Anda di halaman 1dari 21

MODEL KONSEPTUAL INTERPERSONAL

(SULLLIVAN DAN PEPLOU)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. TIRSA PAPURUNGAN
2. MAISSY S. MAHMUD
3. LILIS PORA
4. HARDI USIA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH

MANADO

2019/202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat
dan kasih-Nya kami tim penyusun dapat melaksanakan tugas dan kewajiban menyelesaikan
makalah ini yaitu tentang “model konseptual interpersonal”

Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat di susun dan diselesaikan berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
KATAR PENGANTAR……………………………………………………i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. LATAR BELAKANG…...................................................................... ....1

B. RUMUSAN MASALAH…................................................................. ....1

C. TUJUAN....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... .....2

2.1 Biografi Sullivan ……………………………………………………….2

2.2 Teori Perkembangan Menurut Sullivan....................................................4

2.3 Biografi Peplau……………..…………………………………………...8

2.4 Teori Perkembangan Peplau…………………………………………… 9

BAB V PENUTUP…………………………………………………………16

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang pemenuhan kebutuhan dasar
manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial, dan spritual. Pemenuhan kebutuhan tersebut
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan praktik keperawatan profesional
.Pelayanan kesehatan professional adalah bentuk pelayanan kesehaatn yang berdasarkan pada
ilmu dan etika keperawatan .
Untuk menjalankan tugas keperawatan , banyak teori keperawatan yang digunakan, salah
satunya adalah Hildegard pelpau. Model konsep dan teori oleh Hildegard peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yg menggunakan dasar
hubungan manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan
yang terjadi akibat sakit sumber kesulitan dan proses interpersonal. Pada makalah ini , akan
dibahas model dan konsep teori keperawatan menurut Hildegard peplau.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana biografi Sullivan
Bagaimana teori perkembangan menurut Sullivan
Bagaimana biografi peplau
Bagaimana teori perkembangan menurrut peplau

TUJUAN
A. Mengetahui biografi Sullivan
B. Mengetahui teori perkembangan menurut Sullivan
C. Mengetaahui biografi peplau
D. Mengetahui teori perkembangan menurut peplau
BAB II
PEMABAHASAN

BIOGRAFI
Aku lahir di sebuah kota pertanian kecil di Norwich, New York, pada tanggal 21 Februari
1892. Aku adalah satu-satunya anak yang berhasil bertahan hidup dari ayah bernama Timothy
Sullivan dan ibu bernama Ella Stack Sullivan. Kedua orangtuaku berasal dari Irlandia.
Sebenarnya, aku mempunyai dua kakak laki-laki, tetapi mereka semua meninggal di tahun
pertama mereka hidup.

Menjadi anak tunggal membuat ibu sangat melindungi dan memanjakanku. Aku paham
kondisi ini, karena bagi ibu, mungkin merawatku adalah salah satu kesempatan terakhirnya
menjadi seorang ibu. Ayah adalah laki-laki pemalu, tertutup, dan pendiam. Ayah tidak pernah
memiliki hubungan erat denganku, bahkan hingga ibu meninggal dan aku telah menjadi dokter
terkenal.

Teori Psikologi Interpersonal (Harry Sullivan)

Saat aku berusia tiga tahun, ayah menjadi buruh tani dan pabrik. Kami sempat pindah ke
pertanian keluarga ibu di Smyrna. Namun, ibu menghilang, kemungkinan dirawat di rumah sakit
jiwa selama satu tahun. Lalu aku dirawat oleh nenek dan bibi. Kedua orangtuaku dari keluarga
miskin, namun ibu berpendapat bahwa keluarganya lebih superior secara sosial dibanding
keluarga ayah. Menurutku anggapan ibu tidak tepat. Itu sebabnya, aku mengembangkan teori
interpersonal, yang menekankan persamaan di antara manusia, dan bukan perbedaan.
Pada saat sekolah, aku merasa sebagai orang asing, tidak memiliki teman sebaya. Aku
bukanlah anak populer. Namun, ketika berusia 8,5 tahun, aku memiliki teman dekat, seorang
anak laki-laki usia 13 tahun. Anak itu bernama Clarence Bellinger. Kami berdua memiliki
kesamaan, yaitu cerdas secara intelektual, namun terbelakang secara sosial. Selain itu, akhirnya
ketika masa dewasa, kami sama-sama menjadi psikiater dan tidak pernah menikah. Memiliki
teman seperti Clarence membantuku memiliki hubungan yang karib dengan orang lain.
Kemampuan untuk mencintai orang lain inilah yang menurutku sebuah proses terapeutik atas
perasaan sepi yang kualami. Namun, kedekatan kami menjadi prasangka bagi orang lain,
termasuk sesama psikiater. Mereka menyebut kami memiliki orientasi seksual menyimpang,
yaitu homoseksual. Secara jujur harus kuakui, bahwa aku merasa tidak nyaman dengan
seksualitasnya. Itu mungkin yang menjadi alasan mengapa aku memiliki perasaan ambivalen
terhadap pernikahan.

Tahun 1911, aku belajar kedokteran di Chicago College of Medicine and Surgery, dan
menyelesaikan kuliah pada tahun 1917. Setelah itu aku bekerja di Federal Board for Vocational
Education dan Public Health Service. Kemudian pada tahun 1921, aku bekerja di St Elizabeth
Hospital di Washington DC. Di rumah sakit ini, aku berteman dengan psikiater syaraf bernama
William Alanson White. Selain itu, aku memiliki kesempatan bekerja dengan pasien skizofrenia
di rumah sakit. Tidak cukup sampai di situ, aku bekerja di Baltimore, tempat dimana aku
melakukan penelitian intensif mengenai skizofrenia. Penelitian ini mengantarkanku akan asumsi
mengenai pentingnya hubungan interpersonal. Ketika melakukan penelitian, aku berusaha
memahami ucapan para pasien. Dengan itu, aku menyimpulkan bahwa skizofrenia adalah
sebuah cara mengatasi rasa cemas yang muncul dari lingkungan sosial dan hubungan
interpersonal.
Aku tinggal di New York pada tahun 1930. Tempat tinggal ini dekat dengan beberapa
psikiater dan ilmuwan sosial, seperti Erich Fromm, Frieda Fromm Reichman, dan Karen Horney.
Dalam mengembangkan teknik terapi, secara tidak langsung aku dipengaruhi oleh Freud, Adolf
Meyer, dan William Alanson White. Namun, teori psikiatri interpersonal yang aku kembangkan
bukanlah aliran psikoanalisis atau neo Freudian.
Gambaran Umum Teori Interpersonal

Harry Stack Sullivan adalah orang Amerika pertama yang membangun teori kepribadian secara
menyeluruh. Sullivan meyakini bahwa manusia mengembangkan kepribadian dalam konteks sosial,
karena tanpa orang lain, manusia tidak akan memiliki kepribadian. Sullivan menyatakan bahwa jika ingin
mengenali pribadi manusia, maka dapat mengetahuinya melalui studi ilmiah mengenai hubungan
interpersonal.

Teori Interpersonal dari Sullivan menekankan pentingnya setiap tahap perkembangan manusia, mulai
dari bayi, kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Perkembangan manusia yang sehat ditentukan dari
kemampuan manusia untuk memiliki hubungan intim dengan orang lain. Intim yang dimaksud disini
bukan mengacu kepada seksual, tetapi merujuk kepada hubungan yang karib atau akrab.

Namun, sayangnya hubungan interpersonal yang intim pada tahap perkembangan manapun, dapat
mengalami kegagalan karena kecemasan. Hal ini khususnya terjadi pada masa remaja, dimana pada
masa ini seorang anak memiliki potensi untuk membina hubungan yang karib dengan temannya, tanpa
disertai nafsu seksual.

Sayangnya, teori interpersonal ini tidak dijiwai secara penuh oleh penggagas teori tersebut. Sullivan
memiliki hubungan yang tidak memuaskan dengan orang lain. Pada saat kanak-kanak, ia merasa
sendirian dan terasing secara fisik. Pada masa remaja, ia mengalami satu episode skizofrenia. Pada masa
dewasa, ia mengalami hubungan interpersonal yang ambivalen. Sangat ironis! Walaupun ia sendiri
justru memiliki kesulitan dalam membina hubungan interpersonal, namun teorinya ini memiliki peran
dalam memahami kepribadian manusia.

Model ini di perkenalkan oleh hary stack Sullivan sebagai tambahan peplau mengembangkan teori
interpersonal keperawatan.

Dalam proses interpersonal pereawat klien memiliki 4 tahap:

1. Orientasi

Perawat klien melakukan kontak awal unruk BHSP dan terjadi proses pengmpulan data.

2. Identivikasi

Perawat memvasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep

3. Ekplorasi

Perawat memberi gambaran kondisi klien

4. Rosolusi.

Perawat memandirikan klien.


Teori Kepribadian Sullivan

Sullivan memandang kepribadian sebagai sistem energi, dimana energi itu berupa :

Ketegangan, yaitu potensi tindakan yang dialami dalam kondisi sadar dan tidak sadar. Sullivan
menyatakan dua jenis ketegangan, yaitu kebutuhan dan kecemasan. Kebutuhan, merupakan ketegangan
yang dibawa oleh ketidakseimbangan biologis dan psikis. Kebutuhan bersifat sementara, karena jika
sudah terpuaskan maka akan melemah, namun dapat muncul kembali di lain waktu. Misalnya,
kebutuhan akan makanan dan kasih sayang. Dalam teorinya, Sullivan menekankan pada kebutuhan
psikis, yaitu kebutuhan interpersonal yang berupa kelembutan dari orang lain. Kecemasan. Sullivan
percaya bahwa kecemasan muncul karena ditransfer dari orangtua ke anak melalui proses empati.
Kecemasan ini memiliki efek merusak pada masa dewasa, karena menghambat perkembangan
hubungan inetrepersonal yang sehat. Selain itu, kecemasan membuat orang tidak mampu belajar,
rusaknya ingatan, mempersempit sudut pandang, bahkan menyebabkan amnesia total.

Transformasi Energi, yaitu usaha mengubah ketegangan menjadi tingkah laku tersembunyi atau terbuka,
untuk memuaskan kebutuhan dan mengurangi kecemasan. Tingkah laku tersembunyi dapat berupa
emosi, pikiran, atau tingkah laku yang tersembunyi. Dalam transformasi energi, tingkah laku yang
konsisten akan disebut dengan dinamisme, atau sifat, atau pola kebiasaan. Dinamisme memiliki dua
kelas, yaitu dinamisme yang berhubungan dengan zona khusus pada tubuh dan dinamisme yang
berkaitan dengan ketegangan. Dinamisme yang berkaitan dengan ketegangan terdiri dari tiga kategori,
yaitu disjungtif, mengasingkan, dan konjungtif. Disjungtif, yaitu pola tingkah laku destruktif, berkaitan
dengan konsep kedengkian. Kedengkian muncul pada usia sekitar dua atau tiga tahun, ketika orangtua
berusaha mengendalikan tingkah laku anak dengan teguran atau tindakan fisik. Tindakan dengki dapat
berupa sifat penakut, nakal, kejam, dan tingkah laku antisosial lainnya. Mengasingkan, yaitu pola tingkah
laku yang tidak berhubungan dengan hubungan interpersonal, seperti nafsu seksual, yang tidak butuh
siapapun untuk memenuhinya. Konjungtif, yaitu pola tingkah laku yang bermanfaat, seperti keintiman
dan sistem diri. KEINTIMAN berbeda dengan minat seksual, karena keintiman itu muncul sebelum masa
pubertas. Keintiman membutuhkan kemitraan yang seimbang dan sebanding. Keintiman membantu
seseorang mengurangi kecemasan, sehingga keintiman adalah pengalaman berharga yang diinginkan
semua orang sehat. SISTEM DIRI berkembang lebih dahulu dibanding keintiman. Sistem diri merupakan
sistem peringatan diri yang mampu mendeteksi adanya peningkatan atau penurunan kecemasan. Di
satu sisi, sistem diri mampu melindungi manusia dari rasa cemas, namun di sisi lain hal ini merugikan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Mengapa demikian? Karena sebenarnya, objek
kecemasan terkadang harus dihadapi, bukan dihindari. Manusia perlu belajar menghadapi itu agar
dirinya mengalami perubahan menjadi pribadi yang berkembang.

Tingkat Kognisi

Dalam teorinya, Sullivan menyebutkan mengenai tingkat kognisi, yaitu suatu hal yang mengacu pada
proses merasa, membayangkan, dan memahami. Sullivan membagi kognisi menjadi tiga tingkat, yaitu

Prototaksis, yaitu tingkat dimana sebuah pengalaman tidak dapat dikenali, dikomunikasikan, atau
digambarkan. Pengalaman itu terkait dengan zona tubuh yang berbeda. Misalnya, bayi merasa lapar dan
sakit, maka ia menangis dan mengisap ibu jarinya. Bayi tidak tahu alasan tindakannya dan tidak dapat
melihat hubungan antara tindakan dengan rasa lapar yang terpuaskan. Pengalaman ini terjadi di luar
ingatan sadar. Pada orang dewasa, pengalaman prototaksis dapat berbentuk sensasi sementara,
bayangan, perasaan, suasana hati, atau kesan.

Parataksis, yaitu tingkat dimana pengalaman pralogis muncul, karena seseorang berasumsi bahwa dua
kejadian yang muncul bersamaan memiliki hubungan sebab akibat. Kesimpulan kurang tepat ini disebut
distorsi parataksis. Kognisi parataksis lebih mudah dikenali dari prototaksis, namun memiliki makna
pribadi. Pengalaman ini dapat dikomunikasikan dengan orang lain, dalam bentuk yang telah diubah.

Sintaksis, yaitu tingkat dimana sebuah pengalaman dapat disepakati dan dikomunikasikan secara
simbolis. Kognisi ini muncul pertama kali, ketika suara atau gerakan isyarat mulai memiliki makna yang
sama bagi anak maupun orangtua. Pengalaman yang dewasa adalah pengalaman yang terjadi di ketiga
tingkat.

Tahapan Perkembangan

Sullivan menyatakan bahwa ada tujuh tahap perkembangan yang dapat mempengaruhi
pembentukkan kepribadian manusia. Selain dapat dibentuk atau terbentuk, kepribadian juga dapat
mengalami perubahan. Perubahan kepribadian dapat terjadi pada saat apapun, namun cenderung
terjadi pada masa transisi, dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya.

Tujuh tahap perkembangan itu adalah :

Masa Bayi. Masa ini terjadi pada usia 18 – 24 bulan. Sullivan meyakini bahwa pada masa ini, seorang
bayi menjadi manusia melalui kelembutan seorang ibu. Bentuk hubungan ibu dan bayi dapat menjadi
sumber kecemasan dalam diri bayi tersebut. Kecemasan ibu selalu berasal dari pengalaman
terdahulunya. Kecemasan bayi selalu dikaitkan dengan situasi perawatan yang terkait dengan zona oral.
Misalnya, makan, minum, dll. Jika bayi merasa cemas, maka ada kemungkinan ia akan mencoba cara
apapun untuk mengatasi kecemasan tersebut, seperti menolak puting susu ibu atau menangis.
Menangis ini dapat disebabkan karena bayi cemas atau merasa lapar. Pada kondisi ini, bayi akan mulai
membedakan sosok ibu, sebagai sosok ibu yang baik atau ibu yang buruk. Di sinilah persepsi awal bayi
mengenai hubungan interpersonal secara sepihak terbentuk. Disebut secara sepihak, karena dalam
hubungan ini, bayi hanya dapat menerima, belum memberi.

Masa Kanak-kanak. Masa ini terjadi pada usia sekitar 2 – 6 tahun. Pada masa ini, ibu tetaplah menjadi
orang lain yang paling signifikan bagi anak. Namun, anak mulai dapat melihat peran ayah baginya. Pada
masa ini, hubungan interpersonal tidak terjadi secara sepihak saja, tetapi berbalasan. Misalnya, anak
mampu memberi kasih sayang, sama halnya ia sudah menerima kasih sayang. Selain itu, anak
prasekolah pada masa ini juga membentuk hubungan interpersonal dengan teman khayalan. Sullivan
menyatakan bahwa memiliki teman khayalan bukanlah tanda ketidakstabilan, namun sebuah kejadian
positif yang membantu anak untuk siap dan mandiri menghadapi keintiman dengan teman nyata, di
masa selanjutnya.

Masa Juvenil. Masa ini terjadi pada usia 6 – 8,5 tahun. Masa ini ditandai dengan adanya kebutuhan
akan kelompok teman bermain yang memiliki status sama. Namun, di akhir masa ini, anak akan
menemukan satu teman yang sangat akrab dengannya. Pada masa ini, Sullivan meyakini bahwa anak
pada masa ini, sebaiknya belajar untuk bersaing, berkompromi, dan bekerjasama. Ketiga hal ini penting
dilakukan karena akan membantu anak untuk belajar bermasyarakat dan menjalin hubungan
interpersonal.

Masa Praremaja. Pada masa ini, anak memulai menjalin hubungan intim dengan orang tertentu,
biasanya dengan jenis kelamin, usia, dan status yang sama. Hubungan yang terjalin pada masa ini tidak
terpusat pada diri sendiri, melainkan sudah didasari oleh ketulusan dalam berteman. Sullivan menyebut
kondisi ini sebagai proses seorang anak menjadi makhluk sosial. Memiliki teman adalah hal yang penting
pada masa ini karena memungkinkan anak untuk memperoleh kepribadian yang berkembang dan minat
luas dalam lingkungan sosial. Jika anak tidak belajar mengenai keintiman di masa ini, kepribadian
mereka tidak akan bertumbuh dengan maksimal.

Masa Remaja Awal. Masa ini ditandai oleh pubertas dan munculnya ketertarikan dengan lawan jenis.
Ini yang kita sebut sebagai hubungan intim yang disertai dengan nafsu seksual. Dapat dikatakan bahwa
masa ini menyebabkan remaja menjadi stres, karena di satu sisi remaja ingin membina hubungan intim
yang tidak disertai nafsu seksual, namun di sisi lain, pubertas yang dialami remaja menyebabkan nafsu
seksual itu muncul. Jika remaja mampu keluar dari

konflik ini, yaitu mampu membina hubungan intim dan mampu mengendalikan nafsu seksualnya,
maka ini adalah titik balik dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Kondisi ini akan
membantu remaja di masa selanjutnya, yaitu tidak melihat lawan jenis sebagai objek seksual semata.

Masa Remaja Akhir. Masa ini ditandai ketika remaja mampu merasakan keintiman dengan orang
yang sama dan menjalin hubungan cinta di dalamnya. Selain itu, remaja ini akan mulai membina
hubungan di perguruan tinggi, tempat bekerja, dengan cara bertukar pikiran atau ide. Kemampuan
membina hubungan di masa ini, dipengaruhi oleh kemampuan di masa sebelumnya. Jika gagal di masa
sebelumnya, maka remaja akan membina hubungan tanpa keintiman (hubungan yang tidak mendalam
atau dangkal).

Masa Dewasa. Pada masa ini, manusia akan mencapai hubungan cinta dengan orang yang signifikan.
Sullivan tidak terlalu banyak mengemukakan pendapat mengenai masa dewasa ini. Ia menyatakan
bahwa orang yang sudah mencapai kemampuan mencintai bukanlah orang yang membutuhkan
konsultasi lagi. Namun, ia mengatakan bahwa kondisi klinis yang terjadi pada masa dewasa, bukanlah
terjadi di masa itu, tetapi hasil dari masa-masa sebelumnya.

Gangguan Kepribadian

Dalam Teori Interpersonal, Sullivan meyakini bahwa gangguan psikologis disebabkan karena faktor
interpersonal. Oleh karena itu, gangguan ini dapat dipahami dengan memahami kondisi lingkungan
sosial. Awal mula karirnya adalah ketika Sullivan bekerja dengan pasien yang mengalami skizofrenia.
Sullivan membedakan dua jenis skizofrenia, yaitu gangguan yang memiliki gejala karena faktor organik
dan gangguan yang memiliki gejala karena faktor lingkungan. Jika disebabkan oleh faktor organik, maka
Sullivan menyatakan bahwa hal itu berada di luar ilmu psikiatri interpersonal. Namun, jika disebabkan
oleh faktor lingkungan, maka gangguan ini menjadi pusat perhatian Sullivan, karena kondisi orang yang
mengalami gangguan skizofrenia itu dapat dipulihkan dengan psikiatri interpersonal. Orang yang
mengalami gangguan skizofrenia ditandai dengan kondisi awal, yaitu kesendirian, rasa percaya diri yang
rendah, emosi yang tidak wajar, dan memiliki hubungan tidak memuaskan dengan orang lain.

Psikoterapi

Sullivan meyakini bahwa gangguan psikologis disebabkan karena adanya hambatan dalam hubungan
interpersonal. Oleh karena itu, ia membuat prosedur psikoterapinya berdasarkan usaha memperbaiki
hubungan klien dengan orang lain. Proses ini dilakukan dengan cara terapis berperan sebagai pengamat
partisipan, yaitu menjadi bagian dari hubungan interpersonal klien, melakukan tatap muka dengan klien,
dan memberi kesempatan klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Cara Sullivan menangani klien yang mengalami skizofrenia sangat radikal. Ia menempatkan klien di
bangsal yang sesuai pilihan klien. Klien tersebut ditangani tenaga nonprofesional yang terlatih, dan
berperan sebagai teman sesama manusia. Cara ini sangat efektif karena klien-kliennya sembuh.

Erich Fromm menilai bahwa cara Sullivan ini baik, karena skizofrenia sebagai gangguan psikosis, bukan
disebabkan karena gangguan fisik. Selain itu, ia menyatakan bahwa hubungan manusia dengan orang
lain adalah intisari pertumbuhan psikologis.

Tujuan umum terapi Sullivan adalah mengungkap kesulitan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
Untuk membantu tujuan ini, ada dua hal yang dilakukan terapis, yaitu : (1) mendorong klien merasa
aman ketika bertemu orang lain dan (2) membantu klien menyadari bahwa jika klien mampu membina
hubungan pribadi dengan orang lain, maka ia akan sehat secara mental.
BIOGRAFI

Hildegrad Peplau lahir di Reading Pensylvania 1 September 1909.


Lulus Diploma Keperawatan dari Pottstown, Pennsylvania 1931. Lulus BA dari Bennington
College bidang interpersonal Psychology 1943, dan lulus MA bidang Keperawatan jiwa
(Psychiatrict) 1947 dan Doktor PEndidikan bidang pengembangan kurikulum 1953. DR Peplau
memiliki pengalaman kerja dibidang keperawatan baik di rumah sakit swasta maupun
pemerintah, 2 tahun di Kemiliteran US, Penelitan keperawatan, dan praktek paruh waktu di
keperawatan jiwa swata. Dia telah mengajar bidang keperawatan jiwa selama beberapa tahun dan
professor emeritus dari Universitas Rutgers. Lulusan sarjana bidang keperawatan yang pertama
eropa pusat di fasilitasi oleh DR. Peplau di belgia.

Model Konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan
antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan
yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.
1. Klien.
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan
kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar
pengalaman. Klien adalah subjek yang langsung dipengaruhi. .Oleh adanya proses interpersonal
2. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat
partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam
hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber,
pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif
dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara hidup
bermasyarakat.

Perawat mempunyai 6 peran sebagai berikut :


a. Mitra kerja, berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat menghadapi
klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Sebagai mitra kerja, Hubungan P-K
merupakan hubungan yang memerlukan kerha sama yang harmonis atas dasar kemitraan
sehingga perlu dibina rasa saling percaya, saling mengasihi dan menghargai.
b. Nara sumber (resources person) memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan
tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang
memerlukan bantuan. perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas dan rasional
kepada klien dalam suasana bersahabat dan akrab.
c. Pendidik (teacher) merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus
berupaya memberikan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga terutama dalam
megatasi masalah kesehatan.
d. Kepemimpinan (leadership) mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga
merangsang individu untuk berperan. Perawat harus mampu memimpin klien/keluarga untuk
memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif klien.
e. Perngasuh pengganti (surrogate) membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia
sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya
klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu
memenuhi kebutuhannya.
f. Konselor (consellor) meninhgkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu
kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat harus dapat memberikan bimbingan
terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
3. Sumber kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang
lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam
keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang
berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya
tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas
klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.

4. Proses Interpersonal
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara
simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya
dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses
interpersonal yang dimaksud antara perawat dan klien ini menggambarkan metode transpormasi
energi atau ansietas klien oleh perawat yang terdiri dari 4 fase yaitu:
a. Fase orientasi.
Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya
terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada
klien. Tahap ini ditandai dimana perawat melakukan kontrak awal untuk membangun
kepercayaan dan terjadi pengumpulan data.

b. Fase identifikasi.
Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan asuhan
keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit
sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang
positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
1) Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat.
2) Individu mandiri terpisah dari perawat.
3) Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat
c. Fase eksplorasi.
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai
pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses
interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi
klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

d. Fase resolusi.
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kea rah realisasi
potensi.
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat
membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling
tergantung dalam lingkungan sosial. Artinya seorang perawat berusaha mendorong kemandirian
pasien.
Pemaparan ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E. Peplau(1952) berfokus pada individu,
perawat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah
proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil proses kerja sama manusia dengan
manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia). Tujuan
keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai
kematangan perkembangan kepribadian. Oleh sebab itu, perawat berupaya mengembangkan
hubungan perawat dan klien melalui peran yang diembannya (nara sumber, konselor, dan wali).
Adapun kerangka kerja praktik dari teori Peplau memaparkan bahwa keperawatan adalah proses
yang penting, terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan berpartisipasi dalam menyusun struktur
system asuhan kesehatan untuk menfasilitasi kondisi yang alami dari kecenderungan manusia
untuk mengembangkan hubungan interpersonal.
Implementasi Teori Peplau
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk keprihatinannya terhadap
praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia
kemudian mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam keperawatan.
Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat
terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan, pertama
perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan
berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat
membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat klien membentuk
suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal yang efektif dalam membantu
pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin
muncul. Hubungan interpesonal perawat klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling
tumpang tindih seperti berikut ini orientasi, identifikasi, penjelasan dan resolusi
Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa.
Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan instrument untuk
mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual Peplau.
Model Konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan
antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan
yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.
1. Klien.
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan
kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar
pengalaman. Klien adalah subjek yang langsung dipengaruhi. .Oleh adanya proses interpersonal
2. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat
partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam
hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber,
pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif
dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara hidup
bermasyarakat.

Perawat mempunyai 6 peran sebagai berikut :


a. Mitra kerja, berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat menghadapi
klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Sebagai mitra kerja, Hubungan P-K
merupakan hubungan yang memerlukan kerha sama yang harmonis atas dasar kemitraan
sehingga perlu dibina rasa saling percaya, saling mengasihi dan menghargai.
b. Nara sumber (resources person) memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan
tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang
memerlukan bantuan. perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas dan rasional
kepada klien dalam suasana bersahabat dan akrab.
c. Pendidik (teacher) merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus
berupaya memberikan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga terutama dalam
megatasi masalah kesehatan.
d. Kepemimpinan (leadership) mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga
merangsang individu untuk berperan. Perawat harus mampu memimpin klien/keluarga untuk
memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif klien.
e. Perngasuh pengganti (surrogate) membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia
sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya
klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu
memenuhi kebutuhannya.
f. Konselor (consellor) meninhgkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu
kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat harus dapat memberikan bimbingan
terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
3. Sumber kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang
lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam
keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang
berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya
tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas
klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.
4. Proses Interpersonal
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara
simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya
dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses
interpersonal yang dimaksud antara perawat dan klien ini menggambarkan metode transpormasi
energi atau ansietas klien oleh perawat yang terdiri dari 4 fase yaitu:
a. Fase orientasi.
Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya
terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada
klien. Tahap ini ditandai dimana perawat melakukan kontrak awal untuk membangun
kepercayaan dan terjadi pengumpulan data.

b. Fase identifikasi.
Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan asuhan
keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit
sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang
positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
1) Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat.
2) Individu mandiri terpisah dari perawat.
3) Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat
c. Fase eksplorasi.
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai
pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses
interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi
klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

d. Fase resolusi.
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kea rah realisasi
potensi.
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat
membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling
tergantung dalam lingkungan sosial. Artinya seorang perawat berusaha mendorong kemandirian
pasien.
Pemaparan ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E. Peplau(1952) berfokus pada
individu, perawat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah
proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil proses kerja sama manusia dengan
manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia). Tujuan
keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai
kematangan perkembangan kepribadian. Oleh sebab itu, perawat berupaya mengembangkan
hubungan perawat dan klien melalui peran yang diembannya (nara sumber, konselor, dan wali).
Adapun kerangka kerja praktik dari teori Peplau memaparkan bahwa keperawatan adalah
proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan berpartisipasi dalam menyusun
struktur system asuhan kesehatan untuk menfasilitasi kondisi yang alami dari kecenderungan
manusia untuk mengembangkan hubungan interpersonal.
Implementasi Teori Peplau
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk keprihatinannya
terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui
tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam
keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang
bersifat terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan, pertama
perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan
berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat
membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat klien
membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal yang efektif dalam
membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang
baru mungkin muncul. Hubungan interpesonal perawat klien digambarkan sebagai fase-fase
yang saling tumpang tindih seperti berikut ini orientasi, identifikasi, penjelasan dan resolusi
Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan
jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan instrument
untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual Peplau.

.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan kecemasan
(anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan
orang lain (interpersonal)

Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
disekitarnya misalnya : unwanted child

Proses terapi
Build Feeling Security

 Berupaya membangun rasa aman bagi klien


 Trusting relationship and interpersonal satisfaction
 Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang
lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.

Peran pasien dan perawat


Klien melakukan share anxieties (sharing kepada perawat tentang apa – apa yang dirasakan
klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain)
Perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa – apa yang dirasakan klien. Perawat
memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang
lain
Daftar Pustaka
Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang : UMM Press

Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika

Schultz, D (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit


Kanisius

Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai