Daftar Isi...............................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
karuniaNya makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sosial, setiap orang (individu) dengan orang lain (individu
lain) selalu berinteraksi karena semua orang atau manusia adalah makhluk sosial
yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain. Dari mulai bangun tidur
sampai menjelang tidur, setiap orang melakukan interaksi satu sama lain (pada
umumnya). Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang-perorangan dalam kelompok manusia. Proses
interaksi sosial terjadi melalui kontak sosial dan komunikasi. Tanpa keduanya,
proses interaksi sosial takkan pernah terjadi karena keduanya merupakan syarat
mutlak untuk melakukan interaksi. Kontak sosial dapat terjadi walaupun tanpa
komunikasi.
Dalam pandangan psikologi, seseorang dalam berkomunikasi juga
dipengaruhi oleh factor kejiwaan. Salah satunya adalah persepsi. Persepsi
merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan suatu informasi yang mana
sebelumnya Ia sudah mengumpulkan pengetahuan dan disimpan di dalam memori
apa yang ditangkap oleh indra pesan-pesan atau informasi terdahulu.Dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, terkadang kita menyadari
bagaimana diri kitasaat ini (actual self), bagaimana diri yang kita inginkan (ideal
self), dan bagaimana diri kita seharusnya (Ought self). Kita menyadari diri kita,
sikap kita, dan seperti apa diri kita setelah mendapat informasi dari orang lain
maupun dari pembelajaran diri kita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Dari Self Concept?
2. Apa Saja Dimensi Self Concept?
3. Apa Saja Jenis-jenis Self Concept?
4. Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Concept?
5. Apakah Aspek-aspek Self Concept?
1
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Bagaimana Definisi Dari Self Concept
2. Mengetahui Apa Saja Dimensi Self Concept
3. Mengetahui Apa Saja Jenis-jenis Self Concept
4. Mengetahui Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Concept
5. Apakah Aspek-aspek Self Concept
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawagas
menjelaskan bahwa self concept mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya (Desmita, 2012).
Self concept adalah pengetahuan dan gagasan seseorang tentang dirinya serta
sikap terhadap diri dan perilakunya. Self concept dibagi menjadi self concept
positif dan konsep diri negatif. Hurlock (dalam simanjutak, 2009) menyatakan
individu dengan konsep diri positif akan mengembangkan sikap-sikap seperti
kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realistis.
Kemudian individu dapat menilai hubungan dengan orang lain secara tepat dan
akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya, self concept
negatif akan mengambarkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Individu akan
merasa ragu dan kurang percaya diri. Menurut Bruns (1993) suatu self concept
yang positif dapat disamakan dengan evaluasi diri yang positif, penghargaan diri
yang positif, penerimaan diri yang positif; self concept yang negatif menjadi
sinonim dengan evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri
dan tiadanya perasaan yang menghargai pribadi dan penerimaan diri. Dari
beberapa teori diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa self concept
merupakan sikap kepercayaan dirinya dan keyakinan mengenai kelemahan dan
kelebihan yang ada pada dirinya serta karakteristik fisiknya yang terbentuk
melalui persepsi dan interpretasi terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
4
2. Harapan
Dimensi kedua dari self concept adalah dimensi harapan atau diri yang
dicita-citakan dimasa depan. Pengharapan ini merupakan diri ideal (self ideal)
atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri (self ideal) terdiri atas dambaan,
aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa
yang kita inginkan.
3. Penilaian
Dimensi ketiga self concept adalah penilaian kita terhadap diri kita
sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (dalam
Desmita, 2012) setiap hari kita berperan sebagai penilaian tentang diri kita
sendiri, menilai apakah kita bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita
sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita
sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut
membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita
menyukai diri sendiri.
5
3. Tidak pandai atau tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan pada orang lain atau hipersensitif
4. Merasa tidak disenangi oleh orang lain
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi yang terungkap dalam keengganan
untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
6
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan
menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.
2. Kelompok Rujukan (Reference Group)
Kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh
terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat kelompok, orang
akan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan
semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk
memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri
sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja
mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi
kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali
konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang
menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di
dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri
sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke
yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan terhadap
penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber daya yang
dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, 1969). Konsep diri sebagai suatu
penilaian terhadap diri juga dijelaskan dalam defenisi konsep diri yang
dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (1985) yaitu bahwa konsep diri adalah cara
bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri
sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari
segi fisik, moral, keluarga, personal, dan sosial.
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini, mengharapkan kritik dan masukkan
yang positif, untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah kami, dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa
keperawatan.
8
Daftar Pustaka