PEMBAHASAN
1.
Menyukai (Liking) dalam hal ini tidak diartikan dengan sepele. Sternberg
mengatakan bahwa menyukai dalam hal ini adalah ciri persahabatan sejati,
di mana seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan
dengan yang lain tetapi tidak intens dalam hal gairah atau komitmen
jangka panjang. Syarat adanya sifat menyukai adalah terpenuhinya
intimacy.
2. Cinta gila (Infatuated love) sering dirasakan sebagai “cinta pada
pandangan pertama.” Tapi tanpa aspek keintiman dan komitmen pada
cinta, cinta gila mungkin akan menghilang tiba-tiba. Syarat adanya cinta
gila adalah munculnya intimacy dan commitment.
3. Cinta kosong (Empty love). Kadang-kadang, cinta muncul tanpa ada
perasaan keintiman dan gairah dan itu disebut dengan cinta kosong. Tipe
cinta ini hanya ada perasaan untuk berkomitmen tanpa ada keintiman dan
gairah diatara mereka. Biasanya ini muncul ketika ada budaya perjodohan
dan sering diawali dengan tipe cinta kosong.
4. Cinta romantis (romantic love). Mereka yang memiliki cinta romantis akan
terikat secara emosional (seperti pada nomer 1) dan adanya gairah satu
sama lain. Syarat adanya cinta romantis adalah munculnya intimacy dan
passion (gairah).
5. Pasangan cinta (Companionate love) sering ditemukan dalam pernikahan,
di mana gairah sudah tidak nampak lagi, tetapi kasih sayang yang
mendalam dan komitmen masih tetap ada. Companionate love umumnya
merupakan hubungan antara Anda dengan seseorang yang hidup bersama,
tetapi tanpa hasrat seksual atau fisik. Ini lebih kuat dari persahabatan
karena dalam hubungan ini ada unsur komitmen. Salah satu contoh cinta
yang ada dalam sebuah keluarga adalah bentuk companionate love, juga
mereka yang menghabiskan banyak waktu bersama namun tidak ada
hubungan seksual dan gairah disana.
6. Cinta bodoh (Fatuous love) dapat dicontohkan saat pacaran dan
pernikahan dalam kerenggangan, di mana cinta masih ada komitmen dan
gairah, tanpa ada pengaruh keintiman seperti keterikatan, kehangatan, dan
kedekatan.
7. Cinta yang sempurna (Consummate love) adalah bentuk lengkap dari
sebuah cinta. Ini adalah tipe yang ideal dan banyak orang ingin
mencapainya. Sternberg mengingatkan, mempertahankan cinta yang
sempurna mungkin lebih sulit daripada mencapainya. Cinta yang
sempurna mungkin tidak permanen. Misalnya, jika gairah hilang dari
waktu ke waktu, mungkin berubah menjadi cinta companionate.
Keseimbangan antara tiga aspek Sternberg yaitu intimacy,
passion dan commitment dalam cinta cenderung bergeser dan dinamis.
Pengetahuan tentang aspek cinta dapat membantu pasangan menghindari
masalah dalam hubungan mereka.
Perasaan cinta yang sesungguhnya adalah perasaan saling percaya dengan
hubungan sehat penuh kasih. Tanpa adanya perasaan saling percaya, maka
hubungan cinta seseorang akan menjadi rapuh dan rusak. Kebutuhan cinta
adalah meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
Stressor Accumulation of
stressor
Keterangan:
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari
persepsinya yang negative terhadap stressor.Klien menganggap masalah
sebagai sesuatu yang 100% buruk.Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik
semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak
adanya dukungan yang adekuat seperti dari keluarga, sahabat, ibu,
tetangga, terutama keyakinannya kepada sang Maha Kuasa. Muncullah
fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk
keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat
untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu
munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.
2.7Asuhan Keperawatan
2.2.1 Depresi
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan
perawatn, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor rekam medik
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Hasil dari alat pengkajian yang terstandardisasi untuk depresi (misal,
Beck Depression Inventory, Hamilton Rating Scale of Depression,
Geriatric Depression Scale, dan Self-Rating Depression Scale)
d. Episode-episode gangguan mood atau perilaku bunuh diri di masa lalu
e. Riwayat pengobatan
f. Penyalahgunaan obat dan alkohol
g. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individu dengan gangguan mood
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)
b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat
kegelisahan, keparahan gangguan mood)
d. Sistem pendukung yang ada
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain
(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan
riwayat penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau
keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan
mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
B. Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: klien merasa tidak Merasa tidak berguna Gangguan konsep diri:
berguna, merasa kosong harga diri rendah
DO: kehilangan minat Sedih yang berlebihan
melakukan aktivitas
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
DS: klien merasa minder Sedih yang berlebihan Isolasi sosial: menarik
kepada kedua adiknya, diri
sedih yang berlebihan minder
DO: klien menghindar
Mengurung diri,
dan mengurung diri
menghindar
Isolasi sosial: menarik diri
DS: klien malas mandi Isolasi sosial: menarik diri Defisit perawatan diri:
dan mandi jika perlu saja mandi dan berhias
DO: kuku panjang dan Defisit perawatan diri:
C. WOC
Resiko perilaku kekerasan
terhadap diri-sendiri
Ketidakefektifan koping
Gangguan Konsep diri : keluarga : ketidakmampuan
Harga diri rendah keluarga merawat klien di
rumah
D. Rencana dan Intervensi Keperawatan
N Diagnosis Perencanaan
Intervensi
O Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1 Risiko TUM:
perilaku Klien tidak mencederai
mencederai diri sendiri
diri b.d TUK:
perilaku 1. Klien dapat 1.1 Klien mau membalas 1.1.1 Beri salam atau anggil
kekerasan membina salam nama
hubungan saling 1.2 KLien mau menjabat 1.1.2 Sebutkan nama perawat
percaya tangan sambil jabat tangan
1.3 Klien mau menyebutkan 1.1.3 Jelaskan maksud
nama hubungan interaksi
1.4 Klien mau tersenyum 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak
1.5 Klien mau kontak mata yang akan dibuat
1.6 Klien mau mengetahui 1.1.5 Beri rasa aman dan
nama perawat sikap empati
1.1.6 Lakukan kontak singkat
tapi sering
2. Klien dapat 2.1 Klien mengungkapkan 2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi perasaannya mengungkapkan
penyebab 2.2 Klien dapat perasaannya
perilaku mengungkapkan 2.1.2 Bantu klien
kekerasan perasaan jengkel mengungkapkan
ataupun kesal penyebab perasaan
jengkel atau kesal
2.7.2Mania
A. Pengkajian
a. Data subyektif :
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik
(flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.
b. Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan
dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah
tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik
meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau,
kebersihan diri kurang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan mania.
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mania.
3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan
mania.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6. Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai: depresi berhubungan
dengan koping maladaptif.
Intervensi Keperawatan
C. Intervensi
a. Tujuan umum :
Sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu.
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
Tindakan :
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan
pikirannya dengan teknik focusing.
Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
Tindakan :
Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan
mengatasi perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.
Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang
paling tepat dan dapat diterima.
Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang
telah dipilih
Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam
menyelesaikan masalah.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tindakan :
Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak
rangsangan, tidak banyak peralatan.
Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh
pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan,
ditempat yang aman dan terkunci.
Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol
perilakunya.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah.
Tindakan :
Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang
terarah, misal: menyapu, joging dll.
Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan
dengan baik oleh klien.
Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Tindakan :
Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi
kesehatan.
Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani
selama makan.
Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
Tindakan :
Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup
dll.
8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
Tindakan :
Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
Bimbing pasien berhias.
Beri pujian bila klien berhias secara wajar.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Tindakan :
Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat).
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar.
10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
D. Evaluasi
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang
berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau
hubungan emosional dengan orang lain. Menurut Jhon W. Santrock dalam
Psikologi the Scince of Mind and Behaviour: kelainan psikologis yang
ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi
sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan (agitation).
Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam
bentuk gangguan tipe bipolar. Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori
utama (Sheila, 2008) : Gangguan unipolar dan Gangguan bipolar (sebelumnya
dikenal sebagai gangguan manik-depresif). Gangguan mood diyakini
menggambarkan disfungsi sistem limbik, hipotalamus, dan ganglia basalis,
yang membentuk kesatuan pada emosi manusia. Macam-macam gangguan
kebutuhan mencintai yaitu depresi dan mania.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengerti dan mengaplikasikan Dokumentasi kebutuhan mencintai dan
dicintai pada asuhan keperawatan gangguan kebutuhan mencintai dan
dicintai.