Anda di halaman 1dari 54

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Dasar Dicintai Dan Mencintai


2.1.1 Definisi Kebutuhan Dasar Dicintai dan Mencintai
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang
berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau
hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan menekan
seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin
untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan
memiliki. Kebuthan akan mencintai dan dicintai in sagat besar pengaruhnya
terhadap kepribadian seseorang terutama untuk seorang anak. Cinta
berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih
berperan dalam cinta daripada proses intelektual. Walaupun demikian, cinta
dapat diartikan sebagai keadaan untuk saling mengerti secara dalam dan
menerima sepenuh hati. Setiap individu, termasuk klien yang dirawat oleh
perawat, memerlukan terpenuhinya kebutuhan mencintai dan dicintai.Klien
merupakan individu yang berada dalam kondisi ketidakberdayaan karena sakit
yang dialaminya.Pada kondisi ini diperlukan sentuhan perawat yang dapat
memberikan kedamaian dan kenyamanan.Oleh karena itu, setiap perawat
harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam pemenuhan
kebutuhan mencintai dan dicintai.
Secara psikologis cinta adalah sebuah perilaku manusia yang emosional di
mana wujudnya adalah tanggapan atau reaksi emosional seseorang terhadap
rangsangan tertentu. Dalam hal ini cinta dipengaruhi oleh interasi antara
pecinta dengan lingkungannya, kemampuan pecinta tersebut, serta tipe dan
kekuatan unsur pendorongnya.
Dalam mendefinisikan cinta belum pernah ditemui satu rumusan tentang
cinta yang singkat padat dan mewakili pemahaman akan cinta itu sendiri
secara tepat. Ini dikarenakan bahwa pendefinisian itu merupakan suatu hasil
pemahaman seseorang terhadap realitas yang dihadapinya, maka sangat
mungkin jika definisi yang dilontarkan seseorang sangat tergantung latar
belakang historis yang membuat definisi dan kondisi yang melingkupi ketika
definisi tersebut dilontarkan. Jika melihat cinta sangat erat berkait dengan
dimensi perasaan, maka sangat tidak mustahil jika pendefinisian tersebut juga
dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam cinta. Kata cinta dalam bahasa
Indonesia dapat berarti: suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat
(antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali, rindu, susah
hati, (khawatir).
Sedangkan dalam kamus psikologi, cinta adalah perasaan khusus yang
menyangkut kesenangan terhadap atau melekat pada objek, cinta berwarna
emosional bila muncul dalam pikiran dan dapat membangkitkan keseluruhan
emosi primer, sesuai dengan emosi di mana objek itu terletak atau berada.
Banyak sekali tokoh-tokoh psikologi yang mencoba mendefinisikan cinta, dan
harus diakui bahwa definisi-definisi tersebut sangatlah beragam dan tidak
senada. Diantaranya adalah Sigmund Freud, yang mengungkapkan bahwa
cinta dan hal-hal lain yang sama sifatnya dengan cinta tidak lebih dari salah
satu kemampuan psikis manusia. Sumber dan pusat pendorong yang paling
utama dalam cinta dan hal-hal lain tersebut adalah libido seksual. Berbagai
pandangan yang mulukmuluk tentang cinta sebenarnya bermuara pada cinta
seksual dan bertujuan pada penyatuan seksual. Jika objek cinta yang dimaksud
bukan lawan jenis, maka pusat yang sebenarnya tetap libido seksual, hanya
saja itu diproyeksikan kepada hal lain. Apabila energi yang berpusat pada
libido seksual itu diproyeksikan kepada hal lain atau aktifitas lain, energi
tersebut akan mengalami perubahan dari kehendak mewujudkan tujuan
seksual, menjadi bentuk lain yang kreatif. Freud adalah orang pertama yang
mengajukan teori cinta koheren yang dilandaskan pada prinsip-prinsip ilmiah.
Dia menyimpulkan bahwa kita jatuh cinta karena kita mengikuti aturan-aturan
yang tertanam di alam bawah sadar kita.
Erich Fromm, pakar Psikoanalisis, melihat adanya unsur-unsur mendasar
dalam segala bentuk cinta sejati. Unsur-unsur itu mencakup kepedulian,
tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan. Rasa hormat hanya mungkin
muncul pada individu yang merasa tidak perlu mendominasi, mengendalikan
atau memanfaatkan orang lain. Cinta adalah bocahnya kemerdekaan. Dan
jelas, orang tidak bisa mencintai apa yang tidak diketahuinya. Sementara itu,
tokoh psikologi Humanistik, Abraham Maslow, memiliki gagasan bahwa
manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, untuk berubah, dan berasal dari sumber genetik atau naluriah.
Kebutuhan dasar tersebut tersusun secara hirarkhis dalam lima strata yang
bersifat relatif, yaitu :
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (fa’ali)
2. Kebutuhan akan keselamatan
3. Kebutuhan akan rasa aman
4. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Bagi Maslow, perasaan cinta dan memiliki tidak hanya didorong oleh
kebutuhan seksualitas. Namun lebih banyak didorong oleh kebutuhan kasih
sayang. Ia sepakat dengan definisi cinta yang dikemukakan oleh Karl Roger,
bahwa cinta adalah “Keadaan dimengerti secara mendalam dan menerima
dengan sepenuh hati”.
Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta
itu terutama memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkapan
yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi
ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan
unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan
pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta
seorang ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya
mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan tanggung jawab
dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka rela yang
dalam kasus ibu dan anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan atas
hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian diri sebagaimana adanya.
Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk
mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur tersebut, yaitu
pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat
dibina secara lebih baik.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono.
Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman,
dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan
untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan
orang lain kecuali dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu
adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa
antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal
seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau
sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa
rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa merasa
berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang
ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta.
Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwona mengemukakan, bahwatidak semua
unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada ketereikatannya sangat kuat,
tetapi keintiman atau kemesraan kurang. Cinta seperti itu mengandung
kesetiataan yang amat kuat, kecemburaannya besar, tetapi dirasakan oleh
pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang
ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau
saudara kandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-
gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal
lain dari pada partnernya.
Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak,
tetapi unsur keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu
dinamakan cinta yang pincang.
Cinta, menurut Teori Segitiga Sternberg, terdiri dari tiga aspek: keintiman,
gairah, dan komitmen. Cinta yang sempurna adalah cinta yang memenuhi dari
ketiga aspek tersebut. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing aspek.
Gairah (passion) cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan
kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
Keintiman (intimacy) relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap
bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan
dapat mengaktifkan keintiman, yang dapat menyebabkan intimacy menurun
atau justru semakin naik.
Komitmen (commitment) meningkat relatif lambat pada awalnya,
kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan
gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.
Berdasarkan ketiga aspek tersebut, ternyata tidak semua orang memenuhi
syarat sebuah cinta yang sempurna. Bisa saja mereka hanya memenuhi satu
atau dua dari tiga aspek tersebut. Bagaimana bila hanya terpenuhi satu atau
dua aspek? Stenberg membagi cinta dalam beberapa jenis berdasarkan aspek
mana yang terpenuhi. Berikut adalah jenis cinta atau tipe cinta yang
dikemukakan oleh Stenberg.

1.

Menyukai (Liking) dalam hal ini tidak diartikan dengan sepele. Sternberg
mengatakan bahwa menyukai dalam hal ini adalah ciri persahabatan sejati,
di mana seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan
dengan yang lain tetapi tidak intens dalam hal gairah atau komitmen
jangka panjang. Syarat adanya sifat menyukai adalah terpenuhinya
intimacy.
2. Cinta gila (Infatuated love) sering dirasakan sebagai “cinta pada
pandangan pertama.” Tapi tanpa aspek keintiman dan komitmen pada
cinta, cinta gila mungkin akan menghilang tiba-tiba. Syarat adanya cinta
gila adalah munculnya intimacy dan commitment.
3. Cinta kosong (Empty love). Kadang-kadang, cinta muncul tanpa ada
perasaan keintiman dan gairah dan itu disebut dengan cinta kosong. Tipe
cinta ini hanya ada perasaan untuk berkomitmen tanpa ada keintiman dan
gairah diatara mereka. Biasanya ini muncul ketika ada budaya perjodohan
dan sering diawali dengan tipe cinta kosong.
4. Cinta romantis (romantic love). Mereka yang memiliki cinta romantis akan
terikat secara emosional (seperti pada nomer 1) dan adanya gairah satu
sama lain. Syarat adanya cinta romantis adalah munculnya intimacy dan
passion (gairah).
5. Pasangan cinta (Companionate love) sering ditemukan dalam pernikahan,
di mana gairah sudah tidak nampak lagi, tetapi kasih sayang yang
mendalam dan komitmen masih tetap ada. Companionate love umumnya
merupakan hubungan antara Anda dengan seseorang yang hidup bersama,
tetapi tanpa hasrat seksual atau fisik. Ini lebih kuat dari persahabatan
karena dalam hubungan ini ada unsur komitmen. Salah satu contoh cinta
yang ada dalam sebuah keluarga adalah bentuk companionate love, juga
mereka yang menghabiskan banyak waktu bersama namun tidak ada
hubungan seksual dan gairah disana.
6. Cinta bodoh (Fatuous love) dapat dicontohkan saat pacaran dan
pernikahan dalam kerenggangan, di mana cinta masih ada komitmen dan
gairah, tanpa ada pengaruh keintiman seperti keterikatan, kehangatan, dan
kedekatan.
7. Cinta yang sempurna (Consummate love) adalah bentuk lengkap dari
sebuah cinta. Ini adalah tipe yang ideal dan banyak orang ingin
mencapainya. Sternberg mengingatkan, mempertahankan cinta yang
sempurna mungkin lebih sulit daripada mencapainya. Cinta yang
sempurna mungkin tidak permanen. Misalnya, jika gairah hilang dari
waktu ke waktu, mungkin berubah menjadi cinta companionate.
Keseimbangan antara tiga aspek Sternberg yaitu intimacy,
passion dan commitment dalam cinta cenderung bergeser dan dinamis.
Pengetahuan tentang aspek cinta dapat membantu pasangan menghindari
masalah dalam hubungan mereka.
Perasaan cinta yang sesungguhnya adalah perasaan saling percaya dengan
hubungan sehat penuh kasih. Tanpa adanya perasaan saling percaya, maka
hubungan cinta seseorang akan menjadi rapuh dan rusak. Kebutuhan cinta
adalah meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.

2.1.2 Ciri-Ciri dan Macam-Macam Perasaan Cinta


Objek cinta tidak selalu manusia, bisa juga benda, keadaan, pekerjaan,
negara, bangsa, tanah air, Tuhan, dsb. Dengan demikian karakteristik yang
menjadi perhatian orang yang mencintai sesuai dengan objek yang dicintai ada
perbedaan. Dengan mengutip dari Erich Fromm, Nana Syaodih Sukmadinata
(2005) mengetengahkan lima macam cinta yang berbeda, yaitu: cinta sahabat,
cinta orang tua, cinta erotik, cinta diri sendiri, dan cinta Tuhan.
1. Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan
umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain.
Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan
dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan
kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang,
rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya.
2. Cinta orang tua (cinta ibu atau ayah) kepada anak. Cinta ini cinta murni,
sebab tanpa didasari pamrih atau imbalan apapun, cinta orang tua benar-
benar ditujukan bagi kepentingan anaknya. Cinta orang yang tulus
(unconditional parental love) menjadi dasar bagi pembentukan inti harga
diri (core of self esteem) anak (Buss, 1973)
3. Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda, antara
pria dengan wanita. Cinta ini disebut cinta erotik karena mengandung
dorongan-dorongan erotik atau seksual. Pada umumnya, perasaan cinta ini
muncul dalam diri seseorang bersamaan dengan munculnya hormon
seksual pada saat memasuki masa remaja awal. Jika perasaan cinta ini
tidak terkendalikan dengan baik justru akan dapat menimbulkan berbagai
bentuk penyimpangan perilaku seksual.
4. Cinta diri sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa bertindak sebagai
subjek dan juga sebagai objek. Berkenaan dengan masalah cinta, objek
cintanya bisa dirinya sendiri. Kecintaaan terhadap diri sendiri yang
berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mentalnya,
dengan apa yang disebut narcisisme.
5. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang
ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan
agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya.
Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk
berbakti kepada-Nya.
Beragam sekali orang di dalam mendefinisikan cinta, dan semua
itu tergantung dari pengalaman mereka masing-masing. Ada yang
mengatakan bahwa cinta ialah garam. Hidup tanpa cinta bagaikan sayur
tanpa garam. Jadi, kalau orang dalam hidupnya tidak memiliki cinta, maka
hidupnya tidak berarti. Supaya kita tidak condong dan hanyut pada
ekstremitas tertentu, maka cinta perlu dibagi dalam beberapa jenis dan
kategori. Muhidin M. Dahlan dalam bukunya “Mencari Cinta”, membagi
cinta dalam empat kategori, yaitu cinta erotis (erotic love), cinta rasional
(rational love), cinta romantis (romantic love), dan cinta agape (god love).
1. Cinta Erotis
Disebut cinta erotis atau cinta biologis, dikarenakan pada cinta ini
daya tarik manusia antara satu dengan yang lain bersifat badaniah.
Titik orientasi cinta ini berpusat pada kepuasan diri sendiri
(egosentrisme). Seseorang dicintai sejauh ia dapat memenuhi
kenikmatan seksual. Dalam hal ini, cinta dilihat sebagai suatu
perbuatan biologis atau fisiologis. Cinta seperti ini akan cepat hilang
manakala pasangannya sudah tidak menarik lagi. Cinta erotis hampir
sama dengan cinta binatang. Kesamaannya sama-sama bertumpu pada
dorongan “instingtif”. Perbedaanya terletak pada cara mengendalikan
unsur intingtif tersebut. Pada manusia masih memiliki kesanggupan
untuk mengendalikan daya seksualnya sesuai dengan hakekat dan
martabat kemanusiaannya. Maka bisa saja manusia akan sama dengan
binatang apabila manusia tidak sanggup mengendalikan dorongan
seksualnya itu. Megan Tresidder berpendapat bahwa cinta erotis pada
esensinya adalah simfoni mempertentangkan impuls-impuls dan
sensasi-sensasi.
2. Cinta Rasional
Jenis cinta semacam ini bersifat rasional atau dapat dipersepsi oleh
nalar. Biasanya cinta rasional ini berbentuk material. Orang yang
menganut cinta ini beranggapan bahwa apresiasi terhadap keindahan
sebagai bentuk cinta yang merupakan perpaduan jiwa dan akal.
Sepertiucapan Pitirin Sorokin dalam pengantar bukunya The Ways and
Power of Love: “Pikiran yang waras tidak mempercayai sama sekali
kekuatan cinta. Bagi kita, cinta tampak sebagai suatu hal yang
menyesatkan. Kita menyebutnya penipuan diri, merupakan candu yang
meracuni pikiran manusia, omong kosong yang tidak ilmiah dan
khayalan yang tidak ilmiah pula”.
3. Cinta Romantis
Cinta romantis adalah cinta yang tidak hanya difikirkan tetapi juga
dirasakan. Bagi penganut cinta ini memandang bahwa cinta adalah
untaian bait-bait puisi yang menepuk-nepuk jiwa yang sedang dilanda
perindu. Cinta adalah pemilik rasa dan hanya rasa. Maka tibatiba saja
orang yang mangalami cinta semacam ini berubah manjadi pujangga
yang bisa mengubah kepedihan menjadi barisan kata-kata yang indah.
4. Cinta Religius / Agape
Cinta ini merupakan sebentuk ritus penyerahan diri total kepada
sang kekasih. Penganut cinta seperti ini tidak pernah berkeluh kesah
sedikitpun karena jenis cinta ini adalah lebih tinggi tingkatannya dari
jenis cinta yang lain. Bahkan penganut cinta ini bebas menari di dalam
kesadaran yang tanpa batas dan tanpa harus terganggu oleh batas
ideologi, agama, ras, dan sebagainya.
Sementara itu, Rollo May, menyebut empat macam cinta dalam tradisi
barat yang berasal dari khasanah budaya Yunani. Pertama adalah seks,
yaitu cinta yang hanya mementingkan nafsu, libido. Kedua adalah eros,
yaitu dorongan cinta untuk berkreasi atau dorongan ke arah bentuk-bentuk
kehidupan dan hubungan yang lebih tinggi. Ketiga adalah cinta
persaudaraan atau philia. Keempat adalah agape, atau memberikan dengan
tanpa pamrih, sebagai contoh adalah cinta Tuhan pada manusia.Sifat cinta
memang misterius, karena cinta hanya dapat dirasakan dan hanya orang-
orang yang mengalaminya saja yang merasakan nikmatnya cinta. Bahkan
belum pernah seorang pun yang sungguh-sungguh merasa puas dengan
definisi cinta. Oleh sebab itu, Scott membagi cinta ke dalam tiga kategori
yaitu : eros (cinta birahi), philia (cinta kasih pada anak), dan agape (cinta
kasih sejati). Erich Fromm, dalam bukunya The Art of Loving, membagi
cinta berdasarkan objeknya,14 yaitu:
1. Cinta Persaudaraan
Jenis cinta paling fundamental yang mendasari semua tipe cinta
adalah persaudaraan (brotherly love). Cinta persaudaraan maksudnya
adalah cinta terhadap semua manusia. Ciri khas dari cinta ini adalah
tidak adanya eksklusifitas. Jika cinta kita telah mengembangkan
kemampuan untuk mencintai, berarti mau tidak mau kita harus
mencintai saudara-saudara kita. Dalam cinta persaudaraan terdapat
pengalaman kesatuan dengan sesama manusia, pengalaman
perdamaian, dan solidaritas antara manusia.
2. Cinta Keibuan
Cinta ibu adalah suatu peneguhan tanpa syarat terhadap hidup dan
kebutuhan-kebutuhan seorang anak. Hubungan antara ibu dan anak
pada dasarnya merupakan hubungan yang tidak seimbang, di mana
yang satu memerlukan segala bantuan, sedangkan yang lain
memberikan semua. Karena inilah cinta ibu dianggap sebagai jenis
cinta yang tinggi dan ikatan emosional yang paling luhur.
3. Cinta Erotis
Cinta erotis adalah cinta yang mendambakan suatu peleburan
secara total dan penyatuan dengan pribadi lain. Pada hakekatnya,
cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal. Cinta erotis bersifat
eksklusif ketika ia hanya dapat meleburkan diri sepenuhnya dengan
satu pribadi. Bagi penganut cinta ini, keintiman atau kemesraan
ditentukan melalui hubungan seksual.
4. Cinta Diri
Bagi Fromm, mencintai diri sendiri adalah buruk. Ia menganggap
bahwa selama kita mencintai diri sendiri, maka selama itu pula kita
tidak mencintai orang lain. Karena cinta pada diri sendiri sama
dengan mementingkan diri.
5. Cinta Tuhan
Ialah cinta yang tidak memohon atau mengharap apa-apa dari
Tuhan. Orang yang benar-benar religius telah mencapai kerendahan
hati untuk merasakan keterbatasan-keterbatasannya sampai pada
tahap menyadari bahwa dia tidak mengetahui apa-apa tentang Tuhan.
Bagi dirinya, Tuhan menjadi simbol pada dunia spritual, cinta,
kebenaran dan keadilan.
Sasse membagi jenis cinta yang kemungkinan terjadi di kalangan
muda-mudi , ke dalam tiga kelompok. Ketiga kelompok jenis cinta
tersebut adalah ;
1. Cinta kilat (infatuation)
Pada umumnya pengalaman cinta pada pandangan pertama yang
dialami oleh sepasang remaja besifat intensif dan sesaat. Huungan
cinta yang seperti inilah yang diebut cita kilat (infantution).
Karakteristik cinta kilat atau cinta pada pandangan pertama adalah
hubungan cinta yang berawal pada keterkaitanterhadap penampilan
fisik. Karakteristik lain yaitu cinta kilat bisa muncul meskipun
seseorang tidak pernah bertemu secara langsung dengan orang yang
dicintainya . jenis cinta ini belumdapat menjadi dasar pembentukan
keluarga. Meskipun begitu, cinta pada pandangan pertama sangat
penting dalam membantu remaja yang berusia belasan tahun belajar
tentang cinta. Melalui cinta pada pandangan pertama dapat belajar
tentang sifat-sifat yang bermanfaat untuk membina hubngan yang lebih
baik dengan lawan jenisnya, menguasai keterampilan berkomunikasi
denan lawan jenis,dan mempraktikkan keterampilan untuk
menakrabkan diri dena orang lain. Pengembangan pribadi khususnya
dalam emenuhi kebutuhan psikologis, bekajar memahami nilai-nilai
orang lain dan memahami serta mengembangkan nilai-nilai diri
sendiri.
2. Cinta Romantis (romantic love)
Cinta romantis biasanya tumbuh atau berawal dari ada pandangan
pertama, berkembang dari hubungan yang akrab dan menjadi dasar
dari sebuah pernikahan.Sasse (1981) mengemukakan bahwa cinta
romantic tumbuh pada awalnya teman biasa, kemudian saling tertarik
kemudian bersahabat( terlihat selalu bersama) dalam perahabatan
keduaanya diam-diam saling memperhatikan dan mempelajari,dan
berusaha mencari persamaan-persamaan ide. Salahstu perbedaan antara
cinta pada pandangan pertama dan cinta romantic yaitu bagaimana
pandangan seseorang terhadap pasangannya. Pada ssat pandangan
pertama seseorang tidak menghiraukan reaksi-reaksi pasangan ketika
pacaran . dalam cinta romantic mereka telah muali mempertimbangkan
reaksi-reaksi pasangannya. Karakteristik lain dari cinta romantic
adalah rentang waktunya berlangsung lebih lama dan jika cinta romatis
kandas di tengah jalan, sangat susah untuk bersatu lag. Meskipin cinta
romantic bisa menjadi dasar dari pernikahan tetapi tidak semua cinta
romantic berakhir di pelaminan. Sebagian oaring mengalami cinta
romantic lebih dari satu kali kemudian baru memasuki jenjang
pernikahan.
3. Cinta Antara Suami dan Istri
Cinta suami –istri merupakan cinta yang kuat untuk yang cocok
untuk perikahan. Cinta suami-istri berbeda dengan cinta romantic
dalam hal kualitas. Diman dalam cinta suami istri kadar cinta terhadap
pasangan smakin tinggi dan komitment terhadap pasangan hidup. Hal
ini di sebabkan karena dalam cinta suami istri ada beberapa aspek yang
menjadi dasar penyebab dari hal terebut, yaitu;
a. Atraksi atau daya tarik psikologis dan biologis
Daya tarik psikologis dan biologis dalam hubugan suami
istri adalah pertautan mental dan fisiologis dai antara dua orang,
termanifestasikan dalam bentuk dorongan seksual, rapport dan
keintiman emosional. Jika dalam suatu keluarga pasangan suami
istri tidak mempunyai daya tarik, maka hubungan suam istri
tersebut akan hampa dan tidak menutup kemungkinan hubunga itu
berhenti sama sekali. Demikian juga antara dua orang yang sedang
bercinta sudah mendalam dan intim,baik keintiman secara
emosinal maupun daya tarik fisik dan seksual antar pasangan.
b. Empati
Empati dalam cinta suami istri berarti kemampuan untuk
memahami apa yang dipirkan dan apa yang dirasakan oleh
pasangan masing-masing. Secara psikologis empati lebih dalam
dari pada rapport. Dengan empati pasangan muda midi dapat
menyampaikan pikiran masing-masing
c. Persahabatan
Persahabatan dalam cinta suami istri ditandai dengan
sepasang muda mudi yang selalu ingin bersama-sama dan akan
mengalami kebahagiaahan kala bersama-sama. Persahabatan
tersebut akan terbina dengan baik kalau di antar pasangan tercapai
suasana saling mempercayai .
d. Kepedulian
Kepedulian dalam cinta suami istri merupakan aspek
terakhir dengan kepedulian pasangan muda mudi akan akan
mengetahui kebutuhan masing-masing dan memberikan dukungan
serta membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, kecuali
pemenuhan kebutuhan seksual, karena tidak di benarkan dan tidak
sesuai dengan nilai agama dan norma-norma yang berkembang di
dalam masyarakat. Dengan demikian pasangan muda mudi yang
sensitive terhadap kebutuhan pasangannya akan berpeluang besar
menjadi pasangan suami istri yang bahagia.
Presscot, (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) mengemukakan
beberapa ciri rasa cinta:
1. Cinta melibatkan rasa empati. Seseorang yang mencintai berusaha
memasuki perasaan dari orang yang dicintainya.
2. Orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan,
kesejahteraan dan perkembangan dari orang yang dicintainya.
3. Orang yang mencintai menemukan rasa senang, dan hal ini menjadi
sumber bagi peningkatan kebahagiaan, kesejahteraan, dan
perkembangan dirinya.
4. Orang yang mencintai melakukan berbagai upaya dan turut membantu
orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan,
dan kemajuan.

2.1.3 Manfaat Cinta Bagi Kesehatan


Menurut peneliti, rasa cinta adalah emosi murni yang tulus dan bisa
menyehatkan tubuh. Jatuh cinta bisa menyehatkan dengan syarat, harus stabil
dan selalu merasa nyaman dengan hubungan cinta yang sedang dijalankan.
Berikut manfaat cinta bagi kesehatan.
1. Lebih bahagia 
"Berada dalam suatu hubungan memungkinkan tubuh Anda
melepaskan hormon bahagia, yang membuat Anda selalu merasa baik,”
kata psikolog klinis asal Mumbai, H'vovi Bhagwagar. 
2. Kekebalan tubuh jadi lebih baik
Jatuh cinta akan memberikan dorongan kekebalan tubuh Anda. "Anda
lebih tenang dan berpikiran positif, tentu ini menjadikan Anda tidak rentan
terhadap pilek dan batuk," kata H'vovi.  Sementara depresi atau perasaan
sedih membuat Anda rentan terhadap serangan virus pilek dan flu. 
3. Menghilangkan sakit dan nyeri 
Berada dalam suatu hubungan yang stabil, memberikan Anda
keamanan, sehingga dapat berbagi segala sesuatu yang Anda lewati.
"Perasaan ini membantu Anda mengatasi rasa sakit dan nyeri yang lebih
baik," kata dr Dhwanika Kapadia.  Pasangan akan memotivasi Anda dan
membantu melewati rasa sakit atau nyeri yang menyerang.
4. Meningkatkan konsentrasi 
Pasangan yang saling mencintai dan peduli memungkinkan Anda
memberikan yang terbaik. Hal ini memungkinkan Anda berkonsentrasi
pada pekerjaan Anda. Dengan demikian bisa meningkatkan kinerja Anda.
"Ketika Anda bahagia, daya kretivitas akan semakin meningkat,” kata
H'vovi. Apalagi jika satu sama lain saling memotivasi, ini akan menjadi
hal yang jauh lebih baik. Tak hanya untuk hubungan tapi juga kesuksesan
kerja.
5. Siklus haid jadi teratur
Siklus menstruasi tergantung pada berbagai hal, seperti kesehatan dan
gizi. Stres merupakan faktor penting juga. "Wanita dalam hubungan
jangka panjang cenderung merasa tertekan. Namun dengan adanya
perasaan cinta yang stabil akan membuat siklus haid teratur," kata H'vovi. 
6. Terhindar dari stress
Wanita yang sudah menikah atau mereka yang telah memiliki kekasih,
kemungkinan merasa cemas atau memiliki masalah sepele sangat sedikit.
Mereka tahu bahwa mereka memiliki pasangan yang saling memahami
satu sama lain dan merasa saling memiliki. 
"Rasa memiliki menjadi sistem pendukung, membantu Anda
menangani masalah dengan mudah," kata Dhwanika. Hal ini membuat
stres berkurang dan risiko tekanan darah tinggi juga rendah, termasuk
ketegangan dan migren.

2.1.4 Batasan Cinta


Menurut psikolog Elain dan William Walsten, cinta adalah suatu
keterlibatan yang sangat mendalam. Keterlibatan itu diasosiasikan dengan
timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan diiringi denan perasaan
mendambakan pasangan dan keinginan untuk memuaskannya.
Dari uraian tadi, jelaslah definisi cinta itu. Kalau bicara lebih lanjut
tentang batasan-batasan cinta yang sebenarnya. Kita akan mendapatakan
penjelasan lain dari filsuf Yunani, Baron dan Bryne (1994), Master Johnson
dan Kolodny (1985), serta Tunner dan helms (1995). Mereka menjelaskan
enam batasan cinta.
1. Cinta eros alias cinta birahi. Cinta ini identic dengan cinta seksual dan
erotic yang bersumber dari melekatnya cairan seksual dalam tubuh dan
bermuara pada lust (nafsu). Cinta ini ditandai dengan keinginan memiliki,
menuntut, merengek, mendesak, mengambil, dan bukan memeri.
2. Cinta phelia alias rasa saying dan kasih. Cinta ini tumbuh dari diri
seseorang; bisa karena hubungan keluarga atau indahnya sebuah
persahabatan yang mendalam. Biasanya, cinta model ini ada pada
hubungan ortu-anak dan kakak adik.
3. Cinta agape alias cinta sebening embun. Sejuta rasa ada di dada seseorang
yang mencapai kekuatan cinta pada pasanannya di tahap paling tingi. Cinta
ini ditandai dengan perhatian aktif pada orang yang dicintai dengan penuh
keikhlasan, saling menghargai dan memberi.
4. Cinta storge alias persahabatan. Cinta yang ini tumbuh subur di benak hati
seseorang karena adanya sebuah persahabatan yang hangat dan akrab
sehingga tidak tidak menekankan unsur passion dan hurt.
5. Cinta hudus. Cinta satu ini sering dilakukan anak muda zaman searang
untuk bermain cinta dan engak ada seriusnya sama sekali. Kalau sudah
gini, biasanya dua belah pihak Cuma dapet rugi dan pasti banyak
nyebelinnya.
6. Cinta pragma alias cita untung rugi, yaitu kualitas suatu kualitas suatu
hubungan dipikirkan dan dihitung dengan rumus jumlah keuntungan yang
didapet oleh sebuah pasangan yang sedang dimabuk cinta.

2.1.5 Pengaruh Cinta


Cinta sebagai klimaks perasaan dan hubungan sangatlah beragam dan ia
menimbulkan pengaruh yang beragam pula pada pencinta. Secara umum, cinta
menimbulkan pengaruh-pengaruh sebagai berikut :
1. Cinta membuat orang lamban dan malas menjadi lincah dan terampil,
bahkan membuat orang yang berfikir lamban menjadi gesit.
2. Cinta mengubah si kikir menjadi dermawan, si pemberang dan kaku
menjadi penyabar dan penuh toleransi serta pengertian.
3. Cinta dapat membawa seorang petani yang sendirian harus menghadapi
lumpur di sawah pagi-pagi buta, atau mengurus saluran airnya tengah
malam agar padi bisa hijau dan panen menguning.
4. Cinta mampu membangunkan tenaga yang tidur, membebaskan daya
kekuatan yang dirantai belenggu. Cinta berkobar dengan inspirasi dan
membina pahlawan. Betapa banyak penyair, filsuf, dan seniman diciptakan
oleh energi cinta yang gaib, kuat dan kuasa ini
Menurut Muhsin Labib, ada tujuh pengaruh yang ditimbulkan oleh cinta,
yaitu :
1. Menghilangkan kesombongan dari diri pencinta
Cinta diri membuat lingkup pemikirannya terbatas, dan kecenderungan-
kecenderungan pribadinya terkurung karena pikiran dan hatinya hanya
terfokus pada dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga ia menjadi kerdil.
2. Menciptakan daya dan kekuatan
Konsistensi yang merupakan energi dan daya survive dan kesabaran
dalam menghadapi tekanan dan menanggung derita adalah akibat dari
cinta.
3. Mengkonsentrasikan semua daya
Cinta telah menyatukan semua potensi manusia, karena pikiran,
perilaku dan sepak terjang pecinta akan dikerahkan untuk mencari sesuatu
yang tidak terjangkau oleh indra lahiriah. Karena itulah benaknya hanya
terisi oleh pikiran tentang ma’syuq (yang dicinta).
4. Melembutkan hati dan menghindarkan jiwa dari kekerasan
Manusia yang telah tertawan cinta, betapa pun berwatak keras, pasti
akan merasakan kelembutan dalam batas-batas tertentu, minimal ia bisa
lebih bersabar di depan kekasihnya, sehingga secara perlahan membuat
hatinya menjadi lembut. Andaikan hatinya lembut, maka ia akan menjadi
lebih lembut setelah menjadi pecinta.
5. Mencabut kebebasan dan memasung kreatifitas
Seorang pecinta akan mengabaikan kepentingan dirinya demi
kepentingan kekasihnya, bahkan ia tidak membedakan antara kepentingan
dirinya dan kepentingan kekasihnya.
6. Membuat pecinta menjadi dermawan, tangkas dan cerdas
Cinta telah membuat manusia keluar dari lingkaran egonya. Karena
cinta, manusia menyandang sifat-sifat tertentu yang merupakan akibat
cinta, seperti kedermawanan, ketangkasan dan kecerdasan.
7. Melupakan kekurangan kekasihnya dan membutakan matanya
Karena tengelam oleh kekaguman pada keindahan kekasihnya, ia tidak
melihat kekurangannya. Bahkan ia menganggap semua kelemahan sebagai
keindahan dan kesempurnaan semata.

2.1.6 Karakteristik Cinta


Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan seseorang berkeinginan
menjalin hubungan yang efektif untuk hubungan emosional dengan orang lain.
Dorongan ini akan terus menekan seseorang sedemikian rupa sehingga ia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan perasaan saling mencintai
dan memiliki. Cinta dapat diartikan sebagai keadaaan saling mengerti yang
mendalam dan penerimaan sepenuh hati. Beberapa karakteristik cinta menurut
Ashley Montagu (1975) adalah sebagai berikut :
1. Cinta bukan hanya perasaan yang subjektif, tapi juga tindakan serius saat
seseorang menyampaikan perasaannya kepada yang lain.
2. Cinta tidak bersyarat, tidak ada tawar menawar, tetapi disampaikan kepada
orang yang menaruh minat kepada orang lain. Dalam hal ini, seseorang
memeberi dukungan dan memengaruhi perkembangan orang lain.
3. Cinta adalah dukungan. Seseorang akan selalu ada bila orang lain
membutuhkannya. Dalam cinta ada simpati dan pengertian.
Kebutuhan untuk dicintai atau mencintai adalah keinginan untuk
berteman, bersahabat, atau bersama-sama beraktivitas. Ini merupakan identitas
atau prestise untuk seseorang. kebutuhan dicintai dan mencintai meliputi
kebutuhan untuk member dan menerima cinta serta kasih saying, menjalani
peran yan memuaskan, serta diperlakukan dengan baik.

2.1.7 Konsep Mencintai dan Dicintai Yang Harus Diketahui Perawat


Ada beberapa konsep tentang mencintai dan diintai yang harus dipahami
oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
1. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan,
misalnya denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat
hidupnya.Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan
dukungan keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu,
perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien.
2. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan
diberikan asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari
perhatian perawat adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai
helper.

2.1.8 Fondasi Hubungan Cinta


Papalia, Olds, dan Feldman merupakan ahli psikologi perkembangan yang
menegmukakan tiga tipe dasar fondasi hubungan yang akrab atas dasar cinta.
Tiga tipe dasar tersebut yaitu, cinta persahabatan, cinta seksualitas, dan cinta
kasih
1. Cinta Persahabatan
Menurut ahli psikologi Papalia dkk. Hubungan cinta persahabatan
merupakan hubungan emosional antara dua manusia atau lebih yang
sejenis maupun tidak sejenis. Hubungan itu didasari saling pengertian,
menghargai dan mempercayai satu sama lain. Mereka juga saling sharing
atau bertukar informasi tertang berbagai pengalaman untuk satu tujuan
tertentu yang telah disepakati bersama.
a. Tahapan Cinta Persahabatan
William Damon, seorang psikolog Amerika Serikat, mengatakan
bahwa perkembangan persahabatan merupakan proses yang dapat
terjadi sejak seorang individu mengenal dirinya sendiri atau individu.
Sebagai makhluk sosial, setiap individu menyadari kebutuhan dirinya
akan hadirya orang lain.
Menurut Damon (dalam Berk,2000) terdapat tiga tahap cinta
persahabatan yaitu :
 Persahabatan sebagai teman dalam kegiatan bermain (playmate)
Anak-anak awal (early childhood) usia 4-7 tahun
merupakan masa-masa bermain dengan teman sebayanya sebagai
peer grup tersendiri. Mereka bermain bersama atau
salingmeminjamkan alat permainan tanpa terlalu membedakan
jenis kelamin tertentu. Namun, jenis persahabatan ini tidak dapat
dipertahankan dalam waktun yang lama karena adanya konflik-
konflik kecil yang merupakan kenakalan dan kecurangan anak
semasa TK. Akan tetapi hal tersebut dianggap wajar bila terjadi.
 Persahabatan sebagai upaya untuk saling membantu dan saling
mempercayai satu sama lain (make friends to build mutual trust
and assistance)
Persahabatan yang lebih mendalam ada pada masa ini, yaitu
ketika anak-anak usia tengan (middle childhood) usia 8-10 tahun.
Ini terjadi Karena mereka mempunyai rasa percaya dan sudah
muali bisa memberikan perhatian yang lebih kepada teman
seusianya. Misalnya member nasihat kepada teman yang sedih dan
member bantuan mengerjakan PR atau memberitahukan rencana
ulangan harian kepada teman yang tidak masuk sekolah.
 Perahabatan sebagai kehidupan relasi yang diwarnai dengan
keakraban dan kesetiaan (friendship as intimacy and loyality)
Persahabatan pada tahap ini terjadi pada usia 11-15 tahun
ketika seorang remaja beranggapan bahwa keakraban dan kesetiaan
merupakan unsure penting dalam persahabatan. Para remaja akan
memperlihatkan keakraban, kehangatan, keterbukaan, dan
komunikasi yang bisa mencurahkan perhatian, perasaan, atau
pengalaman hidupnya kepada orang lain.
Dalam dunia remaja, terdapat pula rasa saling percaya
dalam menyimpan rahasia atau merasakan adanya pengkhianatan
di antara mereka. Persahabatan pada masa remaja ini bisa
dipertahankan sampai mereka memasuki masa dewasa. Selain itu,
persahabatan pada masa ini dapat pula tercipta hubungan
emosional. Terkadang dalam hubungan emosional tersebut, setiap
individu bisa menganggap temannya itu bukan lagi seorang teman,
melainkan saudara sendiri atau berubah menjadi seseorang yang
lebib daripada teman biasa, bila persahabatan itu berbeda jenis
kelamin.
b. Fungsi Persahabatan
Ahli psikologi, Cootman dan Parker, mengatakan bahwa
persahabatan mempunyai fungsi yang bermacam-macam diantaranya :
 Pertemanan (companionship)
Seorang individu harus berkorban dari berbagai segi, baik
waktu, uang, maupun tenaga untuk individu lain dalam menjalani
aktivitas yang sama di suatu tempat.
 Sebagai stimulasi kompetensi
Sahabat pada seorang individu diharapkan bisa dijadikan
sandaran untuk bisa mengembangkan potensi dirinya karena
adanya situasi yang benar-benar memberikan peluang untuk maju.
Seorang sahabat bisa memberikan informasi menarik, penting, dan
bisa memacu potensi individu dalam persahabatan.
 Sebagai dukungan fisik (physical support)
Kehadiran sahabat bagi seseorang bisa memberikan nuansa
semangat akan adanya perhatian dan rasa berartinya seorang
individu bagi sahabat. Demikian pula sebaliknya, perhatian dan
rasa berarti ini sangat mendukung eratnya persahabatan.
 Sebagai dukungan ego (ego support)
Masalah ataupun kebahagiaan yang dialami oleh seseorang akan
terasa lebih mudah dan indah dijalani karena adanya dukungan
seorang sahabat.
 Perbandingan sosial (social comparison)
Fungsi persahabatan ini merupakan lahan individu untuk
bercermin bagi dirinya ataupun sahabatnya. Secara otomatis,
seorang individu, baik disadari maupun tidak, terkadang
membandingkan dirinya dengan sahabat yang dimilikinya atau
membandingkan kekurangan dan kelebihan antara sahabat yang
satu dengan sahabat yang lain. Apabila terjadi perbandingan,
seorang individu dalam persahabatan itu akan mencoba untuk
memperbaiki dirinya.
 Sebagai intimasi/afeksi (intimacy/affection)
Tanda sebuah persahabatan adalah adanya kedekatan
personal sehinnga tumbuh rasa saling percaya antara yang satu dan
yang lain. Kemampuan seorang sahabat untuk bisa memahami
individu satu dengan individu yang lain disebabkan oleh
berjalannya fungsi persahabatan untuk saling menerima,
mempercayai, menghargai, dan mengetahui seluk beluk individu
lain dalam suatu jalinan persahabatan.
2. Cinta Seksualitas
Ekspresi cinta tipe ini lebih mengutamakan factor seks. Seksualitas
menjadi peran utama dibandingkan dengan perhatian dan curahan hati
seseorang yang mengalaminya. Hal ini tentu saja dijalani oleh seseorang
yang telah dewasa
Pada orang dewasa, cinta seksualitas menjadi bagian dari
perjalanan hidupnya karena dinimati oleh mereka yang telah berkeluarga.
Kita dapat melakukan tes pada cinta jenis ini. Menurut Charlie W. Sheeld
bahwa untuk mengetes kadar cinta suami-istri diperlukan pertanyaan-
pertanyaan yang bisa menentukan apakah kualitas cinta itu bisa bersemi
dan berkembang indah, lenih romantis atau tidak. Pasangan suami istri
bisa mempertimbangkan hasil tes ini dan mencari cara-cara baru demi
keutuhan cinta mereka. Tes tersebut diantaranya :
a. Tes Kemerdekaan (The Liberty Test)
Suatu pasangan hendaknya menyediakan peluang bagi pasangan
hidupnya untuk mengembangkan kemandirian yang sehat (a healthy
independence), seperti kata Kahlil Gibran, “Biarkan terdapat jarak
dalam keb ersamaan anda”
b. Tes Tidak Mementingkan Diri Sendiri (The Unselfish)
Jangan tanyakan apa yang diberikan oleh pasangan kepada kita,
tetapi pikirkan apa yang akan kita berikan kepada pasangan kita. Ini
suatu tes penting karena suatu pasangan akan bisa mengakui bahwa
“aku cinta kau” karena “kau seperti apa adanya”. Pernyataan ini
semua bukan hanya dikatakan dengan kata-kata, melinkan juga perlu
pengungkapan dengn perbuatan.
c. Tes Maaf-Memaafkan (The Mercy-Apology Test)
Ketika berpacaran, seorang sering melakukan kesalahan. Namun,
niasanya mereka kurang bisa mengkritik dan memaafkan atau
terkadang memafkan secara berlebihan.
Nilai maaf yang benar adalah bagaimana seseorang mampu
mengakui kesalahan, menyesalinya, dan memperbaiki kekurangan
atau kesalahan tersebut. Karena seorang pemberi maaf itu mampu
menerima maaf bukan di bibir saja, melainkan dengan perlakuan
tidak selalu mengungkit kesalahan pasangannya.
d. Tes Keuangan (The Financial Test)
Apabila mengetahui arti kata “bersama” (a common philosophy)
tentang gaji, menabung, dan belanja, bukan hal yang sulit bagi suatu
pasangan untuk bisa berdamai, rukun, dan bahagia. Uang dapat
dimanfaatkan sebagai pemersatu atau dapat juga menjadi pemecah
belah suatun pasangan. Selayaknya, setiap pasangan membicarakan
kemungkinan adanya konflik dalam keuangan, misalnya, apakah
sudah mengganggarkan uang untuk sekolah anak, infak, orang tua,
dan sebagainya. Pertanyaan keuangan akan lebih mudah terjawab
apabila terdapat unsur kebersemaan.
e. Tes Seks (The Sex Test)
Dalam sebuah rumah tangga sangat diperlukan perilaku seks yang
menggiurkan dan normal pada pasangan hidupnya. Rasa saling
membutuhkan sangat diperlukan dalam hubungan seks pada pasutri.
Bukan hal yang tabu bila seorang wanita membutuhkan seks. Namun,
tentunya diungkapkan dengan car yang lembut dan tepat waktu
kepada suami. Sebaiknya, dalam pernikahan terdapat perundingan
berbagai bentuk yang diinginkan untuk membicarakan kerukunan dan
rasa damai yang terinti (inner peace).
Cinta seksualitas pada masa remaja lebih mengacu oada hubungan
seksual sebelum menikah (pre marital sexual intercourse) yang
terlarang dan sangat merugikan bagi pasangan itu sendiri. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan pasutri yang telah menikahpun dapat
melakukan pelanggaran terhadap nilai sosial. Misalnya,
perselingkuhan dengan orang lain yang bukan pasangan hidupnya
yang sah. Perselingkuhan dapat terjadi antara suami-istri yang
dimiliki orang lain atau pada gadis dan jejaka yang belum menikah
(sexual intercourse extra marital). Factor-faktor yang mendorong
terjadinya perselingkuhan antara lain ketidaksetiaan, kebosanan,
konflik, dll.
Perselingkuhan yang sulit diselesaikan dapat menyebabkan perasaan
benci, marah, dendam, stress, merasa dikhianati, dan bisa berakibat buruk
seperti perceraian, bunuh diri, atau pembunuhan (A. Daryo).
3. Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S.
Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) saying
(kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya.
Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau
menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir
bersamaan, sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta
kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka kepada seseorang yang disertai
dengan menaruh belas kasih.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun
terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung
pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan
kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat
diwujudkan secara nyata.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan,
pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat di
masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta
adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga
manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan
berpegang teguh pada syariat-Nya.

2.1.9 Fisiologi Cinta Berdasarkan Psikologi


Dalam hubungan antara jenis pasangan terutama yang sedang dilanda
asmara,fenomena cinta sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dirasakan. Nah,
ketika mata bertemupandang yang berlanjut pada persentuhan tangan,
biasanya orang akan merasakan gejalayang sama:- darah mengalir lebih cepat,
semburat merah muncul di pipi, peluh dinginmembasahi telapak tangan,
bahkan menghela napas pun jadi terasa berat. Dalam situasiseperti inilah hati
bagaikan bergolak, disesaki oleh gelora cinta.
Menurut Helen Fischer seorang “peneliti cinta” di Universiti Boston,
Amerika Serikat, reaksi romantik seperti itu timbul kerana kerja sejumlah
hormon yang ada dalam tubuh,khususnya hormon yang diproduksi otak.
Gelora cinta manusia yang meluap-luap tidak jauh berbeda dengan reaksi
kimia. Sayangnya, senyawa antara hormon ini sangat dekat. Dan,berdasarkan
teori Four Years Itch yang diumumkannya, daya tahan gelora cinta itu
hanyamencapai empat tahun saja. Setelah itu, hancur tanpa kesan lagi.
Sebagaimana yang terjadipada sebuah reaksi kimia, wujudnya tidak akan
pernah kembali seperti semula.
Sesungguhnya pula, perasaan yang menghanyutkan dalam masa jatuh
cinta tadi boleh dianalisis secara kimia. Jadi, prosesnya dimulakan pada saat
mata saling bertemu. Tangan yang bersentuhan bagaikan dialiri arus eletrik.
Fenomena ini sudah pasti kerana tindak balas hormon tertentu yang ada di
otak, mengalir ke seluruh saraf hingga ke pembuluh darah yang terkecil
sekalipun. Inilah yang membuat wajah memerah, dan timbul perasaan
“melayang”. Aliran darah yang demikian cepat membuat bernafas pun
menjadi berat.
Jika dipikirkan, bagaimana hormon dalam otak bekerja, ketika seseorang
sedang jatuhcinta? Boleh dijelaskan sebagai berikut. Ketika hubungan mata
sedang berlangsung, tertanam suatu `kesan’.
1. Fase Pertama
Otak bekerja bagaikan komputer yang menyediakansejumlah data,
dan menserasikannya dengan sejumlah data yang pernah direkam
sebelumnya.
Ia mencari apa yang membuat pesona itu muncul. Kalau sudah begini, bau
yang ditimbulkanoleh lawan jenis pun boleh menjadi pemicu timbulnya
rasa romantik.
2. Fase Kedua 
Yaitu munculnya hormon phenylethylamine (PEA) yang diproduksi
otak.Inilah sebabnya ketika terkesan oleh seseorang, secara automatik
senyum pun dilontarkan. Spontan, pusat PEA pun aktif bekerja ketika
“wisel” mula diaktifkan. Hormon dopamine dan norepinephrine yang juga
terdapat dalam saraf manusia, turut mendampingi. Hormon-hormoninilah
yang menjadi pemicu timbulnya gelora cinta. Setelah dua tiga tahun,
efektiviti hormon-hormon ini mula berkurang. 
3. Fase ketiga 
yaitu ketika gelora cinta sudah reda. Yang tersisa hanyalah kasih
sayang.Hormon endorphins , senyawa kimia yang identik dengan morfin,
mengalir ke otak.Sebagaimana efek yang ditimbulkan dadah dan
sebagainya, saat inilah tubuh merasa nyaman,damai, dan tenang.
Teori tentang cinta pernah popular sekitar 9 hingga 10 tahun yang lalu.
Lebih tepatsekali, ketika pendekatan ilmu faal yang membedah tubuh manusia
menjadi popular.Selanjutnya, teori ini kian berkembang dan mula dihubung-
hubungkan dengan bidang ilmulainnya. Kemudianya, ada juga teori cinta
dengan pendekatan bioneurologi yang melihat,membandingkan, dan
mengamati struktur otak orang gila misalnya, atau psikologi dan fisiologiyang
mempelajari kaitan antara perilaku manusia dan pengaruh hormon pada
tubuhnya. Cintasebenarya sama dengan emosi. Kalau emosi seringkali
ditentukan oleh sejumlah hormon(terutama dalam siklus menstruasi), maka
hal yang sama juga berlaku dalam proses jatuh cinta.Terutama ketika terjadi
cinta pada pandang pertama, ada getaran dalam tubuh. Tapi, apakahya, gelora
cinta semata-mata ditentukan oleh hormon dalam tubuh?
Diane Lie seorang psikologi sekaligus peneliti rambang pada sebuah
Universiti di Beijingmembentangkan teorinya, meskipun urusan cinta boleh
dijelaskan secara kimia, namunkecamuk cinta tidak semata-mata hanya
ditentukan oleh aktivitas hormon, dan manusia tidakberdaya mengatasinya.
Juga tidak selalu berarti bila kadar hormon berkurang, berartigetarannya pun
berkurang.
Memang, pemacu semburan cinta (PEA) tadi, memiliki pengaruh kerja
yang tidak tahanlama. Hormon yang secara ilmiah memiliki kesamaan dengan
amfetamin ini, hanya efektifbekerja selama 2-
3 tahun saja. Lama kelamaan, tubuh pun bagaikan imun, `kebal’ terhadap si
pemicu gelora. Akan tetapi, sekali lagi, masih menurut Diane, proses jatuh
cinta itu tidak semata-matahanya dipengaruhi hormon dengan reaksi kimianya.
Apalagi dalam proses orang bercintahingga menikah, banyak faktor sosial
lainnya yang menentukan. Contohnya proses jatuh cintayang dalam bahasa
 jawa dipanggil versi Tresno Jalaran Soko Kulino” yang bermaksud datangnya
cinta karena pertemuan yang berulang-ulang “. Demikian pula ketika kita
marah dan ingin memaki orang lain, hormon memang punya pengaruh khusus,
namun tetap ada faktor lainyang ikut menentukanya.
Manusia merupakan makhluk yang paling kompleks. Jika proses reaksi
kimia terjadipada hewan, barulah teori rendahnya daya tahan PEA ini boleh
dipercayai. Jadi, teori Helen Fiscer yang disebut Four Years Itch juga boleh
dipatahkan.
Pendeknya, teori PEA dilandaskan pada pendekatan ilmu eksakta,
sedangkan teori FourYears Itch oleh Fischer yang lingkaran penelitiannya
mencakup 62 jenis kultur ini, lebihmenggunakan pendekatan sosial. Fischer,
yang juga penulis buku ” Anatomy of Love “, menemukan betapa angka
perceraian mencapai puncaknya ketika usia perkawinan mencapai usia empat
tahun. Kalaupun masa empat tahun itu telah dilalui, katanya, kemungkinan itu
berkat hadirnya anak kedua. Kondisi ini membuat perkawinan mereka boleh
bertahan hingga empat tahun lebih.
Menurut pandangan Diane, dalam hubungan suami istri atau bercinta,
selain cinta, ada hubungan lain yang sifatnya friendship, (persahabatan). Kalau
setelah beberapa waktu cinta itu menipis - mungkin kerana tersisihkan hal-hal
lain, misalnya karena rutin yang dilakukan adalah hal-hal yang sama juga
setiap hari, lalu segalanya jadi terasa membosankan.

2.2 Definisi Gangguan Mencintai dan Dicintai


Menurut Sheila L. Videbeck. 2008 menyatakan bahwa : perubahan
pervasive emosi individu, yang ditandai dengan depresi atau mania.
Menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan
bahwa:
keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh
kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan
emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau
emosi. Ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari
komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif
dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
Menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and
Behaviour: kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional
seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan
(euforia), gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara
tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe
bipolar.
2.3 Kategori Gangguan Mood
Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori utama (Sheila, 2008) :
a. Gangguan unipolar, yang mencakup depresi mayor dan gangguan distimia,
yang selama gangguan tersebut individu memperlihatkan kesedihan,
agitasi, dn kemarahan karena satu perubahan mood yang ekstrem akibat
depresi.
b. Gangguan bipolar (sebelumnya dikenal sebagai gangguan manik-depresif),
ketika siklus mood individu antara mania dan depresi yang ekstrem, yakni
antara depresi dan keadaan normal, atau mania dan keadaan normal.
2.3 Etiologi
Gangguan mood diyakini menggambarkan disfungsi sistem limbik,
hipotalamus, dan ganglia basalis, yang membentuk kesatuan pada emosi
manusia.Sebelum intrumen riset noninvasif yang menakjubkan ditemukan,
yang saat ini tersedia untuk mengobservasi area fisiologi tubuh yang paling
kecil, teori tentang gangguan mood difokuskan pada pengalaman hidup dan
bagaimana individu memilih untuk meresponnya.Apakah individu belajar dan
tumbuh dari pengalaman hidup yang negatif dan positif, atau apakah
pengalaman tersebut mendorong terjadinya depresi atau mania? Beberapa
teori ini memiliki fokus “menyalahkan korban”,
Sedangkan riset saat ini berfokus pada keyakinan bahwa gangguan
mood merupakan ketidakseimbangan kimiawi yang bersifat biologis
(hormonal, neurologis, atau genetik).Fakta bahwa tubuh manusia merupakan
suatu alat luar biasa yang mampu mengatur dan memulihkan diri sendiri, yang
dapat diperkuat oleh keinginan individu untuk berubah adalah alasan mengapa
kombinasi psikoterapi dan obat-obatan psikotropik lebih efektif untuk
membantu individu yang mengalami gangguan mood.
2.4 Faktor Predisposisi
a.    Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan kebutuhan
mencintai dan dicintai diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi
gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai meningkat pada kembar
monozigote.
b.    Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan
perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
c.     Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
d.    Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami mania.
e.    Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa
depan.
f.     Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri
lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian
individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.
g.    Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
h.    Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol. 
2.5 Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan kebutuhan mencintai dan
dicintai meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.
a.    Faktor Biologis
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau
berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan
ketidakseimbangan metabolisme.
b.    Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang
dan kehilangan harga diri.
c.     Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
Rentang Emosi
Emotional Reaksi Supresi Reaksi Mania atau
Responsive kehilangan kehilangan Depresi
yang wajar yangmemanjang
Keterangan:
Rentang emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis tidak merupakan
suatu titik yang statis yang tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang
mengalami gangguan perasaan, reaksinya cenderung menetap dan
memanjang.Tetapi hal tersebut, juga sangat tergantung pada tipe gangguan
kebutuhan mencintai dan dicintainya. Apakah termasuk tipe manik atau
depresif,atau kombinasi dari keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari
emosional responsive sampai mania/depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Responsif: Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi
dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia
eksternal( memahami harapan orang lain)
2. Reaksi kehilangan yang wajar: Klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari
klien berhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih
berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya
sementara
3. Supresi : Merupakan tahap dimana koping individu termasuk maladaptive,
klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan perhatiannya
terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung terus menerus atau
memanjang, maka hakl tersebut dapat mengganggu individu.
4. Depresi: Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai ditandai dengan perasaan
sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga,
merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai ada ide
bunuh diri.
Mania: Maniaadalah suatu gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai yang
ditandai dengan adanya alam perasan yang meningkat, meluas atau keadaan
emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.

2.6 Macam Gangguan kebtuhan mencintai dan dicintai


2.6.1 Depresi
Depresi adalah suatu jenis gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai
atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih,
putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi,
kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,
pembedah¬an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu
yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya
depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik
bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat
menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
A. Tanda dan Gejala Depresi
1. Kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup dan
merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa dan tidak
berguna serta putus asa
2. Sulit klonsentrasi dan daya ingat menurun
3. Nafsu makan dan berat badan menurun
4. Sulit tidur atau tidur berlebihan disertai mimpi-mimpi tidak
menyenangkan
5. Agitasi
6. Retardasi (perlambatan gerakan) motorik
7. Hilang perasaan senang, meninggalkan hobi
8. Kreatifitas dan produktifitas menurun
9. Gangguan seksual/libido menurun
10. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

B. Ciri-Ciri Klien Yang Rentan Menderita Depresi


a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah,
khawatir, iri, dan tegang
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah,
dan lebih senagn berdamai untuk menghindari konflik/konfrontasi,
merasa gagal dalam usaha dan sering mengeluh
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, lebih suka menarik
diri, sulit mengambil keputusan, enggan bicara/pendiam, pemalu,
menghindari keterlibatan dengan orang lain
d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain, atau
menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.
2.6.2 Mania
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang
luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan
bicara yang cepat dan kadang-kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat
(flight of ideas).
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk
mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan
memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang
tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang
lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang
mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
A. Tanda dan Gejala Mania
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang
merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima
perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya
kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran
dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu
topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan,
sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan
terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara
kasar dalam cetusan cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik
yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan
kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan
pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak
seolah olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah
membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasientampak
memiliki kepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk
menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat
depresif.Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi
bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas
psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan
kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
Afektif perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus
asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
Kognitif hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
Fisik
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
Tingkah
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
laku
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

B. Proses terjadinya masalah

Negative perception Maladaptive coping


to problem

Stressor Accumulation of
stressor

Potential self Helplessness depretion


destruction

Keterangan:
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari
persepsinya yang negative terhadap stressor.Klien menganggap masalah
sebagai sesuatu yang 100% buruk.Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik
semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak
adanya dukungan yang adekuat seperti dari keluarga, sahabat, ibu,
tetangga, terutama keyakinannya kepada sang Maha Kuasa. Muncullah
fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk
keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat
untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu
munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.

2.7Asuhan Keperawatan
2.2.1 Depresi
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan
perawatn, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor rekam medik
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Hasil dari alat pengkajian yang terstandardisasi untuk depresi (misal,
Beck Depression Inventory, Hamilton Rating Scale of Depression,
Geriatric Depression Scale, dan Self-Rating Depression Scale)
d. Episode-episode gangguan mood atau perilaku bunuh diri di masa lalu
e. Riwayat pengobatan
f. Penyalahgunaan obat dan alkohol
g. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individu dengan gangguan mood
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)
b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat
kegelisahan, keparahan gangguan mood)
d. Sistem pendukung yang ada
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain
(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan
riwayat penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau
keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan
mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
B. Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: klien merasa tidak Merasa tidak berguna Gangguan konsep diri:
berguna, merasa kosong  harga diri rendah
DO: kehilangan minat Sedih yang berlebihan

melakukan aktivitas
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
DS: klien merasa minder Sedih yang berlebihan Isolasi sosial: menarik
kepada kedua adiknya,  diri
sedih yang berlebihan minder

DO: klien menghindar
Mengurung diri,
dan mengurung diri
menghindar

Isolasi sosial: menarik diri
DS: klien malas mandi Isolasi sosial: menarik diri Defisit perawatan diri:
dan mandi jika perlu saja  mandi dan berhias
DO: kuku panjang dan Defisit perawatan diri:

hitam, kulit banyak daki mandi dan berhias


dan kering, rambut
berantakan, gigi kuning
DS: ibu merasa frustasi Murung Ketidakefektifan
DO: keluarga tidak  koping keluarga:
peduli pada klien, Berdiam diri (tak peduli ketidakmampuan
keluarga membawa klien orang lain: keluarga) keluarga merawat

ke rumah sakit jiwa, dan pasien di rumah
Keluarga frsutasi
dirawat untuk ketiga
kalinya
DS: tidak mau makan Tidak mau makan Resiko perilaku
DO: berat badan turun  kekerasan terhadap diri
Berat badan turun sendiri

Resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri

C. WOC
Resiko perilaku kekerasan
terhadap diri-sendiri

Defisit Perawatan diri :


Isolasi sosial : menarik diri
mandi dan berhias

Gangguan alam perasaan:


depresi

Ketidakefektifan koping
Gangguan Konsep diri : keluarga : ketidakmampuan
Harga diri rendah keluarga merawat klien di
rumah
D. Rencana dan Intervensi Keperawatan

N Diagnosis Perencanaan
Intervensi
O Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1 Risiko TUM:
perilaku Klien tidak mencederai
mencederai diri sendiri
diri b.d TUK:
perilaku 1. Klien dapat 1.1 Klien mau membalas 1.1.1 Beri salam atau anggil
kekerasan membina salam nama
hubungan saling 1.2 KLien mau menjabat 1.1.2 Sebutkan nama perawat
percaya tangan sambil jabat tangan
1.3 Klien mau menyebutkan 1.1.3 Jelaskan maksud
nama hubungan interaksi
1.4 Klien mau tersenyum 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak
1.5 Klien mau kontak mata yang akan dibuat
1.6 Klien mau mengetahui 1.1.5 Beri rasa aman dan
nama perawat sikap empati
1.1.6 Lakukan kontak singkat
tapi sering
2. Klien dapat 2.1 Klien mengungkapkan 2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi perasaannya mengungkapkan
penyebab 2.2 Klien dapat perasaannya
perilaku mengungkapkan 2.1.2 Bantu klien
kekerasan perasaan jengkel mengungkapkan
ataupun kesal penyebab perasaan
jengkel atau kesal

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien


mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan apa
tanda dan gejala perasaan saat marah yang dialami dan
perilaku atau jengkel dirasakannya saat
kekerasan 3.2 Klien dapat jengkel atau marah
menyimpulkan tanda 3.1.2 Observasi tanda dan
dan gejala jengkel atau gejala perilaku
kesal yang dialaminya kekerasan pada klien
3.2.1 Simpulkan bersama
klien yanda dan gejala
jengkel atau kesal yang
dialami klien
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan
perilaku perilaku kekerasan yang perilaku kekeraan yang
kekerasan yang biasa dilakukan biasa dilakukan klien
biasa dilakukan 4.2 Klien dapatbermain 4.2.1 Bantu klien bermain
peran sesuai perilaku peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa
dilakukan dilakukan
4.3 Klien dapat 4.3.1 Bicarakan dengan klien
menngetahui cara yang apakah dengan cara
biasa dilakukan untuk klien lakukan
menyelesaikan masalah masalahnya selesai
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat menjelaskan 5.1.1 Bicarakan akibat atau
mengidentifikasi akibat dari cara yang kerugian dari cara yang
akibat perilaku digunakan klien: akibat dilakukan klien
kekerasan pada klien sendiri, 5.1.2 bersama klien
akibat pada orang lain, menyimpulkan akibat
dan akibat pada dari cara yang dilakukan
lingkungan klien
5.1.3 Tanyakan pada klien
apakah dia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat
6. Klien dapat 6.1 klien dapat 6.1.1 diskusikan kegiatan
mendemonstrasi menyebutkan contoh fisik yang biasa
kan cara fisik pencegahan perilaku dilakukan klien
untuk mencegah kekerasan secara fisik: 6.1.2 beri pujian atas kegiatan
perilaku tarik napas dalam, pukul fisik yang biasa
kekerasan kasur, dan bantal dilakukan klien
6.2 klien dapat 6.1.3 diskusikan dua cara fisik
mendemonstrasikan yang paling mudah
cara fisik untuk untuk mencegah
mencegah perilaku perilaku kekerasan
kekerasan 6.2.1 Diskusikan cara
6.3 Klien mempunyai melakukan tarik napas
jadwak untuk melatih dalam dengan klien
cara pencegahan fisik 6.2.2 Beri contoh klien cara
yang telah dipelajari menarik napas dalam
sebelumnya 6.2.3 Minta klien untuk
6.4 Klien mengevaluasi mengikuti contoh yang
kemampuannya dalam diberikan sebanyak 5
melakukan cara fisik kali
sesuai jadwal yang 6.2.4 Beri pujian positif atas
disusun kemampuan klien
mendemonstrasikan cara
menarik napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
6.3.1 diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi
latihan yang akan
dilakukan sendiri oleh
klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara yang
dipelajari
6.4.1 klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
6.4.2 validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3 beikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan pada klien
apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1. diskusikan cara bicara
mendemonstrasikan menyebutkan cara yang baik dengan klien
cara social untuk bicara yang baik dalam 7.1.2. Beri contoh cara bicara
mencegah perilaku mencegah perilaku yang baik :
kekerasan kekerasan  Meminta dengan
 Meminta dengan baik
baik  Menolak dengan baik
 Menolak dengan  Mengungkapkan
baik perasaan dengan baik
 Mengungkapkan 7.2.1. Minta klien mengikuti
perasaan baik contoh cara bicara baik
7.2 Klien dapat  Meminta dengan baik
mendemonstrasikan : “Saya minta uang
cara verbal yang baik untuk beli makanan”
7.3 Klien mumpunyai  Menolak dengan baik
jadwal untuk melatih : “ Maaf, saya tidak
cara bicara yang baik dapat melakukannya
7.4 Klien melakukan karena ada kegiatan
evaluasi terhadap lain.
kemampuan cara bicara  Mengungkapkan
yang sesuai dengan perasaan dengan
jadwal yang telah baik : “Saya kesal
disusun karena permintaan
saya tidak
dikabulkan” disertai
nada suara yang
rendah.
7.2.2. Minta klien mengulang
sendiri
7.2.3. Beri pujian atas
keberhasilan klien
7.3.1. Diskusikan dengan
klien tentang waktu dan
kondisi cara bicara yang
dapat dilatih di ruangan,
misalnya : meminta
obat, baju, dll, menolak
ajakan merokok, tidur
tidak pada waktunya;
menceritakan kekesalan
pada perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan
untuk melatih cara yang
telah dipelajari.
7.4.1. Klien mengevaluasi
pelaksanaa latihan cara
bicara yang baik dengan
mengisi dengan
kegiatan jadwal
kegiatan ( self-
evaluation )
7.4.2. Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien :
“ Bagaimana perasaan
Budi setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keinginan
marah berkurang?”

8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1. Diskusikan dengan


mendemonstrasi menyebutkan kegiatan klien kegiatan ibadah
kan cara spiritual yang biasa dilakukan yang pernah dilakukan
untuk mencegah 8.2 Klien dapat 8.2.1. Bantu klien menilai
perilaku mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang
kekerasan cara ibadah yang dipilih dapat dilakukan di ruang
8.3 Klien mempunyai rawat
jadwal untuk melatih 8.2.2. Bantu klien memilih
kegiatan ibadah kegiatan ibadah yang
8.4 Klien melakukan akan dilakukan
evaluasi terhadap 8.2.3. Minta klien
kemampuan melakukan mendemonstrasikan
kegiatan ibadah kegiatan ibadah yang
dipilih
8.2.4. Beri pujian atas
keberhasilan klien

8.3.1 Diskusikan dengan klien


tentang waktu
pelaksanaan kegiatan
ibadah
8.3.2. Susun jadwal kegiatan
untuk melatih kegiatan
ibadah
8.4.1. Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
8.4.2. Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
8.4.3. Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan
Budi setelah teratur
melakukan ibadah?
Apakah keinginan
marah berkurang
9. Klien dapat 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan klien
mendemonstrasi menyebutkan jenis, tentang jenis obat yang
kan kepatuhan dosis, dan waktu minum diminumnya (nama,
minum obat obat serta manfaat dari warna, besarnya); waktu
untuk mencegah obat itu (prinsip 5 minum obat (jika 3x :
perilaku benar: benar orang, pukul 07.00, 13.00,
kekerasan obat, dosis, waktu dan 19.00); cara minum
cara pemberian) obat.
9.2 Klien 9.1.2 Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan tentang manfaat minum
kepatuhan minum obat obat secara teratur :
sesuai jadwal yang  Beda perasaan
ditetapkan sebelum minum obat
9.3 Klien mengevaluasi dan sesudah minum
kemampuannya dalam obat
mematuhi minum obat  Jelaskan bahwa dosis
hanya boleh diubah
oleh dokter
 Jelaskan mengenai
akibat minum obat
yang tidak teratur,
misalnya, penyakit
kambuh
9.2.1 Diskusikan tentang
proses minum obat :
 Klien meminat obat
kepada perawat ( jika
di rumah sakit),
kepada keluarga (jika
di rumah)
 Klien memeriksa obat
susuai dosis
 Klien meminum obat
pada waktu yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal minum
obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaiman perasaan
Budi setelah minum
obat secara teratur?
Apakah keinginan untuk
marah berkurang?”
10. Klien dapat 10.1 Klien mengikuti TAK : 10.1.1 Anjurkan klien untuk
mengikuti TAK : stimulasi persepsi mengikuti TAK :
stimulasi pencegahan perilaku stimulasi persepsi
persepsi kekerasan pencegahan perilaku
pencegahan 10.2 Klien mempunyai kekerasan
perilaku jadwal TAK : stimulasi 10.1.2 Klien mengikuti TAK :
kekerasan persepsi pencegahan stimulasi persepsi
perilaku kekerasan pencegahan perilaku
10.3 Klien melakukan kekerasan (kegiatan
evaluasi terhadap tersendiri)
pelaksanaan TAK 10.1.3 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikan hasil
kegiatan TAK da beri
pujian atas
keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan
klien tentang jadwal
TAK
10.2.2 Masukkan jadwak
TAK ke dalam jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan
klien dalam mengikuti
TAK
10.3.3 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti
TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien:
“Bagaimana perasaan
Ibu setelah mengikuti
TAK?”

11. Klien 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi


mendapatkan mendemonstrasikan kemampuan keluarga
dukungan cara merawat klien dalam merawat klien
keluarga dalam sesuai dengan yang
melakukan cara telah dilakukan keluarga
pencegahan terhadap klien selama
perilaku ini
kekerasan 11.1.2 Jelaskan keuntungan
peran serta keluarga
dalam merawat klien
11.1.3 Jelaskan cara- cara
merawat klien :
 Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secara
konstruktif
 Sikap dan cara bicara
 Membantu klien
mengenal penyebab
marah dan
pelaksanaan cara
pencegahan perilaku
kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
11.1.5 Bantu keluarga
mengngkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga
mempraktikannya pada
klien selama di rumah
sakit dan
melanjutkannya setelah
pulang ke rumah.

2.7.2Mania
A. Pengkajian
a. Data subyektif :
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik
(flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.
b. Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan
dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah
tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik
meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau,
kebersihan diri kurang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan mania.
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mania.
3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan
mania.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6. Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai: depresi berhubungan
dengan koping maladaptif.
Intervensi Keperawatan
C. Intervensi
a. Tujuan umum :
Sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu.
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
Tindakan :
 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
 Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan
pikirannya dengan teknik focusing.
 Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
Tindakan :
 Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan
mengatasi perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.
 Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
 Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
 Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
 Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang
paling tepat dan dapat diterima.
 Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang
telah dipilih
 Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam
menyelesaikan masalah.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tindakan :
 Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak
rangsangan, tidak banyak peralatan.
 Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh
pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan,
ditempat yang aman dan terkunci.
 Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
 Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol
perilakunya.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah.
Tindakan :
 Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang
terarah, misal: menyapu, joging dll.
 Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan
dengan baik oleh klien.
 Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
 Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Tindakan :
 Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi
kesehatan.
 Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani
selama makan.
 Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
 Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
Tindakan :
 Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
 Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
 Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup
dll.
8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
Tindakan :
 Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
 Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
 Bimbing pasien berhias.
 Beri pujian bila klien berhias secara wajar.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Tindakan :
 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat).
 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
 Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
 Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar.
10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien.
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
D. Evaluasi
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang
berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau
hubungan emosional dengan orang lain. Menurut Jhon W. Santrock dalam
Psikologi the Scince of Mind and Behaviour: kelainan psikologis yang
ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi
sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan (agitation).
Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam
bentuk gangguan tipe bipolar. Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori
utama (Sheila, 2008) : Gangguan unipolar dan Gangguan bipolar (sebelumnya
dikenal sebagai gangguan manik-depresif). Gangguan mood diyakini
menggambarkan disfungsi sistem limbik, hipotalamus, dan ganglia basalis,
yang membentuk kesatuan pada emosi manusia. Macam-macam gangguan
kebutuhan mencintai yaitu depresi dan mania.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengerti dan mengaplikasikan Dokumentasi kebutuhan mencintai dan
dicintai pada asuhan keperawatan gangguan kebutuhan mencintai dan
dicintai.

Anda mungkin juga menyukai