Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“TEMUKAN DAN KENALI KEUNIKAN DIRI SENDIRI”


Untuk Memenuhi Tugas Kewirausahaan

Disusun Oleh :
M.Nouval Ghifari 021118043

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAKUAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nya kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“TEMUKAN DAN KENALI KEUNIKAN DIRI SENDIRI” ini dengan baik dan tepat pada

waktunya.
Tidak lupa saya ucapkan rasa terima kasih kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi. Akhir kata, saya berharap agar karya ilmiah ini
bisa memberikan banyak manfaat kepada para pembaca. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata atau kata – kata yang kurang berkenan

Bogor, 17 Maret 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penerimaan Diri
2.2 Proses Pembentukan Konsep Diri
2.3 Konsep Diri Negatif dan Positif
2.4 Perubahan Konsep Diri dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap manusia cenderung untuk mengembangkan dirinya sendiri menjadi lebih
baik, lebih matang dan lebih mantap. Namun kecenderungan seseorang untuk menimbulkan
kemampuannya tidak terwujud begitu saja, tanpa ada upaya untuk pengembangan kepribadian
yang dimilikinya, karena setiap manusia memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri. Sejauh
mana kepribadian terwujud sangat ditentukan oleh seberapa jauh lingkungan mendorong untuk
perkembangan terhadap konsep diri seseorang dan seberapa jauh seseorang tersebut merasa
dirinya perlu belajar agar lebih baik lagi.
Setiap manusia memiliki bermacam-macam potensi diri yang dapat dikembangkan. Tidak sedikit
manusia belum sepenuhnya mengembangkan dan menggunakan potensi yang ada pada dirinya.
Hal ini terjadi dikarenakan mereka belum atau bahkan tidak mengenal potensi dirinya dan
hambatan-hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut. Mampu mengembangkan
potensi diri merupakan dambaan setiap individu. Mampukan seseorang mengembangkan potensi
dirinya secara efektif? Itu bergantung pada motivasi diri, karena pengembangan potensi diri
merupakan suatu proses yang sistematis dan bertahap.
Untuk itu penting diketahui apakah perkembangan pribadi seseorang sudah mencapai tingkat
optimal atau kematangan. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengenal dirinya. Mengenal diri
sendiri berarti memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat, yaitu menyadari
kelebihan/keunggulan yang dimiliki maupun kekurangan/ kelemahan yang ada pada diri sendiri.
Dengan mengenal diri sendiri secara tepat akan diketahui konsep diri yang tepat pula, dengan
berupaya mengembangkan yang positif dan mengatasi/ menghilangkan yang negatif.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :


1. apa yang dimaksud pengenalan diri?
2. Bagaimana proses pembentukan konsep diri?
3. Bagaimana pola konsep diri negatif dan positiif?
4. Bagaimana perubahan konsep diri dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan Pembahasan

Dengan adanya pemahaman terhadap konsep diri, diharapkan :


1. Tumbuhnya kesadaran seseorang untuk memahami dan mengenali dirinya serta mampu
mengembangkan kemampuannya.
2. Terbentuknya sikap dan perilaku percaya diri serta prinsip hidup menuju kehidupan yang
sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengenalan Diri


1. Pengertian
Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima keadaan
dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bebas dari rasa
bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan
akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya. Penerimaan diri berkaitan
dengan orang yang sehat secara psikologis yang memiliki kesadaran dan penerimaan penuh
terhadap siapa dan apa diri mereka. Penerimaan diri merupakan salah satu karakteristik dalam
kesehatan mental seseorang. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik akan
memperlihatkan perasaan menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain.
Penerimaan diri merupakan sikap yang positif, yang ketika individu menerima diri sebagai
seorang manusia. Ia dapat menerima keadaan emosionalanya (depresi, marah, takut, cemas, dan
lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Menurut Ryff (dalam Kail dan Cavanaugh, 2000) penerimaan diri sebagai individu yang
memiliki pandangan positif tentang dirinya, mengakui dan menerima segi yang berbeda dari
dirinya sendiri.
Penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya
sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan
merasa positif dengan kehidupan yang telah dijalani. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerimaan
diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara
tenang dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta memiliki kesadaran dan
penerimaan penuh terhadap siapa dan apa diri mereka, dapat menghargai diri sendiri dan
menghargai orang lain, serta menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan
lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Periode ini dianggap sebagai
masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan
kepribadian seseorang (Riyanti , Prabowo & Puspitawati, 1996). Santrock (2002) mengatakan
bahwa remaja memiliki perasaan bahwa mereka unik dan kebal yang membuat mereka berfikir
bahwa penyakit dan gangguan tidak akan memasuki kehidupan mereka. Maka bukanlah suatu
yang mengejutkan, ketika remaja diagnosa terkena penyakit terminal seperti kanker, mereka
akan merasa terkejut, terhina dan merasa tidak adil (Taylor, 1999). Setelah didiagnosa adanya
leukemia remaja sering berada dalam tahap krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan fisik,
sosial dan psikis. Penyakit seperti leukemia dapat mengakibatkan perubahan drastis dalam
konsep diri dan harga diri penderita. Perubahan ini dapat terjadi secara sementara namun dapat
juga menetap. Dengan adanya diagnosa leukemia pada diri remaja dan menjalankan treatment-
treatment dengan efek samping yang dihasilkan dari treatment tersebut, hospitalisasi dan dampak
yang diberikan pada kehidupan remaja, hal-hal seperti ini kemungkinan dapat mempengaruhi
penerimaan dirinya.

Aspek-Aspek Penerimaan Diri


Aspek-aspek yang terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan diri
Proses penerimaan diri dapat ditempuh melalui pengetahuan terhadap diri sendiri terutama
keterbatasan diri sehingga individu tidak berbuat di luar kesanggupannya dan tidak perlu
berpura¬pura sanggup melakukan sesuatu. Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal
diri baik secara internal maupun eksternal. Mengenal secara internal dapat dilakukan dengan cara
menilai diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan, sifat-sifat, dan lain-lain. Secara eksternal
pengenalan diri dilakukan dengan cara menilai diri menurut pandangan orang lain.

b. Penerimaan diri pantulan (reflected self-acceptance)


Yaitu membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan penangkapan kita tentang bagaimana
orang lain memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat
orang lain tentang diri sendiri.

c. Penerimaan diri dasar (basic self-acceptance)


Yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsik dan tanpa syarat. Penerimaan diri dasar ini
lebih berorientasi pada urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima diri
apa adanya serta tidak menetapkan standar atau syarat yang tinggi di luar kesanggupannya
dirinya.

d. Pembandingan antara yang real dan ideal (Real-Ideal Comparison)


Yaitu penilaian tentang diri yang sebenarnya dibandingkan dengan diri yang diimpikan atau
inginkan. Kesenjangan antara diri ideal dan riil hanya akan menyebabkan individu merasa tidak
puas diri dan mudah frustasi.

e. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya
mengasah keberanian untuk mengungkapan diri (pikiran, perasaan, atau lainnya) kepada orang
lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa dirinya, sebab
dari interaksi tersebut individu akan mendapat feed back yang berguna untuk memperkaya
pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara
asertif sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian yang sehat
daripada cara agresif maupun pasif. Menurut Allport (Sobur, 2003) elemen penting dalam
penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol emosi. Upaya mengontrol emosi dapat
dilakukan melalui tindakan asertif, sebab di dalam asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga
pengungkapan diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak ada
individu yang tersakiti atau menyakiti.

f. Penyesuaian diri
Dalam penerimaan diri terdapat penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri
menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika individu memiliki cacat
pada tubuhnya, maka individu harus menyesuaikan diri dengan cacat tersebut, agar cacatnya
dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuaikan diri
maka individu cenderung mengembangkan reaksi negatif bagi dirinya seperti terus menerus
mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dan lain-lain. Reaksi tersebut menunjukkan
bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini
dibiarkan maka individu tidak akan mampu menerima dirinya.
g. Memanfaatkan potensi secara efektif
Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif dapat membantu terciptanya
penerimaan diri. Penerimaan diri berarti mampu menerima diri apa adanya dan memanfaatkan
apa yang dimilikinya secara efektif. Pendapat Mappiare mengandung dua hal yaitu pertama,
proses penerimaan diri terdapat kemampuan untuk mengenali potensi diri. Kedua ada upaya
yang positif untuk memanfaatkan apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk
mencapai masa depan yang baik.
Kesimpulannya, aspek-aspek dalam penerimaan diri meliputi pengetahuan diri, penerimaan diri
pantulan, penerimaan diri dasar, pembandingan antara diri yang riil dengan ideal, pengungkapan
diri, penyesuaian diri, memanfaatkan potensi secara efektif.

1) Ciri-ciri Penerimaan diri


Beberapa ciri penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri
dengan orang yang menolak keadaan diri (denial). Berikut ini adalah ciri dari orang yang
menerima keadaan diri :
a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannnya dan
menghargai dirinya sendiri.
b. Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat
orang lain.
c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara
irasional.
d. Menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan
keinginannya.
e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.
2) Faktor-faktor yang berperan dalam Penerimaan diri
Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai :
a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri
Hal ini dapat timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan
ketidakmampuannya. Pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan dengan berdampingan,
maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin dapat menerima dirinya.

b. Adanya harapan yang realistik


Hal ini bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya dan disesuaikan dengan
pemahaman mengenai kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai
tujuannya.

c. Tidak adanya hambatan didalam lingkungan


Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi bila lingkungan disekitarnya
tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi maka harapan orang tersebut tentu akan
sulit tercapai.

d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan


Tidak adanya prasangka, adanya penghargaan terhada kemampuan sosial orang lain dan
kesediaan individu untuk mengikuti kebiasaan lingkungan

e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat


Yang membuat individu dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif


Keberhasilan yang dialami dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya kegagalan yang
dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan diri.

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik


Mengindentifikasi diri dengan orang yang Well adjusted dapat membangun sikap-sikap yang
positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang bisa menimbulkan penilaian
diri yang baik dan penerimaan diri yang baik.

h. Adanya prespektif diri yang luas


Yaitu mempertahatikan juga pandangan orang lain tentang diri. Prespektif diri yang luas ini
diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang
peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan prespektif dirinya.

i. Pola asuh dimasa kecil yang baik


Anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai orang yang dapat
menghargai dirinya sendiri

j. Konsep diri yang stabil


Individu yang tidak memiliki konsep diri stabil misalnya, maka kadang individu menyukai
dirinya, dan kadang ia tidak menyukai dirinya, akan sulit menunjukan pada orang lain siapa
dirinya yang sebenarnya, sebab individu.

Contoh penerimaan diri


Kondisi fisik dan psikis dari penderita epilepsi membawa dampak negatif bagi perkembangan
psikologisnya. Ada beberapa bentuk gangguan yang muncul dalam kondisi tersebut antara lain:
rasa malu, rendah diri, hilangnya harga diri dan kepercayaan diri. Bentuk gangguan tersebut
dapat menyebabkan penderita mengalami depresi yang berkepanjangan apabila tidak segera
diatasi. Depresi yang dialami oleh penderita dapat mempengaruhi kemampuan untuk menerima
diri sendiri. Penderita yang tidak dapat menerima diri sendiri akan merasa dirinya tidak berarti,
tidak berguna, sehingga akan semakin merasa terasing dan terkucil dari lingkungannya.
Ada serangkaian reaksi yang muncul setelah seorang pasien mendengar bahwa pasien tersebut
terdiagnosis penyakit kronis seperti epilepsi. Pertama, seseorang akan mengalami shock.
Keterkejutan akan berbeda kadarnya dan tergantung pada pemahaman pasien mengenai
sakitnya. Perasaan terkejut ini merupakan reaksi darurat yang ditandai dengan tiga karakteristik,
yaitu; (1). Merasa tertegun, lemas, dan bingung, (2). Berperilaku biasa tapi melamun, (3). Merasa
tidak terlibat dalam situasi. Setelah mengalami keterkejutan yang merupakan reaksi darurat din
atas, penderita akan berlanjut pada tahap ke dua, yaitu encounter pada saat penderita mulai
memahami penyakitnya dan bahwa ia harus hidup dengan membawa penyakit kronis tersebut.
Pada masa ini, penderita sering kali kurang mampu merencanakan tindakan untuk mengatasi
keadaan secara efektif. Banyak pasien yang menggunakan strategi penghindaran (avoidance)
karena stres tinggi yang dirasakan penderita tersebut. Tahap ini akan berlanjut pada tahapan yang
ketiga, yaitu retreat pada saat pasien mulai menyadari realitas dan berusaha untuk menjalani
hidupnya sebaik mungkin, sekalipun dengan penyakit yang dideritanya.

2.2. Proses Pembentukan Konsep Diri


Ketika lahir seseorang belum memiliki konsep diri, namun konsep diri mulai berkembang sejak
lahir dengan melalui proses penginderaan (sensation) dan perasaan (feelings) yang datang dari
dalam diri atau dari lingkungan. Pengalaman dini terhadap rasa senang, sakit, disenangi, atau
ditolak membentuk konsep dasar bagi perkembangan konsep diri dimasa yang akan datang.
Pengetahuan, harapan, dan penilaian yang membentuk konsep diri terutama hasil interaksi
dengan orang lain. Orang tua merupakan figur yang paling berperan dalam pembentukan konsep
diri seseorang. Adapun teman sebaya merupakan figur kedua setelah orangtua yang
mempengaruhi terhadap konsep diri dan masyarakat yang juga berperan dalam pembentukan
konsep diri.
Faktor yang penting dalam pembentukan konsep diri adalah melalui belajar. Karena konsep diri
merupakan produk belajar, permasalahan yang timbul selama proses belajar dapat mengganggu
perkembangan konsep diri. Permasalahan umum yang muncul yaitu, mendapat umpan balik
yang tidak tepat dan umpan balik yang tidak konsisten.
Konsep diri mencakup 3 aspek, yaitu :
(1) pengetahuan,
(2) harapan diri,
(3) penilaian diri.
Pengetahuan :
Adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita, mencakup :
- Identitas formal
- Kualitas pribadi
- Merupakan perbandingan antara kita dengan orang lain
- Ekspresi verbalnya ‘saya adalah …………….. ‘

Harapan :
- Merupakan idealisme mengenai diri seseorang
- Karakteristik pribadi
- Merupakan tujuan dari proses pembentukan jati diri seseorang
- Ekspresi verbalnya ‘saya seharusnya dapat menjadi …………..’.

Penilaian diri :
Merupakan proses perbandingan atau pengukuran antara ‘saya saat ini’ dengan harapan tentang
‘diri saya yang akan datang ‘. Hasil perbandingan ini menjadi gambaran atas penghargaan diri
sendiri :
· Semakin besar perbedaan antara ‘saya saat ini’ dengan ‘saya seharusnya menjadi apa’,
berarti semakin rendah penghargaan terhadap dirinya.
· Semakin seseorang merasa dapat mencapai standar atau harapan-harapannya, ia akan
merasa nyaman dan menyukai dirinya, maka semakin tinggi penghargaan terhadap diri sendiri.

2.3. Pola Konsep Diri Negatif dan Positif


Pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri bisa berada diantara 2 titik, yaitu ; konsep diri
negatif sampai konsep diri positif. Dengan mengetahui posisinya, seseorang dapat menilai
konsep dirinya mengarah kemana.
Konsep diri ( - ) ------------------------------> Konsep diri ( + )

· Konsep Diri Negatif

Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif, apabila :


1. Tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang dirinya, ia kurang memahami siapa
dirinya, apa kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya.
2. Memiliki pandangan tentang dirinya yang terlalu kaku (tidak dapat berubah) atau terlalu
tinggi/berlebihan.
3. Menolak informasi yang baru (terutama yang negatif) tentang dirinya, sehingga orang
tersebut sulit untuk mengubah konsep diri yang sudah dianggap ‘betul’.
4. Lebih banyak melihat aspek-aspek kekurangan/kelemahannya dalam dirinya daripada
aspek-aspek kelebihan/kekuatan yang ia miliki.
5. Negatif terhadap kritik. Kurang mampu menerima kritik sebagai proses refleksi diri dan
suka melakukan kritik secara berlebihan terhadap orang lain.
6. Bersikap responsive terhadap pujian. Bersikap berlebihan terhadap tindakan yang telah
dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
7. Cenderung merasa tidak tidak disukai orang lain (perasaan subyektif bahwa setiap orang
sekitarnya memandang dirinya negative
8. Mengalami hambatan dalam intraksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu
dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dasar-dasar konsep diri yang salah terbentuk dari dua hal :


- Antroposentris, yaitu manusia sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan melebihi Allah, di
mana manusia memposisikan diri sebagai Allah atau mengilahkan dirinya.
- Egosentris, yaitu cinta diri sendiri, keinginan mementingkan dan memuaskan diri sendiri,
memanfaatkan orang lain bahkan nama Allah untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri.
Konsep diri negatif dapat menimbulkan penilaian diri yang negatif pula, dimana seseorang
merasa sebagai pribadi yang ‘baik’. Dengan demikian ciri konsep diri negatif adalah : kurang
pengetahuan tentang diri sendiri, harapan-harapan yang tidak realistik dan terlalu tinggi, dan
rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.

· Konsep Diri Poistif

Seseorang dapat dikatakan mempunyai konsep diri positif apabila :


1. Memiliki pengetahuan menyeluruh mengenai dirinya, mencakup kelebihan dan kelemahan
dirinya
2. Menerima diri apa adanya, apabila ia mempunyai kelebihan ia tidak sombong dan apabila
ia mempunyai kelemahan tidak kecewa
3. Memiliki kesadaran yang besar untuk mengubah atau mengurangi aspek dari dirinya yang
dianggap merugikan.
4. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang yang mempunya percaya diri,
sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi (tidak lari dari
masalah) dan percaya setiap masalah ada jalan keluar.
5. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan
membawa pengetahuan dan kekayaan, sehingga ia selalu rendah hati, tidak sombong, tidak
mencela atau tidak meremehkan siapapun, namun selalu menghargai orang lain.
6. Menerima pujian tanpa rasa malu. Menerima pujian tanpa kehilangan citra diri yang
bersahaja, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain.
7. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
8. Mampu memperbaikki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang
tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu mengoreksi diri sendiri sebelum
mengoreksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar berguna bagi
lingkungannya.
Dasar konsep diri yang benar adalah :
- Teosentris, yaitu menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, tunduk pada
otoritas Allah, menjalankan firman-Nya, dan hidup mengandalkan Allah.
- Penerimaan diri sebagai mahluk ciptaan Allah yang mulia dan terhormat.

Ciri konsep diri positif adalah : memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang dirinya,
mempunyai harapan yang realistik dan self esteem yang tinggi atau penghargaan diri yang sehat.

2.4 Perubahan Konsep Diri dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari

· Perubahan konsep diri :


Seperti telah diuraikan di atas, konsep diri merupakan informasi tentang diri seseorang, dan lebih
bersifat subyektif. Dalam konsep diri memuat perkiraan mengenai apa yang akan terjadi dimasa
mendatang, dan berusaha untuk bisa mewujudkannya. Perkiraan tersebut sebenarnya bisa
negatif atau kurang tepat, dan seseorang dapat mengubahnya sehingga menghasilkan konsep diri
yang baru dan menyenangkan.

Tahapan untuk mengubah konsep diri sebagai berikut :


1. Tetapkan perubahan yang akan dicapai
2. Dapatkan umpan balik dari orang lain
3. Perbaiki cara pandang terhadap diri sendiri
4. Perbaiki cara berbicara terhadap diri sendiri

· Penerapan konsep diri dalam kehidupan sehari-hari :

Dalam bermasyarakat kita menghadapi berbagai sikap dan perilaku yang berbeda-beda.
Penerapan konsep diri tergantung kepada dirinya sendiri, antara lain :
1) Dapat menyadari kelemahan dan kekurangannya
2) Pandai mengendalikan diri
3) Tenggang rasa
4) Berusaha jujur terhadap diri sendiri serta menyadari peranannya

Contoh :
- Mengambil keputusan tanpa mempelajari dan mempertimbangkan kenyataan yang
sesungguhnya akan berakibat keputusan yang diambil kurang tepat. Dengan kata lain orang
yang mempunyai konsep diri positif akan mengambil keputusan tanpa emosional.
- Orang yang mempunyai sifat ‘mau menang sendiri’ (egois) tidak mau merubah diri untuk
tidak egois. Orang tersebut tidak mampu merubah dirinya atau merubah konsep dirinya yang
negatif.

Jadi konsep diri terbentuk melalui proses dimana seseorang telah dapat menemukan jati diri,
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Kemudian mampu menerima dirinya sebagai suatu
kenyataan. Dengan kesadaran dan penerimaan ini seseorang mampu memperbaiki kekurangan
sehingga mempunyai konsep diri yang positif. Untuk mendukung konsep diri tersebut,
seseorang perlu memiliki sikap percaya diri. Sikap percaya diri merupakan sikap seseorang yang
memiliki keyakinan teguh akan tindakannya, mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya
tanpa menyakiti perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain.
Seseorang yang bersikap percaya diri mengakui dua hal, yaitu ; (1) dirinya mempunyai hak dan
perasaan, (2) orang lain juga mempunyai hak dan perasaan. Menyadari kedua hal tersebut,
seseorang tidak boleh menyakiti perasaan orang lain atau melanggar hak orang lain.
Sifat percaya diri mudah dikatakan namun sulit dilaksanakan karena umumnya individu kurang
yakin pada dirinya masing-masing. Sikap tersebut sudah berakar sehingga membutuhkan waktu
dan tekad untuk merubahnya. Kita harus berani menyatakan perasaan dan pendapat sepanjang
tidak menyakiti orang lain. Pendapat mungkin salah, namun lebih baik dikemukakan untuk
kemudian dibicarakan dan diperbaiki. Seseorang yang memiliki percaya diri : lebih baik
bertindak meskipun kemungkinan salah yang kemudian diselesaikan, daripada diam
menerimanya dengan bersungut-sungut di belakang (ngomel).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
§ Konsep diri seseorang adalah jawaban terhadap “siapa saja” bagaimana seseorang melihat
dirinya. Dengan demikian konsep diri merupakan titik pusat kesadaran perilaku seseorang.
§ Konsep diri merupakan dasar dari seseorang untuk menilai pengalaman diri sendiri serta dasar
untuk memperbaiki kekurangan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
§ Konsep diri adalah seluruh persepsi tentang “aku” yang berhubungan dengan perasaaan,
keyakinan, nilai-nilai, kekurangan, kelebihan serta kemampuannya.
§ Konsep diri adalah sesuatu yang dinamis (terus berkembang) dan merupakan kumpulan dari
berbagai sikap seseorang yang positif. Seseorang yang memiliki konsep diri mempunyai identitas
diri yang jelas. Dengan melatih diri, seseorang akan mencapai tingkat kemantapan dalam
menentukan peran, dan dapat mengambil keputusan yang selaras, serasi dan seimbang dengan
keadaan, serta dapat mengembangkan konsep diri.

3.2 Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan pembaca mengenai mengenal, menerima dam menghargai diri sendiri
dan orang lain. Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehingga kami bisa menjadi lebih baik pada makalah asuhan keperawatan kami dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Conny Semiawan. 1987. Konsep Diri Wanita sebagai Pimpinan dalam peranan Manajemen,
Jakarta.
John Robert Powers. 1977. Pelatihan Program Pengembangan Pribadi, Departemen Kesehatan
RI,Jakarta.
Kantor Menteri Negara UPW. 1993. Modul Latihan Manajemen dan Kepemimpinan Wanita-
Unit I,Jakarta.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 2001. Teori-Teori Holistic.
Yogyakarta: Kanisus Media Nurmuharimah, Saniyanti. 2007. Get Smart PKN. Bandung:
Grafindo Media Pratama
Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta: Gramedia Azizah, Ima. 2012. Mengenal
Diri Sendiri. http://iimazizah.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-diri-sendiri/(pada tanggal 10
Oktober 2014)
Abdurrohman, Yusuf. 2013. Penerimaan diri Apa Adanya Adalah Modal. Diambil dari
http://www.yusufabdurrohman.com/2013/04/penerimaan-diri-apa-adanya-adalah-modal.html

Anda mungkin juga menyukai