Anda di halaman 1dari 13

AKHLAH TERHADAP DIRI SENDIRI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak


Dosen pengampu : Hj. Didah Durrotun Naafisah, M.Ag.

Disusun oleh :
Kelompok 1

Esa Muhammad Suryanata 1223020044


Faisal Rahman 1223020051
Gepira Nur Patimah 1223020060
Ilham Muhammad Tantowi 1223020068
Irma Rahmawati 1223020070
Khairani 1223020077
M. Rifal Fajar Al Muzaky 1223020082

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pendoman bagi pembaca dalam administrasi penndidikan di
lingkungan perkuliahan.

Dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan- kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis .
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihk yang membantu menyelsaikan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan setimpal pada mereka
yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bandung, 5 November 2022

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2. Rumusan masalah........................................................................................................4

1.3. Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1 Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri...................................................................5

2.2 Pembagian akhlak baik seorang muslim terhadap diri sendiri....................................6

A. Berakhlak baik terhadap jasmani.................................................................................6

B. Berakhlak baik terhadap jiwa atau rohani...................................................................8

C. Berakhlak baik terhadap akal....................................................................................10

2.3 Manfaat Akhlak terhadap diri sendiri........................................................................11

A. Manfaat akhlak terhadap jasmani..............................................................................11

B. Manfaat akhlak terhadap rohani................................................................................11

C. Manfaat akhlak terhadap akal....................................................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal dan
berinteraksi, maka dari itu manusia disebut juga makhluk sosial. Adanya kehidupan sosial
membuat manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan saling menguntungkan,
tetapi manusia tidak luput dari kesalahan yang membuat banyak terjadinya
penyimpangan-penyimpangan sosial, untuk mencegah terjadinya penyimpangan tersebut
dibutuhkan akhlak yang mulia, salah satu cara untuk membentuk akhlak yang mulia yaitu
dimulai dari diri sendiri. Membentuk dan memelihara akhlak dapat dilakukan dengan
meningkatkan iman dan takwa, membentuk dan menciptakan lingkungan yang baik. Dari
akhlak yang baik, akan timbul lingkungan yang baik, dan dari lingkungan yang baik akan
terbentuk peradaban yang mulia.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa itu akhlak terhadap diri sendiri dan pembagiannya.
2. Bagaimanakah akhlak terhadap jasmani
3. Bagaimanakah akhlak terhadap rohani
4. Bagaimanakah akhlak terhadap akal
5. Manfaat akhla terhadap diri sendiri

1.3. Tujuan
1. Mengatahui pengertian dan tujuan akhklak terhadap diri sendiri
2. Mengetahui bentuk akhlak terhadap jasmani, akal, dan rohani
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Akhlak berasal dari Bahasa arab‫ أخالق‬merupakan bentuk jamak dari kata ‫خلق‬
Yang berarti budi pekerti. sedangkan menurut terminologhy, kata “budi pekerti”,
budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang
didorong oleh pemikiran, ratio. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia
karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti
adalah perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan
tingkah laku manusia. Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin,
Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang memunculkan
macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan.
Manusia memiliki kewajiban terhadap dirinya sendiri yang mana hal tersebut
bukanlah untuk kepentingan dirinya melainkan untuk memenuhi hak nya, hak
tersebut mempunyai dua unsur yaitu jasmani(jasa) dan rohani (jiwa). Manusia
sebagai makhluk Allah yang paling sempurna memiliki akal untuk berpikir hal
tersebut yang dapat menerapkan manusia untuk memenuhi hak masing – masing.
Maka dari itu akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap yang telah mengakar dalam
diri seseorang dalam kaitannya dengan apa yang ia lakukan terhadap dirinya baik
dalam jasmani ataupun rohani. Selain itu manusia dikaruniai akal pikiran yang
membedakan manusia dan makhluk allah lainnya. Tiap – tiap unsur memiliki hak
dimana satu dan lainnya mempunyai kewajiban yang harus di tunaikan.
Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap
seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani atau rohani. Kita harus adil
dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik atau membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita
membuat tubuh kita menderita. Seperti merokok, begadang, meminum minuman
keras, mengkonsumsi obat obatan terlarang. Untuk itu kita harus bisa bersikap
atau berakhlak baik terhadap diri kita. Selain itu sesuatu yang dapat
membahayakan diri kita secara psikis, misalnya iri, dengki, munafik, dan
sebagainya.
Hati yang berpenyakit seperti iri, dengki, dan munafik akan sulit sekali
menerima kebenaran dan juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan
kekufuran
Untuk menghindari hal – hal tersebut maka kita harus mengenali penyakit hati
tersebut, seperti dalam hadist Riwayat abu daud “ ia tidak mendapatkan apapun
dari sifat buruk itu bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus.”
Islam tidak membenarkan kedengkian, Rasulullah bersabda : ”Abu Hurairah r.a
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, berhati – hatilah dalam
kedengkian, karena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api melahap
minyak.”
Munafik, orang yang mereka ucapkan munafik, adalah orang-orang yang
berpura pura atau ingkar, yang mana tidak sama antara apa yang dihati dengan
tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafik ada tiga, seperti yang disebutkan
dalam hadits

“ Dari Abu Hurairaoh r.a. Rasulullah saw.bersabda : “ Tanda-tanda orang


munafik ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika ia berjanji ia ingkar, dan jika
diberi amanat ia berkhianat (H.R. Mutafaqqun ‘alaih).

B. Pembagian akhlak baik seorang muslim terhadap diri sendiri


C. Berakhlak baik terhadap jasmani
1. Senantiasa menjaga kebersihan diri sendiri
Islam menjadikan kebersihan Sebagian dari iman. Seorang muslim
harus bersih, suci pada badan, pakaian, pikiran, dan tempat, terutama saat
melaksanakan sholat atau ibadah kepada allah lainnya. Jika menjaga
kebersihan merupakan akhlak baik lagi terpuji, maka lawannya yaitu tidak
menjaga kebersihan alias jorok, termasuk kedalam akhlak yang buruk atau
tidak terpuji. Dimasa sekarang banyak kita jumpai orang-orang yang tidak
memperdulikan kebersihan diri yang mana biasanya terjadi pada anak-
anak jalanan. Mulai dari jarang mandi, baju compang-camping, celana
robek-robek, dan bahkan ada Sebagian orang yang menjadikan kotornya
sesuatu sebagai sebuah trend, yang dia anggap semakin kotor maka
semakin bernilai hal tersebut.

2. Menjaga makan dan minumnya


Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Jika
tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu bisa berakibat kematian.
Allah SWT. Memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari
yang halal dan tidak berlebihan, sepertiga dari perut untuk makanan,
sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara. Allah SWT.
Berfirman yang artinya “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rejeki
yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah jika
kamu hanya kepadanya saja menyembah” (Q.S. An Nahl: 114).
Tapi, tidak jarang kita jumpai segelintir orang yang tidak menjaga
makan dan minumnya dari hal-hal yang jelas telah Allah haramkan, karena
memang dapat membawa dampak buruk bagi yang mengonsumsinya.
Seperti diharamkannya makan babi, khamr atau minuman keras, haramnya
mengkonsumsi narkotika dan obat-obat berbahaya walaupun tidak ada
dalil baik dalam Al-Qur’an maupun hadits yang secara tegas dan jelas
melarang bahkan mengharamkan narkoba, tapi illat keduanya sama yaitu
memabukkan, maka ulama bersepakat mengharamkan hal tersebut kecuali
demi kepentingan medis, dan ada petunjuk dari ahli medis yang memang
berkompeten dalam bidangnya. Perlu ditekankan, bahwa Allah dan
Rasulnya tidak akan memerintahkan sesuatu kecuali hal itu membawa
kemaslahatan, dan tidak akan melarang kecuali hal itu membawa
kemudhorotan.

3. Menjaga Kesehatan
Menjaga Kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan
merupakan bagian ibadah kepada Allah, sekaligus menjaga amanat dari
Allah. Dari sahabat Abu Hurairah ; bersabda Rasullullah saw., “mukmin
yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan
masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangat lah terhadap hal-hal yang
bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan
merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah
qodarullah wamasyaa’a fa’al” (H.R. Muslim). Bahkan dalam hal menjaga
kesehatan, ada beberapa olahraga yang merupakan sunnah rasul, seperti
memanah, berkuda, dan berenang.
4. Berbusana yang islami
Manusia mempunyai budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-
bagiannya ada yang harus ditutupi (aurat) baik laki-laki maupun
perempuan, karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Karena itu Allah
swt memerintahkan manusia menutup auratnyna dan Allah menciptakan
bahan-bahan di alam ini untuk dibuat pakaian sebagai penutup badan.
Menutup aurat merupakan kewajiban bagi setiap muslim mukallaf,
terutama bagi seorang perempuan.
Dikarenakan perempuan merupakan kalangan yang istimewa dan
dimuliakan dalam islam, maka islam mengatur mengenai bagaimana
seorang Muslimah berpakaian demi tetap terjaganya kehormatan,
kemuliaan, dan keistimewaan seorang Wanita. Seiring perkembangan
zaman, berbusana islami banyak mengalami perubahan baik dari segi
model maupun dari segi penggunaannya. Dimasa kini, banyak
bermunculan fashion dikalangan Muslimah mengikuti perkembangan
zaman, seperti dalam halnya memakai jilbab yang mana esensi dari jilbab
itu sendiri semakin tergerus. Jilbab yang dulu diperuntukkan untuk
menutup aurat, kini digunakan hanya untuk tampil modis dan fashionable,
dan ada juga yang latar belakangnya karena keterpaksaan dan tuntutan dari
sebuah instansi. Bahkan ada beberapa golongan yang berpandangan bahwa
berbusana muslim dan menutup aurat seperti yang diperintahkan
merupakan budaya yang ketinggalan zaman dan harus ditinggalkan.

D. Berakhlak baik terhadap jiwa atau rohani


1. Bertaubat dan menjauhkan diri dari dosa besar
Taubat adalah membersihkan hati dari keinginan untuk berbuat
dosa dan meninggalkan seluruh dosa serta kemaksiatan, menyesali
perbuatan dosa yang telah lalu, dan berkeinginan teguh untuk tidak
mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang.
Sebagai insan yang tidak luput dari salah dan lupa, tentunya sebagai
manusia pernah melakukan dosa baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Berkaitan dengan dosa, terdapat pengelompokkan dan ada yang
termasuk kedalam dosa-dosa besar diantaranya : syirik, kufur, nifak,
ridhah, fasik, berzina, dan menuduh orang berzina, membunuh manusia,
dan bersumpah palsu.
2. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu
diawasi oleh Allah SWT. Menurut Al-Ghazali ihsan dan muraqabah
memiliki artian yang sama dan keduanya saling terkait. Dengan demikian
dia tenggelam dalam pengawasan Allah dan kesempurnaanya, sehingga
dalam menjallankan kehidupannya ia senantiasa akan bermuhasabah. Dan
buah dari muraqabah adalah dia akan merasa akrab, senang, dan merasa
berdampingan dengan Allah, dalam hatinya akan tumbuh rasa malu (Al-
Haya’) oleh Allah jika melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh
agama, dan menolak selain dia.
3. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri
pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya, apakah
kesehariaannya dipenuhi dengan melakukan keta’atan atau bergelimang
kemaksiatan, yang mana muhasabah ini merupakan buah dari muraqabah
yang tadi sudah dijelaskan diatas. Dan muhasabah ini menjadi dasar atau
tolak ukur kita untuk menilai seta’at apa kita terhadap perintah Allah dan
jadi acuan kita untuk bertindak kedepannya. Apabila terdapat kekurangan
yang diwajibkan kepadanya, terdapat kesalahan, melangkahkan kaki
dijalan kemaksiatan, maka ia akan menghukum diri sendiri, bertaubat dan
berusaha memperbaikinya.
4. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang bersungguh-sungguh, beperang
melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mengajak kita untuk terlena,
menganggur, tenggelam dalam hawa nafsu yang memunculkan syahwat.
Yang padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Barang siapa yang
bisa menang melawan hawa nafsunya, maka ia masuk kedalam golongan
orang-orang yang selamat.
E. Berakhlak baik terhadap akal
1. Menuntut ilmu
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim sekaligus
bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik akan memberikan porsi
terhadap akalnya, yakni penambahan pengetahuan dalam sepanjang
hayatnya. Seorang mukmin tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai
suatu kewajiban, namun seorang mukmin adalah yang senantiasa
menambah ilmunya kendatipun usia telah memakan dirinya. Menuntut
ilmu tidak terbatas hanya Pendidikan formal akademis, namun dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
2. Memiliki spesialis ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang urgent atau penting
dalam kehidupannya. Agar suatu disiplin ilmu tidak musnah bersamaan
dengan wafatnya seorang ‘alim yang mempunyai pemahan yang
mendalam terkait disiplin ilmu tersebut. Dan lebih baik kita mengetahui
satu hal tapi hal itu mendalam, daripada mengetahui banyak hal tetapi
hanya sebatas permukaannya saja. Hal-hal yang harus dikuasai seorang
muslim adalah Al-quran, hadits, sirah, dan sejarah para sahabat, fiqh, dll.
3. Mengajarkan ilmu pada orang lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya, adalah menyampaikan
atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan
ilmunya.
4. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah
merealisasikan ilmunya, karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu
namun tidak mengamalkannya. Firman Allah : “wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan ?, amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Asshaaf : 2-3).
F. Manfaat Akhlak terhadap diri sendiri
A. Manfaat akhlak terhadap jasmani
1. Jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
2. Tubuh menjadi sehat dan bugar
3. Menjadikan badan kuat dan tidak lemah

B. Manfaat akhlak terhadap rohani


1. Selalu dalam lindungan Allah SWT
2. Jauh dari perbuatan yang buruk
3. Selalu ingat kepada Allah SWT

C. Manfaat akhlak terhadap akal


1. Memperoleh banyak ilmu
2. Dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
3. Membantu orang lain
4. Mendapat pahala dari Allah SWT
BAB III
PENUTUP

Pada akhirnya kita simpulkan bahwa Akhlaq terhadap diri sendiri adalah sikap
seseorang terhadap diri pribadinya, baik itu jasmanai maupun rohani, kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu
yang tidak baik , yang tidak mampu kita capai, yang bahkan harus melukai diri kita dan hati
kita, maka yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas apa yang kita miliki, sabar atas
ujian yang kita hadapi, tawaduk ,rendah hati atas kelebihan yang kita miliki, lalu jadilah
hamba yang pemaaf , dimana selalu memafkan orang lain karena tuhan pun manfaat. Dan
terakhir istiqamah lah dalam berakhlak baik pada diri sendiri, dengan menjalankan point
point yang disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Faridl, Miftah. 1997. Etika Islam : Nasehat Islam Untuk Anda. Bandung ; Pustaka
Suhayib. 2016. Studi Akhlak. Sleman : Kalimedia.
Suryani, Ira, dan Wahyu Sakban. 2022. Aplikasi Akhlak Manusia Terhadap Dirinya, Allah
SWT., dan Rasulullah SAW, Jurnal Pendidikan Tembusai. Vol.6, no.1 : 97-104

Anda mungkin juga menyukai