Disusun Oleh:
Dr. David Pangaribuan, SE, M.Si
DAFTAR ISI
C. Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik adalah semakin
meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik
seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan
lembaga negara) Tuntutan akuntabilitas ini terkait dengan perlunya transparansi dan
pemberian informasi kepada publik dalam rangka memenuhi hak-hak publik.
Pengertian Akuntabilitas publik adalah kewajiaban pemegang amanah (agent)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas terdiri dari 2 macam yaitu : akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas
horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas
kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri
atas beberapa dimensi :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan,
sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan informasi informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan
biaya murah. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap akuntabilitas proses dapat
dilakukan dengan ada tidaknya mark up dan pungutan yang lain diluar yang
ditetapkan dan pemborosan yang menyebabkan pemborosan sehingga menjadikan
Modul Akuntansi Sektor Publik 5
mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Serta pengawasan dan
pemeriksaan terhadap proyek-proyek tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik.
3. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program
yanng memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat
maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan
menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik
dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik secara
efektif dan efisien serta memfasilitasi tercapainya akuntabilitas publik.
D. Privatisasi
Di Indonesia masih banyak BUMN dan BUMD yang dijalankan tidak secara
efisien. Inefisiensi yang dialami tersebut disebabkan adanya intervensi politik,
sentralisasi dan manajemen yang buruk.
Di era globalisasi BUMN dan BUMD menghadapi beberapa tekanan dan tuntutan
antara lain :
Regulation & Political Pressure
Social Pressure
Rent Seeking Behaviaour
Economic & Efficiency
Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi berarti
pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja
finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang.
Modul Akuntansi Sektor Publik 6
E. Otonomi daerah
Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat
seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentaralisasi
fiskal. Desentarlisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
daerah tetapi pelimpahan beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk
privatisasi
Modul Akuntansi Sektor Publik 7
keuangan adalah berupa prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi tersebut.
Sementara itu untuk tujuan pengendalian organisasi dibutuhkan informasi yang lebih
luas meliputi asapek ekonomi, sosial dan politik dari investasi yang diajukan.
Revisi/modifikasi
Tujuan dan Sasaran
Dasar 2. Perencanaan Operasional
Revisi Perencanaan
Operasional
Aksi
4. Pengendalian dan Pengukuran
Modul Akuntansi Sektor Publik 10
Perencanaan Strategik
Akuntansi majamen dibutuhkan sejak tahap perencanaan strategik. Pada tahap
perencanaan strategik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang
dapat mendukung strategi organisasi. Program-program tsb diseleksi dan dipilih sesuai
dengan skala prioritas sumber daya yang dimiliki. Peran akuntansi manajmen adalah
memberikan informasi untuk mementukan berapa biaya program dan berapa biaya suatu
aktivitas, sehingga berdasarkan informasi akuntansi tsb manajer dapat menentukan
anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Untuk memberikan jaminan dialokasikannya sumber daya secara ekonomis,
efisien dan efektif maka diperlukan informasi akuntansi manajemen yang handal dan
akurat, relevan untuk menghitung berapa besarnya biaya program, aktivitas atau proyek.
Sistem informasi akunatsni manajemen yang baik dapat mengurangi peluang terjadinya
pembororsan,kebocoran dana dan mendeteksi program-pprogram yang tidak layak secara
ekonomi. Akunatsni manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan
yaitu : efisiensi biaya, kualitas produk dan pelayanan ( cash, quality and service).
Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan biaya
yang murah pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akantansi manajemen yang
Modul Akuntansi Sektor Publik 11
modern, yaitu dengan menerapkan teknis akunatnsi manajemen yang diterapkan di sektor
suasta. Terdapat perbedaan antara sektor suasta dan sektor publik dalam hal penentuan
biaya produk atau pelayanan, hal ini disebabkan bahwa sebagain besar biaya pelayanan
pada sektor suasta cenderung merupakan engineered cost yang memiliki hubungan
secara langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik
sebagaian besar merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran
dan sering tidak memiliki hubungan langsunmg dengan aktivitas yang dilakukan dengan
output yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan sektor publik merupakan
intangible output yang sulit diukur, maka peran manajer publik sangat penting dalam
pengendalian biaya
Pemberian Informasi Biaya
Biaya (cost) dalam konteks organisasi sektor publik dapat dikategorikan menjadi
tiga kelompok :
Biaya input, adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan.
Biaya input bisa berupabiaya tenaga kerja dan biaya bahan baku
Biaya output, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga
samapai ke tangan pelanggan. Pada organisasi sektor publik output dapat diukur
dengan berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan. Contoh pada
perusahaan transportasi massa, biaya mungkin diukur berdasarkan biaya per
penumpang
Biaya proses, biaya ini dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi, biaya dapat
diukur dengan mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya departemen
produksi, dep personalia, biaya dinas-dinas dsb.
Proses penentuan biaya meliputi lima aktivitas, yaitu cost finding, cost recording,
cost analizing, strategic cost reduction dan cost reporting.
Cost finding,
Pada tahap ini pemerintah mengakumulasi data mengenai biaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk/ jasa layanan
Cost recording,
Pada tahap ini yang dilakukan adalah kegiatan pencatatan data ke dalam sistem akuntansi
organisasi
Modul Akuntansi Sektor Publik 12
Cost analizing,
Pada tahap ini dilakukan analisis biaya yaitu mengindentifikasi jenis dan perikalku biaya,
perubahan biaya dan volume kegiatan. Manajamen organisasi harus dapat menentukan
pemicu biaya (cost driver) agar dapat doilakukan strategi efisiensi biaya.
Penilaian Investasi
Akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor publik handak
melakukan investasi, yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan
finansial. Akuntansi manajemen diperlukan dalam penilaian investasi karena untuk dapat
menilai investasi diperlukan identifikasi baiya, resiko dan manfaat atau keuntungan dari
suatu investasi. Dalam penilaian suatu investasi, faktor yang harus fdiperhatikan oleh
Modul Akuntansi Sektor Publik 13
akuntansi manajemen adalah tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat resiko dan
ketidakpastian serta sumber pendanaan untuk investasi yang akan dilakukan.
Penilaian invesatasi pada organisasi sektor publik dilakukan dengan
menggunakan analisis biaya – manfaat (cost benefit analysis). Dalam praktek ini sulit
dilakukan karena biaya yang diukur tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga dari sisi
biaya sosial dan manfaat sosial yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan.
Menentukan biaya dan manfaat sosial dalam satuan moneter sanbgat silut dilakukan.
Kemudian untuk memudahkan digunakan analisis efektifitas biaya (cost effectiveness
analysis), yaitu menekankan seberapa besar dampak yang dicapai dari suatu proyek atau
investasi dengan biaya tertentu
Penganggaran
Akuntansi menajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik
yang efektif. Terkait dengan 3 fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber daya
publik, alat distribusi dan stabilisasi maka akuntansi manajemen merupakan alat yang
vital untuk proses mengalokasikan an mendistribusikan sumber adana publik secara
ekonomis, efisien dan efektif adil dan merata. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan
sumber daya manusia yang handal, jika tidak akuntansi manajemen tidak akan banyak
bermanfaat karena hanya akan berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian, ini untuk
mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas organisasi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Disini peran akuntansi manajemen adalah dalam pembuatan indikator kinerja
kunci dan satuan ukur untuk masing-masing aktifitas.
Modul Akuntansi Sektor Publik 15
hanya dapat diukur secara fisik tidak dalam nilai rupiahnya. Contoh pusat biaya
adalah dep. produksi, Dinas Sosial dan DPU
Pusat pendapatan (revenue center)
Pusat pendapatan adalah pusat petanggungjawaban yang prestasi manjernya dinilai
berdasarkan pendapatan yang dihasilkan. Contahnya Dinas Pendapatan Daerah dan
dep. pemanasaran
Pusat laba ( profit center)
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input (expenses)
dan output ( revenue) dalam satuan moneter. Kinerja manajernya dinilai berdasarkan
laba yang dihasilkan. Contah : BUMD dan BUMN, obyek pariwisata milik PEMDA,
bandara dan pelabuhan.
Pusat incestasi (investment center)
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contah : Dep Riset dan
Pengembangan dan Balitbang
Suatu organisasi besar seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai suatu
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang besar tersebut dapat dipeca-
pecah lagi menjadi pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil hingga pada level
pelayanan atau program, misalnya dinas-dinas atau subdinas-subdinas. Pusat
pertanggungjawan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk perencanaan dan
pengendalain anggaran serta penilaian kinerja pada unit ybs. Manajer pusat
pertanggungjawaban sebagai budget holder memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan anggaran. Pusat pertanggung jawaban memperoleh sumberdaya input
berupa tenaga kerja, material dsbnya yang dengan input tsb diharapkan dapat
menghasilkan output dalam bentuk barang atau pelayanan pada kualitas dan kuantitas
tertentu. Anggaran mencerminkan nilai rupiah dari input yang dialokasikan ke pusat-
pusat pertanggungjawaban dan output yang diharapkan atau level aktivitas yang
dihasilkan. Pengendalian anggran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja riil
yang dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan antara hasil yang
dicapai dan jumlah anggaran kemudaian dianalisis untuk diketahui penyebabnya dan
dicari siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya perbedaan tersebut, sehiungga dapat
Modul Akuntansi Sektor Publik 18
segera dilakukan tindakan korektif. Tindakan tsb biasa dilakukan pada perusahaan-
perusahaan swasta. Pada organisasi publik, mekanisme tsb perlu dilakukan sebagai salah
satu cara pengendalian anggaran.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran
sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan kata lain tiap-tiap
pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu
dan penggabungan proram-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tsb
seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang leih tinggi,
sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai berlanja
(pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran.
Laporan kinerja disiapkan dan dikirim ke setiap level manajemen untuk dievaluasi
kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika
sistem pengendalian anggaran berjalan dengan baik maka informasi yang dikirimkan
kepada manajer harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan harus up to date
(terbaru) dan biaya yang dikendalikan secara langsung (controllable) dengan biaya-biaya
yang tidak dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban berfunmgsi sebagai pengemban budget holder, maka
proses penyiapan dan pengendalian anggaran harus menjadi fokus perhatian manajer
pusat pertanggungjawaban. Keberadaan depatemen anggaran dan komite anggaran pada
pusat pertanggungjawaban sangat perlu untuk membentu terciptanya anggaran yang
efektif.
Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian anggaran biasanya banyak
diketahui oleh bagian departemen anggaran. Depatemen anggaran memiliki fungsi
sebagai berikut :
1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggran
2. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran (misal: asumsi tingkat
inflasi, nilai tukar, harga migas)
3. Membantu mengkomunikasdikan anggaran ke seluruh bagian dalam organisasi
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi kepada budgeter
dan manajer pusat pertanggungjawaban
Modul Akuntansi Sektor Publik 19
terdiri dari ekstrenal dan internal. Yang bersifat eksternal contohnya etos kerja dan
loyalitas karyawan ( dalam pemerintahan kita kenal sebagi abdi negara dan abdi
masyarakat), sedangkan yang bersifat internal : kulktur organisasi, gaya manajemen dan
gaya komunikasi.
Penyesuaian kompetensi
dengan peluang dan ancaman
Strategi
Innitiate and
agree process
Internal
Environmental Ekternal
Analysis Environmental
Analysis
Strategics
PEST ANALYSIS
Political
Economic
Vision for the Sociological
future Technical
Actions
Outcomes
Review
strategi,program,pri Anggaran yang Program yang
oritas dan anggaran dibutuhkan lolos seleksi
Modul Akuntansi Sektor Publik 24
Ukuran Justifikasi
penjelas
Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial, yang bersifat
financial misalnya kenaikan gaji, bonus dan pemberian tunjangan, sedangkan non
financial dapat berupa promosi jabatan, penambahan tanggung jawab, otonomi yang
lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang lebih baik dan pengakuan. Mekanisme
pemberian sanksi dan hukuman pada kondisi tetentu diperlukan, tetapi orientasi penilaian
harus selalu pada pemberian penghargaan.
Modul Akuntansi Sektor Publik 28
keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya
bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan
kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang
terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak
ada alat untuk menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan
jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot dsbnya
Anggaran Operasional
Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam
menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam
anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk
satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.
Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.
Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain
belanja administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.
Anggaran Modal
Anggran modal menunjukkan rencana jangka penjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal
yang besar biasanya dilakukan dengan mengunakan pinjaman. Belanja modal adalah
pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari satu tahun anggran dan akan menambah
aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk
biaya operasional dan pemeliharaannya.
Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab
selutrhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat
memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan
mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan program yang memberi mamfaat lebih
kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin
memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan
Modul Akuntansi Sektor Publik 34
memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan
sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor
tersebut.
disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi
pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.
Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor
ketidakpastian yang cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatau mata anggaran. Besarnya mata anggaran
tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.
Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam
dokummen perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS), Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan
(RAPETA).
Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat
dan perencanaan pembangunan daerah secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 105 dan 108 tahun 2000. Pada pemerintah pusat penyusunan perencanaan
pembangunan dimulai dari penyusunan PROPERNAS yang merupakan operasinalisasi
GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk RENSTRA.
Berdasarkan POPERNAS dan RENSTRA serta analisis fiskal dan makro ekonomi
kemudian mulai dibuat persiapan APBN dan RAPETA.
Sementara itu ditingkat daerah (propinsi dan kab/kota) berdasarkan PP No. 108
pemerintah daerah diisyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang
terdiri atas PROPERDA (RENSTRADA). Dokumen tersebut diupayakan tidak
meyimpang dari PROPERNAS dan RENSTRA yang dibuat oleh pemerintah pusat.
Dalam PROPERDA di mungkinkan adanya penekanan prioritas pembanguann yang
berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Sesuai dengan kebutuhan masing-
masing daerah. PROPERDA (RENSTRADA) yang dibuat oleh pemerintah daerah
bersama-sama dengan DPRD dalam kerangka waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan
dalam pelaksanaannya dalam kerangka tahunan. Rincian RENSTRADA setiap tahunnya
akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan REPETADA dan APBD.
Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat dan analisis kebijakan fiskal dan
ekonomi daerah, menurut ketentuan PP No. 105 tahun 2000 pemerintah daerah bersama-
sama DPRD menetapkan arah kebijakan umum APBD, setelah itu pemerintah daerah
menetapkan Strategi dan Prioritas APBD. REPETADA memuat program pembanguan
daerah secara menyeluruh dalam satu tahun, juga memuat indikator kinerja yang terukur
Modul Akuntansi Sektor Publik 37
dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan akan lebih memperjelas
program kerja tahuan pemerintah daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan
kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebut
dilengkapi dengan :
Perimbangan-perimbangan yang barasal dari evaluasi kinerja pemerintah daerah pada
periode sebelumnya
Masukan dan aspirasi masyrakat
Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi
Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan daerah tahunan
(REPETADA) dan anggaran tahuan (APBD) pada hakekatnya merupakan perencanaan
instrumnen kebijakan publik sebagai upaya peningktan pelayanan kepada masyarakat.
APBD menunjukkan implikasi dari anggaran REPETADA yang dibuat. Dengan
demikian REPETADA merupakan kerangka kebijakan dalam penyediaan dana bagi
APBD.
Tahap ratifikasi
Tahap ini melibatkan proses plotik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan
eksekutif dituntut untuk memiliki manejerial skill dan political skill, salesmanship dan
coalition holdimg yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena eksekutif harus mempunyai kemampuan
untuk memberikan argumen yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan yang
disampaikan oleh legislatif.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat
dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi
yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan
yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini
sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Jika dilihat dari perspektif historis, usaha pengembangan sistem akuntansi keuangan
pemerintah telah dirintis sejak dua puluh tahun silam, akan tetapi sampai saat ini sistem yang
ada belum berjalan secara efektif dan efisien. Sejak tahun 1980-an Departemen Dalam Negeri
telah berupaya mengembangkan sistem akuntansi yang dipandang cocok dengan corak
pemerintah daerah, dan untuk itu telah dihasilkan konsep Sistem Akuntansi dan Pengendalian
Anggaran/SAPA (Triharta, 1999).
Pada tahun 1985 Sistem Administrasi Keuangan Pemerintah Daerah sendiri telah
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Hal ini terlihat dengan mulai diperkenalkannya
sistem double entry (pembukuan berpasangan) dan akuntansi berbasis akrual yang
diformulasikan oleh "Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Daerah" yaitu tim yang dibentuk oleh Pusat Analisa Keuangan Daerah (PAKD), Badan
Analisa Keuangan Negara Perkreditan dan Neraca Pembayaran (BAKNPNP) - Departemen
Keuangan (Yasin, 1999). SAPA merupakan penyempurnaan dari proposal “Sistem
Perencanaan dan Manajemen Keuangan Daerah (SPMKD)” yang dibuat oleh PT Redecon,
yaitu konsultan yang ditunjuk oleh Tim Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan
Manajemen Keuangan Daerah dengan bantuan World Bank.
SAPA adalah sistem akuntansi untuk pemerintah daerah, sedangkan sistem akuntansi
untuk pemerintah pusat upaya pengembangannya telah dilakukan oleh Departemen Keuangan
sejak tahun 1982 melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan
Akuntansi, dan mulai aktif bekerja tahun 1991. Untuk pelaksanaan proyek tersebut, dibentuk
secara khusus Sub Tim Penyempurnaan Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang hasilnya antara
lain menerapkan sistem pembukuan berpasangan dalam akuntansi pemerintah pusat (Triharta,
1999).
Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Standar
Akuntansi Keuangan Sektor Publik). Standar yang saat ini ada belum mencukupi untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi.
Modul Akuntansi Sektor Publik 41
Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
yang baku yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
penyusunan laporan keuangan dan bagi auditor dalam mengaudit laporan tersebut. Tidak
adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa
rendahnya reliabilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan. Usaha untuk
membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah pernah dilakukan oleh Badan
Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). BAKUN merupakan lembaga yang dibentuk oleh
Departemen Keuangan tahun 1992, yang ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan
mempersiapkan laporan pertanggungjawaban konstitusional pemerintah pusat. Selain itu
BAKUN juga diserahi tugas untuk membantu melakukan pengembangan akuntansi untuk
instansi (agency accounting). Pada tahun 1995 BPK telah mengirim surat kepada Menteri
Keuangan untuk mempersiapkan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah, dan BAKUN
sebagai Central Accounting Office ditugasi untuk mempersiapkan draftnya. Namun sampai
saat ini, draft tersebut masih perlu dilakukan pembahasan dan public hearing dengan user
agar dapat dijadikan standar (Sugijanto, 1999).
Upaya untuk menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baku terus dilakukan.
Pada tahun 1999 yang lalu Ikatan Akuntan Indonesia telah membentuk kompartemen baru
yaitu Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Salah satu tugas kompartemen baru ini adalah
menyusun standar akuntansi keuangan sektor publik. Saat ini baru dihasilkan exposure draft
mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang diterbitkan November
2000. Exposure draft tersebut terdiri atas lima bagian, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik tentang Penyajian Laporan Keuangan; Laporan Arus Kas; Laporan
Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi untuk Entitas Kendalian; Kos Pinjaman; dan Surplus
atau Defisit Neto untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
Dengan telah dihasilkannya exposure draft tersebut diharapkan dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi sudah dapat disahkan menjadi standar yang baku. Sebenarnya
Indonesia dalam hal ini sudah cukup ketinggalan, karena baru sekarang mempunyai
rancangan standar akuntansi keuangan sektor publik. Tidak adanya standar akuntansi sektor
publik di Indonesia saat ini menyebabkan kesulitan dalam mengaudit laporan keuangan
pemerintah. Standar Auditing Pemerintah (SAP) sudah ada dan saat ini sedang kita tunggu
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Pada perkembangan selanjutnya perlu
Modul Akuntansi Sektor Publik 42
juga dipersiapkan alat ukur kinerja (performance measurement) untuk mengukur kinerja
lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia.
Perlunya Informasi Akuntansi Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik
Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik
adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Dalam
era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah diharapkan dapat menyajikan
laporan keuangan yang terdiri atas Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran
(Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas, dan Neraca. Laporan keuangan tersebut
merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan
salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai
dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan
bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat
untuk penilaian kinerja.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang
dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk
memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas finansial (financial
accountability), akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitas hukum
(legal accountability), akuntabilitas politik (political accountability), dan akuntabilitas
kebijakan (policy accountability). Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu membuat laporan
keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan
evaluasi kinerja pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah. Sedangkan dari sisi pemakai
eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu bentuk mekanisme
pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Karena laporan
tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah
daerah perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai (disclosure) mengenai
informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keputusan.
Modul Akuntansi Sektor Publik 43
A. Dasar Hukum
1. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN
Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban
penggunaan dana yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca
departemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuan kerja yang
menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai Menteri Keuangan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Menteri Keuangan
c.q. Kepala BAKUN.
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 337/KMK.012/2003 Tanggal 18 Juli 2003 tentang
Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
3. Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara No. KEP-16/AK/2004
tanggal 24 Juni 2004 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian Negara /Lembaga Tahun Anggaran 2004
* Propinsi
* Satuan Kerja
* Proyek
2. Penanggung Jawab
* Presiden
* Menteri/Ketua Lembaga
* Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala
* Kepala Kantor Wilayah
E. Laporan Departemen/Lembaga
1. Laporan Realisasi Anggaran
* Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk melaporkan Pelaksanaan anggaran
selama periode tertentu
* Laporan ini memperlihatkan perbandingan realisasi belanja dengan allotment
yang dirinci menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau perbandingan realisasi
pendapatan denganestimasi pendapatan
2. Neraca
* Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu
* Neraca menginformasikan saldo perkiraan aset, hutang dan ekuitas dana pada
akhir periode pelaporan
Modul Akuntansi Sektor Publik 46
Pengantar
Diperkirakan penerapan kewenangan otonomi daerah baru akan terlaksana pada tahun
2002 atau bahkan tahun berikutnya. Perubahan ini sekaligus ditandai dengan pergantian
pemerintahan pada pemilu mendatang. Sudah menajdi persoalan publik, perihal akan
berlakunya pelaksanaan otonomi yang luas.
Berbagai tulisan mengenai tinjauan terhadap otonomi daerah pernah dimuat pada edisi
17 dan 18 pada Buletin Pengawasan ini. Namun yang patut disayangkan, tinjauan tentang
otonomi daerah tersebut masih mengacu pada UU yang lama, yakni UU No. 5 tahun 1974
dan PP No. 45 tahun 1992. Padahal UU tersebut kurang menyiratkan asas demokrasi dan jauh
dari rumusan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan secara luas.
Belum bersinggungan terhadap proses perubahan urusan daerah masing-masing secara penuh
dan bertanggung jawab serta adanya proses reformasi yang tengah berlangsung dalam rangka
penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan ke daerah masing-masing.
Oleh karena itu melalui tulisan ini, saya mencoba mengetengahkan UU yang baru
(No. 22/99 dan No. 25/99) tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai tinjauan umum tentang otonomi daerah yang
dikehendaki oleh masyarakat dan pemerintah daerah, juga mencoba mencari solusi dan visi
kewenangan otonomi daerah sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi yang luas.
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomr 22/1999, otonomi daerah akan
diimplementasikan ke daerah. Bahkan dengan adanya perubahan tahun anggaran yang akan
dimulai 1 Januari 2001 mendatang, sangat mungkin implementasi tersebut juga dipercepat,
karena idealnya tahun anggaran 2001 harus sudah ditopang oleh kewenangan-kewenangan
serta struktur organisasi/kelembagaan baru yang harus disesuaikan dengan paradigma baru
otonomi.
Pada pasal 11 UU no. 22/1999 yang mengatur tentang (1) Kewenangan daerah
kabupaten/kotamadya mencakup semua kewenangan yang dikecualikan pasal 7 ayat (2).
Substansi kewenangan daerah khususnya kabupaten/ kotamadya yang selama ini diketahui,
keculai kewenangan dalam bidang politik luar negeri, Pertahanan dan keamanan, peradilan,
moneter, fiskal serta agama sebagai diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan
Modul Akuntansi Sektor Publik 48
pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 yang saat ini sedang dimantapkan di pusat (disosialisasikan ke
daerah).
Pada pasal 11 ayat (2) bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah
kabupaten/kotamadya meliputi pekerjaan umum (sekarang kimbangwil), kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman
modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah sampai saat ini belum jelas seperti apa penjabarannya ke dalam
PP. Yang jelas, saat ini pemerintah daerah sangat berharap agar pendelegasian kewenangan
dalam bidang keuangan yang juga sedang dirumuskan di Pusat, harus memberi kesempatan
pada daerah untuk secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab mengembangkan potensi
daerahnya. Memang, pada saat ini untuk sementara masih berlaku UU no. 18 tahun 1997
tentang Pajak dan Restribusi Daerah yang justru sangat membatasi kewenangan daerah.
Pendelegasian Kewenangan
Uraian mengenai pengertian dan visi dari pendelegasian kewenangan dalam otonomi
daerah sebagai perwujudan dalam upaya membangun paradigma baru otonomi dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pertama
Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan. Pendelegasian kewenangan ini
menyangkut khususnya pada pembagian keuangan pusat-daerah berdasarkan UU no. 25/1999
menurut pandangan daerah. Bagi kabupaten/kotamadya yang memiliki sumber minyak bumi,
gas, kehutanan, pertambangan umum maupun perikanan yang berdasarkan formula baru akan
menerima lebih banyak dari pusat, serta harus segera menyiapkan program belanja yang
benar-benar berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat daerah sesuai tuntutan
otonomi. Di lain pihak, pemerintah pusat/propinsi harus mampu menyediakan dana alokasi
khusus untuk menghindari ketimpangan penerimaan antar kabupaten/kotamadya di satu
propinsi antara lain karena tidak meratanya ketersediaan sumber-sumber alam atau potensi
lainnya. Sebaliknya, bagi daerah yang tidak memiliki sumber alam sebagaimana dimaksud
UU No. 25/1999, maka untuk menjaga tingkat kesejahteraan yang sudah dicapai sampai saat
ini, sebaiknya menerima alokasi bantuan/subsidi yang minimal sama dengan sebelum
diberlakukannya sistem alokasi baru nanti. Di sisi lain, kewenangan mengatur yang berkaitan
Modul Akuntansi Sektor Publik 49
Kedua
Pendelegasian kewenangan politik. Mekanisme Pendelegasian kewenangan politik
yang berlaku efektif pada saat dan setelah pelaksanaan Pemilu 1999 yang lalu, telah mencapai
suatu perkembangan yang sangat signifikan dibanding bidang-bidang lainnya. Pelimpahan
kekuasaan politik kepada daerah, di samping telah memberdayakan peran DPRDnya, juga
secara pasti sedang mengarah pada terwujudnya sistem check and balance dalam sistem
kekuasaan di daerah. Bahkan dalam hal-hal tertentu, implementasi kewenangan politik sudah
berkembang jauh melampaui batas-batas etika dan bahkan terkadang berbenturan dengan
fungsi birokrasi. Kondisi ini terjadi dimungkinkan karena :
1. Terputusnya hierarki kewenangan pusat dan propinsi atas sistem politik di kab/kota.
Dengan demikian perlu diimbangi dengan tumbuhnya peran kontrol masyarakat (internal
control) kepada DPRDnya, agar dalam menjalankan fungsi kontrolnya yang ketat kepada
eksekutif dan perlu diimbangi pula adanya kontrol masyarakat atas perilaku politiknya.
Dengan kedudukan yang sejajar bahwa DPRD merupakan mitra bagi pemerintah daerah,
maka fungsi kontrol dapat dilaksanakan secara efektif.
Pemilu tahun 1999 yang menghasilkan DPRD yang representatif telah mewakili politik
rakyat daerah, sehingga memiliki kewenangan politik yang sangat otonom. Dalam
konteks otonomi daerah, kekuasaan politik yang dimiliki DPRD tersebut didukung oleh
kedudukan dan fungsi legislatif yang terpisah dari eksekutif. DPRD sebagai badan
legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah (pasal
16 ayat 2 UU no. 22/99). Kewenangan dalam politik yang demikian independen di
daerah, nampaknya tidak memungkinkan lagi terbukanya peluang intervensi kepentingan
pusat atau propinsi dalam proses maupun keputusan politik di daerah, termasuk dalam
proses
2. pemilihan kepala daerah (Gubernur/ Walikota/Bupati). Dengan demikian, dengan melalui
pendelegasian kewenangan politik ini sebagai upaya membangun paradigma baru
Modul Akuntansi Sektor Publik 50
otonomi, diharapkan masalah calon titipan atau pendamping dari pusat yang selama ini
selalu menyertai dalam pemilihan Kepala daerah hanya tinggal cerita.
3. Adanya kewajiban bagi Gubernur, Walikota dan Bupati untuk menyampaikan
pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran akan memperkuat posisi politik
DPRD dalam melaksanakan fungsi kontrolnya. Sehingga, pihak eksekutif akan bekerja
keras untuk tidak melakukan kesalahan sekecil apapun dalam melaksanakan tugasnya.
4. Dalam rangka menuju bangsa yang demokratis seperti yang tersirat dalam UU no. 22/99
ini, kadangkala sering muncul berbagai kasus yang terkesan keluar dari nilai-nilai
demokrasi yang universal seperti isu politik uang atau sejenisnya di daerah. Mudah-
mudahan itu hanya merupakan dampak dari keterkejutan sesaat atas terjadinya perubahan
yang drastis dan global dalam sistem politik. Pada saatnya akuntabilitas publik dari para
aktor politik maupun para birokrat akan menjadi syarat utama yang dituntut masyarakat.
Ketiga
Pendelegasian kewenangan urusan daerah. Dalam konteks UU No. 22/99 pada
prinsipnya bukan merupakan sesuatu yang didelegasikan dari atas seperti pada pemerintahan
orde lalu, melainkan lebih sebagai tuntutan dari bawah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
daerah. Yang menjadi pertanyaan, apakah benar akan demikian kenyataannya pada saat
nanti? Hal ini perlu dibuktikan dan sangat tergantung pada substansi peraturan pemerintah
yang mengatur kewenangan pemerintah dan propinsi yang rencananya akan dikeluarkan pada
bulan (Juli 2000).
Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan rancangan PP yang sedang
disosialisasikan ke daerah, yang pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal
7 dan 9 UU No.22/99 di dalamnya mengatur 26 bidang kewenangan pusat dan propinsi yang
mencakup 426 urusan yang masih menjadi kewenangan pusat dari 203 urusan yang menjadi
kewenangan propinsi. Oleh karena itu, diharapkan urusan-urusan yang dalam PP dirancang
masih menjadi kewenangan pusat atau propinsi tersebut diharapkan tidak menyimpang
(meskipun) melalui berbagai cara apapun) dari maksud otonomi luas dari UU no. 22/99 ini.
Sedangkan di luar kewenangan pusat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 maupun
kewenangan propinsi sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 ayat 1 adalah merupakan
kewenangan kab/kota sebagai daerah otonom untuk mengatur (legislasi) dan kewenangan
untuk mengurusi (eksekusi). Sebagai upaya mengaktualisasikan mengatur (fungsi legislatif),
khususnya dalam menyusun, menetapkan dan mensahkan peraturan daerah sejak
Modul Akuntansi Sektor Publik 51
diberlakukan UU no. 22/99, kewenangan mulai ada pada daerah. Banyak kebijakan bisa
diputuskan dengan cepat dan memungkinkan pelayanan berjalan dengan lebih baik, jika
dimilikinya kewenangan mengatur oleh daerah khususnya kabupaten/kotamadya. Sedangkan
upaya untuk mengaktualisasikan kewenangan mengurus, tentu akan terkait langsung dengan
urusan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah dan tidak termasuk ke dalam urusan
propinsi atau pusat berdasarkan PP. Sehingga diharapkan dengan paradigma baru bahwa
urusan daerah merupakan sesuatu yang harus lahir dari bawah, maka daerah akan menata
ulang kelembagaan maupun SDMnya segera setelah PP tersebut ditetapkan. Seperti
Badan/Dinas/Bagian yang ada saat ini akan disesuaikan dengan urusan yang wajib
dilaksanakan berdasarkan UU No. 22/99 (pasal 11) maupun urusan yang harus dilakukan
sesuai dengan tuntutan nyata daerah. Dengan demikian, akan lebih bijaksana apabila makna
otonomi luas dapat diartikan sebagai kebebasan yang bertanggung jawab untuk memilih dan
menentukan urusan sesuai kebutuhan daerah dan dalam batas-batas kemampuan anggaran
yang tersedia untuk membiayainya. Selanjutnya, otonomi yang luas tidak diartikan bebas
semaunya dan dengan begitu maka daerah akan selalu mempertimbangkan bukan hanya soal
banyak atau sedikitnya urusan yang ditangani, tetapi lebih kepada manfaat (benefit) yang
diperoleh bagi masyarakat daerah tersebut. Diharapkan dari sini akan lahir dan terbangun
akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
dari masyarakat daerah tersebut, membangun visi otonomi daerah yang diinginkan oleh
bangsa ini sulit akan diwujudkan.
Modul Akuntansi Sektor Publik 53
A. PENDAHULUAN
Dokumen Akumtansi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke dalam jurnal dan
buku pembantu. Karena akuntansi hanya mencatat objek yang timbul akibat transaksi yang
sah maka tidak ada transaksi tanpa bukti transaksi. Adanya bukti transasksi inilah yang
memicu pencatatan akuntansi. Setiap transaksi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke
dalam jurnal dan buku pembantu. Setiap transaksi harus disertai dengan dokumen atau bukti
transaksi yang sah.
Dokumen transaksi terdiri atas:
1. Bukti Penerimaan Kas
Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya
penerimaan kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
penerimnaan kas. Bukti penerimaan kas dapat berupa:
a. Surat Tanda Setoran
b. Tanda Bukti Penerimaan
c. Rekap Penerimaan Hariian
d. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah
2. Bukti Pengeluaran Kas
Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya
pengeluaran kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa:
a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
b. Surat Perintah Membayar (SPM)
c. Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
d. Tanda Bukti Pengeluaran
e. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah
3. Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum
Modul Akuntansi Sektor Publik 54
B. CATATAN AKUNTANSI
Catatan akuntansi merupakan bagian dari siklus akuntansi keuangan daerah. Catatan
akuntansi tersebut digunakan untuk mencatat segala macam transaksi yang terjadi di
lingkungan Pemerintah Daerah. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry
berdasarkan basis Kas Modifikasian. Sistem double entry menggantikan sistem single entry.
Sistem singe entry ditinggalkan karena
1. Single entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif
2. Tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya
3. Single entry telah ditinggalkan oleh banyak negar-negara maju.
Sistem double entry merupakan sistem pembukuan berpasangan, dimana dalam setiap
pencatatan transaksi maka kita akan mencatat dua hal yang terpengaruh dengan adanya
transaksi tersebut. Pencatatan ini dikenal dengan sistem debit-kredit.
Sistem double entry digunakan sebab memiliki keuntungan
1. Sistem double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah diaudit
dan penelusuran antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan
ekuitas organisasi
2. Pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehensif.
Sedangkan basis kas modifikasian berarti pencatatan hanya dilakukan hanya terhadap
transaksi yang melibatkan kas, sedangkan transaksi yang tidak ada penerimaan atau
pengeluaran kas dicatat diakhir periode dalam jurnal penyesuaian. Dengan basis kas
modifikasian, pencatatan anggaran menggunakan basis kas, sedangkan untuk menghasilkan
laporan neraca di akhir periode akuntansi digunakan basis akrual.
Modul Akuntansi Sektor Publik 55
C. ATURAN DEBIT-KREDIT
Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-kredit. Aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
Jenis Rekening Bertambah Berkurang
Aktiva D K
Utang K D
Modal K D
Pendapatan K D
Biaya D K
Klasifikasi rekening diatas adalah untuk rekening umum yang terdapat dalam neraca.
Sedangkan untuk aturan debit-kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut:
Struktur APBD Bertambah Berkurang
Pendapatan K D
Belanja D K
Pembiayaan K D
Penerimaan Derah K D
Pengeluaran Daerah D K
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan utnuk melakukan pencatatan:
a. Analisis transaksi
b. Pencatatan dalam Jurnal
c. Peringkasan (posting ke Buku Besar)
d. Perincian ke dalam buku pembantu
e. Laporan Keuangan
Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk membuat
laporan keuangan.
Dengan adanya pencatatan dengan sistem double entry tersebut, maka sangat tidak
efisien untuk mencatat transaksi yang berulang kali. Sehingga dibuat jurnal khusus yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi berulang-ulang dengan tujuan mengurangi
pekerjaan dalam membuat jurnal dan akan memudahkan pembukuan ke rekening-rekening.
Modul Akuntansi Sektor Publik 56
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umumnya berupa:
1. Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah
2. Penerimaan Kas dari penerimaan dana perimbangan
3. Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah
4. Penerimaan Kas dari pinjaman
5. Penerimaan Kas dari tagihan piutang
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar
penerimaan kas adalah:
Debit : Kas
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek)
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek)
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek)
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening yang
terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi. Buku Jurnal
Pengeluaran Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran
kas, misalnya adalah pengeluaran kas untuk belanja.
Modul Akuntansi Sektor Publik 57
Seperti halnya Jurnal Penerimaan Kas, transaksi pengeluaran kas juga terjadi
berulangkali. Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal
adalah:
1) Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
2) Jumlah Kas yang Diterima
3) Obyek Pengeluaran Kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara lain:
1. Pengeluaran Kas untuk belanja adminstrasi umum
2. Pengeluaran Kas untuk belanja operasi
3. Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur
4. Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik
5. Pengeluaran Kas untuk belanja transfer
6. Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka
7. Pengeluaran Kas untuk pembayaran hutang pokok
8. Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut, Jurnal
Standar Pengeluaran Kas adalah:
Debit : Belanja Administrasi Umum ( ditulis nama obyek)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan ( ditulis nama obyek)
Belanja Modal aparatur ( ditulis nama obyek)
Belanja modal Publik ( ditulis nama obyek)
Belanja Transfer ( ditulis nama obyek)
Belanja Tdak Tersangka ( ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Pembayaran Hutang ( ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Penyertaan Modal ( ditulis nama obyek)
Kredit : Kas
c. Jurnal Umum
Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi
yang melibatkan Kas Daearah. Untuk transaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah,
dicatat dalam satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.
Modul Akuntansi Sektor Publik 58
Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya
penerimaan dan pengeluaran kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan
pembelian barang secara kredit.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
Kode Rekening
Uraian
Jumlah Debit
Jumlah Kredit
Disamping itu, buku jurnal umum dapat dirancang utnuk menampung data lain sesuai
dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk penggolangan dan perincian transaki digunakan 2 buku, yaitu:
A. Buku Besar
Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal kemudian akan diringkas
dalam buku besar. Proses peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar
disebut dengan posting.
Buku besar pada dasarnya terdiri dari sekumpulan rekening yang digunakan
untuk menmpung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku
Jurnal. Jenis dan macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam
struktur APBD yang baru, yaitu:
1. Buku Besar Pendapatan
Buku Besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya
dirinci lagi sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah:
1) buku besar Pajak Hotel
2) buku besar Pajak Restoran
3) buku besar Retribusi Pelayanan Kesahatan
4) buku besar Pelayanan Parkir
b. Dana Perimbangan
1) buku besar bagi Hasil Pajak
Modul Akuntansi Sektor Publik 59
Berikut ini adalah neraca awal (neraca Saldo) dan APBD suatu Kabupaten:
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
N E R A C A
1 Januari Tahun 2016
URAIAN DEBET KREDIT
AKTIVA LANCAR
Kas 1.250.000,00
Piutang Pajak 125.000,00
Piutang Retribusi 75.000,00
Piutang Lain-Lain 35.000,00
Persediaan Bahan Habis Pakai/Material 100.000,00
Persediaan Obat-Obatan 110.500,00
Belanja Dibayar Dimuka
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Jangka Panjang 500.000,00
AKTIVA TETAP
Tanah 4.250.000,00
Jalan dan Jembatan 1.975.000,00
Bangunan Air 800.500,00
Gedung 3.750.000,00
Mesin dan Peralatan 550.000,00
Kendaraan 2.600.000,00
Meubelair dan Perlengkapan 975.000,00
Buku Perpustakaan 490.500,00
HUTANG JANGKA PENDEK
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 200.000,00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 750.000,00
UTANG JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri 2.800.000,00
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Umum 13.836.500,00
Jumlah 17.586.500,00 17.586.500,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 62
Modul Akuntansi Sektor Publik 63
Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi di PemKab X selama tahun 2016:
1. Diterbitkan SKPD atas Pajak Hotel sebesar Rp 1.600.000,00, tetapi baru diterima
sebesar Rp 1.475.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
2. Retribusi Pasar yang diterima sebesar Rp 825.500,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Pasar Penerimaan Retribusi
Pasar A 400.000
Pasar B 200.000
Pasar C 225.500
Diminta:
Diasumsikan bahwa Anda bekerja di bagian Sub. Bag Pembukuan. Bagaimanakah pencatatan
transaksi-transaksi di atas dengan menggunakan sistem double entry dengan sistem
pencatatan kas modifikasian dengan mengerjakan tahapan pekerjaan sebagai berikut:
a. Analisislah transaksi di atas dan bukukanlah ke dalam buku Jurnal Penerimaan Kas,
Jurnal Pengeluaran Kas, dan Jurnal Umum.
b. Postinglah ke Buku Besar sesuai dengan akunnya masing-masing.
c. Buatlah Neraca Saldo.
d. Buatlah Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari:
1. Laporan Perhitungan APBD
2. Laporan Aliran Kas.
3. Neraca Daerah.
Modul Akuntansi Sektor Publik 65
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
JURNAL PENGELUARAN KAS
( Dalam jutaan )
Jumlah Akumulasi
Tanggal Kode.Rek Uraian Ref
( Rp) ( Rp)
Transaksi
6 2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 280.500,00 280.500,00
8 2.XX.XXXX.1.1.03. 1 Gaji dan Tunjangan Pegawai V 445.500,00 726.000,00
2.XX.XXXX.1.1.03. 2 Gaji dan Tunjangan Pegawai V 260.000,00 986.000,00
9 2.XX.XXXX.1.2.01. 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 200.000,00 1.186.000,00
10 2.XX.XXXX.1.4.01 1 Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung V 125.000,00 1.311.000,00
11 2.XX.XXXX.3.9.01 1 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 467.000,00 1.778.000,00
2.XX.XXXX.3.9.01 2 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 472.500,00 2.250.500,00
12 2.XX.XXXX.2.1.01 1 Honorarium/Upah V 200.000,00 2.450.500,00
2.XX.XXXX.2.2.03 1 Biaya Cetak dan Penggandaan V 149.000,00 2.599.500,00
2.XX.XXXX.2.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 120.500,00 2.720.000,00
2.XX.XXXX.2.4.02 1 Biaya Pemeliharaan Alat-Alat Angkutan V 174.500,00 2.894.500,00
13 2.XX.XXXX.1.2.01 2 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 100.000,00 2.994.500,00
14 2.XX.XXXX.1.3.01 2 Biaya Perjalanan Dinas V 155.000,00 3.149.500,00
15 2.XX.XXXX.1.1.03 2 Gaji dan Tunjangan Pegawai Daerah V 199.000,00 3.348.500,00
2.XX.XXXX.1.2.05 2 Biaya Makanan dan Minuman Kantor V 150.000,00 3.498.500,00
2.XX.XXXX.1.3.01 2 Biaya Perjalanan Dinas V 125.000,00 3.623.500,00
2.XX.XXXX.1.4.03 2 Biaya Pemeliharaan Instalasi V 74.000,00 3.697.500,00
16 2.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka V 200.000,00 3.897.500,00
18 3.XX.XXXX.2.4 Pembiayaan - Pembayaran Utang Pokok V 200.000,00 4.097.500,00
21 2.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka V 50.000,00 4.147.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
Modul Akuntansi Sektor Publik 67
JURNAL UMUM
Kode Rekening Debet Kredit
Tanggal Uraian Ref
(Ayat/Pasal) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
Penyesuaian APBD
1 4.XX.XXXX.1.04 Piutang Pajak V 125.000,00
1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel V 125.000,00
2 4.XX.XXXX.1.10 Belanja Dibayar Dimuka V 10.000,00
2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 10.000,00
3 2.XX.XXXX.1.2.01. 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 95.000,00
5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga 95.000,00
4 2.XX.XXXX.3.6.01 1 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 33.000,00
2.XX.XXXX.3.6.01 2 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 22.000,00
5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga V 55.000,00
5 2.XX.XXXX.1.2.01 2 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 25.000,00
5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga V 25.000,00
6 2.XX.XXXX.2.2.01 2 Biaya Bahan/Material V 50.500,00
Persediaan Obat-Obatan V 50.500,00
7 2.XX.XXXX.1.2.01 1 Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V 75.000,00
Persediaan Bahan Habis Pakai V 75.000,00
3.XX.XXXX.2.4 Pembiayaan Sisa Lebih Perhit Th Berjalan V 802.500,00
6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum V 802.500,00
Penyesuaian Neraca
4.XX.XXXX.3.9 Kendaraan V 994.500,00
2.XX.XXXX.3.9.01 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V 994.500,00
5.XX.XXXX.1.1 Hutang 200.000,00
3.XX.XXXX.2.3 Pembiyaan-Pembayaran Hutang Pokok 200.000,00
3.XX.XXXX.1.3 Pembiyaan-Penerimaan Pinjaman 274.500,00
5.XX.XXXX.2.1 Hutang Jk Panjang-Dalam Negeri 274.500,00
Jurnal Penutup
1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel 1.600.000,00
1.XX.XXXX.1.2.08 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar 825.500,00
1.XX.XXXX.2.2.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum 850.000,00
1.XX.XXXX.2.1.01 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 440.000,00
1.XX.XXXX.1.3.01 Bagian Laba Perusda 300.000,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 68
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : PIUTANG PAJAK Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.4
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 125.000,00
1 penyesuaian 125.000,00 250.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
Modul Akuntansi Sektor Publik 70
BUKU BESAR
Nama : PIUTANG RETRIBUSI Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.5
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 75.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : PIUTANG LAIN-LAIN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.8
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 35.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : PERSEDIAAN BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.9
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
Saldo Awal 100.000,00
7 Penyesuaian 75.000,00 25.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Sektor Publik 71
PERSEDIAAN OBAT-
Nama : OBATAN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.9.1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
Saldo Awal 110.500,00
7 Penyesuaian 50.500,00 60.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
BELANJA DIBAYAR
Nama : DIMUKA Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.10
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
Penyesuaian Neraca 10.000,00 10.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
INVESTASI JANGKA
Nama : PANJANG Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 500.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Sektor Publik 72
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
JALAN DAN
Nama : JEMBATAN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 1.975.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BANGUNAN AIR Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.3
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 800.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : GEDUNG Hal…………
Modul Akuntansi Sektor Publik 73
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : MESIN & PERALATAN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.8
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 550.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : KENDARAAN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.9
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 2.600.000,00
11 Penyesuaian Neraca 994.500,00 3.594.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : MEUBELAIR DAN PERLENGKAPAN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.12
Modul Akuntansi Sektor Publik 74
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 975.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BUKU PERPUSTAKAAN Hal…………
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.16
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 490.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BAGIAN LANCAR UTANG JK. PANJANG Hal…………
Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.1.1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 200.000,00
Penyesuaian Neraca 200.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : UTANG PERHITUNGAN PIHAK KE-3 Hal…………
Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.1.2
Modul Akuntansi Sektor Publik 75
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : UTANG LUAR NEGERI Hal…………
Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.2.2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 2.800.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : EKUITAS DANA UMUM Hal…………
Kode. Rek. : 6.XX.XXXX.1
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo
Modul Akuntansi Sektor Publik 76
Rp Rp Rp
SALDO AWAL 13.836.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : PAJAK HOTEL Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.1.01
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
1 Kas 1.475.000,00 1.475.000,00
Penyesuaian 125.000,00 1.600.000,00
Penutupan 1.600.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
RETRIBUSI PELAYANAN
Nama : PASAR Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.2.08
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
2 Kas 825.500,00 825.500,00
Penutupan 825.500,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
BAGIAN LABA
Nama : PERUSDA Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.3.01
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo
Modul Akuntansi Sektor Publik 77
Rp Rp Rp
5 Kas 300.000,00 300.000,00
Penutupan 300.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : DANA ALOKASI UMUM Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.2.01
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
3 Kas 850.000,00 850.000,00
Penutupan 850.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BAGI HASIL PAJAK PROPINSI Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.4.01
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
7 Kas 700.000,00 700.000,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 78
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BG.HASIL BUKAN PJK Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.1.02
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
17 Kas 250.000,00 250.000,00
Penutupan 250.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.1.03 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
8 Kas 445.500,00 445.500,00
Penutupan 445.500,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : HONORARIUM Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.2.1.01 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
12 Kas 200.000,00 200.000,00
Penutupan 200.000,00 0,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 79
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BIAYA BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.2.01 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
9 Kas 200.000,00 200.000,00
Penyesuaian APBD 95.000,00 295.000,00
Penyesuaian APBD 75.000,00 370.000,00
Penutupan 370.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BIAYA CETAK DAN PENGGANDAAN Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.2.2.03 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
12 Kas 149.000,00 149.000,00
Penutupan 149.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BIAYA PEMELIHARAAN GEDUNG Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.4.01 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
10 Kas 125.000,00 125.000,00
Penutupan 125.000,00 0,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 80
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BIAYA PERJALANAN DINAS Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.3.01 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
6 Kas 280.000,00 280.000,00
12 Kas 120.500,00 400.500,00
Penyesuaian Neraca 10.000,00 390.500,00
Penutupan 390.500,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.2.4.02 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
12 Kas 174.500,00 174.500,00
Pentupan 174.500,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BELANJA MODAL KEND. RODA 2 Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.06 1
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
Penyesuaian APBD 33.000,00 33.000,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 81
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.1.03 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
8 Kas 260.000,00 260.000,00
15 Kas 199.000,00 459.000,00
Penutupan 459.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
BIAYA BAHAN HABIS
Nama : PAKAI Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.2.01 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
13 Kas 100.000,00 100.000,00
Penyesuaian APBD 25.000,00 125.000,00
Penutupan 125.000,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 82
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BIAYA PERJALANAN DINAS Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.3.01 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
14 Kas 155.000,00 155.000,00
15 Kas 125.000,00 280.000,00
Penutupan 280.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Biaya Makanan dan Minuman
Nama : Kantor Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.2.05 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
15 Kas 150.000,00 150.000,00
Penutupan 150.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : Biaya Pemeliharaan Instalasi Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.1.4.03 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
15 Kas 74.000,00 74.000,00
Penutupan 74.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
Modul Akuntansi Sektor Publik 83
BUKU BESAR
Nama : BELANJA MODAL KENDARAAN RODA 2 Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.6.01 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
11 Kas 27.500,00 27.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BELANJA MODAL ANGKT. DARAT BERMOTOR Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.3.9.01 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
11 Kas 472.500,00 472.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama : BELANJA TAK TERSANGKA Hal…………
Kode. Rek. : 2.XX.XXXX.5.1 2
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
16 Kas 200.000,00 200.000,00
21 Kas 50.000,00 250.000,00
Penutup 250.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
Modul Akuntansi Sektor Publik 84
BUKU BESAR
PEMBIAYAAN - PENERIMAAN PINJAMAN DAN
Nama : OBLIGASI Hal…………
Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.1.3
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
19 Kas 150.000,00 150.000,00
20 Kas 124.500,00 274.500,00
Penyesuaian 274.500,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Hal…………
PEMBIAYAAN - PEMBAYARAN UTANG POKOK YG JATUH
Nama : TEMPO
Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.2.3
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
18 Kas 200.000,00 200.000,00
Penyesuaian Neraca 200.000,00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Hal…………
Nama : PEMBIAYAAN- SISA LEBIH ANGGARAN TAHUN BERJALAN
Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.2.4
Debet Kredit Saldo
Tanggal Uraian Ref
Rp Rp Rp
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Sektor Publik 85
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LAPORAN ALIRAN KAS
31 Desember 2017
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Kenaikan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank (135.000,00)
Penurunan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank 125.500,00
Kenaikan Hutang Lancar 175.000,00
Penurunan Hutang Lancar (200.000,00)
Jumlah Arus Kas Dari Aktivitas Operasi (34.500,00)
Arus Kas Dari Aktivitas Penyertaan
Kenaikan Penyertaan Modal Jangka Panjang
Penurunan Penyertaan Modal Jangka Panjang
Kenaikan Aktiva Tetap (994.500,00)
Penurunan Aktiva Tetap
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Penyertaan (994.500,00)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Kenaikan Hutang Jangka Panjang 274.500,00
Penurunan Hutang Jangka Panjang
Kenaikan Dana Cadangan
Penurunan Dana Cadangan
Kenaikan Ekuitas 1.722.000,00
Penurunan Ekuitas
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 1.996.500,00
Total Arus Kas 967.500,00
Sisa Kas Awal Tahun Anggaran 1.250.000,00
Sisa Kas Akhir Tahun Anggaran 2.217.500,00
Modul Akuntansi Sektor Publik 88
PEMERINTAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA X
NERACA
31 Desember Tahun 2017
AKTIVA PASIVA
HUTANG JANGKA
AKTIVA LANCAR PENDEK
Bagian Lancar Utang Jangka
Kas 2.217.500 Panjang -
AKTIVA TETAP
Tanah 4.250.000
Gedung 3.750.000
Kendaraan 3.594.500