Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

MAKALAH PERKEMBANGAN KONSEP DIRI


D
i
s
u
s
u
n
Oleh : Kelompok 3
EMMA ASIH SIANTURI 3131111008
KRISTINA TUMANGGOR 3133111024
JANNUR HAVANZAH 3131111014

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Makalah ini berjudul Perkembangan Konsep Diri. Dalam makalah ini di jelaskan
mengenai pengertian konsep diri, dimensi konsep diri, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep
diri, perkembangan konsep diri remaja, karakteristik konsep diri remaja (SMP-SMA), konsep
diri dan perilaku, konsep diri dan prestasi belajar.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari Pembaca untuk melengkapi kekurangan makalah ini guna
penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi Pembaca. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih.

Medan, 07 Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
B. Dimensi Konsep diri
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
D. Perkembangan Konsep Diri Remaja
E. Karakteristik Konsep Diri
F. Konsep Diri dan Perilaku
G. Konsep Diri Dan Prestasi Belajar
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki
pengharapan apa pun terhadap diri kita sendiri. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar
yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Konsep diri adalah pandangan atau kesan individu terhadap dirinya secara
menyeluruh yang meliputi pendapatnya tentang dirinya sendiri maupun gambaran diri orang
lain tentang hal-hal yang dapat dicapainya yang terbentuk melalui pengalaman dan
interpretasi dari lingkungannya.
Kini, di saat pendidikan menjadi tulang punggung untuk menciptakan individu yang
berkualitas, pembentukan konsep diri positif pada anak didik adalah suatu hal yang tak
dapat ditinggalkan, yang harus dilakukan secara kontinyu dan menyeluruh pada setiap
tahapan perkembangan anak didik. Di luar rumah, aktivitas kelas dan lingkungan sekolah
memberikan warna terhadap pembentukan imdividu anak didik, yang dalam prosesnya peran
guru adalah sangat vital. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya
kesadaran, kemauan dan kreativitas guru untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri
yang positif ke dalam kegiatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka timbul perumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Apakah dimensi-dimensi dari konsep diri?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
4. Bagaimana karakteristik konsep diri remaja (SMP-SMA)?
5. Bagamanakah peran konsep diri dalam menentuka perilaku?
6. Bagaimanakah hubungan antara konsep diri denga prestasi belajar?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep diri.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.
4. Untuk mengetahui konsep diri remaja (SMP-SMA).
5. Untuk mengetahui konsep diri dalam menentuka perilaku.
6. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri denga prestasi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam
Agustiani, 2006: 138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan (frame
of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Agustiani (2006: 138) menjelaskan
bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari interaksi dengan lingkungan.
Konsep diri juga berarti kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang
terorganisasi. Konsep diri merupakan pemahaman individu terhadap diri sendiri meliputi diri
fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial, dan diri moral etik, emosional aspiratif, dan
prestasi yang mereka capai.
Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang sangat
penting dipahami oleh seorang guru. Hal itu karena konsep diri merupakan salah satu variabel
yang menentukan dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu, sudah seharusnya memahami
tentang konsep diri anak didiknya, bagaimana perkembangannya, bagaimana hubungan
konsep diri dengan perilaku dan bagaimana pengaruh konsep diri terhadap prestasi (Syarif,
2015 : 120).
Hurlock (dalam Gufron, 2011: 13) mengatakan bahwa konsep diri merupakan
gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri juga
berarti gambaran tentang dirinya sendiri dalam bandingannya dengan orang lain. Konsep diri
sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi
pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis inimerupakan hasil
eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri yang
diterima dari kebanyakan orang di lingkungannya.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang terhadap dirinya. Definisi lain menyebutkan bahwa Konsep diri
merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal ini
meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya sendiri yang dapat
bersifat psikologis, sosial dan fisik.
Adapun pengertian konsep diri menurut para ahli adalah sebagai berikut.
a) Rini (2004 : 12) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang
tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap
atau respon orang tua dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk
menilai siapa dirinya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
b) Menurut Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evolusi bidang
tertentu dari diri sendiri. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah
keseluruhan konsep diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan,
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirnya. Atwater mengidentifikasi konsep diri atas
tiga bentuk (dalam Syarif, 2015 : 120) yaitu :
1) Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yakni bagaimana seseorang melihat dirinya
sendiri.
2) Ideal self, yatu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya.
3) Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.

B. Dimensi Konsep diri


Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi konsep diri.
Namun secara umum, sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan
menggunakan istilah yang berbeda-beda. Paul J. Centi menyebutkan ketiga dimensi konsep
diri dengan istilah : dimensi gambaran diri (self-image), dimensi penilaian diri (self-
evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal).
Sedangkan Calhoun dan Acocella (Syarif, 2015 : 121) menyebutkan 3 dimensi
utama dari konsep diri, yaitu : dimesi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi
penilaian. Pengetahuan. Dimensi pertama pada konsep ini adalah apa yang kita ketahui
tentang diri sendiri atau penjelasan mengenai gambaran diri sendiri. Gambaran diri
tersebut pada gilirannya akan membentuk citra diri. Gambaran diri tersebut merupakan
kesimpulan dari : pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang, seperti sebagai
orang tua, suami atau istri, karyawan, pelajar; pandangan kita tentang watak kepribadian
yang kita rasakan yang ada pada diri kita; dan berbagai karakteristik yang kita lihat melekat
pada diri kita sendiri. Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan atau diri
yang dicita-citakan. Cita-cita diri terdiri atas aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita,
atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Harapan atau cita-cita diri akan
membangkitkan kekuatan yang mendorong kita menuju masa depan dan akan memadukan
aktivitas kita dalam perjalanan hidup kita. Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah
penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita
tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.
Joyce (2004 : 125) menyebutkan bahwa konsep diri terbentuk dari gambaran diri
(self image) yang pembentuknya melalui proses bertanya pada diri sendiri,
Siapakah saya?
Apa peran saya dalam kehidupan?
Bagaimana nilai-nilai yang saya anut?
Baik atau buruk?
Ingin jadi seperti apa saya kelak?
Jawaban atas pertanyaan tersebut akan membentuk dari konsep diri yang kemudian
membentuk penghayatan terhadap nilai diri. Proses bertanya pada diri sendiri tersebut
merupakan proses untuk mengenal diri kita. Bila kita telah menemukan jawaban-jawaban
atas pertanyaan tersebut maka kita akan lebih mudah menemukan konsep diri kita dan
mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan konsep diri yang kita miliki.
Pada diri seseorang konsep diri berkaitan dengan pandangannya terhadap :
Keadaan fisik (seperti bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, kondisi sehat dan sakit).
Aspek psikis (meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki)
Aspek sosial (meliputi bagaimana perasaan individu dalam lingkup perannya di lingkungan,
penilaian terhadap peran, dan kemampuan sosialisasi)
Aspek moral (bagaimana memandang baik dan buruk, apa yang boleh dan tidak boleh,
nilai-nilai agama, peraturan atau nilai-nilai masyarakat).
Mengenali kemampuan yang dimiliki, kelebihan dan kekurangan.
Tujuan dan rencana hidup, serta harapan-harapan pribadi.
Aspek seksual (meliputi identitas seksual, jenis kelamin, orientasi seksual)

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu,
yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya. Banyak
kondisi dalam kehidupan remaja turut membentuk pola kepribadian melalui pengarhnya
pada konsep diri seperti perubahan fisik, dan psikologi pada masa remaja. Beberapa faktor
yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu (Syarif, 2015 : 126) :
1. Usia Kematangan. Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan baik.
2. Penampilan Diri. Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri
meskipun perbedaan yang menambah daya tarik fisik.
3. Nama dan Julukan. Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompoknya
menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.
4. Hubungan Keluarga. Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan
seseorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin
mengembangkan pola kepribadian yang sama.
5. Teman-teman Sebaya. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara, yaitu konsep diri remaja merupatan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-
teman tentang dirinya, dan ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui olek kelompok.
6. Kreativitas. Remaja yang semasa kanak-kanak di dorong agar kreatif dalam bermain dan
dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang
memberi memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.
7. Cita-cita. Bila remaja mempunyai cita-cita yang realistik tentang kemampuannya akan lebih
banyak mengalami keberhasilan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri
yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
Burns (dalam Nuryoto, 1993 : 54) menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima
faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu :
1. Citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik.
2. Bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi.
3. Umpan balik dari lingkungan.
4. Identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat.
5. Pola asuh orang tua.
Sedangkan Hurlock yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri di antaranya adalah :
Fisik.
Pakaiannama dan nama panggilan.
Intelegensi
Tingkat aspirasi.
Emosi.
Budaya.
Sekolah dan perguruan tinggi.
Status sosial ekonomi, dan keluarga.
Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993 : 58), perkembangan seseorang
selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan kehidupan kelompok dalam
lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap perkembangan yang dilaluinya.
Menurut Phomi Otari (2013 : 24) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri yaitu sebagai berikut.
1. Usia. Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan dibentuk.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang sehingga
akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan
bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh
dalam mempersepsi dirinya.
2. Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk laki-laki ataukah
perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Itu
berarti, peran seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan membentuk
konsep diri anak. Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai beberapa
saudara laki-laki, dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti layaknya
laki-laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki.
3. Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya bagi seorang
wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting dalam pembentukan konsep
diri. Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan persepsinya mengenai
tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep
diri secara tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan
pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap keadaan
fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat membantu perkembangan
konsep diri yang positif.
4. Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya. Roger (1961) menyatakan bahwa
perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang diberikan
oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut. Umpan balik yang
diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri indvidu. Jika umpan balik
yang diberikan orang-orang di lingkungannya menunjukkan penerimaan maka individu
merasa diterima dan akan membantu perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika
umpan balik yang diberikan oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan,
individu akan merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep
diri yang negatif.
5. Figur-figur bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya
memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui perilaku yang
kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa
dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya orang yang
mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar
dan tokoh idola.

D. Perkembangan Konsep Diri Remaja

Menurut Rini (2004 : 15) perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang
hidup.
a) Konsep Diri Remaja Yang Sehat
Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri
sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari
masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau
meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain
sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik
agar diterima di lingkungannya.
b) Konsep Diri Dan Prestasi Sekolah
Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (dalam Nuryoto, 1993 : 58)
menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu
yang mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko,
selalu optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup. Konsep diri
dan pencapaian akademik siswa adalah dua hal yang saling memperngaruhi. Seseorang
dengan konsep diri yang positif cenderung memiliki pencapaian akademik yang lebih baik.
Langkah-Langkah Mempertahankan Konsep Diri adalah sebagai berikut.
1) Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah
dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk
mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua
orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
2) Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak
bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak
mampu meandang hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang
lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa
menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita?
3) Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri
sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada
permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self).
Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah
dan negatif konsep dirinya.
4) Berpikir positif dan rasional
Semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan
maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita ika pikiran itu mulai menyesatkan
jiwa dan raga.

E. Karakteristik Konsep Diri


Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak
mengetahui tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak
memiliki penilaian apapun terhadap diri sendiri. Dengan demikian konsep diri terbentuk
melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial,
anak usia sekolah dasar juga mengalami perubahan pandangan terhadap dirinya sendiri.
Pada awal-awal sekolah dasar, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Sekolah
dasar banyak memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya
dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (dalam Gufron, 2011 : 15) perubahan-perubahan dalam konsep diri anak
selama tahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik
konsep diri, yaitu (1) karakteristik internal, (2) karakteristik aspek-aspek sosial, dan (3)
karakteristik perbandingan sosial.
1. Karakteristik Internal. Anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui
karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S.
Skeryy (1983), menemukan bahwasanya anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung
menyebutkan karakteristik psikologis (seperti preferensi atau sifat-sifat kepribadian) dalam
pendefinisian diri mereka dan kurang cenderung menyebutkan karakteristik fisik (seperti
warna mata atau pemilikan).
2. Karakteristik Aspek-aspek Sosial. Selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek sosial
dari pemahaman diri anak-anak juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak
sekolah dasar sering kali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam
deskripsi diri mereka.
3. Karakteristik Perbandingan Sosial. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga
mengacu pada perbandingan sosial (social comparison). Pada tahap ini, anak-anak
cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara
absolut. Pergeseran perkembangan ini menyebabkan suatu kecenderungan yang meningkat
untuk membentuk perbedaan-perbedaan seseorang dari orang lain sebagai seorang individu.

F. Konsep Diri dan Perilaku


Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menetukan tingkah laku seseorang.
Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya.
Menurut Felker (dalam Syarif, 2015 : 131), terdapat 3 peranan penting konsep diri dalam
menentukan perilaku seseorang, yaitu :
1. Self-Concept as maintainer of inner consistency (Konsep Diri Dalam Mempertahankan
Keselarasan Batin). Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan
batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang
atau saling bertentangan , amka akan terjasi situasi psikolog yang tidak menyenangkan untuk
itu, individu harus mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan
kesesuaian dirinya dengan lingkungannya.
2. Self-Concept as set of experience (Konsep Diri Dalam Menentukan Individu Memberikan
Penafsiran Atas Pengalamannya). Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya
sangat mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian
akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya,
karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri
mereka.
3. Self-Concept as set of expectations (Konsep Diri Berperan Sebagai Penentu Pengharapan
Individu). Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri.
Selanjutnya, Pudjijogyanti (dalam Joyce, 2004 : 130) menambahkan bahwa konsep
diri mempunyai peran penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu
memandang dirinya akan tampak dari keseluruhan perilaku dengan kelompok. Apabila
individu berpendapat bahwa kelompok selalu benar, maka individu tersebut akan mengikuti
apapun yang dilakukan oleh kelompoknya tanpa mempedulikan pendapatnya sendiri.

G. Konsep Diri Dan Prestasi Belajar


Konsep diri dan prestari belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (dalam
Syarif, 2015 : 132) mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membutikan hubungan
positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah. Siswa yang memiliki
konsep diri positif, memperlihatkan prestasi belajar yang baik disekolah, atau siswa yang
berprestasi tinggi disekolah memiliki penialaian diri yang tinggi serta menujukkan hubungan
antar pribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan
mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas
mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian
dalam belajar, sehingga tidak tergantung pada guru semata.
Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (dalam Phomi, 2013 : 30)
menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu
yang mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko,
selalu optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar, Fink (dalam
Syarif, 2015 : 133) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah siswa laki-laki dan
perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkatan inteligensi mereka. Disamping itu
mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok berprestasi lebih
(overachievers) dan kelompok berprestasi kurang (underachiever) : Siswa yang
overachievers menunjukkan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan yang erat antara
konsep diri dan prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki. Sedangkan penelitian
Walsh, uga menunjukkan bahwa siswa yang tergolong underachiever mempunyai konsep diri
yang negative, serta memperlihatkan karakteristik kepribadian : 1) Mempunyai perasaan
dikritik, ditolak dan diisolir; 2) Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara
menghindar dan bahkan bersikap menentang; 3) Tidak mampu megekspresikan perasaan
perilakunya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah bagaimana seeorang melihat dirinya yang mencakup keyakinan,
pandangan dan penilaian seseorang terhadap sirinya sendiri. Konsep diri seseorang dibentuk
oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dimana demana seorang anak dibesarkan.
Pola asuh orang tua terhadap anak sangan menetukan konsep diri anak. Lingkungan yang
juga sangat berpengaruh terhadap konsep diri anak adalah lingkungan sekolah. Guru sangat
berperan dalam membentuk konsep diri anak.
Terdapat 3 dimensi konsep diri yaitu dimensi gambaran diri (self image), dimensi
penilaian diri (self evalution), dan dimensi cita-cita diri (self ideal). Sedangkan faktor yang
mempengaruhi konsep diri individu adalah usia kematangan, penampilan diri, nama dan
ulukan, hubungan keluarga, teman sebaya, dan kreatifitas.
Konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan perilaku seseorang.
Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dalam keseluruhan perilakunya.
Konsep diri juga mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi belajar. Disekolah anak
yang mempunyai konsep diri yang baik biasanya akan memperoleh prestasi belajar yang
baik, dan sebaliknya anak yang mempunyai konsep diri yang tidak baik biasanya akan
memperoleh prestasi belajar yang baik.
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri
sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.

B. Dimensi Konsep Diri


1. Pengetahuan (kognitif). Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita
ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari siapa saya yang akan memberi
gambaran tentang diri saya. Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk
citra diri (self image). Dimensi pengetahuan dari konsep diri mencakup segala
sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti saya pintar,
saya cantik, saya anak baik, dan seterusnya.
2. Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang
dicita-citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang
siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah
pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang.
Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan
ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
3. Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita
sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi. Menurtu Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari
kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita
bertentangan: a) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), b)
standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
Hasil dari penilaiantersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri,
yaitu seberapa besar kita meyukai diri sendiri. Orang yang hidup dengan standar
dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang
sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya akan memiliki rasa rasa harga
diri yang tinggi (high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari
satndar dan harapn-harapannya akan memiliki rasa harga diri yang rendah (low self
esteem). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk
penerimaan terhadap diri, serta harga diri seseorang.

C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif


1. Konsep diri negatif
Menurut Colhoun dan Acocella (1995) individu yang mempunyai konsep diri
negatif umumnya memiliki sedikit pengetahuan tentang dirinya sendiri, biasanya
memiliki pandangan tentang dirinya yang sedikit, tidak memiliki perasaan
kestabilan dan keutuhan diri, benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatannya
dan kelemahannya. Konsep diri bisa terlalu stabil atau kaku, mungkin karena
didikan yang sangat keras. Individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak
mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan. Keadaan inilah yang menyebabkan
kecemasan yang mengancam dirinya.
Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif tidak realistis.
Individu ini mempunyai sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya ia tidak
mencapai apapun yang berharga. Bila ia mengalami kegagalan, maka kegagalan ini
akan merusak dirinya sendiri. Individu ini menjebak dan menghantam dirinya
sendiri.
Individu yang mempunyai konsep diri negatif akan memberi penilaian
terhadap dirinya juga negatif. Apapun keadaan dirinya, tidak pernah cukup baik.
Apapun yang diperolehnya tampak tidak berharga dibanding dengan apa yang
diperoleh orang lain. Individu ini sering menghadapi kecemasan karena
menghadapi informasi tentang dirinya yang tidak diterimanya dengan baik dan
mengancam dirinya.
Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai pengertian tidak
tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah.
Individu ini memandang dirinya tidak punya potensi dan mempunyai motivasi yang
rendah untuk belajar, mudah cemas dan putus asa, kurang mampu
mengaktualisasikan potensinya, sensitif dan mudah curiga. Individu dengan konsep
diri negatif menganggap suatu keberhasilan diperoleh bukan karena
kemampuannya tapi karena suatu kebetulan atau nasib semata.

2. Konsep diri positif


Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik.
Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Indvidu ini dapat menyimpan
informasi tentang dirinya sendiri baik positif atau negatif. Individu dengan konsep
diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-
macam tentang dirinya.
Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif dirancang dengan tujuan-
tujuan yang sesuai dengan realistis. Artinya memiliki kemunginan besar untuk
dapat mencapai tujuan tersebut. Individu ini dapat menghadapi kehidupan di
depannya. Indvidu dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan dengan bebas,
ia akan bertindak dengan berani, spontan dan memperlakukan orang lain dengan
hangat serta hormat. Individu ini memandang hidup lebih menyenangkan dan
penuh harapan.
Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh pengalaman mental
individu, penilaian tentang dirinya menjadi positif. Individu ini dapat menerima
dirinya apa adanya dan juga dapat menerima orang lain apa adanya.

Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki pengertian yang luas
dan bermacam-macam tentang dirinya, pengharapan yang realistis dan harga diri
yang tinggi. Individu ini akan mampu mengatasi dan mengarahkan dirinya,
memperhatikan dunia luar.
Kemampuan ini dalam berinteraksi dengan lingkungan sangat bagus. Inidvidu
berkonsep diri positif sangat menghargai dirinya dan orang lain, spontan dan
orisinil, bebas dan dapat mengantisipasi hal-hal negatif, bebas mengemukakan
pendapat, memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi serta mampu
mengaktualisasikan potensinya

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Usia. Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan
dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh
seseorang sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif.
Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap
pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2. Peran seksual. Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia
termasuk laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi
perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan
pada seorang anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak. Misalnya,
seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai beberapa saudara laki-laki,
dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti layaknya laki-
laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki.
Perbedaan peran kedua jenis kelamin tersebut mengakibatkan adanya perbedaan
perilaku terhadap laki-laki dan perempuan. Perbedaan perilaku terhadap kedua
jenis kelamin ini telah diterapkan sejak diri pada kehidupan anak. Orangtua akan
memberikan perlakuan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.
Orangtua mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap sebagai makhluk kuat,
mandiri, bertanggung jawab, dan harus melindungi perempuan dan anak-anak.
Orangtua mengajarkan anak perempuan untuk bersikap lemah lembut, emosional,
patuh, pasif, dan harus dilindungi. Perbedaan perilaku tersebut akan membentuk
konsep diri sesuai dengan jenis kelaminya.
3. Keadaan fisik. Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang,
khususnya bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan
penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui
pengalaman langsung dan persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara tidak
langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada
norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap
keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat
membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4. Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya. Roger (1961) menyatakan bahwa
perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik
yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut.
Umpan balik yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep
diri indvidu. Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya
menunjukkan penerimaan maka individu merasa diterima dan akan membantu
perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang diberikan
oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan, individu akan merasa
terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep diri yang
negatif.
5. Figur-figur bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya
memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui
perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi
pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri.
Figur bermakna biasanya orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi
orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.

E. Karekteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik\

1. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah


Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini
mungkin disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial
yang muncul disekolah. SD banyak memberikan perubahan kesempatan kepada
anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sehingga
penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih realistis.

Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama


tahun-tahun SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep
diri, yaitu:
a. Karakteristik Internal
Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya
melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F.
Abound dan S. Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih
cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian)
dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan karakteristik
fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya, anak usia 8 tahun
mendeskripsikan drinya sebaga: Aku seorang yang pintar dan terkenal. Anak usia
10 tahun berkata tentang dirinya: Aku cukup lumayan tidak khawatir terus
menerus, Aku biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.

b. Karakteristik aspek-aspek sosial


Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga
meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan kelompok-
kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak
mengacu diri mereka sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki
dua sahabat karib.
c. Karakteristik perbandingan sosial
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari
orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD
tidak lagi berpikir tentang apa yang aku lakukan atau yang tidak aku lakukan,
tetapi cenderung berpikir tentang apa yang dapat aku lakukan dibandingkan
dengan apa yang dapat dilakukan oleh orang lain.

2. Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)

a. Abstract and idealistic.


Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang diri
mereka dengan kata-kata yang abstrak dan idealistik.
b. Differentiated
Konsep diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan
anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai
dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi.
c. Contradictions within the self
Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam
konteks yang berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang
terdeferensiasi ini.
d. The Fluctiating Self
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi
diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan. Diri remaja
akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana remaja berhasil
membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi
hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa awal.
e. Real and Ideal, True and False Selves
Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di
samping diri yang sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari adanya perbedaan
antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan kognitif dan adanya perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang
nyata dengan diri ideal menunjukkan ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan
diri.
f. Social Comparison
Remaja lebih sering menggunakan social comparison (perbandingan social) untuk
mengevaluasi diri mereka sendiri. Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi
diri mereka cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka
perbandingan social itu tidaklah diinginkan Namun, kesediaan remaja untuk
mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja karena menerut
mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan
g. Self-Conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih
memikirkan tentang pemahaman diri mereka.
h. Self-protective
Remaja juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan dirinya.
Dalam upaya melindungo dirinya, remaja cendrung menolak adanya karakteristik
negatif dalam diri mereka.
i. Unconscious
Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak
disadari termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari.
Pengenalan seperti ini tidak muncul hingga masa remaja akhir. Artinya, remaja
yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-aspek tertentu dari pengalaman mental
dari mereka yang berada di luar kesadaran atau control mereka dibandingkan
dengan remaja yang lebih muda.
j. Selfintegration
Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi, dimana
bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu kesatuan.
Remaja yang lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan.

F. Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan


1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru
Dukungan guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional
support), seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Dapat
juga dengan dukungan penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan
hormat (penghargaan) positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara
satu siswa dengan siswa lain
2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab
Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas
perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab
kepada siswa Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri
atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung
jawab kepada siswa
3. Membuat siswa merasa mampu
Dapat dilakukan denga cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif
terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua
siswa pada dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum
dikembangkan
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik
Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
pencapaian di masa lampau, sehingga pencapaina prestasi sudah dapat diramalkan
dan siswa akan terbantu untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya
sendiri
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realisitik
Guru perlu membantu siswa menilai prestasi siswa secara realistis, yang membantu
rasa percaya akan kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan
meningkatkan prestasi belajar di kemudian hari.
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistik
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik adalah
dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang
dicapai. Ini merupakan salah satu kunci untul menjadi lebih positif dalam
memandang kemampuan yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai