Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN III

Dosen Pengampu :
Risdiani, M.Si

Disusun Oleh :
1. Umi Hani Fuadiah ( 202102080004 )
2. Amelia Fatmawati ( 202102080007 )

PRODI PENDIDIKAN SARJANA DAN PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Akhlak Terhadap Diri Sendiri” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah “Al-Islam Kemuhammadiyahan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Akhlak secara umum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Risdiani M.S.I. selaku dosen mata kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyahan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 30 September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................4
2.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
2.3 Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1    Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri............................................................................5
2.2 Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri...........................................7
2.3 Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri............................................................................9
2.4 Berakhlak terhadap Akal[7][6]........................................................................................9
2.5 Berakhlak terhadap jiwa.................................................................................................11
2.6 Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri...........................................................13
2.7 Akhlak Ketempat Ibadah................................................................................................14
2.8 Akhlak Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam.........................................................17
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti
dengan adanya perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia
terutama kaum muda. Sikap amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan
masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang
membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan- pengetahuan agama yang
dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.

Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan
menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap
keluarga bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk
diajarkan dan ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai
akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri
karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar
tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek
kehidupan yang lain.

Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri ,semoga
dengan adanya makalah ini dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri
kita, dan dapat menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan
menjadi seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud akhlak terhadap diri sendiri?
2. Bagaimana akhlak terhadap diri sendiri?
3. Apa saja manfaat terhadap diri sendiri?

2.3 Tujuan
 Supaya kita tahu apa itu akhlak terhadap diri sendiri.
 Mengerti bagaimana akhlak yang harus dimiliki terhadap diri sendiri.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri


Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫ اخالق‬bentuk jamak dari
mufradnya khuluq ‫ خلق‬yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata
“budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang
didorong oleh pemikiran, ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang
terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi,
budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa
dan tingkah laku manusia
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah.
Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai
dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”.
Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan
kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk
memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya
sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni
jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki
hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya masing-masing. 1[1]

Jadi ,Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah2[2] sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu
yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita
melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak
bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan
1

2
5
paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat
membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak
baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa
bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat
membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.
Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit
sekalimenerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman,
tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai
macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat
kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah
dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus
mengenali penyakit hati tersebut.
Dengki, Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan
apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus.
Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a.
meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena
kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang
melahapminyak.”(H.R.AbuDawud).
Munafiq, Orang yang mereka ucapkanümunafiq adalah orang yang berpura-pura
atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-
tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
,‫ف‬NN‫د أخل‬NN‫ذب وإذا وع‬NN‫دث ك‬NN‫ إذا ح‬,‫افقين ثالث‬NN‫ ” أيات المن‬.‫ قال رسول اهللا صلعم‬:‫عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ان‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫وإذا اؤتمن خ‬
Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.”
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i)

6
2.2 Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani
a. Senantiasa Menjaga Kebersihan3[3]

Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim


harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan
melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran,
juga suci dari hadas.
Allah SWT berfirman :
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu
adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS.
Al Baqarah:222)
Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid
itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah:108).

b. Menjaga Makan dan Minumnya4[4]

Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika
tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia
akan mati.
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum
dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.

Allah SWT berfirman :

4
7
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah. (QS. An Nahl:114)

c. Menjaga Kesehatan5[5][4]

Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan


bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah
dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan
kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika
yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih
dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat
lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki
kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan
mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila
engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al,
Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR.
Muslim)

d. Berbusana yang Islami6[6][5]

Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian


badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat
orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan
dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll.
Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah
SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai
penutup badan.

Allah SWT berfirman :

6
8
Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS.
Al A’raf:26).

2.3 Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri


1. Berakhlak terhadap jasmani
a. jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
b. tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
c. menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak terhadap akalnya:
a. memperoleh banyak ilmu
b. dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
c. membantu orang lain
d. mendapat pahala dari Allah SWT
3. Berakhlak terhadap jiwa:
a. selalu dalam lindungan Allah SWT
b. jauh dari perbuatan yang buruk
c. selalu ingat kepada Allah SWT

2.4 Berakhlak terhadap Akal7[7][6]


A. Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus
sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi
terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya.
Sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan :

( ‫رواه ابن ماجه طلب العلم فريضة على كل) مسلم‬

Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu
Majah)

Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban,
yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun

7
9
seorang mu’min adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya,
kendatipun usia telah memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada
pendidikan formal akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan
dengan siapa saja.

B. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai

Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam
kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang
harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan
tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang
terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga
harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus
bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi,
tehnik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal
kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.

C. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain

Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau


mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43).

D. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan

Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah


merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang
memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.

Firman Allah SWT :

10
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)

2.5 Berakhlak terhadap jiwa


a) Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar

Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali


perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi
perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang.8[8][7] Allah SWT berfirman:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :9[9][8]
1)      Syirik
2)      Kufur
3)      Nifak
4)      Riddah
5)      Fasik
6)      Berzina dan menuduh orang berzina
7)      Membunuh manusia
8)      Bersumpah palsu

b) Bermuraqabah

9
11
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi
oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan
kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa
berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.10[10][9]
Firman Allah SWT :
‫اِنَّ هللاَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)

c) Bermuhasabah

Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu


waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada
yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha
memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan
bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan
berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.11[11][10]
Firman Allah SWT :

 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18) .

d) Mujahadah

Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa


nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur,
tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat
kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan
menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang
kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.
Firman Allah SWT :

10

11
12
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)

2.6 Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain12[12]

1) Sabar
yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika
melaksanakan perintah menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah
2) Syukur
yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3) Tawaduk
yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari
sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
4) Shidiq
artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam
keadaan benar lahir batin ,yaitu benar hati ,benar perkataan dan benar perbuatan.
5) Amanah
artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah SAW bersabda
bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna)
agama orang yang tidak menunaikan janji . ”( HR . Ahmad ) .
6) Istiqamah

12
13
yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah
dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah
bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju
kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi
orang-orang yang bersekutukan-Nya” .
7) Iffah
yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan
wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula
ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.
8) Pemaaf
yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk
dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari
yang bersalah.

2.7 Akhlak Ketempat Ibadah


Tempat Ibadah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk
beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan masing-masing. Contohnya: masjid,
gereja, pura, dll.
Tempat ibadah umat islam adalah masjid. Secara bahasa masjid artinya tempat
sujud. Sedang secara istilah masjid adalah tempat suci umat islam untuk melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Kegiatan tersebut dapat berupa i’tikaf, ziki, membaca dan mendalami al-quran,
dsb.
Dalam sebuah hadist disebutkan, “masjid adalah rumah orang-orang yang
bertaqwa. Barang siapa yang menjadikan masjid sebagai rumah, ruhnya dijamin oleh
allah, di beri ketenangan, dan diberi keselamatan ketika melintas sirath.”
Karena masjid adalah tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka tidak
boleh sembarangan apabila kita hendak masuk masjid. Ada adab-adab yang harus
dijaga ketika akan masuk masjid, antara lain sebagai berikut.
a) Hendaknya dalam keadan suci dan berwudlu.

14
Alasannya karena masjid merupakan rumah Allah sehingga sebaiknya
bilakita akan bertamu ke rumah Allah dalam keadaan suci baik hadas besar
maupun hadas kecil.
b) Badan dan pakaian harus suci
Ketika akan berangkat ke masjid, hendaknya mandi terlebih dahulu.
Berpakaian yang suci, bersih dan rapi. Yang paling penting yaitu menutup aurat.
Untuk anak laki-laki bisa memakai sarung, baju lengan panjang dan kopiah. Bagi
anak perempuan memakai rok panjang, jilbab, dan membawa mukena.
c) Suci dari hadast besar dan hadast kecil
Ketika akan berangkat ke masjid, hendaknya dalam keadaan suci dan
bersih, kalau bisa sudah berwudlu dahulu dari rumah. Agar tidak berebut ketika
di masjid nanti.
d) Ketika berangkat ke masjid, usahakan berjalan kaki, dan jangan tergesa-gesa.
Dengan berjalan kaki, setiap langkah yang digunakan dalam hal kebaikan akan
dihitung sebagai pahala.
e) Masuk masjid hendaklah dengan mendahulukan kaki kanan
di karenakan bagian kanan itu untuk sesuatu yang mulia , Ketika keluar
masjid dahulukan kaki kiri untuk memuliakan yang kanan.
f) Sholat sunnah tahiyyatul masjid.
Disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu
Qatadah bin Rib’i Al-Anshory, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda, yang
artinya: “Jika seseorang dari kamu masuk masjid maka janganlah dia duduk (di
dalamnya) sehingga dia melakukan sholat dua rakaat.”
Jadi ketika sudah masuk ke masjid, usahakan jangan langsung duduk,
lakukanlah sholat tahiyyatal masjid (sholat untuk menghormati masjid) terlebih
dahulu sebanyak 2 rakaat. Kalau memang tidak ingin melakukan sholat
tahiyyatal masjid boleh menggantinya dengan membaca tasbih
g) Duduk I’tikaf (memperbanyak zikir kepada Allah).
Setelah melakukan sholat sunnah tahiyyatal masjid, hendaklah duduk
dengan tenang kemudian berniat untuk melakukan I’tikaf
Niat I’tikaf
Artinya:
“saya niat I’tikaf karena Allah swt.”

15
h) Memperbanyak ibadah kepada allah dengan membaca kalimat-kalimat
zikir dan tayyibah, serta berdo’a
karena kita berada di rumah Allah maka sebaiknya kita pergunakan waktu
yang berharga itu janagan disiasiakan. Pergunakaan waktu tersebut untuk
berzikir dan berdoa.
i) Tidak duduk melingkar di dalam masjid sebelum ditegakkan salat Jum’at
walaupun untuk mempelajari ilmu (agama)
disebabkan akan memutus shaf-shaf kaum muslimin dan disamping itu
mereka diperintahkan untuk berkumpul lebih awal pada hari jum’at dan
merapatkan shaf yang di depan dan seterusnya .
j) Jika muadzin mengumandangkan adzan, hentikanlah segala kegiatan dan
jawablah adzan tersebut.
kalau tidak mau menjawab cukup dengan diam saja
k) Memakai wangi-wangian(bagi kaum laki-laki)
tetapi tidak terlalu berbau yang dapat menganggu jamaah lain niscaya
dosanya akan terhapus mulai dari jumat kemarin hingga jumat sekarang.
l) Tidak bermain dan membuat gaduh
Ketika berada di masjid kita tidak boleh bermain dan membuat gaduh
karena akan menganggu peribadatan orang lain. ada sebuah cerita
“Dahulu nabi isa melihat sekelompok orang yang bermain-main di dalam
masjid. Lalu dia segera mencopot serban dan melipatnya, lalu memukul mereka
sehingga mereka bubar dari masjid. Beliau berkata, “ kalian telah menjadikan
rumah allah sebagai pasar dunia, padahal ia adalah pasar akhirat.
Dari hal tersebut bisa kita ambil pelajaran. Bahwa masjid bukanlah tempat
unutuk bermain melainkna tempat bermunajat kepada allah swt.
m) Dilarang melakukan jual beli.
Telah kita ketahui bahwa masjid adalah tempat yang digunakan untuk
urusan akhirat. Jadi apabila kita melakukan hal-hal yang bersifat keduniawian
maka tidak diperkenankan, termasuk melakukan jual beli. Sebagaimana hadist
nabi yang berbunyi “ dari abu hurairah, rosul bersabda “ jika kamu melihat orang
yang menjual atau membeli di masjid, maka katakanlah, semoga allah tidak
memberi keuntungan pada daganganmu”
Hadist yang ke-2
“ nabi shallahualaihi wasallam melarang jual beli di masjid”
16
n) Tidak mengotori masjid
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Oleh karena itu maka sebisa
mungkin kita tidak mengotori rumah allah. Kita harus menjaga kebersihannya,
dan yang paling penting adalah kesuciannya.

2.8 Akhlak Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam


A. Tabayyun (cek dan ricek)

Dalam (QS. Al-Hujurat [49]:6) disebutkan bagaimana etika serta tata cara menyikapi
sebuah berita yang kita terima, sebagai berikut: ‫ُوا‬ ۟ ‫صيب‬ ٌ ۢ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإن َجٓا َء ُك ْم فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبٍَإ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا َأن ت‬
۟ ‫قَوْ ۢ ًما ب َج ٰهَلَ ٍة فَتُصْ بح‬
َ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰنَ ِد ِمين‬ ِ ِ
Yā ayyuhallażīna āmanū in jā`akum fāsiqum binaba`in fa tabayyanū an tuṣībụ qaumam
bijahālatin fa tuṣbiḥụ 'alā mā fa'altum nādimīn
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat [49]:6)
Quraish Shihab menerangkan ada dua hal yang dapat diperhatikan terkait ayat tersebut.
Pertama, tabayyun terhadap pembawa berita apakah orang fasiq (orang yang aktivitasnya
diwarnai dengan pelanggaran agama).
Kedua, menyangkut dengan isi berita bahwa perlu adanya penyelidikan kebenaran sebuah
berita.
Kedua hal ini merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan. Islam tidak membenarkan
adanya share berita tanpa melakukan penyelidikan kevalidan secara mendalam.

B. Menyampaikan informasi dengan benar.


Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta
diungkapkan dengan tulus.
Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media
sosial. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu.
Firman Allah SWT: ‫ت لَ ُك ُم ااْل َ ْن َعا ُم اِاَّل َما يُ ْت ٰلى‬ ْ َّ‫ت هّٰللا ِ فَهُ َو َخ ْي ٌر لَّهٗ ِع ْن َد َرب ٖ ِّۗه َواُ ِحل‬ َ ِ‫ٰذل‬
ِ ٰ‫ك َو َم ْن يُّ َعظِّ ْم ُحرُم‬
ُّ ‫س ِمنَ ااْل َوْ ثَا ِن َواجْ تَنِبُوْ ا قَوْ َل‬
‫الزوْ ِر‬ َ ْ‫ۙ َعلَ ْي ُك ْم فَاجْ تَنِبُوا الرِّج‬
Dzaalika wa mai yu'azzim hurumaatil laahi fahuwa khairul lahuu 'inda Rabbih;
wa uhillat lakumul an'aamu illaa maa yutlaa 'alaikum fajtanibur rijsa minal awsaani
wajtanibuu qawlaz zuur

17
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-
apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.
Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan
kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan
jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS. Al-hajj [22]:30).
C. Haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya.
Dalam Fatwa MUI No 24 Tahun 2017, disebutkan juga mengenai Hukum dan
Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial. Hal ini berkaitan dengan perilaku
masyarakat dalam menggunakan medsos yang berdampak positif.
Isi dari fatwa tersebut sebagai berikut:
1. Melakukan ghibah; fitnah, namimah (adu-domba); dan menyebarkan
permusuhan
2. Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku,
ras. atau antara golongan;
3. Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik,
seperti info tentang kematian orang yang masih hidup;
4. Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang
secara syari;
5. Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau
waktunya.
D. Media sosial digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang menjamin dan
mengatur kebebasan ekspresi.
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap insan. Namun, berpendapat sering
kali disalahgunakan untuk membuat fitnah, opini palsu, dan menebar kebencian yang
sering diutarakan melalui media sosial.
Allah SWT meminta agar setiap umat (manusia) membela apa yang baik benar,
seperti diterakan dalam dalam surah berikut:
ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬
Waltakum minkum ummatuny yad'uuna ilal khairi wa yaamuruuna bilma 'ruufi
wa yanhawna 'anil munkar; wa ulaaa'ika humul muflihuun.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran:104).
E. Tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain
18
Media sosial tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain, seperti
disampaikan dalam firman Allah SWT:
ٓ ٰ ‫َسى اَ ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس ۤا ٌء ِّم ْن نِّ َس ۤا ٍء ع‬
‫رًا‬N‫ى اَ ْن يَّ ُك َّن َخ ْي‬N ‫َس‬ ٓ ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِّم ْن قَوْ ٍم ع‬
ٰ ‫ولىكَ هُم‬ ٰۤ
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ ِٕ ُ ‫ان َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬ ُ ْ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬
ِ ۚ ‫ق بَ ْع َد ااْل ِ ْي َم‬ َ ‫ب بِْئ‬ ِ ۗ ‫ِّم ْنه ۚ َُّن َواَل ت َْل ِم ُز ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوْ ا بِااْل َ ْلقَا‬
Yaaa ayyuhal laziina aamanuu laa yaskhar qawmum min qawmin 'asaaa
anyyakuunuu khairam minhum wa laa nisaaa'um min nisaaa'in 'Asaaa ay yakunna
khairam minhunna wa laa talmizuuu bil alqoob; bi'sal ismul fusuuqu ba'dal iimaan; wa
mal-lam yatub fa-ulaaa'ika humuzh zhalimuun.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49]:11)
F. Larangan menebarkan kebencian dan berita palsu
Dalam (QS. An-Nur [24]:4) Allah SWT melarang untuk menebar kebencian dan
membuat berita palsu:
ٰۤ ُ ۚ
‫ك‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫هَا َدةً اَبَدًا َوا‬N‫وْ ا لَهُ ْم َش‬NNُ‫ َدةً َّواَل تَ ْقبَل‬N‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوْ ا بِاَرْ بَ َع ِة ُشهَد َۤا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَمٰ نِيْنَ َج ْل‬ َ ْ‫َوالَّ ِذ ْينَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح‬
ِ ‫ص ٰن‬
َ‫ۙ هُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬
Walladziina yarmuunal muhsanaati summa lam yaatuu bi-arba'ati shuhadaaa'a
fajliduuhum samaaniina jaldatanw wa laa taqbaluu lahum shahaadatan abadaa; wa
ulaaa'ika humul faasiquun.
Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An-Nur [24]:4)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan

19
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa. Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan
sabar, shidiq, tawaduk, syukur, istiqamah,iffah, pemaaf dan amanah.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat
dijadikan pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga akhlak terhadap diri sendiri.
Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang setulus-
tulusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Djatnika,rahmat.1996. Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia.Jakarta: Pustaka Panjimas.


Faridl,miftah.1997.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.Bandung: Pustaka.

20
Jabir El Jazairi,Abu bakar.1993.Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim):
Etika.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Maulan,rizka, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat :
http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 09.04.15.58
Sikum bang,agung kusuma, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat :
http://azemmutawakkil.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem. Kamis,09 April 2015jam 12.00 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai