"Ma, abang ini lho, ganggu aku terus!" teriak Mirza suatu kali. Saat
itu Mirza (10) dan Rudi(14) sedang asyik menggambar. Jo menunjukkan
gambarnya pada Mirza. Jo menggambar wajah Mirza sedang jelek. Tidak
heran, Mirza marah. Rudi tersenyum puas. "Aku nggak ganggu kamu,
kok. Kamu saja yang merasa. Lagian aku sebel karena kamu suka ngadungadu," jawab Rudi membela diri.Kita sering sekali menemukan bentuk
percakapan semacam ini. Apa yang salah? Tidak bolehkah Mirza
mengemukakan ketidaksukaannya? Tentu boleh. Tapi usaha Mirza akan
lebih berhasil jika dia mengemukakan-nya secara asertif.
BERBICARA ASERTIF.
Apakah kalimat asertif itu? Kalimat asertif adalah cara
berkomunikasi yang tidak menyerang lawan bicara. Inti kalimat
terletak pada pengungkapan perasaan kita dengan terus terang, sopan,
dan apa adanya.Manusia punya cenderungan mempertahankan diri bila
diserang. Demikian pula bila ia merasa disalahkan, direndahkan, atau
tidak dihargai. Sebab itu penting sekali memperlihatkan sikap
positif dalam berkomunikasi, bagaimanapun sebalnya kita pada lawan
bicara kita. Ini tidak mudah, perlu berpikir sebelum berkata, dan
berlatih melakukannya.Sebuah pesan akan sampai dengan baik jika
disampaikan pada waktu, tempat dan cara yang tepat. Masalahnya, kita
kadang-kadang ingin langsung saja. Kalau caranya kurang pas, orang
yang kita ajak bicara jadi tidak senang. Akhirnya pesan kita tidak
sampai dengan baik. Bahkan bisa menimbulkan salah pengertian.
BEBERAPA CONTOH
Berikut ini beberapa contoh kalimat yang menyerang:
1. Percakapan Dimas (6 tahun) dan papanya, "Dimas, kamu ini
bagaimana? Makin besar makin malas bangun pagi! Lihat, sudah
2. Percakapan Kevin (8 tahun) dan mamanya, "Mengapa kamu tidak
beritahu Mama kalau sepatumu sudah robek? Bikin malu aja!"
3. Ibunya Ina (10 tahun) memarahi anaknya pada suatu pagi, "Nah,
kamu lupa bikin PR lagi, kan? Tadi malam mama sudah
4. Mirza (11 tahun) berbicara dengan saya, "Ma, tiap kali aku
ngajak ngomong, Mama nggak perhatikan aku dengan baik. Muka mama
5. Daud (10 tahun) dan abangnya Januar (14 tahun), "Mengapa sih
kamu begitu, Bang? Aku enggak suka kamu terus melecehkan
Sekarang mari perhatikan kali-mat asertif dari peristiwa di atas:
1. "Dimas, rasanya tiap pagi Papa merasa tegang. Papa takut kamu
ter-lambat. Bagaimana kalau nanti malam kamu tidur lebih
2. "Sepatumu robek? Maaf, Mama kurang memperhatikan kamu. Pulang
sekolah nanti kita ke toko, ya." (kalimat ini tidak
3. "PR kamu belum selesai? Ada yang perlu Mama bantu?" (tidak
perlu menyalahkan Ina, dia sudah tahu kesalahannya. Menyalahkan
4. "Aku boleh bicara dengan Mama ?" (ini adalah complain Mirza
terhadap saya beberapa hari lalu. Sebagai ibu, saya mengerti
5. Januar senang menggoda adiknya. Sedangkan Daud tidak
menganggap main-main. Daud tidak suka diganggu (catatan: anak usia
TIDAK MUDAH, ANAK BUTUH TELADAN
3. Assertive Communication
Assertive Communication adalah komunikasi yang terbuka, menghargai
diri sendiri dan orang lain. Komunikasi assertive tidak menaruh
perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan perasaan antar
manusia.
Ciri-ciri assertive communication adalah:
- Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain
TIPS:
1. Pastikan gerak dan sikap tubuh Anda percaya diri: berdiri
tegap, tataplah mata orang lain yang sedang Anda ajak bicara, dan
relaks.
2. Gunakanlah nada bicara yang tegas, namun tetap bersahabat.
3. Jangan berasumsi bahwa Anda mengetahui motivasi orang lain,