PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN
PRESEPSI TENTANG DIRI
Dosen Pengampu : Oki Mutiara S.Psi
Kelompok 1
Artado Ambarita / 226002017
Mu’amar Zaini Assidiq / 226002020
UNIVERSITAS MARITIM AMNI SEMARANG
KATA PENGANTAR
JUDUL..........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB 1
1.KONSEP DIRI.............................................................................................................................................4
1.1 Apa itu Konsep Diri / Self Concept?...........................................................................................4
1.2 Pengertian Konsep Diri /Self Concept dari Para Ahli..........................................................................5
1.3 Komponen Konsep Diri / Self Concept...............................................................................................7
1.4 Karakteristik Konsep Diri / Self Concept............................................................................................9
1.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Self Concept atau Konsep Diri...................................................11
1.6 Pentingnya Self Concept untuk Diri Sendiri.....................................................................................12
1.7 Kesimpulan dari Self Concept..........................................................................................................14
BAB 2
2.HARGA DIRI............................................................................................................................................15
2.1.Apa itu Harga Diri?...........................................................................................................................15
2.2 Pengertian Harga Diri Menurut Para Ahli........................................................................................16
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri................................................................................21
2.5 Cara Meningkatkan Harga Diri.........................................................................................................23
BAB 3
3.PRESENTASI DIRI.....................................................................................................................................24
3.1 Pengertian Self Presentation...........................................................................................................24
3.2 Tujuan Self Presentation..................................................................................................................25
3.3 Syarat Manajemen Impresi..............................................................................................................26
3.4 Faktor yang Mempengaruhi Self Presentation................................................................................27
3.5 Strategi Self Presentation....................................................................................................28
1.KONSEP DIRI
1.1 Apa itu Konsep Diri / Self Concept?
Self concept atau konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu dalam
memandang dirinya sendiri. Pandangan atau perspektif diri meliputi aspek fisik
maupun psikis, seperti mengenal karakteristik individu itu sendiri, tingkah laku
atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan sebagainya. Tak hanya mencakup
kekuatan diri individu itu saja, melainkan kelemahan dan kegagalan yang ada
pada dirinya.
Sebagai contoh, apabila individu menganggap bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, akan terbentuk self
concept yang baik atau positif pada dirinya. Namun, sebaliknya, apabila individu
itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu atau dalam artian pesimis sebelum
mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif pada dirinya.
4. Cawagas
Cawagas memberikan pendapat bahwa self concept adalah suatu cara pandangan
secara menyeluruh seorang individu terhadap dimensi fisik dirinya sendiri,
karakteristik yang dipunyai, aspek motivasi atau dorongan, kelemahan,
kepandaiannya, dan celah kegagalan dirinya.
8. Willian D. Brooks
William D. Brooks mengatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah perspektif terkait
totalitas psikis, fisik, dan sosial terhadap diri sendiri yang terbentuk dari berbagai pengalaman
serta interaksi atau komunikasi individu dengan individu lain.
9. Carl Rogers
Menurut Carl Rogers, ia mengungkapkan bahwa self concept atau konsep diri itu berapa pada
strata kesadaran individu. Jadi, self concept adalah suatu konfigurasi atau penggabungan dari
berbagai tanggapan yang saling terkait dengan diri sendiri, masuk hingga ke dalam kesadaran
individu.
10. James F. Calhoun
James F. Calhoun mengartikan self concept atau konsep diri sebagai gambaran batin seorang
individu yang meliputi pengetahuan akan dirinya sendiri, pengharapan diri, dan penilaian akan
diriny
a sendiri.
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi seorang individu mengenai bagaimana individu tersebut
semestinya berperilaku berdasar pada standar pribadinya dan terkait dengan cita-
citanya. Pembentukan ideal diri ini mulai ada sejak individu itu berada pada masa
anak-anak dan dipengaruhi pula oleh individu lain yang berada di sekitar dirinya.
Ideal diri disebut juga sebagai pengharapan atas dirinya sendiri. Hal ini seperti
harapan atas kemungkinan menjadi apa dirinya kelak sesuai dengan idealisme
dirinya.
Self esteem atau harga diri ini dihasilkan dari persepsi dan penilaian seorang
individu terhadap dirinya terkait yang diharapkan dengan fakta yang ada pada
dirinya. Apabila semakin luas ketidaksesuaian antara pengharapan dan fakta atau
kenyataan di dirinya, akan semakin rendah rasa harga dirinya. Sebaliknya, Apabila
individu tersebut semakin mendekati ideal dirinya atau pengharapan atas dirinya
dan menyukai atas apa yang dikerjakan, akan semakin tinggi pula rasa harga
dirinya.
4. Peran Diri
Peran diri adalah segenap bentuk sikap atau tingkah laku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan oleh suatu kelompok sosial terkait dengan fungsi dan peran individu di
dalam masyarakat atau kelompok sosial tersebut.
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kepekaan individu terhadap dirinya yang dihasilkan dari
pengamatan dan penilaian dirinya dengan menyadari bahwa dirinya itu memiliki
perbedaan dengan individu lain. Komponen self concept ini mulai terbentuk dan
berkembang pada diri individu sejak masa kanak-kanaknya.
Selain itu, terdapat pula pandangan terkait komponen self concept dari beberapa
literatur, di antaranya.
Komponen Kognitif, biasa disebut sebagai komponen citra diri atau self image
adalah komponen yang memiliki keterkaitan langsung dengan pikiran dan cara
menggunakannya. Self image atau citra diri ini meliputi beberapa aspek, seperti
aspek percaya diri, daya tarik secara fisik, aspek rasa percaya diri, tujuan hidup,
kedudukan dan peran sosial, serta aspek kesukaan dari penilaian individu lain
terhadap dirinya.
Komponen Afektif, lebih sering disebut sebagai harga diri atau self esteem.
Komponen self concept ini adalah komponen kedua yang memiliki keterkaitan
erat dengan perasaan. Self esteem atau harga diri memiliki beberapa aspek,
meliputi aspek perasaan, penerimaan diri, penyesuaian dirinya, penghargaan, dan
pujian.
Biasanya, Individu yang memiliki self concept seperti ini akan lebih optimis, percaya diri, dan
selalu berpikir bahwa setiap masalah ada solusinya.
Selain itu, individu yang memiliki self concept positif ini, dapat menerima dirinya apa adanya,
menerima segala risiko dan kelemahannya. Ia juga cenderung memiliki wawasan yang luas
terhadap dirinya sendiri, memiliki keinginan dan perencanaan realis yang kemungkinan besar
dapat dicapai olehnya. Ia memiliki sikap yang dapat memposisikan harga dirinya secara tepat.
Adapun karakteristik individu yang memiliki self concept yang positif, antara lain:
Mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu untuk mengatasi berbagai masalah. Dengan kata
lain, dirinya percaya bahwa di setiap masalah pasti ada solusinya
Ia memiliki perasaan setara terhadap individu lain
Memiliki keinginan untuk introspeksi diri dan kemampuan dalam memperbaiki dirinya sendiri
Memiliki kesadaran bahwa individu lain juga mempunyai keinginan, perasaan, dan sikap yang
belum tentu diterima oleh semua anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu
Dapat menerima pujian dari individu lain tanpa rasa malu. Dengan kata lain, ia tak akan hanyut
ketika mendapatkan sanjungan dari individu lain
Tidak merasa terancam dan cemas apabila dirinya dikritik oleh individu lain
Akan secara lapang menerima informasi negatif terhadap dirinya
Untuk membentuk self concept positif memerlukan usaha lebih, dimana bukan hanya sekedar
teori saja namun bagaimana kita bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari dan hal
ini bisa Grameds pelajari pada buku Berpikir Positif.
Hal tersebut yang menjadikan dirinya memiliki keinginan, harapan dan perencanaan yang tidak
realistis sehingga peluang untuk berhasilnya pun tipis. Ia memiliki sikap yang memposisikan
dirinya secara kurang atau bisa dikatakan tidak tepat.
Individu yang mempunyai self concept negatif, cenderung lebih pesimis dan merasa sulit untuk
melihat kesempatan dalam kesulitan tersebut. Terlebih, dirinya merasa kalah sebelum
mencoba. Pun apabila tidak berhasil dan dikatakan gagal, individu dengan self concept seperti
ini akan menyalahkan keadaan yang ada, individu lain, bahkan dirinya sendiri.
Adapun beberapa karakteristik dari individu yang memiliki self concept yang negatif, di
antaranya.
Merasa pesimis setiap kali menghadapi suatu kompetisi dengan individu lain
Memiliki sifat yang sensitif atau peka apabila mendapat kritikan dari individu lain
Memiliki sikap yang responsif apabila mendapat pujian dari individu lain
Cenderung memiliki sikap yang suka mengkritik, bahkan hingga ke persoalan kecil sekalipun
Memiliki perasaan bahwa dirinya tidak disenangi oleh individu lain
Tidak mampu untuk menghargai dan mengakui kelebihan dari individu lain
Untuk menghilangkan pemikiran konsep negatif ini, Grameds dapat membaca buku Magnet
Berpikir Positif yang dapat membuka pemikiran bahwa tidak semua kegagalan adalah akhir dari
segalanya.
etiap individu selalu memiliki tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang penuh keajaiban dan
kebahagiaan. Dengan tujuan itu, seorang individu akan berusaha sebaik mungkin untuk
mencapainya. Namun, apabila dalam diri individu tersebut tidak terdapat pikiran positif maka
tujuan tersebut akan sulit dicapai.
Buku ini berupaya memandu siapa saja agar memiliki magnet berpikir positif. Dengan memiliki
magnet berpikir positif maka orang akan dimampukan dalam meraih keajaiban dan
kebahagiaan hidup yang bertubi-tubi. Dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, buku ini
akan mudah diaplikasikan oleh semua kalangan.
Berikut ini ada beberapa faktor yang memengaruhi self concept seorang individu, di antaranya.
1. Kegagalan
Sadar atau tak sadar, kegagalan yang terjadi pada diri individu secara terus menerus akan
memberikan pertanyaan besar pada potensi atau kemampuan dirinya sendiri sehingga
berujung pada persepsi bahwa dirinya lemah dan tak dapat diandalkan.
2. Overthinking
Seorang individu yang terlalu sering overthinking sangatlah tidak baik. Hal itu karena dapat
mengarahkan pikiran buruk terhadap penilaian dirinya sendiri sehingga terciptalah self concept
yang negatif. Individu tersebut cenderung terus menerus memikirkan kegagalan yang
dialaminya, tanpa ada keinginan untuk mencari solusinya. Sikap seperti ini harus segera
dihentikan. 3. Depresi
Sebenarnya, poin ini ada kaitannya dengan poin-poin sebelumnya. Seorang individu dihadapkan
pada kegagalan, ia menganggap bahwa dirinya tidak memiliki potensi lagi untuk melawan
kegagalan itu, dan tidak mengambil peluang atas kegagalan tersebut. Sampai akhirnya, individu
itu dilanda stres hingga depresi karena terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif
atas kegagalan yang ia alami.
Memiliki self concept yang positif akan membentuk diri menjadi pribadi yang lebih positif,
optimis, dan yakin bahwa dirinya mampu mendapatkan apa yang diinginkan atau dituju. Akan
tetapi, sebaliknya, apabila self concept pada diri individu itu negatif atau dapat dikatakan tak
sehat, hal itu tak akan membawa dirinya dalam mencapai keinginan dan tujuannya.
Akan berbeda bila individu tersebut memiliki self concept positif bahwa dirinya kuat dan akan
memenangkan lomba lari tersebut, bisa saja hasilnya akan sesuai dengan pemikirannya
tersebut. Hal ini menandakan bahwa individu yang memiliki self concept positif akan mampu
memengaruhi fisiknya dalam menghadapi masalah yang ada.
Harga diri juga kadang-kadang disebut citra diri. Misalnya, seorang anak
dengan harga diri yang tinggi mungkin tidak hanya melihat dirinya
sebagai pribadi, tetapi juga sebagai orang yang baik.
2. Rosenberg
Harga diri adalah sikap yang dimiliki orang terhadap dirinya sendiri, baik positif
maupun negatif (Rosenberg, 1965).
3. Coopersmith
Menurut Coopersmith (dalam Lestari & Koentjoro, 2002) menyatakan bahwa
harga diri merupakan hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri, yang
diekspresikan dalam sikapnya terhadap dirinya sendiri. Peringkat ini mewakili
sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan sejauh mana individu
percaya bahwa dia mampu, substansial, efektif, dan berharga menurut standar
dan nilai pribadinya.
4. Verkuyten
Harga diri adalah konsep diri holistik yang mengacu pada evaluasi keseluruhan diri
sendiri sebagai individu, atau bagaimana perasaan orang tentang diri mereka
sendiri secara holistik (Verkuyten, 2003).
5. Baron & Byrne
Baron & Byrne (2012) juga berpendapat bahwa harga diri adalah penilaian diri
individu, sikap orang terhadap diri mereka sendiri berkisar dari dimensi positif
hingga negatif. Baron & Byrne menyatakan bahwa harga diri mengacu pada sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri, mulai dari yang sangat negatif hingga yang
sangat positif, individu tersebut ditunjukkan memiliki sikap yang negatif terhadap
dirinya sendiri.
8. Minchinton
Tokoh lain yang juga memberikan pemahaman tentang harga diri adalah
Minchinton (dalam Lestari & Koentjoro, 2002), yang berpendapat bahwa harga
diri adalah penilaian atau perasaan diri sebagai pribadi, berdasarkan penerimaan
diri dan perilaku kita, sebagai serta pada keyakinan tentang bagaimana perasaan
kita tentang diri kita sendiri. Perasaan diri ini mempengaruhi hubungan kita
dengan orang-orang di sekitar kita dan aspek lain dari kehidupan kita.
9. Straumann
Sementara perbedaan spesifik dapat bervariasi, seiring waktu perbedaan antara
diri ideal dan diri aktual akan cenderung stabil (Straumann dalam Baron & Byrne,
2012). Seorang individu akan merasa senang jika seseorang
memberikan respon yang positif terhadap beberapa aspek
idealnya, namun individu tersebut akan merasa kurang bahagia
jika seseorang mengatakan bahwa pada individu tersebut tidak
ada aspek ideal dari dirinya (Eisenstadt & Leippe at Baron & Byrne, 2012).
10. Robinson
Robinson (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mengemukakan bahwa harga diri
lebih spesifik merupakan konsep diri, yang mencakup unsur evaluasi atau evaluasi
diri. Menurut Robinson, banyak ahli teori kepribadian, seperti Carl Rogers,
menganggap konsep diri sebagai salah satu aspek kepribadian yang paling
penting. Konsep diri adalah kerangka kognitif yang mengatur bagaimana kita
mengenal diri kita sendiri dan bagaimana kita memproses informasi tentang diri
kita sendiri (Aditomo & Retnowati, 2004).
(1) kurangnya kasih sayang, dorongan dan tantangan. (2) tidak ada cinta atau
penerimaan. (3) selalu mengalami kritik, cemoohan, sarkasme, dan cemoohan. (4)
pemukulan dan pelecehan. (5) kurangnya pengakuan dan pujian atas prestasi. (6)
memiliki manfaat dan keunikan yang selalu terabaikan (On My Own To Feet:
Identity and Self-Esteem, 1997).
Adanya sistem yang bermasalah mendorong harga diri yang rendah, yang ditandai
dengan inkonsistensi dalam sistem, hukuman terus-menerus atas kesalahan,
komunikasi yang menyimpang, dan kepatuhan yang konstan terhadap peraturan
(On My Own To Feet: Identity and Self-Esteem, 1997).
Sebaliknya, orang dengan harga diri rendah cenderung memandang diri mereka
secara negatif dan fokus pada kelemahan mereka. Dalam hal ini, orang dengan
harga diri tinggi akan lebih memahami pengalaman pahit, seperti kegagalan.
Keberadaan dua jenis harga diri dapat memiliki konsekuensi yang sangat berbeda,
dengan harga diri secara keseluruhan menjadi lebih konsisten dengan
kesejahteraan psikologis dan harga diri spesifik menjadi lebih relevan dengan
perilaku.
Hasil ini menunjukkan bahwa harga diri secara umum lebih erat terkait dengan
ukuran kesejahteraan psikologis, sedangkan harga diri khusus terkait dengan
akademisi, sebagai prediktor kemampuan belajar, praktik.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa tingkat harga diri akademik dapat
mempengaruhi harga diri seseorang secara umum, terutama pada komponen
positif harga diri, yang juga menunjukkan sejauh mana harga diri seseorang
dinilai. (Rosenberg et al., 1995).
Ada beberapa cara untuk meningkatkan harga diri Anda. Yang pertama adalah
menyadari kemampuan Anda dan mengembangkannya. Harga diri individu dapat
dibangun dengan menunjukkan kemampuan dan prestasi yang signifikan dalam
hidup.
Dengan demikian, kompetensi posesif dapat dikembangkan dan peluang
diupayakan untuk ditonjolkan. Cara kedua adalah berhenti mengkhawatirkan apa
yang orang lain pikirkan tentang Anda. Ketika Anda khawatir tentang apa yang
dipikirkan orang lain, Anda cenderung tidak memiliki waktu luang untuk
melakukan apa pun.
Karena itu, berhenti khawatir dan lebih fokus pada apa yang ingin Anda lakukan
dapat meningkatkan harga diri. Kemudian yang ketiga adalah jangan terlalu
membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Orang lain mungkin tidak selalu
menjadi standar hidup. Apa yang orang posting di media sosial hanya mewakili
yang terbaik dalam hidup.
Jadi jangan membandingkan diri Anda dengan orang lain dan fokus saja pada apa
yang bisa tumbuh dalam diri Anda. Mengenali kekuatan dan kelemahan Anda juga
dapat meningkatkan harga diri.
3.PRESENTASI DIRI
3.1 Pengertian Self Presentation
Individu yang mengalami self presentation bisa jadi menyadari atau tidak menyadarinya.
Fokus utama pada self presentation adalah untuk menetapkan sebuah image publik
tentang diri kita sendiri yang konsisten dengan apa yang diinginkan atau diharapkan
oleh orang lain tentang diri kita. Kita dapat melakukan hal ini, misalnya dengan
mengklaim bahwa kita memiliki beberapa atribut yang mereka hargai, meskipun secara
nyata kita tidak memiliki atribut tersebut.
Sementara itu menurut Menurut Kassin dkk (2008 dalam Maryam, 2018, hlm. 56)
presentasi diri merupakan sebuah proses di mana kita berusaha untuk membentuk apa
yang dipikirkan orang lain tentang kita dan apa yang kita pikirkan tentang diri kita
sendiri.
Selain itu menurut Dayakisni dan Hudaniah (2015, hlm. 72) mengatakan bahwa
individu yang memiliki presentasi diri yang baik, maka ia akan diterima oleh
masyarakat. Sebaliknya, individu yang memiliki presentasi diri yang buruk
maka ia akan merasakan perasaan terasingkan oleh masyarakat.
1. untuk memperoleh imbalan materi atau sosial (agar disukai, dihormati, dipuji,
dan sebagainya),
2. untuk mempertahankan atau meningkatkan harga diri, dan
3. untuk mempermudah pengembangan identitas diri.
Menurut Delamater & Myers (dalam Maryam, 2018, hlm. 57) kesuksesan
dalam presentasi diri ditentukan oleh dua hal berikut.
1. Dalam upaya untuk menetapkan definisi situasi agar interaksi berjalan dengan
sukses, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus berbagi pemahaman
tentang realitas sosial mereka. Sesuai dengan pandangan teori interaksi
simbolik (symbolic interaction theory) yang mengatakan bahwa agar interaksi
sosial berjalan lancar maka orang-orang yang terlibat di dalamnya harus
bersama-sama berbagi definisi sebuah situasi (kesepakatan tentang siapa
mereka, apa tujuan mereka, perilaku seperti apa yang layak, dan apa artinya
perilaku mereka). Untuk membentuk definisi situasi ini, orang-orang harus
sepakat menjawab pertanyaan tentang: a) apa tipe kegiatan sosial terdekat
(pernikahan, reuni, interview pekerjaan, dan lain-lain), dan apa kerangka
(frame) interaksi ?; b) Identitas seperti apa yang diinginkan oleh partisipan
dalam interaksi tersebut ?
2. Upaya untuk mengungkapkan informasi tentang diri (self) yang konsisten
dengan identitas yang diklaim (self–disclosure). Agar kita bisa mengetahui
lebih banyak tentang orang lain dengan lebih baik maka kita mengungkapkan
tentang diri kita sendiri secara lebih detil dan akrab.
3.5 Strategi Self Presentation
Menurut Delamater dan Myers (dalam Maryam, 2018, hlm. 58) strategi
presentasi diri adalah berbagai kondisi tertentu yang sengaja diikuti untuk
membuat orang menghadirkan diri mereka sebagai seseorang yang bukan
sesungguhnya untuk menghasilkan self presentation yang diinginkan dengan
cara membesar-besarkan, ataupun membuat kesan yang menyesatkan
tentang dirinya di mata orang lain. Beberapa strategi presentasi diri menurut
Delamater dan Myers (dalam Maryam, 2018, hlm. 58-16) adalah sebagai
berikut.