Akuntansi, 5(1), 75-98.
Purwadi, Y., & Sari, R. M. (2015). Analisis Pengukuran Kinerja Anggaran Pada Dinas Pu Bina
Marga Dan Pengairan Kabupaten Blitar. Jurnal Riset Mahasiswa Ekonomi
(RITMIK), 2(2).

37

Anda mungkin juga menyukai