Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP PRIBDI DAN SESAMA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Dr. Mas „ ud. S. Ag M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Bima Putra Alamanda (214101080007)
2. Mohammad Nizar Ali Wardana ( 214101080014)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PRODI TADRIS BIOLOGI
UIN KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN AKADEMIK
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlak
Kepada Rasulullah” ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliahakhlak tasawuf.

Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana kita dalam berakhlak terhadap rasulullah bagi para pembaca dan penulis.Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mas‟ud, S. Ag, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang materi yang kami tekuni.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penulisannya, bahasa dan penyusunannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik di masa mendatang.

Jember, 15 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ................................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3

BAB I .......................................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4

C. Tujuan............................................................................................................................. 4

BAB II......................................................................................................................................... 5

A. Pengertian ahhklak terhadap diri sendiri ........................................................................ 5

B. Ahklak terhadap sesama ................................................................................................ 9

C. Macamm macam ahklak................................................................................................. 13

BAB III ..................................................................................................................................... ..14

A. Kesimpulan................................................................................................................... ..14

B. Saran ............................................................................................................................. ..14


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... ..14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akhlak pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam
jiwa dan menjadi kepribadian, sehingga berbagai jenis perbuatan muncul secara spontan
tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Jika dari kondisi tadi timbul kelakuan
yang baik dan terpuji menurut pandangan syari‟at dan akal pikiran, maka ia akan lahir budi
pekerti mulia dan sebaliknya apabila lahir perbuatan yang buruk, maka disebutlah budi
pekerti yang tercela.

Di samping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak bertemu dengannya,
namun mengarahkan kita kepadanya agar kita baik kepadanya, sebagaimana mestinya kita
kepada Allah swt membuat kita harus baik kepada Allah Swt-Nya. Meskipun demikian,
akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk
lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

Pada dasarnya Rasulullah adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan manusia
lain. Namun demikian, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah terhadap
beliau, sehingga terdapat ketentuan khusus dalam bersikap terhadap Rasulullah yang tidak
bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akhlak terhadap pribadi ?
2. Apa yang dimaksud akhlak terhadap sesama?
3. Akhlak terdiri beberapa Macam ?
Tujuan
1. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud akhlak terhadap pribadi.
2. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud akhlak terhadap sesama .
3. Mengetahui macam macam akhlak

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri

Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫اخ الق‬bentuk jamak dari
mufradnya khuluq ‫خ لق‬yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata
“budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang
didorong oleh pemikiran, ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat
pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour.Jadi, budi pekerti
adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku
manusia.
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah.
Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan
keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. 1 Keyakinan pokok ini
merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya
untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk
memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri
atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani
(jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan
manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara
satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya
masing-masing.
Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu
yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa
bersifat fisik atau psikis.2 Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita
menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang,
merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan

1
Abdullah,Yatimin.
2
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak)

v
minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa
bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan
diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu
semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita
hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit
sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman,
tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal
tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat
merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat
keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah
iri dengki dan munafik.
Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut, Dengki, Orang pendeki adalah
orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala
kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah
bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah
pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang
melahapminyak.”(H.R.Abu Dawud). Munafiq, Orang yang mereka ucapkan munafiq adalah
orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan
tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits,
yaitu:
‫ق ال ع ىه هللا ز ضي هسي سة أب ي عه‬: ‫ ص ل عم هللا ز سول ق ال‬. “ ‫ث الث ال م ىاف ق يه أي ات‬, ‫ك رب حدث إذا‬
‫وعد وإذا‬
‫أخ لف‬, ‫خان اؤت مه وإذا‬
Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga,
jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat
ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i)

Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri


1. Berakhlak terhadap jasmani
1) Senantiasa Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci
badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada
Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.
2) Menjaga Makan dan Minumnya

vi
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan
dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT
memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan.
Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
udara. Allah SWT berfirman :
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.(QS.
An Nahl:114)

3) Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari
ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau
latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah
harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat,
lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah. Dari sahabat Abu
Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu‟min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu‟min yang
lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang
bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan
apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa‟a fa‟al, Telah
ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim). 3
4) Berbusana yang Islami
Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada
yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan
alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya,
seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya
dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai penutup
badan.

2. Berakhlak terhadap Akal


1) Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai
bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya

3
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak)
vii
yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Seorang mu‟min, tidak
hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai
kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu‟min adalah yang
senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya.
Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat
dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
2) Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam
kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus
dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya;
kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait dengan
permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang
spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun
bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya.
Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi
dalam bidang tertentu.
3) Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan
apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya. Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
4) Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan seakaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan
ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak
mengamalkannya. Firman Allah SWT :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff).

3. Berakhlak terhadap jiwa


1) Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar

viii
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa
yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut
pada waktu yang akan datang. Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya: (1)
Syirik, (2) Kufur, (3) Nifak, (4) Riddah, (5) Fasik, (6) Berzina dan menuduh orang berzina,
(7) Membunuh manusia, dan (8) Bersumpah palsu
2) Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh
Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-
Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya
serta menolak selain Dia. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
3) Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu
untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang
diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha.

B. Pengertian Akhlak Terhadap Sesama

Menurut Asmaran (2002) Islam memerintahkan pemeluknya untuk menunaikan hak-


hak pribadinya dan berlaku adil terhadap dirinya. Islam dalam pemenuhan hak-hak
pribadinya tidak boleh merugikan hak-hak orang lain. Islam mengimbangi hak-hak pribadi,
hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan. Semuanya harus
bekerja sama dalam mengembangkan hukum-hukum Allah. Akhlak kepada sesama manusia
merupakan sikap seseorang terhadap orang lain. Adapun akhlak terhadap sesama manusia
yakni:
1. Akhlak kepada Orang Tua/Guru
Sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada orang tua, setelah takwa kepada Allah.
Orang tua telah bersusah payah memelihara, mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang
yang berguna dan bahagia. Karena itu anak wajib menghormatinya, menjunjung tinggi
titahnya, mencintai mereka dengan ikhlas, berbuat baik kepada mereka, lebih-lebih bila usia
mereka telah lanjut. Jangan berkata keras dan kasar di hadapan mereka (Asmaran, 2002).
Adapun perbuatan yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya meliputi:

ix
mendoakannya, taat kepada segala perintahnya selagi tidak bertentangan dengan ajaran
agama, menghormati, sopan santun, merendahkan diri kepadanya, menjaga, menyayangi dan
selalu melindunginya. Karena pada dasarnya orang tua adalah orang yang sangat berjasa
untuk anak- anaknya. Perintah tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menaati keduanya dalam segala perintah dan larangannya sepanjang perintah
tersebut tidak bertentangan dengan syariatajaran Islam.
b) Berkata lembut dan mulia kepada orang tua/guru.
c) Allah telah memerintahkan setiap manusia untuk berkata yang sopan dan
santun dengan merendahkan terhadap orang tua/guru.
d) Harus didahulukan panggilan orang tua.

2. Akhlak kepada Saudara

Dalam pandangan islam, berbuat santun terhadap saudara harus sama sebagaimana
santun kepada orang tua dan anak. Misalnya seorang adik harus sopan kakaknya sebagaimana
seorang anak sopan kepada ayahnya. Kakak harus menyayangi adiknya seperti orang tua
menyayangi anak anaknya.Dengan saudara kita harus berakhlak yang baik. Saudara itu tidak
sebatas pada saudara kandung, tetapi juga saudara sebangsa, seagama dan sesama manusia.
Adapun akhlak yang perlu dilakukan dengan saudara 3. Akhlak kepada Teman Teman adalah
orang paling setia menemani bermain dan belajar. Adapun Akhlak kepada teman sebagai
berikut:

a. Saling Menasehati, Ketika ada teman yang bertengkar ataupun melakukan perbuatan yang
tidak baik terhadap teman yang lain maka sesama teman wajib menasehati.

b. Saling Menyayangi dan Menghargai, Mengasihi teman dengan tulus, melahirkan sebuah
persaudaraan. Selain itu, sesama teman harus saling menghargai agar hubungan pertemanan
tetap harmonis.

c. Saling Membantu dan Tolong Menolong, Ketika teman membutuhkan bantuan maka
sebisa mungkin membantunya karena teman harus saling tolong menolong.

d. Saling Jujur dan Memaafkan, Berusahalah untuk selalu jujur dengan

siapa saja karena kejujuran yang akan membuat suatu keadaan menjadi tenang. Dan
belajarlah untuk selalu memafkan semua kesalahan, tanpa menunggu teman meminta maaf.

x
3. Akhlak Terhadap Sesama Muslim

Diantara sesama muslim yang lain adalah bersaudara. Oleh sebab itu, kita harus bersikap
baik terhadap sesama muslim. Mereka itu bagaikan satu anggota badan, bilamana yang satu
sakit atau ditimpa musibah, maka yang lain ikut merasakannya. Misalnya, kalau gigi seorang
sakit, maka anggota badan yang lainnya ikut pula merasakannya. Demikian pula umat Islam,
kalau ada salah seorang dari umat Islam ditimpa malapetaka, maka yang lain harus ikut
merasakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergotong royong dalam meringankan
bebannya. Adapun cara yang dilakukan untuk berbuat baik terhadap sesama muslim
a. Member salam;

b. Memenuhi undangannya, terutama hari pertama dalam walimatul uruz;

c. Saling member nasihat;

d. Menjenguk ketika sakit, sambil mendoakan;

e. Mengantarkan jenazah orang islam;

f. Tidak bermusuhan selama 3 hari;

g. Tidak boleh bersikap sombong; Tidak melahirkan kegembiraan disaat orang


Islam yang lain ditimpa kesusahan;
h. Mau membela sesama muslim;
i. Menjunjung tinggi kehormatan, harta dan jiwa;
j. Mau mengusahakan perdamaian kalau terjadi perselisihan diantara sesama
muslim;
k. Menutupi rahasianya;
l. Memberi bantuan disaat membutuhkan;
m. Menyantuni orang-orang miskin dan lemah di kalangan umat Islam;
n. Ikut membahagiakan sesama muslim.
4. Akhlak Terhadap Kaum Lemah
Kaum lemah adalah orang-orang yang belum memiliki kemampuan dalam segala hal atau
bidang tertentu.Tidak memiliki kemampuan ini biasanya menjadi penghambat untuk
mencapai keinginannya (cita-citanya).Sebagai contoh yang termasuk orang-orang lemah

xi
misalnya, orang bodoh (tak berilmu pengetahuan), orang miskin (tak berharta), dan
sebagainya.

Ajaran Islam telah menegaskan, bahwa siapa yang menolong orang lemah, niscaya Allah
akan memberikan pertolongan. Sebaliknya mereka yang tidak mau menolong kaum lemah,
niscaya Allah tidak menyukainya.
Pertolongan itu tidaklah hanya dilakukan terhadap sesama pemeluk agama Islam belaka,
tetapi setiap pemeluk agama Islam harus pula melakukan pertolongan kepada sesama umat
manusia, sekali pun lain agama.Bukankah agama Islam memerintahkan agar kita tetap
berbakti kepada orang tua, sekali pun kedua-duanya berlainan agama dengan kita, juga
memerintahkan kepada kita agar tetap berbuat baik kepada tetangga, sekali pun mereka itu
orang-orang yang musyrik.Demikian pula terhadap seluruh umat manusia, baik Islam
maupun bukan, kita harus selalu berakhlak baik kepada mereka, harus berkata dengan
perkataan yang bagus dan harus memperlakukan mereka dengan layak.
Pada hakikatnya menolong manusia berarti juga menolong diri sendiri. Misalnya kita
menjadi orang kaya yang sibuk dengan pekerjaannya, kemudian kita menolong beberapa
orang yang menganggur dengan memberikan pekerjaan kepada mereka dalam satu perseroan
terbatas yang kita pimpin. Tentu saja kerja mereka memberikan keuntungan kepada
kita.Disinilah letak rahasinya, kita memperoleh rahmat Allah baik langsung maupun tidak, di
dunia dan kelak di akhirat.
Sewajarnyalah bagi setiap pemuda dan pemudi yang masih berusia muda belia, segar
bugar, sehat jasmani dan rohaninya mempunyai rasa kasih sayang kepada orang-orang lemah.
Misalnya kepada orang cacat fisiknya atau mentalnya, orang yang lanjut usia, dan orang yang
ditimpa kemiskinan. Generasi tua telah memberikan tauladan yang baik yang patut ditiru oleh
generasi yang lahir pada periode berikutnya.
Adapun cara yang dilakukan untuk membiasakan diri untuk berbuat baik kepada kaum
lemah antara lain sebagai berikut:
a) Menunjukkan kepada orang lain yang tersesat, dan menuntut orang buta di jalan yang
ramai;
b) Memberikan tempat duduk kepada orang yang telah tua, orang buta, anak-anak dan
wanita waktu berdesak-desakan kendaraan dalam bis, kereta api, dan sebagainya;
c) Memberi sedekah kepada peminta-minta dengan sikap yang baik;
d) Memberikan bantuan kepada panti asuhan yatim piatu dan rumah miskin;

xii
e) Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, berupa uang, pakaian, dan obat-
obatan;
f) Suka menolong orang lain yang sangat memerlukan bantuan, diantaranya membantu
orang miskin, orang cacat mental, orang cacat jasmani, dan lain-lain .

C.Macam Macam Akhlak

Pada dasarnya, akhlak terbagi menjadi 2 macam jenis

1) Al-Akhlaku al- Mahmud‟ah (akhlak baik atau terpuji)

Perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain .

2) Al-Akhlaku al- Madhmumah (Akhlak buruk atau tercela)

Perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain.4

Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas mengenai esensi akhlak terhadap sesama
manusia. Firman Allah Swt.

‫او اخل ى م‬ ‫الداز ىذكس ب ال‬

Artinya : Sungguh, Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan) Akhlak yang
tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Shaad :
46)

Dari penjelasan di atas Akhlak merupakan anugrah. Jika kita mengamalkan akhlak
kepada hal-hal yang baik maka dampaknya pun akan baik untuk diri kita sendiri atau pun
orang lain, seperti yang akan penulis bahas mengenai akhlak baik terhadap sesama manusia

4
Asmaran, As. Pengantar Studi Akhlak

xiii
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu tindakan yang berhubungan
dengan kesadaran diri seseorang yang di dorong oleh pemikiran, ratio. Dan menurut
terminologi akhlak sendiri adalah budi pekerti dan akhlak sendiri terbagi 2 macam jenis
yakni:

1. Al- Akhlaku al- Mahmud'ah ( Akhlak Terpuji )


2. Al- Akhlaku al- Madhmudmah ( Akhlak Tercela)

Dari 2 macam penjelasan jenis di atas ini Akhlak merupakan Anugrah. Jika mengamalkan
akhlak kepada hal hal yang baik maka dampaknya pun akan baik untuk diri sendiri ataupun
untuk orang lain.

Daftar Pustaka
Faridl, Miftah.1997. Etika Islam : Nasehat Islam Untuk Anda. Bandung: Pustaka.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
https://rizkifisthein.wordpress.com/2011/06/23/akhlak-terhadap-diri-sendiri/
Abdullah,Yatimin. Studi Akhlak dalam
Perspektif Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2007.
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta:
PT Bulan Bintang,1983.
Arifin, Zainal. Pengembangan Management
Mutu Kurikulum PendidikanIslam.
Yogyakarta: Diva Press, 2012.
Asmaran, As. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002.
H.A., Mustofa. Akhlak Tasawuf, Bandung:
Pustaka Setia, 2005.

xiv

Anda mungkin juga menyukai