Dosen Pengampu:
H. Nasrudin, M.Si
Disusun Oleh :
Nama : Ana Atika Rahayu
Prodi : Pendidikan Fisika
NIM : 222150012
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................19
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak H. Nasrudin, MSI
sebagai dosen pengampu mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang
telah
membantu memberikan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
semua
pihak yang membutuhkan.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kta akhlak adalah budi pekerti, tata krama,
sopan santun, moral dan etic.
Jadi dapat kita simpulkan awal perbuatan yang itu lahir malalui kebiasaan yang mudah
tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu . contohnya jika seseorang
memaksakan dirinya untuk mendermakan katanya / menahan amarahnya dengan terpaksa
, maka orang yang semacam ini belum disebut dermawan / orang yang sabar. Seseorang
yang memberikan pertolongan kepada orang lain belumlah dapat dikatakan ia seorang
yang berakhlak baik.
Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang tulus, akhlas, dari
rasa kebaikannya / kasihannya sesama manusia maka ia dapat dikatakan berakhlak dan
5
berbudi pekerti yang baik. Jadi akhlak adalah masalah kejiwaan, bukan masalah
perbuatan, sedangkan yang tampak berupa perbuatan itu sudah tanda / gejala akhlak.
Sedangkan akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa
yang dengannya malahirkan macam-macam perbuatan baik / buruk tampa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim Zaidan akhlak adalah nilai-nilai
dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatan baik / buruk untuk kemudian memilih melakukan /
meninggalkannya.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa akhlak / khuluq
itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara
spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran / pertimbangan terlebih
dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Sifat spontanitas dari akhlak tersebut ccontohnya adalah apabila ada seseorang yang
menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat
dorongan dari seorang da’i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadist-hadist tentang
keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan
mempunyai sifat pemurah, karena kemurahannya itu lahir setelah mendapat dorongan
dari luar dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain.
Boleh jadi tanpa dorongan seperti itu, dia tida akan menyumbang. Dari keterangan di
atas jelaslah bagi kita bahwa akhlak itu brsifat spontan dan tidak memerlukan pemikiran
dan pertimbangan serta dorongan dari luar.
Menurut terminologi, filosofis akhlak Islam yang terpengaruh oleh filsafat Yunani ia
memberikan defenisi akhlak yaitu suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia
melakukan tindakan. Dari keadaan itu tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.
Keadaan ini terbagi 2 ada yang berasal dari tabiat aslinya ada pula yang diperoleh dari
kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi tindakan itu pda mulanya hanya melalui
6
pemikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus maka jadilah suatu
bakat dan akhlak.
Di samping istilah akhlak juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-
sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Akhlak itu ada yang
bersifat tabrat / alami, maksudnya bersifat fitrah sebagai pembawaan sejak lahir,
misalnya sabar, penyayang, malu, sebagaimana di dalam hadist Abdil Qais disebutkan
bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku “sesungguhnya pada diri kamu ada dua
tabiat yang di sukai Allah”, Aku berkata “Apa yang dua itu ya Rasulullah?”, rasulullah
SAW menjawab “Sabar dan malu”.
Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh karena itu
akhlak memerlukan batasan agar bisa dikatakan akhlak terpuji / akhlak tercela.
Akhlak tentu amat penting karena merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah
saw ketika memulai pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah
dalam kitabnya Tanzim al-Islam Li al-Mujtama’ menyatakan bahawa budi pekerti atau
moral yang mulia adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia
yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan
benci kepada kejahatan.
1. SHIDDIQ
7
Rasulullah SAW melarang umatnya berbohong karena kebohongan akan
membawa kepada kejahatan , akan berakhir di neraka.
Bentuk-bentuk Shiddiq
Bentuk-bentuk Kebohongan
1. Khianat
Sifat khianat adalah sejelek jelek sifat bohong yang dimiliki seseorang.
2. Mungkir Janji
Sifat mungkir janji menunjukkan pelakunya memiliki kepribadian yang lemah. Sifat itu
mencabut kasih sayang dan mendatangkan kemudharatan. Oleh sebab itu Rasulullah
SAW memasukkan mungkir janji sebagai salah satu sifat orang orang munafik. ( HR.
Muslim ).
3. Kesaksian Palsu
Kebohongan jenis ini mendatangkan kemudharatan besar bagi masyarakat . orang yang
tidak bersalah bisa dijatuhkan hukuman berat, nyawa bisa melayang, harta benda bisa
hilang, semuanya karena kesaksian palsu.
4. Fitnah
8
Fitnah akan mendatangkan mudharat yang besar bagi mesyarakat. Allah memberitahukan
kepada orang orang yang beriman untuk tabayyun ( menyelidiki kebenaran suatu berita ),
sebelum mempercayai berita yang disampaikan oleh orang fasik.
5. Gunjing
Sifat ini menunjukan bahwa pelakunya memiliki jiwa yang sakit, tidak ada yang menjadi
keiinginannya kecuali melihat orang bertengkar dan bermusuhan. Allah memberikan
perumamaan orang yang menggunjingkan orang lain seperti memakan bangkai
saudaranya.
“dan janganlah sebagin kamu, menggunjingkan sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik padanya.” (QS. Al-Hujarat 49:12).
Orang-orang yang siddiq memiliki beberapa fitur, di antara fitur-fitur mereka yang Allah
gambarkan dalam Al-Quran adalah:
2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah SWT berfirman
dalam Al-Quran: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah,
mereka itulah orang-orang yang benar. ”(QS Al-Hujurat: 15)
9
4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam. Firman Allah SWT: “… barang
siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh ia telah
mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus …”(QS Ali Imran: 101).
Setelah kita melihat urgensitas sifat sidiq ini, maka setidaknya muncul dalam hati
kita keinginan untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat ini benar-benar
merupakan intisari dari kebaikan. Dan sifat ini pulalah yang dimiliki oleh sahabat yang
paling dicintai Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar Asidiq. Penulis melihat ada beberapa
cara yang semoga dapat membantu menumbuhkan sifat ini:
2. AMANAH
Amanah artinya dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis keimanan sesesorang semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya. Rasulullah bersabda “Tidak(sempurna) iman seseorang yang tidak
amanah,dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji”. (HR. Ahmad)
10
Amanah adalah memelihara titipan dan mengebalikannya kepada pemiliknya
dalam bentuk semula, makhluk-makhluk Allah yang besar seperti langit bumi matahari
bulan bintang bintang lautan pohon-pohon dan lainnya tidak sanggup memikulnya
Bentuk-bentuk Amanah
Khianat
Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah
SWT,apalagi kalau yang dikhianatinya adalah Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu Allah
melarang orang-orang yang beriman mengkhianati Allah SWT.firman nya:
“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati Allah dan rasul dan juga
janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang di percayakan
kepadamu,sedangkan kamu mengetahui.”(QS.Al-anfal 8:27)
“tunaikan lah amanah terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah berkhianat
terhadap orang yang mengkhianatimu.”(HR.Ahmad dan Abu Daud)
dalam doa-doanya Rasulullah saw sering meminta agar di lindungi dari sifat
khianat.misalnya Do’a seperti di bawah ini:
“ya Allah aku berlindung kepada –Mu daripada kelaparan,karena lapar merupakan
sejelek-jelek teman berbaring,dan aku mohon perlidungan –Mu daripada khianat,karena
ia adalah kawan dekat yang paling buruk.”(HR. Abu Daud)
3. ISTIQAMAH
11
Perintah supaya ber Istiqamah di nyatakan dalam Al-Qur’an dan sunnah.Allah
berfirman:
“katakanlah:”bahwa sanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,di wahyu kan
kepadaku bahwa sanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa,maka Istiqamah lah
menuju kepada –Nya dan memohonlah ampun kepada –Nya.dan kecelakaan yang besar
lah bagi orang-orang yang bersekutukan –Nya.” (QS.Fushshilat 41:06)
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi : hati,lisan dan
amal perbuatan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut.
Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataannya dan kesesuaian
perbuatannya dengan ajaran islam.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan ad-Daarami dari iIbnu Mass’ud ra,
diterangkan bahwa Rasulullah SAW pada suatu hari membuat satu ggaris lurus
dihadapan beberapa sahabat. Kemudian beliau menunjuk pada garis-garis yang banyak
yang ada di kiri kanangaris lurus itu dan berkata:”Inilah jalan-jalan yang bersimpang,
pada setiap jalan itu adda syaitan yang selalu menggoda.
Ujian Keimanan
Seorang mukmin yang istiqamah tentu akan tetap teguh dengan keimanannya
menghadapi dua macam ujian tersebut.Dia tidak akan mundur oleh ancaman,siksaan dan
segala macam hambatan lainnya.Tidak terbujuk oleh harta,pangkat,kemegahan,pujian
dan segala macam kesenangan semu lain nya.
12
Rasa sedih yang harus di hindari adalah rasa sedih yang berlarut-larut yang
menyebabkan rasa kehilangan semangat dan selalu diliputi penyesalan.Orang yang
istiqamah tidak akan hanyut dengan kesedihan.
Dalam ayat di atas juga di janjikan oleh Allah SWT perlindungan-Nya bagi
orang-orang yang ber istiqamah. Demikianlah,sikap istiqamah memang sangat di
perlukan dalam kehidupan ini.Karena tanpa sikapp seperti itu seseorang akan cepat
berputus asa dan cepat lupa diri,dan mudah terombang ambing oleh berbagai macam
arus.Orang yang tidak ber istiqamah ibarat baling-baling di atas bukit yang berputar
menuruti arah angin yang berhembus.
4. IFFAH
Iffah (al-iffah) juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk memelihara kesucian diri
(al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara
kehormatan.
IFFAH dalam Kehidupan
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS. An-Nūr [24] : 33)
13
Kesucian Jasad; (QS. Al-AZzāb [33] : 59)
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. ke mudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka
serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak
yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara
itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu)
dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang
patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah
kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah
sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS. An-Nisā’ [4] : 6)
Kesucian Lisan
Dengan cara tidak berkata menyakitkan orang tua seperti firman Allah Swt.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan «ah» dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia (QS. Al Isrā’ [17] : 23)
14
Keutamaan Iffah
Dengan demikian, seorang yang ‘afif adalah orang yang bisa menahan diri
dari perkara-perkara yang dihalalkan ataupun diharamkan walaupun jiwanya
cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Sebagaimana sabda
Rasulullah:. Artinya; “Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang
aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta
maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan
dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang
merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan
memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih
baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Untuk mengembangkan sikap ‘iffah ini, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kehormatan diri, di
antaranya:
15
Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakan sunnah
Rasulullah,
Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yang jelas
akhlaknya,
Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaian secara
Islami,
Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yang diperolehnya,
Menundukkan pandangan mata (ghadul bashar) dan menjaga kemaluannya,
Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki atau perempuan yang
bukanmahramnya,
Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah.
’Iffah merupakan akhlak paling tinggi dan dicintai Allah Swt. Oleh sebab itulah
sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan
daya tahan terhadap keinginan- keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan
membahayakan saat telah dewasa. Dari sifat ’iffah akan lahir sifat-sifat mulia seperti:
sabar, qana’ah, jujur, santun, dan akhlak terpuji lainnya.
5. MUJAHADAH
Mujahadah adalah sinonim dari kata jihad. Mujahadah berasal dari bahasa arab yaitu dari
kata jahada yang artinya berperang melawan musuh. Dalam kitab Al-Mausu’atul Fiqhiyyah
disebutkan:
16
Termasuk dalam definisi ini adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan
mengerahkan segala kemampuan untuk melawan musuh dengan tangan, lisan, atau
dengan apapun yang dia mampu.
“Perangnya seorang muslim melawan orang kafir yang tidak memiliki perjanjian
(ahdi) setelah menyerunya kepada Islam dan keengganannya, karena meninggikan
kalimat Allah.” [Al-Mausu’ah 16/124]
Manfaat Mujahadah
Setelah mengetahui arti mujahadah, kita juga perlu mengetahui manfaat darinya.
Ada banyak sekali manfaat yang bisa kita dapat dari perbuatan mujahadah. Berikut
ini kami sebutkan beserta dalil darinya:
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sebagai agama yang dibawa nabi Muhammad saw adalah agama yang
sempurna dan menghendaki kesempurnaan akhlak manusia. Akhlak itu terbagi
menjadi dua, yaotu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia seringkali melakukan akhlak terpuji tapi dibarengi juga dengan akhlak
tercela.
C. Saran
19