OLEH
NIM : 4143311025
JURUSAN MATEMATIKA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan perhatian secara
seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan. Perkembangan
adalah perubahan-perubahan yang dialami individu dan organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) (Syamsu Yusuf, 2007 : 15).
Sedangkan istilah pertumbuhan itu sendiri digunakan untuk menyatakan perubahan-
perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis. Perubahan fisik meliputi
perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari interaksi proses
biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut
keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi,
sosial, dan moral.
Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara karakteristik
peserta didik usia menengah dan peserta didik usia dewasa. Didalam beberapa
karakteristik tersebut menyebabkan implikasi-implikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Perkembangan fisik dan perkembangan psikomotorik mempunyai kontribusi
yang kuat terhadap perkembangan intelektual/kongnitif siswa. Rancangan pembelajaran
yang konduktif akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting
adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus
dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994)
mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan
psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila :
1. Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan
mampu.
2. Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang
lain.
3. Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan
perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari
sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya
dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktivitas
adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif
cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang
pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang
minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik
siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga
dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan
lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif
akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke taraf/tahap berikutnya.
Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual
anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang
ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang
perkembangan intelektual anak.
3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik melalui kegiatan
olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan
berpikir peserta didik.
4. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak
maupun menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau
mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual
peserta didik.
Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globalisasi ini kerap menggunakan
istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional. Bahasa inggris dalam
kalangan sma juga merupakan ajang keren-kerenan. Hal yang biasa terjadi ialah saat
mereka mengungkapkan sesuatu dengan bahasa inggris yang dipublikasikan ke social media.
Sebagian mendapat respon yang bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan, arti
dsb akan menjadi cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan imbasnya
cenderung tidak menyukai pelajaran bahasa inggris.
Padahal, menurut Yusuf (2005:118), bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan
berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya,
yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Dalam hal ini guru harus dapat meminimalisir ketidaksukaan peserta didik terhadap pelajaran
bahasa, karena pentingnya bahasa dalam perkembangan berfikir mereka. Meskipun mereka
cenderung tidak suka, namun demi kepentingan mereka kedepannya guru hendaknya mencari
cara agar siswa berminat terhadap mata pelajaran bahasa inggris.
Ketidaksukaan siswa dalam kasus sma ialah karena siswa belum berpikir rasional/dewasa
dalam memilih mana yang akan berguna nantinya dan cenderung berpikir pendek, dimana
saat mendapat cemoohan akan berimbas pada minat mereka dan rasa percaya diri mereka.
Guru bisa memulai dengan motivasi dalam pelajaran bahasa inggris, seperti menceritakan
pengalaman terdahulu saat belajar bahasa inggris, atau kesalahan-kesalahan penggunaan
bahasa inggris pada waktu guru masih sma. Sehingga dapat menyembuhkan problema siswa-
siswa.
Peserta didik sma ialah masa dimana mereka tumbuh penasaran terhadap bacaan yang
mengandung erotis, fantastic dan estetik. Dan mereka akan berusaha mendapatkannya
bagaimanapun caranya unutk memuaskan keinginan tersebut. Dalam hal ini guru harus
mengarahkan siswa kea rah bacaan yang positif. Jika tidak siswa sma akan menyalurkan
keinginannya kearah negatif seperti membaca majalah porno.
Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa sma membawa implikasi terhadap
pendidikan disekolah. Guru dapat membuat kelompok belajar untuk siswa guna mengatasi
siswa-siswa lambat dan menumbuhkan intelijen emosi mereka.
Konsep diri menurut Atwater (1987) adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya.
Ada tiga bentuk tentang konsep diri menurut Atwater yaitu:
1. Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya
sendiri.
2. Ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya.
3. Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan psikososial peserta
didik. Konsep diri memengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai hubungan yang
sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar mereka. Peserta didik yang
mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya menunjukkan tingkat konsep diri yang
rendah. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru
perlu melakukan upaya-upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri
peserta didik.
Berikut ini akan diuraikan beberapa strategi yang mungkin dapat guru dilakukan guru dalam
mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru. Dalam mengembangkan konsep
diri yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru. Dukungan guru uru. ini dapat
ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan
empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik, dan dapat pula berupa dukungan
penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif
terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa
dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain. Bentuk dukungan ini
memungkinkan siswa untuk maju membangun perasaan memiliki harga diri, memiliki
kemampuan atau kompeten dan berarti.
2. Membuat siswa merasa bertanggungjawab. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk
memberi tanggung jawab kepada siswa. Tanggung jawab ini akan mengarahkan sikap positif
siswa terhadap konsep diri, yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang
tinggi serta peningkatan integritas dalam menghadapi tekanan sosial. Hal ini menunjukkan
pula adanya pengharapan guru terhadap perilaku siswa, sehingga siswa merasa dirinya
mempunyai peranan dan diikutsertakan dalam kegiatan pendidikan.
3. Membuat siswa merasa mampu. Ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap
dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus
berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin
belum dikembangkan. Dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan siswa ini,
maka siswa juga akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya.
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Dalam upaya meningkatkan
konsep diri siswa, guru harus membentuk siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak
dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi
di masa lampau. Dengan bersandar pada keberhasilan masa lampau, maka pencapaian
prestasi sudah dapat diramalkan, sehingga siswa akan terbantu untuk bersikap positif
terhadap kemampuan dirinya sendiri.
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. pada saat mengalami kegagalan,
adakalanya siswa menilainya secara negatif, dengan memandang dirinya sebagai orang yang
tidak mampu. Untuk menghindari penilaian yang negatif dari siswa tersebut, guru perlu
membantu siswa menilai prestasi mereka secara realistis, yang membantu rasa percaya akan
kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi
belajar di kemudian hari. Salain satu cara membantu siswa menilai diri mereka secara
realistis adalah dengan membandingkan prestasi siswa pada masa lampau dan prestasi siswa
saat ini. Hal ini pada gilirannya dapat membangkitkan motivasi, minat, dan sikap siswa
terhadap seluruh tugas di sekolah.
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Upaya lain yang harus
dilakukan guru dalam membantu mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan
memberikan dorongan kepada siswa agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya. Ini
adalah penting, karena perasaan bangga atas prestasi yang dicapai merupakan salah satu
kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
Jadi, tugas-tugas remaja itu harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan membawa
implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam membantu remaja tersebut, yaitu:
1. Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-
kegiatan non-akademik melalui berbagai perkumpulan.
2. Membantu remaja putra-putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya melalui
bimbingan dan konseling.
3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam
kegiatan kelompoknya sendiri.
4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
minat dan keinginannya, dan mmbantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat
untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik atau
tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar
endokrin dan struktur/fisik tubuh. Hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan bahasa
dan perilaku kognitif siswa yang membawa implikasi terhadap pendidikan disekolah. Penting
juga bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok
tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka. Implikasi perkembangan perilaku
social, moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya
dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja yang
positif. Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor
perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam
hubungannya dengan teman-temannya, perubahan pandangan luar dan perubahan dalam
hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam perkembangan
emosi sangat dimungkinkan terjadi dan pasti dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA