Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Diri, Konsep Diri, Kontrol Diri

Kata Pengantar

Bibarakatil Qur’an Wainayatillahi Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Ilahi atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Diri, Konsep Diri, dan
Penyesuaian Diri” yang sederhana ini telah selesai kami susun. Makalah ini kami buat
berdasarkan hasil belajar kami dan referensi dari berbagai buku. Salah satu tujuan kami adalah
agar yang membaca makalah kami mereka dapat mengerti tentang diri, mengenal konsep diri,
dan pentingnya untuk menyesuaikan diri. Dan dengan tujuan yang demikian, kami harap
laporan ini bermanfaat bagi semua orang, yang membaca susunan makalah ini.

Kekurangan dan kesalahan tentu akan terjadi dalam pembuatan laporan ini, maka tegur
sapa dari para ahli sangat kami harapkan. Dan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.

2. Kepada Dosen Sri Muniroh, M.A selaku dosen mata kuliah Psikologi sekaligus pembimbing
dalam membuat makalah ini.

3. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan do’a kepada kami.

4. Dan kepada teman-teman juga yang telah memberikan dukungan moral bagi kami.

Dan kami juga memohon kepada Allah semoga buku ini bermanfaat dan menjadi salah satu
amal yang diridhio-Nya. Amin.
Daftar Isi

Bab I

Pendahuluan

Latar belakang

Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dimana kedua aspek tersebut
terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk individu ditandai dengan keunikan dan
kemandirian, sehingga cenderung berperilaku sesuai dengan gambaran dirinya, membuat
individu yang sata dengan yang lain berbeda. Sedangkan sebagai makhluk sosial ditandai
dengan keterlibatan dengan orang lain dan adanya kebutuhan akan orang lain, maka manusia
harus bisa berinteraksi dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri individu (Gerungan, 2002:55).
Jadi terdapat dua bentuk penyesuaian diri, yaitu penyesuaian diri “pasif”, yaitu kegiatan
individuditentukan oleh lingkungan, dan penyesuaian diri “aktif”, yaitu individu mempengaruhi
lingkungan.Menurut Woodworth (Gerungan, 2002:55) pada dasarnya terdapat empat jenis
hubungan antara individu dengan lingkungannya yaitu; individu dapatbertentangan dengan
lingkungan, individa dapat menggunakan lingkungannya,individu dapat berpartisipasi dengan
lingkungannya, dan individu dapatmenyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hubungan utama
antara individu dengan lingkungan adalah manusia senantiasa berusaha untuk menyesuaikan
diridengan lingkungannya. Pada kenyataannya, penyesuaian diri individu satu dengan yang lain
berbeda, terjadinya perbedaan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri individu
masing-masing.

Chaplin (2000:450) mengemukakan bahwa konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri
sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Konsep diri merupakan motivator manusia yang mempengaruhi perilaku individu. Konsep diri
positif membuat perilaku individu mengarah padahal-hal positif dan dapat menerima
kenyataan diri dengan segala keterbatasannya, sehingga mampu melakukan penyesuaian diri
tehadap lingkungan. Sebaliknya konsep diri negatif membuat individu dapat berperilaku
mengarah pada hal negatif sehingga seluruh sikap, pandangan, serta keyakinan terhadap
dirinya akan sangat berpengaruh terhadap perilakunya. Konsep diri negatif menyebat-kan
individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, karena meyakini
dirinya lemah, tidak menarik, atau tidak disukai.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan aktivitas-aktivitas manusia,
dimana tingkah laku dan aktivitas-aktivitas tersebut termanivestasi dari jiwa manusia.

Manusia sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntunnya untuk
menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh manusia diawali dengan penyesuaian
secara fisiologis, namun mampu menyesuaikan diri secara psikolgis (penyesuaian diri).

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang


mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh steiap
individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Rumusan Masalah

Tujuan

Bab II

Pembahasan

Pengertian Diri

Diri (self), Apakah diri itu? Beberapa ahli memaparkan definisi-definisi mengenai diri, sebagai
berikut :

Devito (1997:57) memaparkan “kita semua ingin mengenal diri sendiri secara lebih baik karena
kita mengendalikan pikiran dan perilaku kita sebagian besae sampai batas kita memahami diri
kita sendiri, sebatas kita menyadari siapa kita”. Sangat cukup beralaskan Devito menegaskan
bahwa semua komponen tindak komunikasi , yang paling penting adalah diri. “Siapa anda dan
bagaimana anda memepersiapkan diri sendiri dan orang lain akan memengaruhi komunikasi
anda dan tanggapan anda terhadap komunikasi orang lain.”
Willian James (1890), diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya
sendiri, namun bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya saja, melainkan juga tentang
keluarganya, pekerjaannya, teman-temannya, dan apa saja yang dimilikinya. Kalau yang
dimilikinya itu baik, maka ia akan merasa senang dan bangga. Namun jika yang kita miliki itu
bersifat buruk, maka kita akan merasa kecewa, tidak puas, dan lain-lain.

J.M Baldwin (1983) diri sebagai konsep yang tersusun dan aktif.

Beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa diri tidak ada atau belum ada pada saat
manusia itu dilahirkan. Diri itu terbentuk dari hasil hubungan dengan orang-orang dan
lingkungan sekitar. Dengan demikian diri itu adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat,
latar belakang budaya, pendidikan, yang melekat pada diri manusia, semakin dewasa maka dia
mampu menggambarkan dirinya sendiri.

Dalam diri memiliki 3 komponen, diantaranya :

a. Komponen pengamatan : bagaimana cara mengapati diri sendiri

b. Komponen pengertian : pengertian sesorang dengan mengartikan sifatnya,


kesanggupannya, miliknya, kekuarangannya, kemampuannya, latar belakang, dan masa
depannya.

c. Komponen sikap : meliputi perasaan terhadap diri sendiri, latar belakang sifatnya,
harapan masa depan, rasa malu, keyakinan, cita-cita, norma.

Proses pembentukan diri, bagaimana diri bermula?

Diri itu belum ada sejak kita pertama kali dilahirkan, namun diri itu terbentuk dari faktor
lingkungan sekitar kita. Ketika saat kita pertama kali dilahirkan kita tak berdaya dan selalu
tergantungan terhadap orang lain, namun kita memiliki keyakinan, seperti halnya seorang bayi,
ia menangis saat dia lapar, setelah dia nangis maka si ibu akan memberinya susu, dan si bayi
itujika dia lapar, dia akan nangis dan dia yakin jika dia nangis maka ibunya akan memberi ia
susu. Maka dari itu ia mendapat pandangan baru. Ia mencoba batas-batas kesanggupannya, ia
mampu membedakan orang dan barang, dan perbedaan dirinya sendiri dengan orang lain.
Perkembangan tersebut mempengaruhi dirinya, sehingga ia mempunyai perasaan.

Diri itu terbentuk dari hubungan dengan orang-orang dan lingkungan sekitar kita, sehingga jika
lingkungan itu bersifat positif maka diri kita akan terbentuk menjadi diri yang positif. Namun
jika lingkungan itu bersifat negatif maka diri kita akan bersifat negatif pula

Pengertian konsep Diri


Self concept atau konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu dalam memandang dirinya
sendiri. Pandangan atau perspektif diri meliputi aspek fisik maupun psikis, seperti mengenal
karakteristik individu itu sendiri, tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan
sebagainya. Tak hanya mencakup kekuatan diri individu itu saja, melainkan kelemahan dan
kegagalan yang ada pada dirinya.

Sebagai contoh, apabila individu menganggap bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya, akan terbentuk self concept yang baik atau positif pada
dirinya. Namun, sebaliknya, apabila individu itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu atau
dalam artian pesimis sebelum mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif pada dirinya.

Oleh sebab itu, sebagai individu sangat penting untuk mengenali dirinya sebaik mungkin untuk
mengembangkan dirinya menggapai cita-cita dan tujuan hidup di masa depan yang dibahas
pada buju Landasan Pendidikan dibawah ini.

Komponen Konsep Diri / Self Concept

Citra Diri (Self Image)

Citra diri atau gambaran diri ini biasa dikenal sebagai self image adalah perilaku individu secara
fisik pada dirinya sendiri, baik disadari maupun tak disadari. Komponen self image mencakup
persepsi atau tanggapan, baik di masa lalu maupun sekarang, terkait ukuran dan bentuk tubuh
serta kemampuan pada dirinya (fisik).

Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi seorang individu mengenai bagaimana individu tersebut semestinya
berperilaku berdasar pada standar pribadinya dan terkait dengan cita-citanya. Pembentukan
ideal diri ini mulai ada sejak individu itu berada pada masa anak-anak dan dipengaruhi pula oleh
individu lain yang berada di sekitar dirinya.

Ideal diri disebut juga sebagai pengharapan atas dirinya sendiri. Hal ini seperti harapan atas
kemungkinan menjadi apa dirinya kelak sesuai dengan idealisme dirinya.

Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri atau biasa disebut sebagai self esteem ini adalah persepsi seorang individu akan hasil
yang dicapainya dengan menelaah seberapa banyak kesesuaian perilakunya dengan ideal
dirinya. Self esteem ini memang terbentuk sejak kecil sebab adanya perhatian dan penerimaan
dari individu dan lingkungan sekitarnya.
Self esteem atau harga diri ini dihasilkan dari persepsi dan penilaian seorang individu terhadap
dirinya terkait yang diharapkan dengan fakta yang ada pada dirinya. Apabila semakin luas
ketidaksesuaian antara pengharapan dan fakta atau kenyataan di dirinya, akan semakin rendah
rasa harga dirinya. Sebaliknya, Apabila individu tersebut semakin mendekati ideal dirinya atau
pengharapan atas dirinya dan menyukai atas apa yang dikerjakan, akan semakin tinggi pula rasa
harga dirinya.

Peran Diri

Peran diri adalah segenap bentuk sikap atau tingkah laku, nilai, dan tujuan yang diharapkan
oleh suatu kelompok sosial terkait dengan fungsi dan peran individu di dalam masyarakat atau
kelompok sosial tersebut.

Identitas Diri

Identitas diri adalah kepekaan individu terhadap dirinya yang dihasilkan dari pengamatan dan
penilaian dirinya dengan menyadari bahwa dirinya itu memiliki perbedaan dengan individu lain.
Komponen self concept ini mulai terbentuk dan berkembang pada diri individu sejak masa
kanak-kanaknya.

Selain itu, terdapat pula pandangan terkait komponen self concept dari beberapa literatur, di
antaranya.

Komponen Kognitif, biasa disebut sebagai komponen citra diri atau self image adalah
komponen yang memiliki keterkaitan langsung dengan pikiran dan cara menggunakannya. Self
image atau citra diri ini meliputi beberapa aspek, seperti aspek percaya diri, daya tarik secara
fisik, aspek rasa percaya diri, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, serta aspek kesukaan
dari penilaian individu lain terhadap dirinya.

Komponen Afektif, lebih sering disebut sebagai harga diri atau self esteem. Komponen self
concept ini adalah komponen kedua yang memiliki keterkaitan erat dengan perasaan. Self
esteem atau harga diri memiliki beberapa aspek, meliputi aspek perasaan, penerimaan diri,
penyesuaian dirinya, penghargaan, dan pujian.

Selain itu, terdapat pula pandangan terkait komponen self concept dari beberapa literatur, di
antaranya.

Komponen Kognitif, biasa disebut sebagai komponen citra diri atau self image adalah
komponen yang memiliki keterkaitan langsung dengan pikiran dan cara menggunakannya. Self
image atau citra diri ini meliputi beberapa aspek, seperti aspek percaya diri, daya tarik secara
fisik, aspek rasa percaya diri, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, serta aspek kesukaan
dari penilaian individu lain terhadap dirinya.

Komponen Afektif, lebih sering disebut sebagai harga diri atau self esteem. Komponen self
concept ini adalah komponen kedua yang memiliki keterkaitan erat dengan perasaan. Self
esteem atau harga diri memiliki beberapa aspek, meliputi aspek perasaan, penerimaan diri,
penyesuaian dirinya, penghargaan, dan pujian.

1. Self Concept Positif

Self concept positif sebagai pandangan seorang individu memiliki konsep positif pada dirinya
yang memudahkannya dalam beradaptasi dengan beberapa atau banyak keadaan. Individu
tersebut memandang di samping hal-hal buruk atau negatif pasti ada hikmah yang bisa diambil
dan bukanlah akhir dari segalanya.

Biasanya, Individu yang memiliki self concept seperti ini akan lebih optimis, percaya diri, dan
selalu berpikir bahwa setiap masalah ada solusinya.

Selain itu, individu yang memiliki self concept positif ini, dapat menerima dirinya apa adanya,
menerima segala risiko dan kelemahannya. Ia juga cenderung memiliki wawasan yang luas
terhadap dirinya sendiri, memiliki keinginan dan perencanaan realis yang kemungkinan besar
dapat dicapai olehnya. Ia memiliki sikap yang dapat memposisikan harga dirinya secara tepat.

Adapun karakteristik individu yang memiliki self concept yang positif, antara lain:

Mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu untuk mengatasi berbagai masalah. Dengan kata
lain, dirinya percaya bahwa di setiap masalah pasti ada solusinya

Ia memiliki perasaan setara terhadap individu lain

Memiliki keinginan untuk introspeksi diri dan kemampuan dalam memperbaiki dirinya sendiri

Memiliki kesadaran bahwa individu lain juga mempunyai keinginan, perasaan, dan sikap yang
belum tentu diterima oleh semua anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu
Dapat menerima pujian dari individu lain tanpa rasa malu. Dengan kata lain, ia tak akan hanyut
ketika mendapatkan sanjungan dari individu lain

Tidak merasa terancam dan cemas apabila dirinya dikritik oleh individu lain

Akan secara lapang menerima informasi negatif terhadap dirinya

Untuk membentuk self concept positif memerlukan usaha lebih, dimana bukan hanya sekedar
teori saja namun bagaimana kita bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari dan hal
ini bisa Grameds pelajari pada buku Berpikir Positif.

Self concept negatif biasanya terjadi pada individu yang tidak banyak tahu informasi akan
dirinya sendiri dan tak melihat dirinya secara utuh. Contohnya, ia hanya melihat kelemahan
pada dirinya atau bahkan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya.

Hal tersebut yang menjadikan dirinya memiliki keinginan, harapan dan perencanaan yang tidak
realistis sehingga peluang untuk berhasilnya pun tipis. Ia memiliki sikap yang memposisikan
dirinya secara kurang atau bisa dikatakan tidak tepat.

Individu yang mempunyai self concept negatif, cenderung lebih pesimis dan merasa sulit untuk
melihat kesempatan dalam kesulitan tersebut. Terlebih, dirinya merasa kalah sebelum
mencoba. Pun apabila tidak berhasil dan dikatakan gagal, individu dengan self concept seperti
ini akan menyalahkan keadaan yang ada, individu lain, bahkan dirinya sendiri.

Adapun beberapa karakteristik dari individu yang memiliki self concept yang negatif, di
antaranya.

1. Merasa pesimis setiap kali menghadapi suatu kompetisi dengan individu lain
2. Memiliki sifat yang sensitif atau peka apabila mendapat kritikan dari individu lain
3. Memiliki sikap yang responsif apabila mendapat pujian dari individu lain
4. Cenderung memiliki sikap yang suka mengkritik, bahkan hingga ke persoalan kecil
sekalipun
5. Memiliki perasaan bahwa dirinya tidak disenangi oleh individu lain
6. Tidak mampu untuk menghargai dan mengakui kelebihan dari individu lain

Untuk menghilangkan pemikiran konsep negatif ini, Grameds dapat membaca buku Magnet
Berpikir Positif yang dapat membuka pemikiran bahwa tidak semua kegagalan adalah akhir dari
segalanya.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Self Concept atau Konsep Diri

Akar permasalah yang terjadi pada diri manusia sebagian besar ada pada perspektif terhadap
dirinya sendiri. Pemahaman ini akan muncul dari pikiran negatif terhadap dirinya sendiri,
seperti merasa dirinya tak berguna, rendah diri atau inferior, tidak cantik atau ganteng, tidak
menarik, tidak memiliki keterampilan, dan segala macam kritik terhadap dirinya sendiri yang
malah menyebabkan suatu problem.

Kegagalan

Sadar atau tak sadar, kegagalan yang terjadi pada diri individu secara terus menerus akan
memberikan pertanyaan besar pada potensi atau kemampuan dirinya sendiri sehingga
berujung pada persepsi bahwa dirinya lemah dan tak dapat diandalkan.

Overthinking

Seorang individu yang terlalu sering overthinking sangatlah tidak baik. Hal itu karena dapat
mengarahkan pikiran buruk terhadap penilaian dirinya sendiri sehingga terciptalah self concept
yang negatif. Individu tersebut cenderung terus menerus memikirkan kegagalan yang
dialaminya, tanpa ada keinginan untuk mencari solusinya. Sikap seperti ini harus segera
dihentikan

Pentingnya Self Concept untuk Diri Sendiri

Self concept yang sehat dan positif akan menimbulkan manfaat untuk diri sendiri. Berikut
adalah manfaat yang didapatkan dengan memiliki self concept yang sehat dan positif, di
antaranya:

Memaksimalkan Potensi Diri

Apabila individu memiliki self concept yang positif, individu itu akan percaya bahwa ia dapat
melakukan berbagai hal, mampu menyelesaikan masalah yang ada dengan mencari peluang
dan solusi, membuka potensi yang dimiliki kepada hal-hal yang belum pernah dipikirkan
sebelumnya.

Membantu Dirinya Sendiri dalam Mencapai Tujuan Hidupnya

Individu yang memiliki self concept positif, cenderung memiliki sikap yang optimis dan realistis
terhadap tujuan yang diinginkannya. Dengan begitu, peluang dirinya untuk berhasil akan
semakin besar sehingga tujuan yang diinginkannya pun akan tercapai.

Menghindari Self Sabotaging Behavior


Individu yang memiliki self concept positif mampu menghindari self-sabotaging behavior. Self-
sabotaging behavior sebagai bentuk pemikiran, sikap, ataupun tindakan yang menahan dirinya
untuk meraih apa yang ia mau, misalnya, goals dalam hidupnya.

Memiliki self concept yang positif akan membentuk diri menjadi pribadi yang lebih positif,
optimis, dan yakin bahwa dirinya mampu mendapatkan apa yang diinginkan atau dituju. Akan
tetapi, sebaliknya, apabila self concept pada diri individu itu negatif atau dapat dikatakan tak
sehat, hal itu tak akan membawa dirinya dalam mencapai keinginan dan tujuannya.

Mampu Memengaruhi Fisik dalam Menghadapi Masalah

Memengaruhi perspektif bagaimana individu itu menggunakan fisiknya dalam menghadapi


suatu masalah atau tantangan dalam kehidupannya sehari-hari. Contoh simpelnya, seorang
individu ingin mengikuti suatu perlombaan lari, apabila ia memiliki self concept bahwa dirinya
terlalu gemuk untuk dapat mengikuti perlombaan lari tersebut dan akan menjadi orang terakhir
yang sampai di garis finish, mungkin saja itu akan terjadi.

Akan berbeda bila individu tersebut memiliki self concept positif bahwa dirinya kuat dan akan
memenangkan lomba lari tersebut, bisa saja hasilnya akan sesuai dengan pemikirannya
tersebut. Hal ini menandakan bahwa individu yang memiliki self concept positif akan mampu
memengaruhi fisiknya dalam menghadapi masalah yang ada.

Mampu Mengukur Seberapa Jauh Dirinya dalam Menyelesaikan Masalah

Individu yang memiliki self concept positif akan mampu menentukan seberapa jauh ia dapat
keluar dari ‘zona nyaman’ nya dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, dirinya mampu
menentukan seberapa jauh kemampuan dirinya untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Kontrol Diri

Menurut Musthafa Fahmi penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik terus menerus
yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mndapatkan hubungan yang lebih serasi antara
diri dengan lingkungan. Penyesuaian diri adalah faktor yang penting dalam kehidupan manusia.
Penyesuaian diri mungkin saja berbeda-beda dalam sifat dan caranya. Sebagian orang ada yang
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan sukses. Namun sebagian lain ada yang tidak
sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ia tempati.

Bentuk-bentuk penyesuaian diri dibagai menjadi 2, yakni penyesuaian diri yang adaptive
yaitu perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, contoh jika kita berada di tempat yang sangat dingin, maka kita harus memakai
pakaian yang tebal agar suhu tubuh kita menjadi hangat. Pernyesuaian diri yang adjustive yaitu
penyesuaian yang tersangkut kehidupan psikis kita, contoh saat kita pergi tetangga yang sedang
berduka cita karena kematian salah satu anggota keluarga, mungkin sekali wajah kita dapat
diatur sedemikian rupa, sehingga namppak wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan
terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebagai berikut :

1. Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi. Kebutuhan pokok tersebut adalah
makanan, minuman, buang kotoran, dan istirahat.

2. Kebiasaan-kebiasaan dan ketrampilan yang dapat membantu dalam pemenuhan


kebutuhan mendesak.

3. Dapat menerima dirinya. Pandangan orang lain terhadap diri kita itu sangat penting, jika
pandangan tersebut bersifat baik, maka itu dapat mendorong kita untuk terus berkerja keras
dan menyesuaikan diri dengan anggota manyarakat dan akan membawanya kepada
kesuksesan. Jika pandangan orang lain terhadap kita kurang baik, maka kita akan berhadapan
dengan frustasi, merasa gagal, penyesuaian diri buruk, dan akan mendorong rsa benci dan
permusuhan.

4. Kelincahan, bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan baru dengan cara yang serasi.

Bab III

Penutup

Kesimpulan

Konsep diri adalah pandangan dan penilaian individu pada dirinya sendiri. Hal ini berguna
sebagai landasan berperilaku dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Maka dari itu,
ciptakanlah self concept yang positif agar mampu membentuk kepribadian yang baik pula.
Itulah pembahasan lengkap mengenai Self Concept, mulai dari pengertian, komponen self
concept, karakteristik, faktor-faktor yang memengaruhi self concept, hingga pentingnya self
concept untuk diri sendiri.

Kita sebagai makhluk ciptaan Allah swt dan juga sebagai makhluk sosial, hendaknya kita perlu
mengetahui tentang diri kita sendiri, siapa diri kita, bagaimana diri kita, apa harapan diri kita
untuk masa depan, dan lain sebagainnya. Tentu kita harus mengenal diri kita, dengan mengenal
diri kita maka kita akan memahami bagaimana karakter diri kita, konsep diri kita, dan
penyesuaian diri kita. Sehingga kita sebgaai makhluk sosial tidak merasa minder, resah, takut,
dan lain-lain untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Saat kita mampu mengenali diri, konsep
diri, dan penyesuaian diri kita, maka kita akan merasa lebih tenang, dan lebih berpengalaman
dalam menjalani hidup ini tanpa ada rasa cemas, ragu, takut, terhadap dunia yang kita jalani ini.

Anda mungkin juga menyukai