Kelompok : 2
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatNya kami kelompok 2 (dua) bisa menyelesaikan dan mengumpulkan tugas makalah ini
dengan tepat waktu, makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari
pihak pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, serta makalah ini dapat
diselesaikan karena adanya kerja sama yang baik dari kelompok kami. Oleh karena itu kami
ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak – pihak yang ikut serta dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna dan masih masih banyak kesalahan dari makalah ini, baik dari segi penulisan,
bentuk, serta referensinya yang sekiranya masih kurang, kami meminta maaf, kepada semua
pembaca dan yang berkepentingan.
Kami sangat berharap biarlah makalah ini dapat berguna bagi semua pembaca dan yang
berkepentingan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca yang
berkepentingan dan dapat dijadikan sebagi acuan penulisan yang baik, serta kami berharap
makalan ini dapat bermanfaat sebagai referensi penulisan karya ilmiah yang lain. Terima
kasih banyak kepada semua pembaca dan yang berkepentingan yang mau membaca makalah
ini dan dijadikan referensi untuk penulisan makalah yang baik dan benar. Demikianlah kata
kata pengantar yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini kita dapat bersama –
sama mendapatkan pengetahuan. Terima kasih
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
individu. Konsep diri mengacu pada persepsi dan pemahaman seseorang tentang
dirinya sendiri, termasuk penilaian terhadap karakteristik fisik, emosi, kepribadian,
dan keterampilan yang dimiliki. Konsep diri juga mencakup keyakinan, nilai-nilai,
dan tujuan hidup yang dimiliki individu.
Pentingnya pemahaman yang baik tentang konsep diri adalah karena konsep diri
yang positif dan sehat dapat membantu individu dalam menghadapi tantangan dan
mencapai potensi penuh mereka. Sebaliknya, konsep diri yang negatif atau tidak sehat
dapat menghambat perkembangan individu, mempengaruhi hubungan sosial, dan
berkontribusi pada masalah kesejahteraan mental.
Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan secara mendalam tentang konsep diri,
faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan pentingnya perkembangan konsep diri
yang sehat. Kami juga akan membahas tentang karakterisitik konsep diri yang dialami
ada anak remaja. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan konsep
diri, kita dapat membangun identitas yang kuat dan positif untuk mencapai kehidupan
yang memuaskan dan berarti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep diri ?
2. Dimensi seperti apa yang harus ada agar mengembangkan konsep diri ?
3. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
4. Bagaimana karakteristik konsep diri pada anak remaja ?
C. Tujuan
1. Agar megetahui arti dari konsep diri
2. Agar mengetahui dimensi seperti apa untuk mengembangkan konsep diri
3. Agar mengetahui faktor - faktor yang mempegaruhi konsep diri ?
4. Agar mengetahui karakteristik konsep diri pada anak remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian konsep diri
Konsep diri adalah persepsi seseorang tentang dirinya sendiri yang dibentuk
melalui pandangan atau perspektif mereka terhadap diri sendiri dan hubungan mereka
dengan obyek atau orang lain dalam lingkungannya . Konsep diri dapat terlihat ke
bertumbuh positif atau negatif, tergantung pada dukungan atau kritik yang diterima
dari lingkungan. Konsep diri yang positif memungkinkan individu untuk menerima
dan berdamai dengan diri mereka sendiri dan masa lalu mereka, yang mempengaruhi
perilaku mereka. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman, perilaku pribadi, dan
penilaian orang lain. Disarankan untuk berbagi masalah dengan individu yang
dipercaya atau mencari bimbingan profesional untuk memiliki konsep diri yang
positif .
Konsep diri yang positif merupakan bentuk dari penerimaan diri. Orang dengan
konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali (Wicklund dan Frey
(Calhoun & Acocella, 1990). Orang dengan konsep diri positif bersifat stabil dan
bervasiasi. Mereka dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Berkaitan dengan pengharapan, orang
dengan konsep diri positif merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis.
Sedangkan konsep diri yang negatif menurut defenisinya meliputi penilaian negatif
terhadap diri. Apapun yang dilakukan tidak memberi kepuasan terhadap dirinya.
Apapun yang diperolehnya tampaknya tidak berharga dibandingkan dengan apa yang
diperoleh orang lain.
Menurut Santrock (1996) istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari diri sendiri. Sedangkan menurut Atwater (1987) konsep diri adalah
keseluruhan gambaran diri yaitu meliputi presepsi seseorang tentang diri, perasaan,
keyainan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Konsep diri dapat
diartikan gambaran yang kita lakukan atau pekembangan kita yang dilihat serta
dinilai orang lain, dan hal itulah yang akan kita gunakan sebagai perkembagan agar
menjadi acuan kita.
Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri sendiri
(Burns 1982). Lalu menurut Cawagas 1983 mengartikan bahwa konsep diri
merupakan suatu hal yang mencakup semua hal yang ada dalam diri dan sebuah
pandangan yang ada dalam diri baik itu dalam karakter, fisik, dan sebagainya.
2. Harapan.
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-
citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa
kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejurnlah pandangan
lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya,
kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini
merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
Oleh sebab itu, dalam menetapkan standar diri ideal haruslah lebih realistis,
sesuai dengan potensi atau kemampuan diri yang dimiliki, tidak terlalu tinggi dan
tidak pula terlalu rendah. Adalah sangat tidak realistis ketika seorang gadis SMA
kelas III yang pendek dan gemuk bercita-cita ingin menjadi seorang pragawati
atau model terkenal. Cita-cita diri yang terlalu tinggi akan menyebabkan
seseorang mengalami stres atau kekecewaan, karena tidak dapat membuktikan
cita-cita dirinya itu dalam kehidupannya yang nyata. Sebaliknya, cita-cita diri
yang terlalu rendah, akan menyebabkan kurangnya kemauan seseorang untuk
mencapai suatu prestasi atau tujuan yang sebenarnya ia mampu meraihnya.
3. Penilaian.
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran
kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita
berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita
bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2)
standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
Hasil dan penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri,
yaitu seberapa besar kita menyukai diri sendiri.
Orang yang hidup dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri
yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana
dirinya akan memiliki rasa harga diri yang tinggi (high self-esteem). Sebaliknya,
orang yang terlalu jauh dari standar dan harapan-harapannya akan memiliki rasa
harga diri yang rendah (low self-esteem). Dengan demikian dapat dipahami
bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptance),
serta harga diri (self-esteem) seseorang.
Ketiga dimensi konsep diri sebagaimana diuraikan di atas bukanlah sesuatu
yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain. Tingkat harga diri kita dipengaruhi oleh gambaran diri,
apakah diri kita sebagaimana yang kita lihat dan cita-cita diri, diri macam apa yang
kita inginkan. Semakin lebar jurang antara gambaran diri dan cita-cita diri, semakin
rendah harga diri. Sebaliknya, ada kesesuaian antara gambaran diri dan cita-cita diri,
tetapi jangan sama. Bila terdapat kesamaan, maka orang yang bersangkutan akan
mencapai tahap kepenuhan. Seseorang yang merasa sudah tercapai cita-cita dirinya,
tidak terdorong untuk rneningkatkan diri dan meraih prestasi yang lebih tinggi.
Sebaliknya, apabila terdapat jurang yang terlalu lebar antara gambaran diri dan cita-
cita diri, maka orang yang bersangkutan akan menderita "penyakit" menolak diri
(self- rejection), yang sering terjadi pada orang yang kurang sehat secara psikologis
dan tidak mampu menyesuaikan diri.
Konsep diri kita memang tidak pernah terumuskan secara jelas dan stabil,
Pemahaman diri selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan pengalaman yang terjadi
hampir setiap saat. Seorang siswa yang memiliki harga diri tinggi tiba-tiba dapat
berubah menjadi rendah diri ketika gagal ujian dalam suatu mata pelajaran penting.
Sebaliknya, ada siswa yang kurang berprestasi dalam studi dan dihinggapi rasa rendah
diri, tiba-tiba merasa memiliki harga diri tinggi ketika ia berhasil memenangkan suatu
lomba seni atau olahraga.
b. Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber yang
memalukan dan mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya daya tarik fisik
dapat menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan
menambah dukungan sosial.
c. Nama dan julukan : Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok
menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan (label) yang bernada
cemoohan.
d. Hubungan keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seseorang anggota
keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan
pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk
mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
e.Teman-teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara.
Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep
teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
f. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam
tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang
memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak
awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan
kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
g.Cita-cita
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami kegagalan.
Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana
ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya.
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan
prestasi belajar rnempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) misalnya,
mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang
kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki
konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang
berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan
hubungan antar pribadi yang positif.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar, Fink
(dalam Burns, 1982) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah siswa laki-
laki dan perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkat inteligensi mereka. Di
samping itu, mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu
kelompok berpretasi lebih (overachievers) dan kelompok berprestasi kurang
(underachievers). Hal penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsep
diri antara siswa yang tergolong overachiever dan underachiever: Siswa yang
tergolongan overachiever menunjukkan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan
yang erat antara konsep diri dan prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki.
Penelitian Walsh (dalam Burns, 1982), juga menunjukkan bahwa siswa- siswa
yang tergolong underchiever mempunyai konsep diri yang negatif, serta
memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian; 1) mempunyai perasaan dikritik,
ditolak dan diisolir; 2) melakukan mekanismi pentahanan diri dengan cara
menghindar dan bahkan bersikap menentang; 3) tidak mampu mengekspresikan
perasaan dan perilakunya.
BAB III
KESIMPULAN
Sears, David. O. Freedman, J.L. Peplan. L.A (1992) Psikhologi Sosial Alih
Bahasa. Michael Adiyanto dan Savitri Soekrisi, Jakarta: Erlangga.