Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MEMAHAMI KONSEP BERIMAN,BERTAKWA KEPADA TUHAN


YANG MAHA ESA,DAN BERAKHLAK MULIA DAN PENERAPANNYA
DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DI SEKOLAH
DASAR

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Putri Jaya Siregar
2. Aminnudin
Tanjung
3. Indah Permata

Dosen Pengampuh Rani

Kasuma Ningtyas, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN (IPTS)
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa


atas ridho dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini dengan usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Terimakasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terimakasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya
makalah ini, Ayah Ibu, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan
telah membantu kelompok kami.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat
manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran kelompok
kami, kami harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Padangsidimpuan, November 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Konsep Dasar Akhlak Beragama.........................................................3
B. Konsep Dasar Akhlak Pribadi..............................................................7
C. Konsep Dasar Akhlak Kepada Manusia .............................................8
D. Konsep Dasar Akhlak Kepada Alam...................................................9
E. Konsep Dasar Akhlak Bernegara.........................................................11

BAB III PENUTUP........................................................................................13


a. Kesimpulan..........................................................................................13
b. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan warga Negara dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat,
beberapa konsep yang terkait dengan kedudukan warga negaraantara lain
warga Negara, orang asing, rakyat, penduduk, dankewarganegaraan. Negara
juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatusistem atau aturan yang
berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independent.
Syarat primer sebuah negara adalah memilikirakyat, memiliki wilayah dan
memiliki pemerintahan yang berdaulat.Sedangkan syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari negara lain.Dalam kewarganegaraan tercipta ikatan
antara individu dan Negara.Individu secara politis dan yuridis merupakan
anggota penuh dari Negara dan berkewajiban untuk setia kepada Negara.
Sebaliknya Negara berkewajibanmelindungi warga negaranya. Akibatnya
terjadilah suatu ikatanantara individu dengan Negara. Individu merupakan
anggota penuh secara pilitik dalam Negara dan berkewajiban untuk tetap setia
kepada Negara( permanence of alligient ) sedangkan Negara berkewajiban
untuk melindungiindividu-individu tersebut dimanapun mereka berada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Akhlak Beragama?
2. Bagaimana Konsep Dasar Akhlak Pribadi?
3. Bagaimana Konsep Dasar Akhlak Kepada Manusia?
4. Bagaimana Konsep Dasar Akhlak Kepada Alam?
5. Bagaimana Konsep Dasar Akhlak Bernegara?

1
C. Tujuan
1. Mahasiswa Memahami Konsep Dasar Akhlak Beragama.
2. Mahasiswa Memahami Konsep Dasar Akhlak Pribadi.
3. Mahasiswa Memahami Konsep Dasar Akhlak Kepada Manusia.
4. Mahasiswa Memahami Konsep Dasar Akhlak Kepada Alam.
5. Mahasiswa Memahami Konsep Dasar Akhlak Bernegara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Akhlak Beragama

Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan
yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses
menerapkan aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah
kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat.

Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak
memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih
didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni
sikap dan perilaku seseorang.

Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa


kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan
akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat.

Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata
untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari
22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab,
kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah
aqidahnya mantap.

Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan
akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu. Tujuan dari kajian
tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang baik
tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya
memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia
dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan dapat
memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat
dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang ditekuninya di kehidupannya kelak
di tengah masyarakat.

3
Pengertian Akhlak, Secara etimologi, istilah Akhlak berasal dari bentuk
jamak khuluk yang berarti watak, tabiat, perangai dan budi pekerti. Imam al-
Ghazali memberi batasan khuluk sebagai : “Khuluk adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa
pertimbangan dan pemikiran mendalam”. Dari pengertian ini, suatu perbuatan
dapat disebut baik jika dalam melahirkan perbuatan-perbuatan baik itu
dilakukan secara spontan dan tidak ada paksaan atau intervensi dari orang lain.

Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menjelaskan bahwa


“khuluk ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan
tanpa pertimbangan dan pemikiran”. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa
gerak jiwa meliputi dua hal. Pertama, alamiah dan bertolak dari watak seperti
adanya orang yang mudah marah hanya karena masalah sepele atau tertawa
berlebihan karena mendengar berita yang tidak memprihatinkan.

Kedua, keadaan jiwa yang tercipta melalui kebiasaan, atau latihan. Pada
awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipikirkan dan dipertimbangkan,
namun pada tahapan selanjutnya keadaan tersebut menjadi satu karakter yang
melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak.Oleh karena itu,
pendidikan akhlak sangat diperlukan untuk mengubah karakter manusia dari
keburukan ke arah kebaikan. Hubungan antara Akidah dengan Akhlak Sesuai
dengan pengertian di atas, akhlak merupakan manifestasi iman, Islam dan
Ikhsan sebagai refleksi sifat dan jiwa yang secara spontan dan terpola pada diri
seseorang sehingga melahirkan perilaku yang konsisten dan tidak tergantung
pada pertimbangan berdasarkan keinginan tertentu.

Semakin kuat dan mantap keimanan seseorang, semakin taat beribadah


maka akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan demikian, akhlak tidak dapat
dipisahkan dengan ibadah dan tidak pula dapat dipisahkan dengan akidah
karena kualitas akidah akan sangat berpengaruh pada kualitas ibadah yang
kemudian juga akan sangat berpengaruh pada kualitas akhlak.

4
Akidah dalam ajaran Islam merupakan dasar bagi segala tindakan
muslim agar tidak terjerumus kedalam perilaku-perilaku syirik. Syirik disebut
sebagai kezaliman karena perbuatan itu menempatkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya. Oleh
karena itu muslim yang baik akan menjaga segala ryang memiliki akidah yang
benar, ia akan mampu mengimplementasikan tauhid itu dalam bentuk akhlak
yang mulia (akhlakul karimah).

Allah berfirman dalam surat Al-An’am (06) : 82 yang artinya : Orang-


orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Orang yang mendapat petunjuk adalah mereka yang tahu bersyukur,


sehingga perbuatan mereka senantiasa sesuai dengan petunjuk Allah. Inilah
yang dimaksud dengan akhak mulia. Dengan demikain ada hubungan yang
amat erat antara akidah dengant akhlak, bahkan keduanya tidak dapat
dipisahkan.

Sumber Akhlak, Pembicaraan tentang Akhlak berkaitan dengan


persoalan nilai baik dan buruk. Oleh karena itu ukuran yang menjadi dasar
penilaian tersebut harus merujuk pada nilai-nilai agama Islam. Dengan
demikian, ukuran baik buruknya suatu perbuatan harus merujuk pada norma-
norma agama, bukan sekedar kesepakatan budaya. Kalau tidak demikian,
norma-norma akan berubah seiring dengan perubahan budaya, sehingga sesuatu
yang baik dan sesuai dengan agama bisa jadi suatu saat dianggap buruk pada
saat bertentangan dengan budaya yang ada.

Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Fenomena ini telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an
surat al-Qalam (4) yang artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga
diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat ditanya tentang akhlak Nabi. Saat itu Aisyah

5
berkata : “Akhlak Nabi adalah Al Qur’an”. Demikian juga disebutkan dalam Al
Qur’an surat Al Ahzab (33) : 21.

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dengan demikian
bagi umat Islam, untuk menunjuk siapa yang layak dicontoh tidak perlu sulit
sulit, cukuplah berkiblat kepada akhlak yang ditampilkann oleh Rasulullah
SAW.

Dalam sebuah hadis dinyatakan : “orang-orang mukmin yang paling sempurna


imannya adalah yang paling baik budi pekertinya” (HR. Ahmad dari Abu
Hurairah). Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh at Turmudzi dari Jabir
r.a., Rasulullah menyatakan : “Sungguh di antara yang paling aku cintai, dan
yang paling dekat tempat duduknya dengan aku kelak pada hari kiamat adalah
orang yang paling baik akhlaknya diantara kamu”.

Merujuk pada paparan di atas, sumber akhlak bagi setiap muslim jelas termuat
dalam Al Qur’an dan hadis Nabi. Selain itu, sesuai dengan hakekat
kemanusiaan yang dimilikinya, manusia memiliki hati nurani (qalbu) yang
berfungsi sebagai pembeda antara perbuatan baik dan buruk. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Wabishah
tatkala beliau bertanya tentang kebaikan (al-birr) dan dosa (al-itsm) dalam
dialog seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagai berikut :

“Hai Wabishah, bertanyalah kepada hatimu sendiri, kebaikan adalah sesuatu


yang jika kamu lakukan, jiwamu merasa tentram, sedang dosa adalah sesuatu
yang jika kamu lakukan, jiwamu bergejolak dan hatimu pun berdebar debar
meskipun orang banyak memberi tahu kepadamu (lain dari yang kamu
rasakan).”

Berkaitan dengan hati nurani, muncul persoalan, dapatkah dijamin bahwa hati
nurani selalu dominan dalam jiwa manusia sehingga suaranya selalu didengar,
mengingat dalam diri manusia terdapat dua potensi yang selalu

6
bertolak belakang yaitu potensi yang mengarah kepada kebaikan (taqwa) dan
potensi yang mengarah pada keburukan (al-fujur), dimana kekuatan yang lebih
menonjol tentunya menjadi dominan dalam mempengaruhi keputusan suatu
persoalan.

Oleh karena itu, agar hati nurani seorang muslim selalu dalam kondisi kepada
kebaikan, maka ia harus selalu disucikan. Seorang muslim perlu menjaga
rutinitas dan kontinuitas ibadah, berusaha untuk selalu mendekatkan diri
(taqarub) kepada Allah, membaca sejarah orang orang terdahulu serta selalu
berusaha untuk saling menasehati dengan sesamanya.
B. Konsep Dasar Akhlak Pribadi

Akhlak menurut kamus Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai


tingkah laku atau tabiat.Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak
adalah kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada
padanya.

Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya


disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri
baik secara jasmani maupun secara rohani.

Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya


disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri
baik secara jasmani maupun secara rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada
dua macam yaitu akhlak pribadi yang baik dan akhlak pribadi yang buruk.
Aklak pribadi yang baik misalnya sidiq, iffah, amanah, mujahadah, istiqomah,
saj’ah, tawadhu, malu, dan lain sebagainya. Akhlak pribadi yang buruk
misalnya suka berbohong, berkhianat, pantang menyerah tidak tau mali dan
lain sebagainya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara
lain, faktor intern yaitu faktor yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor
ekstern yaitu faktor dari luar baik dari keluarga, kelpompok, sahabat ataupun
masyarakat. Oleh karena itu agar sifat pribadi seseorang muslim selalu

7
terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk baik
diantaranya sebagai berikut : Akidah (Keyakinan) Yang Benar, Berdo’a kepada
Allah SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi Diri ), Tafakkur
(Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak negatif dari
akhlak tercela , Jangan Pernah Berputus asa, Bercita - cita yang Tinggi, Berpaling
dari orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain sebagainya.

C. Konsep Dasar Akhlak Kepada Manusia


Seorang muslim tidak cukup sekadar membangun hubungan baik dengan Allah
SWT. atau Hablum minallah saja, tetapi juga harus membangun hubungan baik
dengan sesama manusia atau Hablum minanas. Akhlaq terhadap sesama manusia
dikatakan juga sebagai akhlaq sosial. Akhlak kepada sesama manusia mempunyai
arti sikap atau perilaku baik terhadap sesama manusia. Dalam hal ini yaitu suatu
perilaku yang baik dalam berhubungan dan berkomunikasi kepada sesama manusia
di kehidupan sehari-hari. Akhlaq kepada sesama manusia diantaranya yaitu sebagai
berikut:
a) Akhlaq terhadap keluarga atau orang tua
Sebagai seorang muslim, wajib untuk mentaati dan menghormati kedua orang
tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepadanya,
berperilaku sopan santun. sesama manusia di kehidupan sehari-hari.
b) Akhlaq terhadap guru
Akhlaq mulia kepada guru yaitu berperilaku dan bersikap baik terhadap guru.
Sikap dan perilaku baik terhadap guru dapat dilakukan dengan menghormatinya,
berlaku sopan kepadanya, mematuhi perintah-perintahnya, baik di hadapannya
maupun di belakangnya, karena guru merupakan seseorang yang telah berjasa
memberi ilmu dan pendidikan akhla kepada kita
c) Akhlaq terhadap masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan bantuan dari orang lain dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam berinteraksi dengan sesama
manusia, harus mempunyai akhlak sosial yang baik. Akhlaq

8
terhadap masyarakat dalam menjalani kehidupan sosial diantaranya yaitu
dengan memuliakan tamu, menjaga silaturahmi, gotong royong, tolong
menolong, bersikap adil, bertanggungjawab, hidup rukun, bermusyawarah
yang berlandaskan Al-Qur"an dan Hadis. Dan pada dasarnya setiap muslim
dan sesama manusia adalah harus saling bersaudara.
Akhlaq terhadap sesama makhluk hidup dan semesta Selain harus
mempunyai akhlaq terhadap sesama manusia, sebagai manusia juga harus
mempunyai akhlaq yang baik terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Yang
dimaksud dengan sesama makhluk atau semesta disini adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar manusia, seperti baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlaq yang diajarkan Al-qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di bumi. Binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah
SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan
kepada-Nya.Jadi, dalam hal ini kita sebagai manusia harus senantiasa
menjaga lingkungan sekitar dan tidak merusaknya.

D. Konsep Dasar Akhlak Kepada Alam


Akhlak kepada alam adalah perilaku atau perbuatan kita terhadap alam,
yaitu manusia atau diri kita sendiri maupun orang lain tidak diperbolehkan
memanfaatkan sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara
besar-besaran, sehingga timbul ketidakseimbangan alam dan kerusakan
bumi.
Akhlak terhadap alam adalah perihal harus bagaimana
umat muslim memperlakukan alam. Sama halnya manusia, alam juga
merupakan ciptaan Allah SWT. Sama-sama ciptaan Allah, manusia harus
berbuat seperti apa? Tidak sedikit orang yang mempertanyakan hal tersebut.
Seperti yang kita ketahui, Allah SWT memberikan alam agar kita bisa
bertahan hidup. Sebagai contohnya, Allah menumbuhkan sayur-sayuran dan
pohon.
Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki kewajiban untuk menjaga
keseimbangan alam. Dunia yang menjadi tempat tinggal manusia beserta
isinya sama-sama makhluk Allah yang selalu memuji asma-Nya. Merusak
alam 9
berarti secara tidak langsung akan merusak kehidupan manusia karena manusia
sangat bergantung pada alam. Akhlak kepada alam berarti tingkah laku kita
kepada lingkungan sekitar, bagaimana kita bisa menjaga apa yang ada disekitar
kita baik berupa hewan,tumbuh-tumbuhan, gunung, sungai dan lain sebagainya.
Bahkan secara lebih luas, akhlak kepada alam berarti bagaimana cara kita
berbuat baik kepada seluruh ciptaan Allah yang ada di alam semesta.
Pada intinya, manusia membutuhkan lingkungan bersih, sehat, udara segar, air
bersih, dan keselamatan dari berbagai bencana maupun penyakit. Mengapa
kepada alam saja kita harus mengutamakan akhlak? Ingatlah bahwasanya Nabi
Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itu berarti akhlak
merupakan inti serta tujuan dalam agama Islam. Akhlak menjadi misi yang tidak
terbatas pada nilai sopan santun kepada orang tua ataupun orang yang harus
dihormati.
Lingkup akhlak sangatlah luas. Mencakup habluminallah, habluminannas, dan
akhlak kepada seluruh alam juga isinya. Akhlak terhadap alam lainnya yakni
tidak mencemari air laut. Alam bukan hanya terdiri dari daratan saja, tetapi juga
lautan. Indonesia merupakan salah satu negara yang bagian perairannya lebih
banyak daripada daratan sehingga disebut sebagai negara maritim. Laut juga
bisa memberikan manusia kehidupan. Dengan memanfaatkan hasil tangkapan
laut, manusia bisa makan, mendapatkan uang, dan memanfaatkan untuk
kepentingan lainnya.
Akhlak terhadap alam yang harus kita lakukan selanjutnya adalah menjaga
kebersihan. Agama Islam mengajarkan bahwasanya kebersihan merupakan
sebagian dari iman. Sudah menjadi kewajiban bagi kita menjaga semua yang
Allah berikan. Kebersihan sendiri merupakan pangkal dari kesehatan. Kita juga
harus tetap menjaga keindahan alam sekitar. Karena sesungguhnya Allah itu
indah dan mencintai keindahan. Jadi, bukan hanya kebersihan saja yang harus
kita perhatikan, melainkan juga keindahannya.
Akhlak terhadap lingkungan ini harus disadari oleh setiap umat muslim. Tidak
hanya sebagian dari mereka, tetapi secara menyeluruh. Dengan demikian, berarti
kita juga ikut menjalankan misi dari Rasulullah SAW untuk menyempurnakan
akhlak.

10
E. Konsep Dasar Akhlak Bernegara

Sesungguhnya , akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental
yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang
bersifat tetap, natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor
kehidupan manusia, maka perintah beramal shalih pun mencakup semua sektor
kehidupan manusia.

Tentunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak


bernegara ini untuk membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya
akan menggoda iman kita , dalam melaksanakan bakti kita kepada negara.
1. Musyawarah

Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Memang ,


musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang paling baik
disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa tanggung jawab bersama .
Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal
penting yaitu , mengambil kesimpulan yang benar , mencari pendapat , menjaga
kekeliruan , menghindari celaan , menciptakan stabilitas emosi , keterpaduan hati ,
mengikuti atsar.
2. Perilaku Adil

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia


berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan
ada yang khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl 16:90) Sedangkan yang bersifat
khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (QS. An-Nisa’ 4: 58);
adil dalam

11
mendamaikan conflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil terhadap musuh (QS. Al-
Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3 dan 129); dan adil
dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan
yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses
menerapkan aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah
kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat.
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya
disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri
baik secara jasmani maupun secara rohani.
Akhlaq terhadap sesama manusia dikatakan juga sebagai akhlaq sosial. Akhlak
kepada sesama manusia mempunyai arti sikap atau perilaku baik terhadap
sesama manusia.
Akhlak kepada alam adalah perilaku atau perbuatan kita terhadap alam, yaitu
manusia atau diri kita sendiri maupun orang lain tidak diperbolehkan
memanfaatkan sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar-
besaran, sehingga timbul ketidakseimbangan alam dan kerusakan bumi.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak
bernegara ini untuk membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya
akan menggoda iman kita , dalam melaksanakan bakti kita kepada negara.

13
B. Saran
Setelah membaca uraian di atas, hendaklah kita sebagai makhluk hidup
mempelajarai Ilmu tentang akhlak karena akan bermanfaat bagi diri sendiri
khususnya hubungan kita terhadap agama, pribadi, manusia , alam, dan
berbangsa dan bernegara.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ali Maulana Muhammad.1935.Islamologi(Dinul Islam). Jakarta:Darul Kutubil
Islamiyah
Anwar, Rosihan, 2008, Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung.

Asmaran, 2019. “Pengantar Studi Akhlak". Jakarta : Rajawali Citra Pers

Asse, Ambo, 2003, Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-Ulum.Makassar:


Berkah Utami.

Asy-Syawi,Taufiq.1997. Syura Bukan Demokrasi.Jakarta;Gema Insani


Press(diterjemahkan Z.S)

Azra azyumardi,SuryanaToto,Abduhaq Ishak,Didin Hafiduddin.2002.Buku Teks


Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.Jakarta; Dapatermen
Negara RI.Cet III

Furqan Arif.2002.Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum.Jakarta: Direktorat Jenderal


Kelembagaan Agama Islam Dapartemen Agama RI.Cet II

Ilyas Yunahar.2000..Kuliah Akhlaq.Yogyakarta;Pustaka Pelajar Offset.

Ilyas, Yunahar, 2009. “ Kurnia Akhlak”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset.

Kamus Besar Bahasa Indonesia


Kementrian Lingkungan Hidup RI, 2002, “Himpunan Peraturan Perundang-
Undangan Lingkungan Hidup"". Jakarta.
Mukti, Takdir dkk.1998..Membangun Moralitas Bangsa.Yogyakarta;LPPI UMY

Nasution Ahmad Bangun;Siregar Rayani Hanum.2013.Akhlak Tasawuf.Jakarta:


Raja Grafindo Persada.Cet I

Sunarsono;Sartono Kus Eddy;Dwikusrahmadi Sigit;Sutarini Nany.


dkk2013. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi.Yogyakarta;UNY Press.Cet II

15

Anda mungkin juga menyukai