Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL KEAGAMAAN

“SELF DALAM KONTEKS SOSIAL”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi Sosial Keagamaan

Dosen Pengampu: Muhammad Ali Syahbana, M.A

Kelompok 4:

Dini Karlina (2106020014)

Nabila Rohmatul Ulya (210602015)

Dimas Riyanto (210602019)

Galin Abdul Rahman (210602023)

Nurwindi Asmania Agustina (210602027)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya.
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
matakuliah Psikologi Sosial Keagamaan yang diberikan oleh dosen pengampu
kami, pak Muhammad Ali Syahbana, M.A. Kami juga mengharapkan semoga
dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai ilmu-ilmu
dalam pelajaran Psikologi Sosial di Indonesia.
Kami menyadari makalah kami masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan makalah ini, sehingga makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk
pembaca dan juga untuk kami sebagai penyusun.

Mataram, 06Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Diri......................................................................................3

B. Citra Diri..........................................................................................4

C. Efikasi Diri.......................................................................................7

D. Harga Diri....................................................................................... 9

E. Regulasi Diri......................................................................................10

F. Persepsi Diri.....................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................13

B. Saran ................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keadaan status manusia sebagai mahluk individu, segala sesuatu
yang menyangkut pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan
orang lain lebih banyak berfungsi sebagai pendukung. Kesuksesan seseorang
misalnya sangat tergantung kepada niat, semangat, dan usahanya yang disertai
dengan doa kepada Tuhan secara pribadi. Demikian juga mengenai baik atau
buruknya seseorang di hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia, itu semua
sangat dipengaruhi oleh sikap danperilaku manusia itu sendiri. Jika iman dan
takwanya mantap maka dihadapan Tuhan menjadi baik, tetapi jika sebaliknya,
maka dihadapan Tuhan menjadi jelek. Jika sikap dan perilaku individunya baik
terhadap orang lain, tentu orang lain akan baik pula terhadap orang tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus
mempertanggung jawabkan segala perilakunya secara moral kepada dirinya
sendiri dan kepada Tuhan. Jika perilaku individu itu baik dan benar maka akan
dinikmati akibatnya, teapi jika sebaliknya, akan diderita akibatnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai individu yang sudah dewasa
memiliki konsekuensi tertentuterhadap orang tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana maksud dari konsep diri?
2. Bagaimana maksud dari citra diri?
3. Bagaimana maksud dari Efikasi diri?
4. Bagaimana maksud dari harga diri?
5. Bagaimana maksud dari regulasi diri?
6. Bagaimana maksud dari persepsi diri?
C. Tujuan
1. Menjelaskan maksud dari konsep diri
2. Menjelaskan maksud dari citra diri
3. Menjelaskan maksud dari efikasi diri
4. Menjelaskan maksud dari harga diri
5. Menjelaskan maksud dari regulasi diri
6. Menjelaskan maksud dari persepsi diri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran seseorangmengenai dirinya sendiri, baik
bersifat fisik,sosial maupun psikologis yang diperoleh atau timbul dalam interaksi
dengan lingkungan sosialnya. Centi (1993) mengatakan bahwa konsepdiri adalah
gagasan tentang dirinya sendiri yang berisikan mengenai bagaimana individu
melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimanaindividumerasa tentang dirinya
sendiri, dan bagai- mana individu menginginkan diri sendiri sebagaimanusia
sebagaimana yang diharapkan.
Konsep diri terbentuk melalui proses belajarsejak masa pertumbuhan
manusia dari kecilhingga dewasa. Lingkungan p, pengalaman dankondisi keluarga
memberikan pengaruh yangsignifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.
Sikap atau respon orang tua dan lingkunganakan menjadi bahan informasi
bagi anak untukmenilai siapa dirinya, oleh sebab itusering kali anak yang tumbuh
dan dibesarkan dalam polaasuh yang keliru atau negatif ataupun lingkungan yang
kurang mendukung, cenderungmempunyai konsep diri yang negatif.Konsep diri
ini memiliki sifat yang dinamis,artinya yidak luput dari perubahan. Ada aspek-
aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktutertentu, namun ada pula yang
mudah sekaliberubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalseorang individu merasa
dirinya pandai danselalu berhasil mendapatkan nilai yang baik,namun suatu ketika
dia mendapat angka merah.Bisa saja saat itu menjadi merasa ”bodoh”namun
karena keyakinannya yang positif, iaberusaha memperbaiki nilai.1
Jenis-jenis Konsep DiriMenurut Calhoun dan Acocella (1990)
dalamperkembangannya konsep diri terbagi menjadidua, yaitu konsep diri positif
dan konsep dirinegatif.
a. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif lebih kepada penerimaandiri bukan sebagai suatu kebanggaan
yang besartentang diri. Konsep diri yang positif bersifatstabil dan bervariasi.
Individu yang memilikikonsep diri yang positif adalah individu yangtahu betul
1
Yunistiati, Farida, M. As' ad Djalali, and Muhammad Farid. "Keharmonisan keluarga,
konsep diri dan interaksi sosial remaja." Persona: Jurnal Psikologi Indonesia 3.01 (2014).
tentang dirinya dapat memahami danmenerima sejumlah fakta dan sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terha- dap dirinya sendiri
menjadi positif dan dapatmenerima keberadaan orang lain. Individu yangmemiliki
konsep diri positif akan merancangtujuan-tujuan sesuai dengan realitas, yaitu
tujuan yang memiliki kemungkinan besar untukdapat dicapai, mampu
menghadapi kehidupandidepannya serta menganggap bahwa hidupadalah suatu
proses penuaan.Dapat disingkat individu yang memiliki konsep diri positif adalah
individu yang tahu betulsiapa dirinya sehingga dapat menerima kelebihan dan
kekurangan dirinya, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta
mampumerancang tujuan-tujuan yang sesuai denganrealitas.
b. Konsep Diri negatif
Calhoun dan Acocella (1990) membagikonsep diri negatif menjadi dua type,
yaitu:
1. Pandangan individu tentang dirinya sendiribenar-benar tidak teratur, tidak
memilikiperasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu siapadirinya, kekuatan dan kelemahannya atauyang dihargai dalam
kehidupannya.
2. Pandangan tentang dirinya terlalu stabil danteratur. Hal ini bisa terjadi karena
individudididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri
yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang
dalam pikirannya meru- pakan cara hidup yang tepat.Dengan demikian individu
yang memiliki konsep diri yang negatif terdiri dari 2 tipe,pertama yaitu individu
yang tidak tahu siapadirinya, sedangkan yang kedua adalah individu yang
memandang dirinya dengan sangatteratur dan stabil.

B. Citra Diri
Menurut Buss (Hartantri, 1998) citra diri merupakan gambaran mengenai
tubuh dibentuk dalam pikiran, hal itu dimaksudkan untuk menyatakan suatu cara
penampilan tubuh bagi diri sendiri yang meliputi perasaan tentang tubuh seperti
kuat atau lemah, besar atau kecil, cantik atau jelek, dan tinggi atau pendek. Maka
dari itu setiap individu diharuskan untuk mampu membangun citra diri yang
positif, dan citra diri yang positif tidak hanya menyangkut perihal bentuk tubuh
dan penampilan fisik namun juga menyangkut perihal perasaan, sikap, perilaku,
dan aktivitas pada diri individu. Remaja akhir adalah tahap masa konsolidasi
menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian beberapa hal.
Diantaranya adalah minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, ego
yangmencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan
berubah lagi, Blos (Sarwono, 2006).
Pengertian citra diri (self image)menurut Chaplin (1999) yaitu seperti yang
digambarkan atau dibayangkan akan menjadi di kemudian hari.Gambaran diri ini
dapat berbeda dengan diri sendiri yang sebenarnya. Pengertian tentang citra diri
tersebut hampir sama dengan makna gambaran kesan diri (idealized imaged),
yaitu kesan yang diidealkan. Pengertian yang lebih rinci adalah “satu gagasan atau
konsepsi ideasional mengenai diri sendiri, yang menyajikan kesatuan, daya juang,
dan daya usaha padamanusia serta benda beda. Gambaran yang diidealkan itu
merupakan satu perkiraan yang palsu dan berlebihan atau dibesar-besarkan
mengenai potensialitas dan kemampuan diri yang sebenarnya, dan lebih banyak
dijabarkan dari fantasi serta harapan dari pada realitas sebenarnya.
Sedangkan Garrison (Hartanti, 1998) mengemukakan citra diri sebagai
istilah yang menunjuk pada tubuh sebagai suatu pengalaman psikologis yang
berfokus pada perasaan individu dan sikap-sikap tubuhnya. Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa citra diri adalah gambaran yang diidealkan di dalam
konsepsi diri individu dan istilah yang menunjuk pada tubuh sebagai suatu
pengalaman psikologis yang berfokus pada perasaan individu dan sikap-sikap
tubuhnya.2
Citra diri dalam psikologi bisa tertanam di alam bawah sadar seseorang
karena pengaruh orang lain, lingkungan, pengalaman masa lalu, atau sengaja
ditanamkan oleh diri sendiri melalui pikiran sadarnya. Citra diri dapat bersifat
positif dan membangun kepribadian seseorang dengan baik, namun juga ada yang
bersifat negative dan merusak mental seseorang. Peranan citra diri dalam
kehidupan seseorang antara lain:

2
Ramadhani, Tika Nurul, and Flora Grace Putrianti. “Hubungan antara kepercayaan diri
dengan citra diri pada remaja akhir.” Jurnal Spirits 4.2 (2014): 22-32.
1. Menjadi cetakan dasar kehidupan seseorang sehingga ia akan
menjalani kehidupan sesuai dengan gambaran mental dalam citra
dirinya.
2. Gambaran mnetal yang ada dalam pikiran bawah sadar seseorang
mengenai citra dirinya akan cenderung muncul juga pada kehidupan
nyata.
3. Pencapaian dan kiprah seseorang dibatasi oleh citra dirinya sehingga
tidak akan pernah melewati batasan yang tergambar pada pikiran
bawah sadarnya.
4. Citra diri yang negative akan menghancurkan seseorang dan membawa
kegagalan karena menarik unsure negative ke dalam hidupnya, juga
mengalami gangguan konsep diri. Citra diri yang positif juga akan
menarik hal-hal positif dalam hidup seseorang sehingga membawa
keberhasilan.

Fungsi citra diri dalam psikologi hanya akan beranfaat dalam kehidupan
jika citra diri tersebut positif dan realistis. Beberapam manfaat citra diri yang
positif yaitu antara lain:
1. Meningkatkan rasa percaya diri sehingga menjadi kunci utama
keberhasilan seseorang
2. Meningkatkan semangat dan gairah hidup karena mengetahui potensi
diri sendiri
3. Menumbuhkan keberanian untuk merealisasikan tujuan dan sasaran
hidupseseorang.
4. Hidup lebih bebas dari ketakutan dan keraguan karena telah
menemukan potensi dan kepercayaan diri.
5. Mencintai diri sendiri ketika sudah menerima kelebihan dan
kekurangan diri sendiri.
6. Menemukan siapa diri kita akan membuat kita menemukan kedamaian
dan kebahagiaan dimana saja.
7. Menemukan potensi diri yang tersembunyi juga akan menjamin
keberhasilan dalam hidup.
Citra diri dalam psikologi berhubungan dengan apa yang dilihat seseorang ketika
ia bercermin, namun sejatinya pengertian citra diri jauh lebih dalam daripada itu.
Citra diri merujuk kepada bagaimana seseorang melihat dirinya snediri dalam
tingkat yang lebih luas, baik itu secraa internal maupun secara eksternal, atau cara
mengenali diri sendiri menurut psikologi. Menurut definisinya, citra diri adalah
bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri. Citra diri adalah sejumlah
kesan diri yang telah terbangun seiring waktu. Citra diri ini bisa jadi sangat
positif, member seseorang kepercayaan diri dalam pikiran dan tindakannya, atau
negative yang membuat seseorang mudah meragukan kapabilitas dan idenya.3

C. Efikasi Diri
Efikasi diri adalah salah satu persepsi seseorang yang menganggap bahwa
orang tersebut bisa melakukan sesuatu yang cukup penting untuk mencapai
sebuah tujuan. Hal tersebut mencakup tentang perasaan untuk mengetahui apa
yang perlu dilakukan serta secara emosional mereka mapu untuk melakukan hal
itu.
Mengutip dari Woolfolk (2004), mengungkapkan bahwa efikasi diri
adalah sebuah penilaian secara spesifik yang berkaitan dengan kompetensi guna
mengerjakan sebuah tugas yang spesifik pula. Sedangkan di Bandura (1997),
mengungkapkan bahwa keyakinan seseorang kepada kemampuan mereka akan
mempengaruhi cara individu tersebut dalam merespon situasi atau kondisi
tertentu.
Secara umum efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri atau
kepercayaan individu terhadap kemampuan mereka dalam melakukan suatu hal,
menghasilkan sesuatu, mengorganisais, mencapai tujuan mereka, dan juga
mengimplementasikan tindakan guna mewujudkan keahlian tertentu.
Secara singkat efikasi diri memiliki arti keyakinan atau kepercayaan seseorang
kepada kekuatan diri. Bisa dibilang, efikasi diri adalah percaya diri dalam
mengerjakan sesuatu hal tertentu.4

3
Defita Retno, “citra diri/psikologi komunikasi/ psikologi sosial (2019)”
4
Lely Azizah, “Memahami Self Efficacy atau Efikasi Diri” Persona: Buku Psikologi. 09(2022)
Di dalam efikasi diri seseorang, terdapat tiga tingkatan yang berbeda. Ada
individu yang mempunyai tingkatan dengan level yang tinggi. Namun ada juga
yang mempunyai efikasi diri dengan tingkatan yang rendah.
Meski begitu, apabila kamu yakin bahwa kamu mempunyai efikasi diri, karena
selalu merasakan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Maka alangkah lebih baik
jika hal tersebut diiringi dengan rasionalitas supaya diri kamu akan tetap
seimbang.
Selain itu, kamu juga perlu memahami ciri-ciri seseorang yang memiliki sifat
efikasi diri yang seimbang. Berikut adalah ciri-ciri efikasi diri yang seimbang:
1. Memiliki komitmen yang kuat terhadap minat dan juga kegiatan yang
dilakukan.
2. Tidak butuh waktu lama untuk bangkit dan kembali bersemangat dari
putus asa ataupun rasa kecewa.
3. Bisa mengembangkan minat supaya dapat berpartisipasi di berbagai
kegiatan yang sedang diikuti.
4. Menganggap tantangan adalah sesuatu hal yang harus dikuasai
Adapun ciri-ciri efikasi diri yang rendah adalah sebagai berikut:
1. Selalu memikirkan kegagalan dan lebih fokus pada hal-hal yang bernilai
negative
2. Cepat merasa kehilangan kepercayaan diri.
3. Apabila menemukan tugas ang cukup sulit, maka mereka akan cenderung
merasa bahwa hal tersebut diluar kemampuannya.
4. Terlalu sering menghindari tantangan.

Salah satu contoh efikasi diri bisa kita lihat pada seseorang entrepreneur. Dimana
mereka seringkali membuat penilaian diri terhadap suatu hal yang tidak tentu.
Oleh karena itu, saat membuat suatu keputusan atau sebuah pertanyaan tentang
pengelolaan sumber daya yang dimiliki, mereka perlu memiliki kepercayaan diri
yang tinggi.
Sehingga saat orang lain mengetahui tentang kemampuan mereka dalam
mengerjakan atau meneyelesaikan suatu tugas. Maka mereka bisa dikatakan
sebagai individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi. Hal itu bisa terjadi jika
mereka tahu kekurangan dan kelebihan nya dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang ada.
Seseorang bisa dianggap memiliki efikasi diri yang tinggi tidak hanya diukur dari
tingkat PD mereka saja. Namun juga tentang mawasa diri yang mereka miliki.
Selain itu, mereka juga akan merencanakan suatu tindakan dan bisa menutupi
kekurangan mereka. Supaya mereka bisa memperoleh target yang telah
ditentukan.5.
D. Harga Diri
Harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh setiap individu yang
mengarah pada dimensi negative dan positif . Frey dan Carlock mengungkapkan
bahwa harga diri adalah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negative,
netral, dan ambigu yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti
cinta diri sendiri. Individu dengan harga diri yang tinggi menghormati dirinya
sendiri, mempertimbangkan dirinya berharga, danmelihat dirinya sama dengan
orang lain. Sedangkan harga diri rendah pada umumntya merasakan penolakan,
ketik puasan diri dan meremehkan diri sendiri.6 Sedangkan menurut Cooper Smith
mendefinisikan harga diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh individu
terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan dan
penolkan serta menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya
mampu, penting, berhasil, dan berharga. Kesadaran tentang diri dan perasaan
terhadap diri sendiri tersebut akan menimbulkan suatu penilaian terhadap diri
sendiri baik positif maupun negative.7
Dalam konsep harga diri terdapat aspek-aspek yang mempengaruhinya
antara lain:
1. Kekuatan (power)
Kekuatan atau power menunjuk pada adanya kemampuan seseorang untuk
dapat mengatur dan mengontral tingkah laku dan mendapat pengakuan
atas tingkah laku tersebut dari orang lain.
2. Keberanian (significance)

5
Lely Azizah, “Memahami Self Efficacy atau Efikasi Diri” Persona: Buku Psikologi. 09(2022)
6
Simbolan, 2008;10
7
Rahmawati, 2006;4
Keberanian atau significance menunjuk pada kepedulian, perhatian, afeksi,
dan ekspresi cinta yang di terima oleh seseorang dari orang lain yang
menunjukkan adanya penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan
sosial.
3. Kebijakan (virtue)
Kebijakan atau virtue menujuk pada adanya suatu ketaatan untuk
mengikuti standar moral dan etika serta agama dimana individu akan
mnejauhi tingkah laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah laku
yang diizinkan oleh moral, etika, dan agama
4. Kemampuan (competence)
Kemampuan atau competence menunjuk pada adanya performance yang
tinggi untuk memenuhi keutuhan mencapai prestasi dimana level dan
tugas-tugas tersebut tergantung pada variasi seseorang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri antara lain:


1. Orang-orang yang berarti (penting)
2. Harapan akan peran sosial
3. Kerisis setiap perkembangan psikosisial
4. Gaya penanggulangan masalah

E. Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan aspek penting dalam menentukan perilaku
seseorang. Regulasi diri merupakan kemampuan mengatur tingkah laku dan
menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap
performance seseorang mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti peningkatan.
Zimmerman menyatakan bahwa regulasi diri berkaitan dengan pembangkitan diri
baik pikiran, perasaan dan tindakan yang direncakana serta adanya timbale balik
yang disesuaikan pada pencapaian tujuan personal. Sedangkan Suryani
berpendapat bahwa regulasi diri bukan merukan kemampuan mental seperti
intelegensi atau keterampilam akademik seperti keterampilan membaca, melaikan
proses pengarahan atau penginstruksian diri individu untuk mengubah
kemampuanmnetal yang dimilikinya menjadi keterampilan dalam suatu bentuk
aktifitas.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri antara lain:
a. Individu (diri)
Faktor individu ini meliputi hal-hal dibawah ini:
1. Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam
pengetahuan yang dimiliki individu akan semakinmembantu
individu dalam melakukan regulasi diri.
2. Tingkat kemampuan mentagognisi yang dimiliki individu yang
semakin tinggi akan membantu pelaksanaan pengelolaan diri
dalam diri individu.
3. Tujuan yang ingin dicapai, semakin banyak dan kompleks
tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan individu
melakukan regulasi diri.
b. Prilaku
Prilaku mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan
yang dimilki. Semakin besar dan optimal upaya yang dikerahkan
individu dalam mengatur dan mengorganisasi suatu aktifitas akan
meningkatkan regulastion pada diri individu.
c. Lingkungan
Teori sosial kognitif mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh
sosial dan pengalaman pada fungsi manusia. Hal ini bergantung
pada bagaimana lingkungan itu mendukung atau tindak
mendukung.

F. Persepsi Diri
Persepsi diri adalah upaya mengamatidiri sendiri, baik sifat, motivasi,
perasaan dan emosi, atau lainnya. Anda sadar perasaan yang anda alami. Anda
tahu niat anda dalam melakukan sesuatu. Anda paham sikap anda terhadap
sesuatu. Anda tahu alasan mengapa anda berbuat sesuatu.
Menurut Jalaludin Rahmat persepsi diri adalah suatu pengalaman tentang
objek pristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi
dan menfsirkan pesan.8 Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono persepsi
diri adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan , dan
menfokuskan. 9
Melalui persepsi diri inilah manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungan, hubungan ini dilakukan lewat indranya yaitu indra
penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.
Adapun jenis-jenis persepsi diri antara lain:
1. Persepsi diri positif, yaitu yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu
tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan dengan
upaya pemanfaatannya. Hal itu akan diteruskan dengan keaktifan atau
menerima dan mendukung terhadap obyek yang dipersepsikan.
2. Persepsi diri negative, yaitu yang menggambarkan segala pengetahuan
(tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras
dengan obyek yang di persepsi. Hal itu akan diteruskan dengan kepasifan
atau menolak dan menentang terhadap obyek yang dipersepsikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi diri itu baik yang positif
maupun yang negative akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Dan munculnya suatu persepsi diri positif ataupun
negative semua itu tergantung pada bagaimana cara individu menggambarkan
segala pengetahuannya tentang suatu obyek yang dipersepsikan.

8
Jalaludin Rahmat, Judul Buku “Psikologi Kumunikasi”
9
Sarlito Wirawan Sarwono, Judul Buku “Pengantar Umum Psikologi”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah seperangkat prespektif yang dipercaya orang mengenai
diri sendiri. Peranan, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan dan keterbatasan
sosial, dan intelektualitas, dan seterusnya yang membentuk konsep diri yang juga
mengatakan bahwa konsep diri merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang
juga mengandung evaluasi terhadap diri. Hal tersebut berkaitan dengan citra diri,
efikasi diri, harga diri, regulasi diri, dan persepsi diri individu.
B. Saran
Setiap mahasiswa haruslah menanamkan konsep diri yang positif pada diri
mereka. Dikarenakan dapat membentuk karakter-karakter individu yang baik,
dalam hal ini mereka akan lebih bertanggung jawab pada tugas mereka sebagai
pelajar dan mempermudah dalam menjalani proses pembelajaran dalam
universitas.
DAFTAR PUSTAKA
Yunistiati, Farida, M. As' ad Djalali, and Muhammad Farid. "Keharmonisan keluarga, konsep diri
dan interaksi sosial remaja." Persona: Jurnal Psikologi Indonesia 3.01 (2014).
Ramadhani, Tika Nurul, and Flora Grace Putrianti. “Hubungan antara kepercayaan diri dengan
citra diri pada remaja akhir.” Jurnal Spirits 4.2 (2014): 22-32.
Defita Retno, “citra diri/psikologi komunikasi/ psikologi sosial (2019)”
Lely Azizah, “Memahami Self Efficacy atau Efikasi Diri” Persona: Buku Psikologi. 09(2022) Lely
Azizah, “Memahami Self Efficacy atau Efikasi Diri” Persona: Buku Psikologi. 09(2022) Simbolan,
2008;10.Rahmawati, 2006;4
Jalaludin Rahmat, Judul Buku “Psikologi Kumunikasi”
Sarlito Wirawan Sarwono, Judul Buku “Pengantar Umum Psikologi”
https;www.gramedia.com/best-seller/self-efficacy-efikasi-diri/

Anda mungkin juga menyukai