Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DIRI

1. HAKIKAT KONSEP DIRI

Diri ialah suatu susunan konsep hipotetis yang merujuk pada perangkat kompleks dari
karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan dari seseorang. Sedangkan konsep merupakan
gagasan, ide-ide ataupun pemahaman yang dapat membentuk gambaran terhadap mental
seseorang secara keseluruhan. Jadi, konsep diri adalah pemahaman mengenai diri mencakup
komponan fisik, sosial, emosional dan kejiwaan (psikologis) seseorang secara keseluruhan.
Proses pembentukan konsep diri seseorang dibentuk melalui faktor internal dan eksternal
dari beberapa objek. Konsep diri terbentuk dari dua komponen yaitu :
1. Komponen Kognitif. Yaitu pengetahuan individu tentang keadaan dirinya.
Misalnya, saya anak bodoh, saya anak pintar. Jadi, komponen kognitif akan menjelaskan
siapa saya yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri (self-picture)
tersebut akan membentuk citra diri.
2. Komponen Afektif. Penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut akan
membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptable), serta penghargaan diri (self-
esteem) individu.
Komponen kognitif merupakan data yang bersifat objektif, sedangkan

komponen afektif merupakan data yang bersifat subjektif. Konsep diri sendiri, terdiri atas :
 Citra Diri (self-image). Misalnya, saya seorang pelajar, saya seorang kakak, saya seorang petinju,
saya seorang pesilat, tinggi badan saya 170 cm, dsb.
 Penghargaan diri (self-esteem)  suatu penilaian, perkiraan, mengenai kepantasan diri (self
worth). Misalnya, saya peramah, saya sangat pandai, dsb.
Menurut Matt Jarvis (2005) dalam buku Dr. Sukirno (2012:84), konsep diri terbentuk
setelah individu :
1. Memiliki citra diri yang positif dan konstruktif
2. Memiliki pandangan menyeluruh tentang dirinya (memahami atas kelebihan dan
kekurangannya)
3. Memiliki ketahanan menghadapi kemungkinan tentang hambatan dan kegagalan
4. Memiliki rencana hidup yang mantap
William Brooks menyebutkan 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri :
1. Self Appraisal-Viewing Self an Object. Suatu pandangan yang menjadikan diri
sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain, adalah kesan kita
terhadap diri kita sendiri.
2. Reaction and Response of others. Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi dan respon
orang lain terhadap diri kita.
3. Roles You Play-Role Taking. Peran merupakan seperangkat patokan, yang
membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh individu yang menduduki suatu posisi.
4. Refences Group. Sikap yang menunjukkan rasa tidak senang atau tidak setuju
terhadap kehadiran seseorang, biasanya dijadikan sebagai bahan komunikasi dalam
penilaian kelompok terhadap prilaku seseorang. Semakin banyak kelompok rujukan yang
menganggap diri kita positif, semakin positif konsep diri kita.

2.DIMENSI KONSEP DIRI


A. Dimensi Internal, terdiri dari:

1. Diri sebagai objek (identity self) Bagian dimensi internal dari diri yang merupakan
identitas diri adalah aspek konsep diri yang paling mendasar. Konsep ini
mempertanyakan “siapakah saya?”. Dalam konsep ini tercakup label-label dan
simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu untuk menggambarkan
dirinya dan membangun identitasnya.
Elemen identitas diri akan terus meluas sejalan dengan semakin
berkembangnya kemampuan-kemampuan individu, aktivitas, keanggotaan dalam
kelompok serta sumber-sumber identifikasi. Semua alemen-alemen identitas diri
lebih lanjut akan mempengaruhi cara individu mempersepsikan dunia
fenomenologisnya, serta observasi dan penilaian terhadap dirinya sendiri
sebagaimana ia berfungsi.
Pada kenyataannya diri identitas berkaitan erat dengan diri sebagai pelaku.
Identitas diri sangat mempengaruhi tingkah laku individu, sebaliknya identitas diri
juga dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku sebagai contoh, seseorang tidak dapat
menyebut dirinya sebagai seorang wartawan jika ia tidak pernah dapat
melakukan interview dan menulis hasil liputannya, sebaliknya bagaimana
seseorang itu menjalankan fungsinya sebagai wartawan akan mempengaruhi
persepsi dirinya sebagai wartawan. Dengan kata lain, untuk menjadi sesuatu
seringkali individu harus melakukan sesuatu, dan dengan melakukan sesuatu itu
maka individu seringkali juga harus menjadi sesuatu.

2. Diri Sebagai Pelaku (behavior self) Bagian ini berisi segala sesuatu kesadaran
mengenai “Apa yang dilakukan oleh diri”. Bagian ini sangat erat kaitannya dengan diri
sebagai identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri
identitas dengan pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima dengan baik
diri sebagai identitas maupun diri pelaku.

3. Diri Sebagai Penilai (judging self) Kedudukan diri sebagai penilai adalah menjadi
perantara atau mediator antara diri identitas dan diri pelaku. Diri sebagai penilai
berfungsi sebagai pengobservasi, penentu standar serta pengevaluasi. Manusia
cenderung memberikan suatu penilaian terhadap sesuatu yang dipersepsinya. Oleh
karena itu label-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata
menggambarkan dirinya, tetapi dibalik itu juga sarat dengan nilai-nilai. Penilaian inilah
yang pada akhirnya lebih memberikan peran dalam menentukan tingkah laku yang
ditampilkan. Dengan demikian jelaslah bahwa diri penilai menentukan kepuasan
seseorang akan dirinya atau seberapa jauh ia dapat menerima dirnya. Kepuasan diri
yang rendah akan menimbulkan harga diri yang miskin dan mengembangkan
ketidakpercayaan yang mendasar kepada diri, sehingga menjadi senantiasa penuh
kewaspadaan. Sebaliknya individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran
dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu tersebut untuk melakukan
dirinya dan lebih memusatkan energi serta perhatiannya keluar diri hingga dapat
berfungsi secara lebih konstruktif. Kecenderungan evaluasi diri ini tidak saja merupakan
komponen utama dari persepsi diri, melainkan juga merupakan komponen utama
pembentuk harga diri. Penghargaan pada dasarnya didapat dari dua sumber utama,
yaitu : dari diri sendiri (internal) dan dari orang lain (eksternal). Penghargaan ini
diperoleh jika seseorang berhasil mencapai tujuan-tujuan, nilai-nilai tertentu. Umumnya
nilai-nilai, dan tujuan-tujuan pada awalnya dimasukkan oleh orang lain. Penghargaan
hanya didapat melalui pemenuhan tuntutan dan harapan orang lain. Namun pada saat
diri sebagai pelaku telah berhubungan dengan tingkah laku aktualisasi diri, maka
penghargaan juga dapat berasal dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, sekalipun harga
diri merupakan hal yang mendasar untuk aktualisasi diri, aktualisasi diri juga penting
untuk menumbuhkan harga diri

B. Dimensi Eksternal Dari Diri

Dimensi eksternal dari diri merupakan hal yang sangat luas, namun secara umum Fitts
(1991) mengemukakan dimensi eksternal ini sebagai berikut:

1. Diri fisik ; bagaimana seseorang memandang penampilan fisiknya. Misalnya


penampilan tubuh atau kondisi kesehatan tubuh

2. Diri moral-etik; bagaimana seseorang memberikan penilaian diri sebagai Individu


yang berhubungan dengan nilai-nilai dan etika moral.

3. Diri personal; bagaimana seseorang menilai tentang pribadinya

4. Diri kelurga; bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri dengan


mengacu pada orang-orang yang dekat dengannya

5. Diri sosial; bagaimana seseorang mempersepsi dirinya sendiri didalam interaksi


sosial dengan orang lain.
3. CIRI CIRI KONSEP DIRI

Konsep Diri Positif


 Mampu menjadi dirinya sendiri.
 Mampu memenuhi harapan-harapannya sendiri dari pada harapan individu lain.
 Memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain.
 Memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap diri sendiri.
 Mampu mengarahkan kehidupannya.
 Lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalamannya.

NEGATIV

1. Menjadi sangat sensitive terhadap kritik, karena kritik menjadi penguat bagi perasaan
inferiornya .

2. Sikap terlalu mengkritik orang lain sebagai usaha untuk menutupi gambaran diri yang
sebenarnya karena dengan demikian berusaha mengarahkan perhatian pada orang lain dan
bukan pada dirinya.

3. Kegagalan yang dialaminya akan diproyeksikan pada orang lain sehingga kekurangan diri
dapat dihindari.

4. Terlalu berlebihan terhadap pujian yang diberikan kepadanya.

5. Kurang memiliki minat dalam berkompetisi, dan cenderung menjaga jarak dalam lingkungan
sosialnya.

4.MENUMBUHKAN KONSEP DIRI

Cara Membangun Konsep Diri Positif


Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa di lakukan untuk membangun konsep diri
positif, yaitu antara lain:
1. Mencintai dan menyayangi diri sendiri
Diri kita adalah unik, yang telah di ciptakan Tuhan dengan berbagai macam kelibhan
dan kekurangan. Mencitai dan menyayangi diri sendiri berarti kita mencintai apa yang
telah Tuhan berikan kepada kita. Wujud dari kecintaan kita terhadap diri sendiri adalah
dengan memperlakukan dan menjaga diri ini dengan baik dari hal-hal yang bisa
merusak diri. Dengan begitu kita akan senantiasa terdorong untuk melakukan sesuatu
hal yang psositif dalam hidup

2. Mengembangkan pikiran positif


Cara berpikir kita mengendalikan sikap, tindakan dan hidup kita. Pikiran positif akan
mendorong kita untuk tetap optimis, pantang menyerah, dan barani menghadai resiko
dan tantangan. Selain itu pikiran positif juga akan menjadikan hidu kita lebih tenang.

3. Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang lain


Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kita harus senantiasa meningkatkan
kualitas hubungan tersebut. Peningkatan kualitas hubungan yang kita ciptakan
menandakan bahwa kita telah mampu berpikir dewasa. Perlu di ingat juga kualitas
pergaulan juga sangat di tentukan dengan siapa kita bergaul. Untuk itu pintar-pintarlah
kita memilih pergaulan, karena salah bergaul akan memberikan pengaruh negatif buat
diri kita. Dari itu bergaulan dengan orang yang memiliki kecerdasan dan perilaku yang
baik. Selain itu perbaiki juga hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita dan
hindarilah pertentangan.

4. Bersikap proaktif
Proaktif sering di katakan sebagai kemampuan mengambil sebuah inisiatif tindakan.
Namun prlu di katahui sebenarnya proaktif tidak hanya sekedar insiatfi tapi labih dari itu.
Proaktif
juga memahami dengan jeli permasalahan yang dihadapinya dengan kaca mata nilai ya
ng akurat dan tidak semata mengikuti perasaan. Proaktif ini meliputi banyak hal seperti
proaktif dalam melawan hawa nafsu, proaktif dalam memberantas kebodohan diri,
proktif memupuk motivasi, proaktif dalam belajar, proaktif dalam menolong orang yang
membutuhakan dan lain sebagainya

5. Menjaga keseimbangan hidup


Hidup itu harus penuh dengan keseimbangan, tidak bisa rasanya kita hanya
mementingkan salah satu faktor tertentu dalam hidup. Kita harus tahu betul bagaimana
menjalani setiap aktivitas dalam kehidupan. Jangan sampai kita memporsikan satu
kegiatan secara berlebiha. Untuk mencapai keseimbanga ini, sebainya kita menyusun
sebuah agenda kegiatan dan skala proritas sehingga kita benar-benar bisa melakukan
suatu hal sesuai dengan kebutuhan yang ada, tidak berlebihan dan seimbang.
KONSEP DIRI

DIBUAT OLEH:

AGNES GADING P.A


PAULA LUMBA TOBING
RAMA SAFITRI
SINTA LESTARI

KELAS: X BUSANA 4

Anda mungkin juga menyukai