Disusun oleh:
Nurrudin 22106011382
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan rahmat
hidayah serta inayahnya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan baik meskipun masih banyak kekurangannya.
Sholawat serta salam kita curahkan kepada nabi agung Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diyaumul kiyamah nanti.Adapun tujuan
penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu dosen Asma’ul husna,S,Ag
M,,Pd.selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca
juga penyusun makalah
Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan agar dapat membantu memperbaiki makalah ini.Kami
selaku penulis banyak kekurangan mohon maaf.
i
DAFTAR ISI
Cover Makalah....................................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II ISI...........................................................................................................................3
Kesimpulan..........................................................................................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri tidak ada sejak lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri terhadap hubungan dengan orang-orang yang dekat dan berarti
baginya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan
orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana
individu itu. 1
1
Sitepu, J. M., & Sitepu, M. S. (2021, June). Perkembangan Konsep Diri Anak Usia Dini
Di Masa Pandemic. In Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan Humaniora (Vol.
1, No. 1, pp. 402-409)
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konsep Diri?
2. Apasaja Dimensi Konsep Diri?
3. Bagaimana Perkembangan Konsep Diri?
4. Bagaimana Penyesuaian Diri?
C. Tujuan
1. Agar Mengetahui Pengertian Konsep Diri
2. Agar Mengetahui Dimensi Konsep Diri.
3. Agar Mengetahui Perkembangan Konsep Diri.
4. Agar Mengetahui Penyesuaian Diri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari konsep diri.
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
2
Ibid. Hal. 411
3
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan
semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain.3
Dimensi konsep diri menurut Calhoun & Acocella (1990) memiliki tiga
dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, harapan tentang diri sendiri dan
penilaian diri.
Dimensi pertama dari konsep diri adalah tentang apa yang kita ketahui
tentang diri kita sendiri, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku,
pekerjaan, usia dan sebagainya. Kami memberi diri kami nama panggilan
tertentu.
Pandangan kita terhadap diri sendiri tidak terlepas dari apa yang akan
kita lakukan di masa depan. Harapan dapat dikatakan sebagai diri yang ideal.
Setiap harapan dapat menghasilkan kekuatan pendorong untuk mencapai
harapan itu di masa depan.
3
Muawanah, L. B., & Pratikto, H. (2012). Kematangan emosi, konsep diri dan kenakalan
remaja. Jurnal Psikologi Tabularasa, Vol. 7 Hal 8.
4
c. Penilaian diri
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan
primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi
menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Kontak dengan
orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa
stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan,
perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman
pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang
dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh.
4
Hentika, Y. (2019). Konsep Diri Lansia di Panti Jompo. SCHOULID: Indonesian Journal of
School Counseling, Vol. 3. Hal. 46-49.
5
hasil studi literatur, perkembangan konsep diri pada anak usia dini pada
dasarnya banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan bermain dan lingkungan sekitar, namun pada masa pandemi
seperti ini anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. , bahkan di
sekolah dan belajar di rumah. secara online. Hal ini menyebabkan terjadinya
pergeseran perilaku anak, karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan
smartphone daripada berinteraksi dengan lingkungan sosial.
c. Masa Remaja
Kematangan emosi, konsep diri, dan kenakalan remaja diteliti pada 120
remaja madya. Peneliti mengembangkan tiga instrumen pengukuran
penelitian, yaitu skala kenakalan remaja, skala kematangan emosi, dan skala
konsep diri. Data dianalisis dengan regresi berganda. Varian proporsi
kenakalan remaja dapat dijelaskan melalui kematangan emosi dan konsep diri.
Kematangan emosi dan
d. Masa Dewasa
Belajar bagi orang dewasa dapat menjadi suatu kebutuhan, ketika orang
dewasa memiliki kesadaran akan kebutuhannya, artinya orang dewasa tersebut
telah memiliki konsep diri yang matang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan implikasi asumsi konsep diri menurut Knowless dalam
pembelajaran orang dewasa. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah
penelitian kepustakaan atau library research. Pengumpulan data dalam
6
penelitian ini berasal dari beberapa sumber antara lain; Buku dan referensi
seperti pendapat ahli dan jurnal yang relevan. Hasil penelitian ini
menunjukkan;
7
yang semakin maju agar dapat secara permanen menjaga kondisi fisik yang
baik, maka diperlukan harmonisasi kebutuhan fisik dengan kondisi psikis
maupun sosial, sehingga mereka harus memiliki upaya untuk mengurangi
aktivitas yang memaksa fisik mereka. Usia lanjut harus dapat mengatur tata
cara hidup dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.5
B. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu ketika
dihadapkan pada situasi dari dalam dan dari luar dirinya. Ketika individu
mengatasi kebutuhan, desakan, ketegangan dan konflik yang dialami agar dapat
menghadapi kondisi tersebut dengan baik. Ada beberapa jenis penyesuaian,
termasuk penyesuaian sosial.6
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyesuaian sosial adalah perilaku yang
mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok
sesuai dengan keinginan dari dalam dan lingkungannya.
5
Ibid, Hal. 20
6
Yusuf, R. N., Musyadad, V. F., Iskandar, Y. Z., & Widiawati, D. (2021). Implikasi Asumsi
Konsep Diri Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3, Hal. 1154-
1160.
8
tempat individu tersebut tinggal. Ketika seseorang berkembang, dia juga akan
belajar untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok lain, serta aturan
lingkungan yang lebih besar.
Menurut Schneiders, penyesuaian diri adalah suatu proses yang meliputi respon
mental dan perilaku dimana seorang individu berusaha untuk menguasai atau
mengatasi kebutuhan internal, berhasil, konflik dengan sukses dan mempengaruhi
suatu tingkat keseimbangan antara lingkungan dimana individu tersebut berada.
9
penyesuaian baik atau buruk. Penyesuaian diri merupakan bentuk reaksi individu
atau organisme tertentu terhadap tuntutan situasi eksternal.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh
dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi
seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus
menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab
keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya,
disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya
yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri
yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran
atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus
belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif,
memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang
positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam
memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya
diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah
kebahagiaan dalam hidup.
Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang
berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman, dan pola asuh orangtua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan respons
orangtua serta lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk
menilai siapa dirinya. Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola
asuh yang keliru atau negatif, seperti perilaku orangtua yang suka
memukul, mengabaikan, kurang memberikan kasih sayang, melecehkan,
menghina, tidak berlaku adil, dan seterusnya, ditambah dengan lingkungan
yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif.
Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa
yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan
memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya
berharga, sehingga berkembangan konsep diri yang positif.
11
DAFTAR PUSAKA
J. M., Sitepu, & M. S. Sitepu, (2021, June). Perkembangan Konsep Diri Anak Usia Dini Di
Masa Pandemic. In Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan Humaniora (Vol. 1,
No. 1, Hal. 402-409).
L. B., Muawanah, & H. Pratikto, (2012). Kematangan emosi, konsep diri dan kenakalan
remaja. Jurnal Psikologi Tabularasa, Vol. 7.
Hentika, Y. (2019). Konsep Diri Lansia di Panti Jompo. SCHOULID: Indonesian Journal
of School Counseling, 3 Hal. 46-49.
Yusuf, R. N., Musyadad, V. F., Iskandar, Y. Z., & Widiawati, D. (2021). Implikasi Asumsi
Konsep Diri Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4),
1144-1160.
12